Anda di halaman 1dari 7

Biomassa sebagai sumber biofuel

Biomassa adalah material yang berasal dari organisma hidup yang meliputi tumbuh-tumbuhan,
hewan dan produk sampingnya seperti sampah kebun, hasil panen dan sebagainya. Tidak seperti
sumber-sumber alamiah lain seperti petroleum, batubara dan bahan bakar nuklir, biomassa
adalah sumber energi terbarukan yang berbasis pada siklus karbon.Biomassa bisa digunakan
secara langsung maupun tidak langsung sebagai bahan bakar. Briket arang, briket sekam padi,
briket ranting dan daun kering adalah contoh bahan bakar biomassa yang dapat digunakan secara
langsung sebagai bahan bakar pemanas atau sumber tenaga. Nilai kalor bakar biomassa
bervariasi tergantung kepada sumbernya. Pemakaian biomassa dapat memberi kontribusi yang
signifikan kepada managemen sampah, ketahanan bahan bakar dan perubahan iklim. Di
pedesaan, utamanya di negara-negara berkembang, biomassa dari kayu, daun, sekam padi dan
jerami merupakan bahan bakar utama untuk pemanasan dan memasak. Catatan dari
International Energy Agency menunjukkan bahwa energi biomassa menyediakan 30% dari suplai
energi utama di beberapa berkembang. Dewasa ini lebih dari 2 juta penduduk dunia masih
tergantung kepada bahan bakar biomassa sebagai sumber energi primer. Pemakaian biomassa
secara langsung dapat menghemat bahan bakar fosil, akan tetapi disisi lain jika dipakai dalam
ruang tanpa ventilasi yang memadai bahan bakar biomassa yang digunakan secara langsung
dapat membahayakan kesehatan. Laporan International Energy Agency dalam World energy
Outlook 2006 menyebutkan bahwa 1.3 juta orang di seluruh dunia meninggal karena pemakaian
biomassa secara langsung. Selain pennggunaan secara langsung sebagai bahan bakar padat,
biomassa dapat diolah menjadi berbagai jenis biofuel cair dan gas.
Biofuel merupakan bahan bakar terbarukan yang cukup menjanjikan. Biofuel dapat secara luas
didefinisikan sebagai padatan, cairan atau gas bakar yang mengandung atau diturunkan dari
biomassa. Definisi yang lebih sempit mendefinisikan biofuel sebagai cairan atau gas yang
berfungsi sebagai bahan bakar transportasi yang berasal dari biomasssa. Biofuel dipandang
sebagai bahan bakar alternatif yang penting karena dapat mengurangi emisi gas dan
meningkatkan ketahanan energi. Penggunaan minyak nabati (BBN) sebagai bahan biofuel
sebenaranya sudah dimulai pada tahun 1895 saat Dr. Rudolf Christian Karl Diesel
mengembangkan mesin motor yang dijalankan dengan BBN. BBN saat itu adalah minyak yang
didapatkan langsung dari pemerasan biji sumber minyak, yang kemudian disaring dan
dikeringkan. Bahan bakar minyak nabati mentah yang digunakan pada mesin diesel buatan Dr.
Rudolf Christian Karl Diesel tersebut berasal dari minyak sayur. Namun karena pada saat itu
produksi minyak bumi berlimpah dan murah, maka BBN untuk mesin diesel tersebut secara
perlahan-lahan diganti dengan minyak solar dari minyak bumi. Selain itu BBN yang didominasi
oleh trigliserida memiliki viskositas dinamik yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan solar.
Viskositas bahan bakar yang tinggi akan menyulitkan pengaliran bahan bakar ke ruang bakar
sehingga dapat menurunkan kualitas pembakaran dan daya mesin. Oleh karena itu, untuk
penggunaan BBN secara langsung mesin diesel harus dimodifikasi terlebih dahulu, misalnya

dengan penambahan pemanas BBN untuk menurunkan viskositas. Pemanas dipasang sebelum
sistem pompa dan injektor bahan bakar.
Saat ini biofuel telah digunakan di berbagai negara, industri biofuel tersebar di Eropa, Amerika
dan Asia. India, misalnya mengembangkan biodiesel dari tanaman jarak pagar (Jatropha).
Kebanyakan biofuel dipakai untuk transportasi otomotif. India mentargetkan penggunaan 5%
bioetanol sebagai bahan bakar transportasi, sementara cina sebagai prodesen utama etanol di
Asia mentargetkan 15% bioetanol sebagai bahan bakar transportasinya pada tahun 2010. Biofuel
dapat diproduksi dari sumber-sumber karbon dan dapat diproduksi dengan cepat dari biomassa.
Sebagai Negara agraris Indonesia sangat potensial mengembangkan industri biofuel nya sendiri.
Pertama, bahan baku berupa tanaman energi tersebar di seluruh wilayah Indonesia dari Sabang
sampai Merauke. Produksi tanaman energi dari tahun ke tahun juga cenderung meningkat
sehingga kita tidak perlu kawatir kekurangan sumber energi nabati ini. Sebagai contoh luas
perkebunan tebu dan ubi kayu dari tahu ketahun meningkat dengan tajam. Kedua jenis tanaman
tersebut merupakan bahan baku pembuatan bioetanol.

Tabel 1. Potensi EBT (Biofuel) di Indonesia


(diolah dari Blue Print Pengelolaan Energi Nasional 2005 2025, Lampiran B, Jakarta, 2005)

Bioetanol
Bioetanol saat ini merupakan biofuel yang paling banyak digunakan. Di USA pada tahun 2004
produksi etanol (termasuk bioetanol) mencapai 3 sampai dengan 4 billion gallons dan terus
meningkat dari tahun ke tahun. Bioetanol adalah bahan bakar alternatif yang prospektif karena
beberapa alasan seperti tidak member kontribusi pada pemanasan global, dapat dicampur dengan
gasoline sampai 10% (E10) dapat dibuat dari bahan-bahan alami (biomassa) yang dapat
diperbaharui (renewable) seperti ubi kayu, jagung dan buah-buahan. Sebagai pengganti MTBE

(methyl tertiary butyl ether) yang potensial. MTBE adalah aditif bahan bakar (fuel additive) yang
bersifat toksik dan dewasa ini banyak digunakan di beberapa negara.
Bioetanol pada prinsipnya adalah etanol yang diperoleh melalui proses fermentasi sehingga
dinamakan bioetanol. Bioetanol dihasilkan dari distilasi bir hasil fermentasi. Bioetanol
merupakan bahan bakar nabati yang relatif mudah dan murah diproduksi sehingga industri
rumahan sederhana pun mampu membuatnya. Biasanya bioetanol dibuat dengan teknik
fermentasi biomassa seperti umbi-umbian, jagung atau tebu dan dilanjutkan dengan destilasi.
Bioetanol dapat digunakan secara langsung maupun tidak langsung sebagai bahan bakar. Untuk
bahan bakar kendaraan bermotor terlebih dahulu bioetanol harus dicampur dengan premium
dengan perbandingan tertentu. Hasil pencampuran ini kemudian disebut dengan Gasohol
(Gasoline Alcohol). Gasohol memiliki performa yang lebih baik daripada premium karena angka
oktan etanol lebih tinggi daripada premium. Selain itu gasohol juga lebih ramah lingkungan
daripada premium. Penguapan bioetanol dari cair ke gas juga tidak secepat bensin. Karena itu
pemakaian bioetanol murni pada kendaraan dapat menimbulkan masalah. Tetapi masalah dapat
diatasi dengan mengubah desain mesin dan reformulasi bahan bakar.

Biodiesel
Biodiesel atau alkil ester bersifat sama dengan solar, bahkan lebih baik nilai cetanenya. Riset
tentang biodiesel telah dilakukan di seluruh dunia khususnya di Austria, Jerman, Perancis, dan
Amerika Serikat. Bahan baku utamanya antara lain minyak kedelai, minyak rapeseed, dan
minyak bunga matahari. Di Hawaii biodiesel dibuat dari minyak goreng bekas dan di Nagano,
Jepang bahan baku dari restoran-restoran cepat saji telah dipakai sebagai bahan baku biodiesel.
Saat ini biodiesel telah merebut 5% pangsa pasar ADO (automotive diesel oil) di Eropa. Pada
tahun 2010 Uni-Eropa mentargetkan pencapaian sampai 12%. Malaysia telah mengembangkan
pilot plant biodiesel berbahan baku minyak sawit dengan kapasitas berkisar 3000 ton/hari yang
telah siap memenuhi kebutuhan solar transportasi. Secara keseluruhan Saat ini di dunia telah
terdapat lebih dari 85 pabrik biodiesel berkapasitas 500 120.000 ton/tahun dan pada 7 tahun
terakhir ini 28 negara telah menguji-coba biodiesel sebagai pengganti BBM, 21 di antaranya
kemudian memproduksi. Amerika dan beberapa negara Eropa bahkan telah menetapkan Standar
Biodiesel yang kemudian diadopsi di beberpa Negara berkembang.
Di Indonesia biodiesel biasanya menggunakan bahan baku minyak sawit mentah (Crude Palm
Oil), minyak nyamplung, minyak jarak, minyak kelapa, palm fatty acid distillate (PFAD) dan
minyak ikan. Biodiesel dapat digunakan pada mesin diesel tanpa modifikasi. Biodiesel dibuat
dengan berbagai metode. Transesterifikasi adalah salah satu teknik pembuatan biodiesel yang
paling popular dewasa ini karena aman, murah dan mudah dilakukan. Biodiesel bersifat ramah
lingkungan karena tidak memberi kontribusi kepada pemanasan global, mudah didegradasi,

mengandung sekitar 10% oksigen alamiah yang bermanfaat dalam pembakaran dan dapat
melumasi mesin. Keuntungan-keuntungan lain pada penggunaan biodiesel adalah mudah dibuat
sekalipun dalam sekala rumah tangga (home industry) dan menghemat sumber energi yang tidak
terbarukan (bahan bakar fosil) serta dapat mengurang biaya biaya kesehatan akibat pencemaran
udara. Pemanfaatan sumber-sumber nabati seperti minyak kelapa dan CPO (Crude Palm Oil)
baik minyak segar maupun bekas (jelantah) sebagai bahan baku produksi biodiesel juga
merupakan keuntungan karena dapat membuka peluang usaha bagi petani dan pelaku Usaha
Mikro Kecil dan Menegah (UMKM).

Biogas
Biogas adalah gas yang dihasilkan oleh aktivitas anaerobik atau fermentasi dari bahan-bahan
organik termasuk diantaranya; kotoran manusia dan hewan, limbah domestik, sampah atau
limbah biodegradable dalam kondisi anaerobik. Kandungan utama dalam biogas adalah metana
dan karbon dioksida. Biogas dapat digunakan sebagai bahan bakar kendaraan maupun untuk
menghasilkan listrik. Metana yang terkandung di dalam biogas, bila terbakar akan relatif lebih
bersih daripada batu bara, dan menghasilkan energi yang lebih besar dengan emisi karbon
dioksida yang lebih sedikit. Pemanfaatan biogas memegang peranan penting dalam manajemen
limbah karena metana merupakan gas rumah kaca yang lebih berbahaya dalam pemanasan global
bila dibandingkan dengan karbon dioksida. Saat ini, banyak negara maju mulai meningkatkan
penggunaan biogas yang dihasilkan baik dari limbah cair, padat atau yang dihasilkan dari sistem
pengolahan limbah. Komposisi gas di dalam biogas yang dihasilkan bervariasi tergantung
dengan asal proses anaerobik yang terjadi. Rata-rata biogas memiliki konsentrasi metana sekitar
50%, sedangkan sistem pengolahan limbah modern dapat menghasilkan biogas dengan kadar
metana berkisar dari 55-75%.
Biofuel dalam waktu dekat mungkin tidak dapat menggantikan sepenuhnya energi fosil, Namun
biofuel tetap akan menjadi sumber energi alternatif yang sangat potensial untuk dikembangkan di
Indonesia. Pengembangan biofuel melalui penggunaan produk samping industri pertanian atau
sampah menjadi energi melalui pembakaran langsung atau dikonversi menjadi biofuel tidak saja
menyediakan energi alternatif terbarukan namun juga dapat membuka lapangan kerja baru.

Biodiesel

Proses trans-esterifikasi merupakan bagian terpenting pada rangkaian proses produksi biodiesel
dan berpengaruh pada proses pemurnian pasca reaksi. (Nurhuda, M., dkk., 2008)
Proses Transesterifikasi bertujuan mengolah minyak nabati dengan menambahkan alkohol dan
katalis menjadi alkil ester, alkil ester ini pada rantai lemak yang panjang disebut biodiesel. Ester
tersebut dapat dihasilakan dari minyak nabati melalui proses transesterifikasi dengan methanol
atau ethanol. Pemisahan gliserin dan biodiesel hasil proses transesterifikasi dengan mengunakan
pemanasan. Untuk proses pengolahan 3 biodiesel secara konvensional waktu pemanasan sangat
berpengaruh pada hasil esterifikasi yang biasanya diperlukan waktu sekitar 1-2 jam untuk skala
kecil dan bisa sampai lebih dari 12 jam untuk skala besar atau industri. ( Widodo, C S.,
dkk.,2008).
Pemilihan dan penggunaan katalis dalam proses transesterifikasi merupakan bagian yang sangat
penting. Ada dua pilihan dalam pemilihan katalis dalam proses reaksi pembuatan biodiesel yaitu
katalis basa dan katalis asam. Dimana dari golongan tersebut masing-masing memiliki bentuk
fisik liquid dan solid. Penggunaan katalis baik dalam bentuk liquid maupun solid masing
masing memiliki keunggulan dan kelemahan. Katalis dalam bentuk liquid pada umumnya
membutuhkan pencucian dan separasi yang cukup kompleks, sedangkan katalis solid tidak
membutuhkan pencucian dan separasi katalis relative jauh lebih mudah. Akan tetapi, katalis
padat akan membutuhkan waktu reaksi yang jauh lebih lama dari pada katalis liquid.

Etanol Selulosa
Sebelum konversi dimulai, dibutuhkan biomassa yang kaya akan selulosa. Selulosa merupakan
senyawa organik yang ditemukan dalam dinding primer dan sekunder sel tumbuhan hijau dan
juga di beberapa jenis ganggang dan bakteri. Namun, selulosa tumbuhan hijau merupakan yang
paling umum digunakan untuk dikonversi menjadi etanol selulosa karena ketersediaannya yang
luas.
Untuk tujuan skala industri, pulp kayu biasanya digunakan karena 50% dari kayu adalah
selulosa. Kapas yang mengandung hingga 90% selulosa kadang-kadang juga digunakan.
Ada tiga tahap dasar yang harus dilewati biomassa untuk dikonversi menjadi etanol selulosa:
perlakuan pendahuluan, hidrolisis dan fermentasi menjadi etanol.

Perlakuan Pendahuluan

Selulosa biasanya ditemukan di tengah-tengah polimer seperti lignin dan gula hemiselulosa.
Tujuan utama proses ini adalah untuk memudahkan pemecahan selulosa dengan membuatnya
lebih mudah diakses serta membuat gula hemiselulosa yang ada pada biomassa menjadi larut.
Bahan baku biomassa direndam dalam campuran asam dan enzim, dalam beberapa kasus juga
dipanaskan. Hal ini dilakukan untuk memisahkan polimer yang tidak diinginkan dari selulosa
sebelum memasuki tahap hidrolisis. Tahapan ini adalah tahap yang paling mahal karena
kompleksitas proses. Masih banyak penelitian lebih lanjut yang diperlukan di wilayah ini untuk
membuatnya lebih efisien dan dengan demikian menjadi lebih murah.

Hidrolisis

Tahapan ini dilakukan untuk memecah selulosa menjadi komponen-komponen gulanya. Ada dua
jenis hidrolisis yang dapat dilakukan: hidrolisis kimia dan hidrolisis enzimatik.
Hidrolisis kimia
Selulosa pertama-tama diperlakukan dengan asam di bawah panas dan tekanan dan kemudian
diairi yang akan membebaskan komponen gulanya. Metode ini tidak umum digunakan karena
produk samping yang beracun, yang seringkali mengurangi efektivitas tahap berikutnya.
Hidrolisis enzimatik
Proses ini mirip dengan yang terjadi di dalam lambung binatang pemamah biak seperti sapi.
Enzim yang mirip dengan selulosa dan telah disintesis secara buatan dengan bantuan bakteri dan
jamur digunakan untuk memecah selulosa menjadi komponen gulanya. Hal ini terjadi dalam dua
tahap, selulosa pertama-tama diubah menjadi molekul glukosa ganda yang dikenal sebagai
selobiosa. Jenis Selulosa lain kemudian digunakan untuk mengkonversi selobiosa menjadi residu
glukosa tunggal.

Fermentasi Etanol

Fermentasi etanol merupakan proses akhir dimana komponen gula dikonversi menjadi etanol
dengan menggunakan mikroba. Ragi roti adalah agen yang paling umum digunakan untuk proses
ini. Destilasi kemudian dilakukan untuk memisahkan etanol dari air, mikroba dan residu.

Anda mungkin juga menyukai