2. Khairurrizal 3. Nanda Risqita Kelas : XI BAHASA
MAN KOTIM 2022 Jl. H.M. Arsyad No.68, Mentawa Baru Hulu, Kec. Mentawa Baru Ketapang, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah 74321 KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha
Pengasih Lagi Maha Penyayang, dengan ini kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Sejarah Kebudayaan Islam yang berjudul “Peradaban Islam Masa Daulah Syafawi”. Adapun makalah Sejarah Kebudayaan Islam tentang “Peradaban Islam Masa Daulah Syafawi” Ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan dari banyak pihak, sehingga dapat memperlancar proses pembuatan makalah ini. Oleh sebab itu, kami juga ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar – besarnya kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah Sejarah Kebudayaan Islam ini. Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dan makalah Sejarah Kebudayaan Islam tentang “Peradaban Islam Masa Daulah Syafawi” ini dapat diambil manfaatnya sehingga dapat memberikan inspirasi. Bab 4 PERADABAN ISLAM MASA DAULAH SYAFAWI
A.Sejarah Berdiri Daulah Syafawi
Cikal bakal Daulah Syafawi berdiri bermula dari gerakan terekat yang diberi nama Safawiyah. Gerakan ini muncul di Persia, tepatnya di Ardabil, sebuah kota di Azerbaijan, Iran. Oleh sebab itu, daulah ini dianggap sebagai peletak dasar pertama terbentuknya negara Iran di masa sekarang. Adapun nama Safawiyah dinisbahkan kepada nama salah seorang guru sufi di Ardabil bernama Syekh Ishak Safiuddin atau Safi al-Din. Menurut riwayat, ia keturunan dari Musa al-Khazim, imam keenam Syi’ah. Safi al-Din berasal dari keturunan orang berada, namun lebih memilih sufi sebagai jalan hidup. Gurunya bernama Syekh Tajuddin Ibrahim Zahidi atau lebih dikenal sebagai Zahid al-Gilani. Dikarenakan prestasi dan ketekunannya dalam kehidupan tasawuf, ia diambil menantu oleh gurunya. Safi al-Din mendirikan tarekat Safawiyah setelah menggantikan guru sekaligus sang mertua yang wafat tahun 1301 M. Para pengikut tarekat ini sangat teguh memegang ajaran. Mulanya gerakan tasawuf Syafawiyah bertujuan memerangi orang-orang ingkar, kemudian memerangi golongan “ahli-ahli bid’ah”. Lalu ia mengubah bentuk tarekat dari pengajian tasawuf murni yang bersifat lokal menjadi gerakan keagamaan besar yang berpengaruh di Persia, Syria, dana Anatolia. Di negeri-negeri di luar Ardabil, Safi al-Din menempatkan seorang wakil yang memimpin murid-muridnya yang diberi gelar “khalifah”. Suatu ajaran agaman yang dipegang secara fanatik biasanya kerap kali menimbulkan keinginan di kalangan penganut ajaran tersebut untuk berkuasa. Oleh sebab itu, lama-kelamaan para murid tarekat Safawiyah berubah menjadi tentara terlatih. Kecenderungan memasuki dunia politik baru dapat terwujud para masa kepemimpinan Juneid. Syafawi berhasil memperluas gerakannya dengan menambah kegiatan politik pada kegiatan kegamaan. Perluasan itu menimbulkan konflik diantara Juneid dengan penguasa Kara Koyunlu (domba hitam), salah satu suku bangsa Turki yang berkuasa di wilayah tersebut. Dalam konflik keduanya, Juneid kalah dan diasingkan ke suatu tempat. Di tempat baru ini, ia mendapat perlindungan dari penguasa Diyar Bakr, AK Koyunlu (domba putih) yang juga suku bangsa Turki. Ia tinggal di Istana Uzun Hasan yang menguasai sebagian Persia. Selama dalam pengasingan, Juneid tak tinggal diam. Ia berusahan menghimpun kekuatan untuk kemudian beraliansi secara politik dengan Uzun Hasan. Ia mempersunting saudara perempuan Uzun Hasan. Tahun 1459 M, Junedi mencoba merebut Ardabil, namun gagal. Tahun 1460 M ia mencoba merebut Sircassia, tetapi pasukan yang dipimpin terhalang oleh tentara Sirwan. Ia terbunuh dalam pertempuran tersebut. Anak Juneid, Haidar, masih kecil sehingga berada dalam asuhan Uzun Hasan. Oleh karena itu, kepemimpinan gerakan Syafawi diserahkan kepadanya secara resmi pada tahun 1479 M. Ia pun menikahi seorang putri Uzun Hasan. Dari pernikahan tersebut lahir lah Ismail yang kelak menjadi pendiri Daulah Syafawi di Persia. Kemenangan AK Koyunlu tahun 1476 M terhadap Kara Koyunlu, membuat gerakan militer Syafawi yang dipimpin Haidar dipandang sebagai rival politik oleh AK Koyunlu dalam meraih kekuasaan. Padahal, Syafawi merupakan sekutu yang telah lama mendukung AK Koyunlu. Ia berusaha melenyapkan kekuatan militer dan kekuasaan Daulah Syafawi. Ketika Syafawi menyerang wilayah Sircassia dan pasukan Sirwan, Haidar wafat dan pasukannya kalah. Ali, putra dan pengganti Haidar, didesak oleh bala tentara untuk menuntut balas atas kematian sang ayah, terutama terhadap AK Koyunlu. Akan tetapi, Ya’kub pemimpin AK Koyunlu dapat menangkap dan memenjarakan Ali bersama saudaranya, Ibrahim dan Ismail, beserta ibunya di Fars selama empat setengah tahun. Mereka dibebaskan oleh Rustam, putra mahkota AK Koyunlu, dengan syarat mau membantu memerangi saudara sepupunya. Setelah saudara sepupu Rustam dikalahkan, Ali bersaudara kembali ke Ardabil. Tidak lama kemudian Rustam berbalik memusuhi dan menyerang Ali bersaudara hingga terbunuh. Kepemimpinan gerakan Syafawi selanjutnya berada di tangan Ismail yang saat itu masih berusia tujuh tahun. Selama lima tahun Ismail beserta pasukannya bermarkas di Gilan, mempersiapkan kekuatan dan mengadakan hubungan dengan para pengikutnya di Azerbaijan, Syria, dan Anatolia. Pasukan yang dipersiapkan itu dinamai Qizilbash (baret merah). Di bawah pimpinan Ismail, pada tahun 1501 M, pasukan Qizilbash menyerang dan mengalahkan AK Koyunlu di Sharur, dekat Nakhchivan. Pasukan ini terus berusaha memasuki dan menaklukkan Tabriz, ibu kota AK Koyunlu dan berhasil merebut serta mendudukinya. Di kota ini Ismail memproklamasikan diri sebagai raja pertama Daulah Syafawi.
B. Strategi dan Kebijakan Pemerintahan
Daulah Syafawi Daulah Syafawi bermula dari gerakan tarekar. Pada akhirnya menjadi gerakan politik kemudian menjadi daulah. Berikut Tabel enam orang pemimpin Daulah Syafawi saat masih menjadi tarekat. No Nama Masa Pemerintahan . 1. Safi Al-Din 1252-1334 M 2. Sadar Al-Din Musa 1334-1399 M 3. Khawaja Ali 1399-1427 M 4. Ibrahim 1427-1447 M 5. Juneid 1447-1460 M 6. Haidar 1460-1494 M
Adapun sesudah menjadi daulah dipimpin oleh sebelas orang berikut.
No. Nama Masa Pemerintahan 1. Ismail I 1501-1524 M 2. Tahmasp I 1524-1576 M 3. Ismail II 1524-1576 M 4. Muhammad Khudabanda 1524-1576 M 5. Abbas I 1577-1787 M 6. Safi Mirza 1588-1628 M 7. Abbas II 1628-1642 M 8. Sulaiman 1642-1667 M 9. Husen 1667-1694 M 10. Tahmasp II 1722-1732 M 11. Abbas III 1732-1736 M
Pada masa pemerintahan Syah Ismail I, wilayah kekuasaan Daulah
Syafawi mencapai seluruh Persia dan bagian Timur Bulan Sabit Subur (Fertile Crescent). Keinginan untuk melakukan ekspansi wilayah terbentur oleh musuh yang sangat anti golongan Syi’ah, yakni Daulah Usmani. Setelah Syah Ismail I turun takhta, ia digantikan oleh Tahmasp I, Ismail II, dan Muhammad Khudabanda. Akan tetapi, pada masa pemerintahan ketiga sultan tersebut, Daulah Syafawi mengalami kelemahan akibat pertempuran. Hingga muncul sultan kelima, yakni Syah Abbas I yang mampu membangkitkan Daulah Syafawi bangkit dari keterpurukan. Langkah yang ditempuh Syah Abbas I untuk memajukan Daulah Syafawi dengan melakukan kebijakan-kebijakan seperti : 1. Mengurangi dominasi pasukan Qizilbash dengan cara membentu pasukan baru yang direkrut dari budak dan tawanan perang Bangsa Georgia, Armenia, dan Sircassia. 2. Azerbaijan, Georgia, dan meminta Sultan Abbas I berjanji tidak akan menghina tiga khalifah pertama dalam Islam yakni Abu Bakar, Umar, dan Usman. Sebagai jaminan atas syarat tersebut, sultan Abbas I menyerahkan saudara sepupunya Haidar Mirza sebagai sandera di Istanbul.
Kedua langkah yang diambil Abbas I terbukti dapat menciptakan keamanan
dalam negeri. Oleh sebab itu, masa pemerintahan Syah Abbas I merupakan puncak kejayaan Daulah Syafawi.