Dosen Pengampu:
Nama Kelompok 8:
Farhan 220511800
Segala puji bagi Allah, tuhan seru sekalian alam atas segala rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad
SAW yang telah membimbing umatnya dari kegelapan menuju masa yang terang
benderang.
Akhir kata, kami berharap semoga penulisan makalah sederhana ini dapat
bermanfaat bagi kami maupun orang yang membacanya, sehingga dapat
menambah pengetahuan kita bersama.
Kelompok 8
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pembentukan dinasti syafawiyah?
2. Bagaimana kemajuan peradaban pada masa dinasti Syafawiyah?
3. Bagaimana kemunduran dan keruntuhan dinasti syafawiyah?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pembentukan dinasti syafawiyah.
2. Untuk mengetahui kemajuan peradaban pada masa dinasti Syafawiyah.
3. Untuk mengetahui kemunduran dan keruntuhan dinasti syafawiyah.
iv
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pembentukan Dinasti Syafawi
1
Desky Harjoni. “Kerajaan Safawi di Persia dan Mughal di India”. JURNAL STUDI ISLAM. Vol
8. April 2016
2
Kerajaan Safawi di Persia : Sejarah, Kemajuan dan Kemundurannya https://an-nur.ac.id/kerajaan-
safawi-di-persia-sejarah-kemajuan-dan-kemundurannya/ diakses pada 25/05/2023 pukul 13.37
WITA
v
langsung dan secara turun temurun. Dalam perjalanannya, tarekat Safawi ini
perlahan-lahan berubah dari gerakan tarekat murni yang bersifat lokal menjadi
gerakan keagamaan yang besar pengaruhnya di Persia, Syria dan Anatolia
(Asia kecil) dan pengikutnya pun semakin bertambah. Fanatisme terhadap
tarekat ini yang menentang sikap orang yang tidak mengikuti faham mereka,
memotivasi gerakan ini memasuki dunia politik. Kecendrungan ini terwujud
pada masa kepemimpinan Junaid (1447-1460).
vi
AK.Koyunlu menganggap Safawi sebagai rival politiknya dalam meraih
kekuasaan. Oleh karena itu AK.Koyunlu berusaha melenyapkan kekuatan
militer dan kekuasaan Safawi. Dan pada tahun 1488, ketika pasukan Haidar
menyerang wilayah Sircasia dan pasukan AK.Koyunlu memberikan bantuan
militer kepada pasukan Syirwan, sehingga pasukan Haidar kalah dan Haidar
sendiri terbunuh dalam pertempuran tersebut. Kekalahan dan kematian Haidar,
tidak membuat pasukannya putus asa. Mereka berkumpul di Ardabil dan
membaiat Ali, putra sulung Haidar, sebagai pemimpin mereka. Akan tetapi,
karena ketidak senangan AK.Koyunlu, dibawah kepemimpinan Ya’kub, Ali
beserta ibu dan kedua adiknya ditangkap dan dipenjarakan selama 4,5 tahun
(1489-1493 M). Pada tahun 1493 M, mereka dibebaskan dengan syarat Ali
harus membantu Rustam, putra mahkota AK.Koyunlu untuk menyingkirkan
rival politiknya (sepupunya sendiri) dalam menduduki tahta kekuasaan. Setelah
itu Ali kembali ke Ardabil. Karena khawatir akan pengaruh Ali semakin
meluas. Rustam menyerang Ali (1494) dan dalam serangan tersebut Ali
terbunuh.
Kekuatan gerakan Safawi bangkit kembali setelah dipimpin oleh Ismail bin
Haidar (1501-1524 M), yang sebelumnya ditunjuk oleh Ali. Pada saat tentara
AK.Koyunlu menyerang Safawi (1494), Ismail meloloskan dirinya dan lari ke
Ghilan. Ditempat persembunyiannya ia menghimpun kekuatan dan memelihara
hubungan baik dengan para pengikutnya di Azerbaijan, Syiria dan Anatolia
selama lima tahun ia bersiap siaga dengan pasukan Qizilbasy nya yang
bermarkas di Gilan. Pada tahun 1501, pasukannya berhasil mengalahkan
pasukan AK.Koyunlu, dengan menaklukkan Tybriz, pusat kekuasaan
AK.Koyunlu. Di kota inilah Ismail memproklamirkan dirinya sebagai Syah
Ismail I, penguasa I kerajaan Safawi. Dan sepuluh tahun kemudian, kerajaan
Safawi menguasai seluruh Persia. Dengan demikian semakin tegaklah kerajaan
Safawi dengan sistem pemerintahan teokrat, dan menjadikan Syi’ah Itsna
Asyariah sebagai mazhab resmi Negara 3.
3
Desky Harjoni. “Kerajaan Safawi di Persia dan Mughal di India”. JURNAL STUDI ISLAM. Vol
8. April 2016
vii
Kerajaan Safawi secara resmi berdiri di Persia pada 1501 M/907, tatkala
Syah Ismail memproklamasikan dirinya sebagai raja atau syah di Tabriz.
Selama periode Safawiyah di Persia ini (1502-1722 M) persaingan untuk
mendapatkan kekuasaan antara Turki dan Persia menjadi kenyataan. Namun
demikian, Ismail menjumpai saingan kepala batu yaitu Sultan Salim I dari
Turki. Peperangan ini, seperti para sejarawan menduga, bisa berasal dari
kebencian Salim dan pengejaran terhadap seluruh umat muslim di Syi’ah di
daerah kekuasaannya. Fanatisme Sultan Salim memaksanya untuk membunuh
40.000 orang yang di dakwa telah mengingkari ajaran-ajaran Sunni.
Pembunuhan ini digambarkan oleh seorang ahli sejarah dari Persia sebagai
tindakan yang paling dahsyat atau kejam, walaupun dijalankan dengan atas
nama agama4.
Berikut ini silsilah para pemimpin tarekat safawiyah dan dinasti safawiyah.
4
Sewang, A. Buku ajar sejarah peradaban islam; Peradaban Islam pada masa Dinasti Safawiyah.
Wineka Media. Parepare. 2017. Hlm. 286
5
Sewang, A. Buku ajar sejarah peradaban islam; Peradaban Islam pada masa Dinasti Safawiyah.
Wineka Media. Parepare. 2017. Hlm. 287
viii
(3) Ismail II (1576-1577)
6
Dr. Siti Zubaidah, M. A. Buku SPI. In Sejarah Peradaban Islam (Vol. 1, Issue ISBN 978-
602-6462-15-2). 2016
7
Afkari, S. G. Dinamika Pertumbuhan Pendidikan Islam Periode Pertengahan. TANJAK: Journal
of Education and Teaching. 2020.
ix
restorasi singkat dari tahun 1729 hingga 1736). Pada puncak kejayaannya,
wilayah Safawiyyah meliputi Iran, Azerbaijan, Armenia, sebagian besar Irak,
Georgia, Afganistan, Kaukasus, dan sebagian Pakistan, Turkmenistan dan
Turki. Safawiyyah merupakan salah satu negeri mesiu Islam selain Dinasti
Qajar dan Dinasti Pahlevi. Salah satu warisan terbesarnya adalah kebangkitan
Persia sebagai benteng ekonomi antara timur dan barat, pendirian negara yang
efisien dan birokrasi yang didasarkan pada "check and balance", dan inovasi
arsitektur dan seni. Selain itu, karena Safawiyyah pula Syiah menyebar ke
seluruh Iran dan daerah sekitarnya. Dinasti itu berasal dari Kurdi yang
beremigrasi dari Kurdistan ke Ardabil8.
Pada saat Ismail I menobatkan dirinya sebagai raja yang sah, Ismail
juga memproklamirkan ”Syi'ah Itsna Asy'ariyah” sebagai agama resmi
Dinasti Safawiyah. Namun karena Persia sebelumnya berada di bawah
kekuasaan Sunni, Syah Ismail I harus mendatangkan ulama syiah dari
wilayah yang kuat untuk mempertahankan tradisi syi'ah seperti di Irak,
Bahrain, terutama Jabal Amil Libanon.
8
Dinasti Safawiyah https://id.wikipedia.org/wiki/Dinasti_Safawiyah diakses pada 25/05/2023
pukul 11.17 WITA
x
Menurut Karen Amstrong, peristiwa yang terjadi pada Dinasti
Safawiyah dengan menempatkan syiah sebagai ideologi resminya adalah
perkembangan yang menakjubkan. Sebab sampai saat ini, sebagian besar
syi'ah adalah orang Arab. Terdapat beberapa pusat syi'ah di Iran : Ray,
Kashan dan Khurasan, juga kota Gamisun tua Qun, tetapi sebagian besar
orang Iran adalah Sunni. Karena itu Ismail I melakukan penghapusan
Sunnisme di Iran, tarekat sufi ditindas, dan ulama dieksekusi dan
dideportasi.
xi
sekitar Dinasti Safawiyah. Ismail I berkuasa memimpin Dinasti
Safawiyah selama 23 tahun (Tahun 1501-1524 Masehi). Dalam sepuluh
tahun pertama , Syah Ismail I mempimpin Dinasti Safawiyah telah
berhasil menghancurkan kekuasaan Alaq Koyunlu di Hamadan (Tahun
1503 Masehi), menguasai Provinsi Kaspia di Nazandaran, Gurgan, dan
Yazid (Tahun 1504 Masehi), Diyar Bakr (Tahun 1505-1507 Masehi),
Baghdad dan daerah Barat Daya Persia (Tahun 1508 Masehi), Syirwan
(Tahun 1509 Masehi), dan Khurasan (Tahun 1510 Masehi). Dengan
demikian, hanya dalam waktu sepuluh tahun, wilayah kekuasaan Dinasti
Safawiyah sudah meliputi seluruh Persia dan sebagian timur Bulan Sabit
Subur.
xii
Syah Ismail I mengalami kekalahan yang diakibatkan oleh karena
keunggulan organisasi militer yang dimilki kerajaan Turki Utsmani,
bahkan Kerajaan Turki Utsmani di bawah pimpinan Sultan Salim
berhasil menguasai daerah Tabriz. Namun demikian, Dinasti Safawiyah
tetap terselamatkan, karena Sultan Salim pulang kembali ke Kerajaan
Turki Utsmani yang pada saat itu di kerajaan Turki Utsmani sedang
terjadi pergolakan militer di kalangan Kerajaan Turki Utsmani sendiri.
Kekalahan yang dialami oleh Syah Ismal dari Kerajaan Turki Utsmani
yang dipimpin oleh Sultan Salim menjadi pukulan berat bagi Dinasti
Safawiyah. Syah Ismai I lebih banyak menyendiri, berburu dan berhura-
hura yang mengkibatkan Dinasti Safawiyah terbengkalai dan sering
terjadi persaingan antar tiga suku, yaitu pimpinan sukusuku Turki,
pejabat-pejabat keturunan Persia dan Qizilbasy dalam upaya merebut
pengaruh untuk memimpin Dinasti Safawiyah. Dalam keadaan Dinasti
Safawiyah yang kacau dilanda konflik internal, Syah Ismail I wafat di
Ardabil pada tahun 1524 Masehi dalam usia 38 tahun.
xiii
Syah Tahmasp sebagaimana ayahnya (Syah Ismail) juga menganut
faham Syi'ah. Di akhir-akhir masa kepemimpinannya di Dinasti
Syafawiyah, Syah Tahmasp lebih banyak mengurung diri dan yang
berperan dalam mnjalankan pemerintahan Dinasti Safawiyah adalah para
pejabat yang berada di bawah kekuasaannya. Syah Tahmasp wafat pada
tanggal 14 Mei Tahun 1576 Masehi.
xiv
namun tidak ada yang dapat dilakukan oleh raja Muhammad Khudabanda
untuk memajukan dan mengembangkan Dinasti Sañwiyah. Hal ini
disebabkan oleh kondisi fisiknya yang kurang dapat melihat, sehingga
yang banyak menjalankan roda.pemerintahah Dinasti Safawiyah adalah
isterinya sehingga Dinasti Safawiyah berada dalam masa disintegasi dan
persaingan antar kelompok.
xv
dalam setiap khutbah-khutbah sholat jum'at. Sebagai jaminan atas syarat-
syarat perjanjian Dinasti Safawiyah dengan Kerajaan Turki Utsmani,
Khalifah Abbas I menyerahkan saudara sepupunya yang bernama Haidar
Mirza sebagai sandera di Istambul.
xvi
Menurut Zulkifli Abdillah, bahwa kekhalifahan Dinasti Safawiyah
dibawah kepemimpinan Khalifah Abbas I mencapai kekuasaan politik
yag tertinggi. Hal ini dapat terlihat dari adanya sistem pemerintahannya
yang stabil dan dinamis. Sistem pemerintahan yang dilaksanakan
Khalifah Abbas I merupakan sebuah pemerintahan Keluarga yang sangat
dihormati dengan seorang penguasa (pemimpin) yang didukung oleh
sejumlah para pejabat dilingkungan Dinasti Safawiyah dan kekuatan
militer. Khalifah Abbas I memperhatikan kesejahteraan rakyatnya dan
dianggap sebagai pemimpin Dinasti Safawiyah yang terbesar dan mampu
membawa Dinasti Safawiyah mencapai puncak kejayaannya.
xvii
dikembangkan oleh Syah Abbas I. Pada masanya, ia berhasil menata
kembali kekuasaannya yang pada gilirannya memungkinkan dirinya
untuk memberikan perhatian terhadap masalah keagamaan dan
pemerintahan. Kegiatan Filsafat juga berkembang. Kandahar, berhasil
direbut kembali oleh kekhalifahan Dinasti Safawiyah dari kekuasaan
Dinasti Mughol India. Pemberontakan Georgia juga dapat dipadamkan.
la juga memberikan keleluasaan kepada umat Nasrani. Khalifah Abbas II
adalah raja atau khalifah yang suka minum-minuman keras, sehingga
Khalifah Abbas II jatuh sakit dan meninggal dalam usia muda yaitu usia
34 tahun.
xviii
mempersatukan pasukan Kandahar dengan pasukan Ardabil. Dengan
kekuatan ini, Mr. Mahmud berusaha mempersatukan wilayah
kekuasaannya dengan merebut negeri-negeri Afganistan dari kekuasaan
Dinasti Safawiyah.
xix
Khalifah Abbas III naik tahta, pada saat itu masih berusia sangat kecil.
Empat tahun setelah pengangkatan Khalifah Abbas III menjadi Khalifah
Dinasti Safawiyah, pada tanggal 8 Maret 1736, Nadhir Khan mengangkat
dirinya sebagai khalifah pengganti Khalifah Abbas III. Dengan demikian
berakhirlah riwayat Dinasti Safawiyah di Persia9.
B. Kemajuan Peradaban
1. Sistem pemerintahan
xx
di dinasti Syafawiyah dan lembaga Shadr (ditugaskan untuk mengurusi
bagian bentuk rumah) Ismail juga memutuskan untuk berperang
dikarenakan dia tidak bisa tinggal di Ardabil untuk menarik pengikut militer
dari para tarekat yang ia butuhkan dikarenakan seorang gubernur yang
terpilihnya oleh bantuan Aq Qoyunlu yang menyebabkan mengahalangi dari
kalangan tarekat yang secara terang-terangan mendukung Syah Ismail.
Akhirnya secara siginifikan untuk Syah Ismail memimpin perang suci
(Shaza-yi-Kiran) melawan Georgia, namun perang itu di batalkan pada
musim semi dimana dimulai dari kamp musim dinginnya Ismail di
Mahmudabad untuk langkah-langkah menyelesaikan penaklukan Shirvan.
Namun karna berita sampai kepada Alvand sultan dari Aq Qoyunlu bahwa
kemenangan Ismail atas Shirvan dan mulai bergerak melawan Aq Qoyunlu.
Keadaan di tempat Alvand pun menjadi kacau dan membuat Ismail
menghentikan usahanya di Shirvan dan untuk sementara waktu juga
membatalkan rencananya ke Georgia. Namun selanjutnya peperangan
terjadi dan dimenangkan oleh Ismail yang akhirnya membukakan jalan
untuk Ismail ke kota Tabriz yang berhasil menaklukan Azarbaijan dan
Anatolia timur Ismail mengalihkan perhatiannya ke Mesopotamia yang
mana penaklukannya di mulai sebelum 1507 M dengan berhasil merebut
Mardin yang merupakan benteng terakhir dari Aq Qoyunlu dan di akhiri
dengan mengambil alih Baghdad di tahun berikutnya.
xxi
besar-besaran, Ekspansi Militer, dan pertumbuhan Ekonomi, Syah Abbas
melenyapkan beberapa komandan dan dewan tentara Qizilbash yang sudah
menghasut para budak kerajaan Gergoia, Sirkasia, Kaukasia, dan Armeinia
(Ghulaman). Yang status dan kepentingan utamanya berasal dari kesetiaan
mereka kepada Syah Abbas. Syah Abbas membuat perubahan yang
struktural pada basis kekuatan keuangan dan militer mereka namun masih
tetap mengandalkan mereka untuk kampanye Militer untuk proses
perekrutan Ghulaman terutama dari tahanan Georgia, kedalalam militer
Syafawiyah sudah di mulai dari masa Thamsap tetapi menjadi sebuah
praktir yang sistemastis dan sadar pada Syah Abbas, alih-alih menyebabkan
terjadinya matinya unsur-unsur suku turkoman, namun Reformasi besar dari
Syah Abbas ini meminggirkan mereka dalam system Militer dan
Admiinistrasi.
xxii
Masa Syah abas dalam bidang politik dan kemiliteran yang ia lakukan
adalah :
xxiii
Masa kekuasaan Abbas I merupakan puncak kejayaan kerajaan Safawi.
Secara politik dia mampu mengatasi berbagai kemelut di dalam negeri
yang mengganggu stabilitas negara dan berhasil merebut kembali wilayah-
wilayah yang pernah direbut oleh kerajaan lain di masa raja-raja
sebelumnya, dengan reformasi politiknya.
Kemajuan di bidang keagamaan pada masa Abbas, kebijakan
keagamaan tidak lagi seperti masa khalifah-khalifah sebelumnya yang
senantiasa memaksakan agar Syi’ah menjadi agama negara, tetapi ia
menanamkan sikap toleransi. Paham Syi’ah tidak lagi menjadi paksaan,
bahkan orang Sunni dapat hidup bebas mengerjakan ibadahnya, Bukan
hanya itu saja, pendeta-pendeta Nasrani diperbolehkan mengembangkan
ajaran agama dengan leluasa sebab sudah banyak bangsa Armenia yang
telah menjadi penduduk setia di kota Isfahan.
3. Perkembangan Ilmu Pengetahuan Masa Dinasti Safawiyah
Dalam perkembangan peradaban kerajaan Safawi, berkembang pula
ilmu pengetahuan sebagai dasar pendidikan Islam, meskipun belum secara
pesat dan terpusat pada ilmu pengetahuan. Pada masa pemerintahan Syah
Ismail I belum begitu terlihat pengaruh yang besar dari aspek sosial,
politik, ekonomi dan budaya terhadap pendidikan, sekalipun ia termasuk
orang sangat cinta ilmu pengetahuan. Bahkan, ia memiliki kebiasaan
menulis puisi dengan menggunakan bahasa Turki. Dinasti ini begitu
memperhatikan aspek pendidikan.
xxiv
(large grandmother) tahun 1647. Terdapat pula putri Syah Safi, yakni
Maryam Begun yang mendirikan madrasah pada tahun 1703. Shahr Banu,
adik perempuan Syah Husain mendirikan madrasah bagi para pangeran
pada tahun 1694 M. Selain madrasah yang didirikan oleh para kerabat
kerajaan, ada juga madrasah didirikan oleh para orang kaya Dinasti
Safawi. Dua di antaranya adalah Zinat Begum, istri seorang fisikawan
Hakim al-Mulk Ardistani, mendirikan madrasah Nim Avard (1705 M.).
Izzat al-Nisa Khanum, putri pedagang dari Qum Mirza Khan, yang juga
istri dari Mirza Muh. Mahdi yang mendirikan madrasah Mirsa Husain
tahun 1687. Adanya bangunan madrasah tersebut menunjukkan perhatian
yang serius dari pemerintahan dalam memajukan gagasan ilmu
pengetahuan.
Adapun karya intelektual terkenal pada masa ini adalah dua belas
tulisan Sadr al-Din yang mencakup komentar dan saran terhadap
AlQur’an, disertai dengan kehidupan tradisi, cerita-cerita polemik dalam
bidang teologi dan metafisika dan catatan perjalannya. Perkembangan
Ilmu Pengetahuan Masa Dinasti Safawiyah, Rizki Laelatul Azizah, Kholid
Mawardi 1477 Sistem dan praktik pendidikan pada masa Dinasti Safawi
ini secara umum didominasi oleh tiga jenis pendidikan.
xxv
Dengan demikian, pembangunan pusat-pusat pendidikan yang
dilakukan tentu juga dalam tujuan yang sama, yakni pendidikan yang
diarahkan sebagai penguatan aqidah dan desiminasi ajaran Syi’ah. Adapun
kegiatan keilmuan banyak diadakan di Majelis Istana, seperti kajian
teologi, kesejarahan dan kefilsafatan.
xxvi
Dua Belas ada dua golongan, yakni Akhbari dan Ushui. Mereka
berbeda didalam memahami ajaran agama. Yang pertama cenderung
berpegang kepada hasil ijtihad para mujtahid Syiah yang sudah mapan.
Sedang kedua mengambil dari sumber ajaran Islam, Al-Qur’an dan
Hadits, tanpa terikat kepada para mujthadi. Golongan Ushuli inilah
yang palling berperan pada masa Safawi. Menurut Hodhson, ada dua
aliran filsafat yang berkembang pada masa Safawi tersebut. Pertama,
aliran filsafat “Perifatetik” sebagaimana yang dikemukakan oleh
Aristoteles dan Al-Farabi. Kedua filsafatI “syraqi” yang dibawa oleh
Syahrawadi pada abad ke-12. Kedua aliran ini banyak dikembangkan di
perguruan Isfahan dan Syiraj.
xxvii
karya seni logam dan keramik. Dari sekolah seni tersebut terbitlah
sebuah edisi Syah Name (buku tentang raja-raja), yang memuat lebih
dari 250 lukisan dan merupakan salah satu karya besar seni manuskrip
iran. Syah Abbas I juga menciptakan beberapa jenis lukisan, seperti
peperangan, pemandangan dan upacara kerajaan (Agus, 2022).
Kemajuan dalam bidang seni diayomi oleh seniman Persia genius, di
antaranya Syah Ismail dan Syah Tahmasp. Dalam bidang seni
kaligrafi juga nampak nyata, kaligrafer yang menjadi pujaan Syah
Abbas adalah Ali Riza. Seni lukis miniatur mencapai puncaknya
dengan karya lukis yang menggambarkan naskah sastra kalsik,
misalnya lukisan Syah Nama yang diperkirakan mencapai 250 karya
lukis, salah satu pelukisanya adalah Firdausi. Kemajuan dalam bidang
seni tersebut, nampaklah kota Isfahan menjadi salah satu kota yang
indah di dunia pada jamannya.
xxviii
intelektual memperoleh puncaknya. Hal ini ditunjukkan dengan
diberlakukannya “kebijakan toleransinya” yakni toleransi bukan hanya
antar sekte Syi’ah melainkan juga toleransi antar agama. Seluruh
perbedaan paham yang terdapat dalam masyarakatnya diletakkan di
bawah supremasi keadilan, yang sangat bersesuaian dengan salah satu
prinsip dasar dalam ajaran mazhab Syi’ah yakni prinsip al-adl. Pada
masa Abbas II ini, wanita memperoleh kebebasan dalam berekspresi
atau memainkan perannya dalam segala bidang termasuk dunia
pendidikan. Kesejajaran para wanita pada masa ini seperti terlukiskan
pada ilustrasi yang ada pada manuskrip Shahnama (puisi terpanjang
sejarah dunia kesusateraan). Para wanita sengaja dilukiskan secara
terpisah dengan kaum lak-laki (biasanya dipisahkan oleh gambar
tenda). Pemisahan ini dapat dimaknai bahwa para wanita didudukkan
secara setara dan diberi ruang partisipasi dalam mengelola aspek-
aspek kehidupan secara sama. Lingkungan sosial yang tergambarkan
dalam manuskrip tersebut oleh beberapa ahli dimaknai bahwa para
wanita masa Safawi memperoleh kesempatan yang sama dalam
memperoleh pendidikan sains, keagamaan dan seni.
xxix
Shah Abbas II membangun penginapan ini untuk pedagang kaya
dan pengunjung khusus, kini telah diubah menjadi penginapan
mewah dan berganti nama menjadi Hotel Abassi.
d. Pendidikan militer
(2) Pada masa Syah Abas I, ilmu pengetahuan dan pendidikan telah
berkembang dengan ditandai oleh bangunan, seperti dibangunnya 162
masjid dan 48 pusat pendidikan, dalam data versi lain menyebutkan
162 masjid dan 446 sekolah.
xxx
(1) Madrasah dibangun untuk memperkokoh paham Syi’ah dan
membendung penyebaran paham Sunni. Terbukti, dengan
ditetapkannya ideologi Syi’ah sebagai ajaran resmi Kerajaan
Safawiyah, dan bahkan sangat keras terhadap paham Sunni. Bagi
masyarakat yang berbeda paham dipenjarakan atau bahkan dibunuh.
Hal ini memunculkan kebencian masyarakat terhadap pemerintah.
Karena itu, para pemuka Syi’ah banyak berperan pada lembaga
pendidikan agar ajaran Syi’ah tetap eksis di kalangan masyarakat.
4. Bidang Ekonomi
11
rizal. “Perkembangan Ilmu Pengetahuan Masa Dinasti Abbasiyah”. Journal on Education.
Vol 06. 2022
xxxi
kepulauan hurmuz dan pelabuhan gumrun diubah menjadi bandar abbas.
Dengan dikuasainya bandar ini maka salah satu jalur dagang laut antara
timur dan barat yang biasa di perebutkan oleh belanda, inggris dan
perancis sepenuhnya menjai kerajaan safawi. Di samping bidang
perdagangan, kerajaan safawi juga mengalami kemajuan dalam sektor
pertanian terutama di daerah sabit subur.
5. Bidang Tarekat
12
Sewang, A. Buku ajar sejarah peradaban islam; Peradaban Islam pada masa Dinasti
Safawiyah. Wineka Media. Parepare. 2017. Hlm. 290
xxxii
Kota Kandahar lepas dari kekuasaan kerajaan Safawi, diduduki oleh
kerajaan Mughal yang ketika itu diperintah oleh Sultan Syah Jehan, sementara
Baghdad direbut oleh kerajaan Usmani. Abbas II adalah raja yang suka minum-
minuman keras sehingga ia jatuh sakit dan meninggal. Sebagaimana Abbas II,
Sulaiman juga seorang pemabuk. Ia bertindak kejam terhadap para pembesar
yang dicurigainya. Akibatnya rakyat bersikap masa bodoh terhadap
pemerintah. Ia diganti oleh Shah Husein yang alim. Ia memberi kekuasaan
yang besar kepada para Ulama Syi’ah yang sering memaksakan pendapatnya
terhadap penganut aliran Sunni. Sikap ini membangkitkan kemarahan golongan
Sunni Afghanistan, sehingga mereka berontak dan berhasil mengakhiri
kekuasaan Dinasti Safawi. Pemberontakan bangsa Afghan tersebut terjadi
pertama kali tahun 1709 M di bawah pimpinan Mir Vays yang berhasil
merebut wilayah Kandahar.
xxxiii
oleh pasukan Nadir Khan tahun 1729 M. Asyraf sendiri terbunuh dalam
peperangan itu, dengan demikian Dinasti Safawi kembali berkuasa. Namun,
pada bulan Agustus 1732 M, Tahmasp II dipecat oleh Nadir Khan, dan
digantikan oleh Abbas III (anak Tahmasp II) yang ketika itu masih sangat
kecil. Empat tahun setelah itu, tepatnya tanggal 8 Maret 1736, Nadir Khan
mengangkat dirinya sebagai raja menggantikan Abbas III. Dengan demikian
berakhirlah kekuasaan Dinasti Safawi di Persia.
13
Dr. Siti Zubaidah, M. A. Buku SPI. In Sejarah Peradaban Islam (Vol. 1, Issue ISBN 978-602-
6462-15-2). 2016. Hlm. 195
xxxiv
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
xxxv
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Zaenal. (2013). Dinasti Safawiyah. Jurnal Agama Dan Budaya Tsaqofah.
Vol. 11
Dr. Siti Zubaidah, M. A. (2016). Buku SPI. In Sejarah Peradaban Islam (Vol. 1,
Issue ISBN 978-602-6462-15-2).
Rizqiah, F., Liadi, F., & Husni, M. (2021). Transformasi Gerakan Sosial Dinasti
Syafawiyah di Persia, 1301-1629. Syams: Jurnal Kajian Keislaman, 2(2),
68–84. https://doi.org/10.23971/js.v2i2.3875
xxxvi
Dinasti Safawiyah https://id.wikipedia.org/wiki/Dinasti Safawiyah diakses pada
25/05/2023 pukul 11.17 WITA
xxxvii