Anda di halaman 1dari 24

3 KERAJAAN BESAR SETELAH

RUNTUHNYA BANI ABBASIYAH


MATA KULIAH : SEJARAH PERADABAN DAN
PEMIKIRAN ISLAM

DOSEN PENGAMPU : DR. TAQWATUL ULIYAH, M.Pd.I

PROGRAM PASCA SARJANA


UNIVERSITAS AN NUR LAMPUNG
Setelah runtuhnya Dinasti Abbasiyah akibat serangan Tentara Mongol. banyak
terjadi permasalahan di daerah kekuasaan mereka sendiri, karena kerajaan-
kerajaan kecil saling berperang satu sama lain untuk memperebutkan
kekuasaan. membuat suatu kemunduran dalam politik islam kala itu.

Setelah terjadi kemunduran politik islam muncullah tiga kerajaan besar sebagai perintis
kekuatan politik islam yang baru yaitu kerajaan Turki Utsmani, kerajaan Safawi, dan kerajaan
Mughal. Dari tiga kerajaan tersebut pun memiliki latar belakang yang berbeda-beda seperti
kerajaan Turki Utsmani yang berasal dari bangsa Turki yang berasal dari kabilah Oghuz yang
mendiami daerah Mongol dan daerah Negeri Cina yang setelah tiga abad kemudian mereka
pindah ke Turkistan. Lalu kerajaan Safawi yang dulu terbentuk bukan berasal dari kalangan
bangsawan melainkan berasal dari sekelompok tarekat kecil. Dan kerajaan Mughal yang
berjaya di India.
1. KERAJAAN TURKI UTSMANI
Pendiri kerajaan ini adalah bangsa Turki dari kabilah Oghuz yang mendiami
daerah Mongol dan daerah utara Negeri Cina. Sebuah kelompok muslim
dibawah pimpinan Ertoghrul yang mengabdikan diri kepada Sultan Dinasti
Saljuk Rum di dataran tinggi Asia Kecil, yakni Sultan Alauddin II yang saat itu
sedang berperang melawan Bizantium. Atas jasa baik Ertoghrul yang akhirnya
membuat kemenangan perang bagi Sultan Alauddin II, maka Sultan Alauddin II
menghadiahi sebidang tanah kecil kepada Ertoghrul. Yang kemudian terus
berkembang menjadi sebuah ibu kota yang diberi nama Syukud.
Kerajaan Turki Utsamani mencapai kegemilangannya pada saat kerajaan ini
dapat menaklukkan pusat peradaban dan pusat agama Nasrani di Bizantium,
yaitu Konstantinopel. Sultan Muhammad II yang bergelar al-Fatih (1415-
1484 M) dapat mengalahkan Bizantium dan menaklukkan Konstantinopel
pada 28 Mei tahun 1453 M dan mengganti nama Konstantinopel menjadi
Istanbul, kemudian menjadikannya sebagai ibukota. Sultan Muhammad II
mengubah gereja Aya Sophia menjadi sebuah masjid yang megah tempat
ibadah penduduk muslim.

Kerajaan Turki Utsmani yang memerintah hampir tujuh abad


lamanya (1299-1924 M), dan diperintah oleh 38 Sultan.
Kemajuan-kemajuan Kerajaan Turki Utsmani
- Bidang Kemiliteran dan Pemerintahan
Kekuatan militer kerajaan ini mulai diorganisasi dengan baik dan teratur pada masa pemerintahan Sultan
Orkhan (1336-1359 M) mengadakan perombakan dalam tubuh organisasi militer dalam bentuk mutasi
personel pimpinan dan perombakan dalam keanggotaan. Bangsa-bangsa non-Turki dimasukkan sebagai
anggota, bahkan anak-anak Kristen yang masih kecil diasramakan dan dibimbing dalam suasana Islam
untuk dijadikan prajurit. Program ini ternyata berhasil dengan terbentuknya kelompok militer baru yang
disebut pasukan Jenissari atau Inkisyariyah.

Keberhasilan ekspansi wilayah oleh militer kerajaan Turki Utsmani tersebut dibarengi pula dengan
terciptanya susunan pemerintahan yang teratur. Sultan sebagai penguasa tertinggi, dibantu oleh Shadr al-
A’zham (perdana menteri) yang membawahi Pasya (gubernur). Gubernur mengepalai daerah tingkat I.
Dibantu oleh beberapa orang Az-Zanaziq atau Al-Alawiyah (bupati). Dan pengadilan tertinggi dipegang
oleh seorang Mufti.

Untuk mengatur urusan pemerintahan pada masa Sultan Sulaiman I disusunlah sebuah kitab Undang-
Undang (qanun). Kitab tersebut diberi nama Multaqa al-Abhur, yang menjadi pegangan hukum bagi
kerajaan Turki Utsmani. Karena jasa besar Sultan Sulaiman I ini, maka dia digelari al-Qanun.
Bidang Ilmu Pengetahuan

Sebagai bangsa yang berdarah militer, Turki Utsmani


lebih banyak memfokuskan kegiatan mereka dalam
bidang kemiliteran, sementara dalam bidang ilmu
pengetahuan mereka tampak tidak begitu menonjol.
Bidang Kebudayaan
Dalam bidang kebudayaan, Kerajaan Turki Utsmani telah melahirkan tokoh-tokoh
terkenal pada abad ke-16, 17, dan 18. Antara lain penyair yang bernama Nafi’ (1528-1636 M)
dan Muhammad Esat Efendi atau Galip Dede (1757-1799 M), penulis yang membawa
pengaruh Persia yakni Yusuf Nabi (1642-1712 M). Kemudian dalam bidang sastra Turki
Utsmani memunculkan dua tokoh terkemuka, yaitu Katip Celebi dan Evliya Celebi.

Adapun dalam bidang arsitektur bangunan. Turki Utsmani begitu berpengaruh di Turki
seperti arsitek dalam bangunan-bangunan masjid yang indah Masjid Sultan Muhammad al-
Fatih, Masjid Agung Sultan Sulaiman, dan Masjid Aya Sophia.
Kemunduran dan Kehancuran Kerajaan Turki Utsmani

Pada akhir kekuasaan Sulaiman al-Qanuni I kerajaan Turki Utsmani berada di tengah-
tengah dua kekuatan monarki Austria di Eropa dan kerajaan Safawiyah di Asia. Melemahnya
kerajaan Turki Utsmani setelah wafatnya Sultan Sulaiman I dan digantikan oleh Sultan Salim II
membuat kerajaan Turki Utsmani pada abad ke-19 mengalami kemunduran yang sangat tajam.

Munculnya berbagai macam pemberontakan, banyaknya daerah yang mulai memisahkan


diri dan mendirikan pemerintahan otonom yang merdeka, serta bangkitnya Mesir dibawah
pimpinan Ali Bey. Membuat kerajaan Turki Utsmani benar-benar mengalami masa
kemunduran.
Berikut dapat disimpulkan faktor-faktor yang mempengaruhi kemunduran
kerajaan Turki Utsmani :

Faktor Internal
1. Luasnya wilayah kekuasaan dan buruknya sistem
pemerintahan, kurangnya keadilan serta korupsi yang
merajalela.
2. Heterogenitas penduduk dan agama, yang tidak sesuai dengan
landasan kerajaan Turki Utsmani sebagai negara militer.
3. Kehidupan para penguasa yang suka bermewah-mewahan.
4. Merosotnya perekonomian negara akibat peperangan yang
berlangsung berabad-abad lamanya.
Faktor Eksternal

1. Timbulnya gerakan nasionalisme di kalangan bangsa-


bangsa yang tunduk pada kerajaan Turki Utsmani.
2. Melemahnya militer kerajaan Turki Utsmani dikarenakan
ketidak tersediaannya persenjataan yang lengkap.
Kerajaan Safawi
Ketika kerajaan Utsmani sudah mencapai puncak kemajuannya, kerajaan Safawi di Persia
baru berdiri. Kerajaan ini berkembang dengan cepat. Dalam perkembangannya, kerajaan
Safawi sering bentrok dengan Turki Utsmani.

Berbeda dari dua kerajaan besar Islam lainnya (Utsmani dan Mughal), kerajaan Safawi
menyatakan Syi’ah sebagai madzhab negara. Kerajaan Safawi berasal dari sebuah
gerakan tarekat yang berdiri di Ardabil, sebuah kota di Azerbaijan. Tarekat ini diberi
nama tarekat Safawiyah, didirikan pada waktu yang hampir bersamaan dengan berdirinya
kerajaan Utsmani. Nama Safawi diambil dari nama pendirinya, Safi Al-Din (1252-1334
M) dan nama Safawi itu terus dipertahankan sampai tarekat ini menjadi gerakan politik.
Bahkan nama tersebut terus dilestarikan setelah gerakan ini berhasil mendirikan kerajaan.
Kemajuan-kemajuan Kerajaan Safawi

Masa kekuasaan Abbas I merupakan puncak kejayaan


kerajaan Safawi. Ia berhasil mengatasi gejolak politik yang
mengganggu stabilitas negara, dan sekaligus ia berhasil
merebut kembali beberapa wilayah kekuasaan yang
sebelumnya lepas tersebut oleh kerajaan Utsmani. Berikut
kemajuan-kemajuan yang ditorehkan selama Abbas I
memegang kekuasaan kerajaan Safawi :
Bidang Ekonomi

Bukti nyata perkembangan perekonomian Safawi adalah dikuasainya


Kepulauan Hurmusz dan pelabuhan Gumrun diubah menjadi Bandar
Abbas pada masa Abbas I. Maka salah satu jalur dagang
menghubungkan antara Timur dan Barat sepenuhnya menjadi pemilik
kerajaan safawi. Disamping di sektor perdagangan, kerajaan safawi
juga mengalami kemajuan di sektor pertanian terutama di daerah Bulan
Sabit Subur (Fortille crescent).
Bidang Ilmu Pengentahuan

Bangsa persia dalam sejarah islam dianggap berjasa besar dalam


perkembangan ilmu pengetahuan. Maka tidak mengherankan
apabila kondisi tersebut terus berlanjut, sehingga muncul ilmuan
seperti Baha al-Din Asy-syaerozi, Sadar al-Din Asy-Syaerozi,
Muhammad al-Baqir al-Din ibn Muhammad Damad, masing-
masing ilmuan di bidang filasafat, sejarah, teologi, dan ilmu
umum.
Bidang seni
Kemajuan seni arsitektur ditandai dengan berdirinya
sejumlah bangunan megah yang memperindah ibukota
kerajaan ini, sejumlah masjid, sekolah, rumah sakit,
jembatan yang memanjang di atas Zende Rud dan istana
Chihilsutun kota Isfahan turut diperindah dengan kebun
wisata.[12]
Kemunduran dan Kehancuran Kerajaan Safawi

Sepeninggal Abbas I kerajaan Safawi berturut-turut di perintah oleh enam raja, yaitu Safi Mirza (1628-
1642 M), Abbas II (1642-1667 M), Sulaiman ( 1667-1694 M), Husain (1694-1722 M), Tahmaps II (1722-1732
M), dan Abbas III (1733-1736 M). Pada masa-masa raja tersebut, kondisi kerajaan safawi tidak menunjukkan
grafik naik dan berkembang tetapi malah memperlihatkan kemunduranyang akhirnya membawa kepada
kehancuran.
Pada saat kedudukan Sulaiman digantikan oleh Shah Husain. Para ulama Syi’ah mendapatkan kekuasaan
dan sering memaksakan pendapatnya terhadap penganut aliran Sunni. Sikap ini membangkitkan kemarahan
golongan Sunni Afganistan sehingga mereka memberontak dan berhasil mengakhiri kekuasaan dinasti Safawi.
Selain itu diantara sebab-sebab kemunduran dan kehancuran kerajaan Safawi ialah konflik
berkepanjangan dengan kerajaan Turki Utsmani. ketika mencapai kedamaian pada masa Abbas I, tak lama
kemudian Abbas meneruskan konflik tersebut dan tidak ada lagi perdamaian antara kedua kerajaan besar islam
itu.
Sebab lainnya yaitu dekadensi moral yang melanda sebagian para pemimpin kerajaan Safawi.
Seperti Sulaiman yang pecandu berat narkotika serta kehidupan malamnya. Begitu pula degan Sultan Husein.
Penyebab penting lainnya yaitu karena pasukan Gulham tidak memiliki semangat perang yang tinggi
seperti Qizilbash.
Kerajaan Mughal
Kerajaan Mughal didirikan oleh Zahiruddin Muhammad Babur yang lahir pada tanggal 24 Februari 1483 M.
Ayahnya beranama Umar Syaikh Mirza keturunan kelima Timur Lenk, seorang Amir Fargana. Sedangkan Ibunya
adalah seorang putri keturunan langsung Jakutai putra Jengkis Khan. Pada tahun 1494 M, ayahnya wafat dan
usianya ketika itu baru 12 tahun. Babur kemudian diangkat menjadi penguasa farghana menggantikan ayahnya
yang telah wafat. Meskipun masih relatif muda, Babur telah dipersiapkan untuk menjadi pemimpin yang tangguh.
Ambisi dan cita-citanya untuk menjadi penguasa Delhi tampaknya diilhami oleh kebesaran kakeknya yaitu Timur
Lenk.

India menjadi wilayah Islam pada masa Umayyah, yakni pada masa khalifah al-Walid. Penaklukan wilayah ini
dilakukan oleh pasukan Umayyahyang dipimpin oleh panglima Muhammad ibn Qasim. Kemudian pasukan
Ghaznawiyah di bawah pimpinan Sultan Mahmud mengembangan Islam di wilayah wilayah ini dengan berhasil
menaklukan seluruh kekuasaan Hindu dan mengadakan pengislaman sebagian masyarakat India pada tahun 1020
M. Setelah Ghaznawi hancur, munculah beberapa dinasti kecil yang menguasai negeri India, seperti dinasti Khalji
(1296-1316M.), dinasti Tuglag (1320-1412M.) dinasti Sayyid (1414-1451M.), dinasti Lodi (1451-1526.).

Kerajaan Mongol dan Mughal di India memiliki kerterkaitan, karena sama-sama didirikan oleh bangsa mongol
dan keturunannya. Sedangkan pengambilan nama Mughal adalah dari nama kebesaran bangsa Mongol.
Kemajuan-kemajuan Kerajaan Mughal
Kemenangan yang dicapai oleh Babur merupakan ancaman bagi para Raja Hindu di anak benua India. Oleh karena itu, Babur dimana
kepemimpinannya lebih banyak melakukan konsolidasi ke dalam untuk memperkuat pasukannya dalam menghadapi berbagai emungkinan serangan
dari mereka dan disamping itu juga berusaha memperluas wilayah kekuasaannya.

Babur tidak lama untuk menikmati hasil-hasil kemenangannya. Dia meninggal dunia pada tanggal 26 Desember.

Sepeninggal Babur, pemerintahan selanjutnya dipegang oleh anaknya Humayun. Selama roda kepemimpinannya, kondisi pemerintahan tidak
pernah stabil. Selain banyak menghadapi pepperangan, ia harus menghadapi gerakan pemberontak Bahadur Syah penguasa gujarat dan
pertempuran besar dengan Sher Khan di Kanuj pada tahun 1540 M. Kemudian pada tahun 1556 M., Humayun meninggal.

Pemerintahan selanjutnya dipegang oleh Akbar (1556-1603 M.). kalau kita melihat kondisi sosio-historis menjelang pemerintahan Akbar ini
ternyata hindu-astrologi, kasta dan sihir sudah mendarah daging. Dalam pemerintahan militeristik, Akbar adalah penguasa diktator. Akbar juga
menerapkan politik Sulakhul (toleransi universal). Dengan demikian, tida ada perbedaan antar etnis dan agama.

Di dalam masalah agama, Akbar mempunyai pandangan liberal dan ingin mempersatuan semua agama dalam satu agama yang diberi nama Din
Illahi. Sebagaimana namanya Akbar yang berarti agung atau besar, Akbar telah membuktikan usahanya yang luar biasa besarnya. Selain
memakmurkan rakyat dengan menghilangkan segala bentuk pajak, dia juga meluaskan perekonomian dalam segala cabangnya, dan
memperbesar perdagangan dengan luar negeri.

Kemajuan yang dicapai Akbar masih dapat dipertahankan oleh 3 Sultan berikutnya, yaitu Jehangir (1605-1628 M.), Syah Jehan (1628-1658 M.),
dan Aurangzeb (1658-1707 M.).
Diantara kemajuan-kemajuan yang sudah dicapai pada masa mughal adalah:

Bidang Politik
Sekalipun dalam pemerintahan kerajaan Mughal banyak
diwarnai perebutan kekuasaan, namun secara keseluruhan dari
pemerintahannya masih dapat terkendali, terutama pada masa
Akbar. Hal itu disebabkan, para penguasa Mugha; menerapkan
sistem militeristik dalam rangka mempertahankan wilayahnya.
Bidang Ekonomi
Di bidang ekonomi, sektor pertanian menjadi
bagian terpenting selain perdagangan, pajak dan
prindustrian. Dalam mengatur sektor pertanian,
pemerintahan menerappkan sistem hubungan
petani berdasarkan lahan pertanian.
Bidang Seni dan Arsitektur

Pada masa sultan akbar telah digunakan tiga macam bahasa yaitu bahasa Arab sebagai
bahasa agama, bahasa Turki sebagai bahasa bangsawan, dan bahasa Persia sebagai bahasa
istana dan kesusastraan. Akbar juga menciptakan suatu bahasa baru yang merupakan gabungan
ketika bahasa tersebut di tambah dengan bahasa Hindu yaitu bahasa Urdu.

Karya seni lainnya yaitu karya-karya arsitektur yang sangat Indah. Pada masa Akbar dibangun
istana Fatpur Sikri di Sikri, vila-vila dan masjid-masjid megah. Pada masa Syah Jehan dibangun
Masjid berlapis mutiara yang diberi nama masjid Moti di Agra, Taj Mahal, Masjid Raya Delhi,
dan Istana Indah di Lahore.

Sedangkan karya seni yang paling menonjoladalah karya sastra gubahan penyair istana, baik
yang berbahasa Persia maupun Bahasa India.
Kemunduran dan Kehancuran Kerajaan Mughal
Setelah satu setengah abad dinasti Mughal berada dipuncak kejayaannya, para pelanjut Aurangzeb tidak sanggup
memmpertahankan kebesaran yang telah dibina oleh sultan-sultan sebelumnya. Pada abad ke- 18 M kerajaan ini memasuki
masa-masa kemunduran. Kekuasaan politiknya mulai merosot, suksesi kepemimpinan di tingkat pusat menjadi ajang
perebutan, gerakan sparatis Hindu di India Tengah, Sikh di belahan utara dan Islam dibagian timur semakin lama semakin
mengancam. Sementara itu, para pedagang inggris untuk pertama kalinya di izinkan oleh Jehangir menanamkan modal di
India, dengan didukung oleh kekuatan bersenjata semakin kuat menguasai wilayah pantai.

Pada masa Aurangzeb, pemberontakan terhadap pemerintah pusat memang sudah muncul, tetapi dapat diatasi.
Pemberontakanitu bermula dari tindakan-tindakan Aurangzeb yang dengan keras menerapkan pemikiran puritanismenya.
Setelah ia wafat, penerusnya rata-rata lemah dan tidak mampu menghadapi problema yang ditinggalkannya.[14]
Konflik-konflik berkepanjangan mengakibatkan pengawasan terhadap daerah lemah. Pemerintahan daerah satu-persatu
melepaskan loyalitasnya dari pemerintah pusat, bahkan cenderung memperkuat posisi pemerintahannya masing-masing.
Disintregasi wilayah kekuasaan Mughal ini semakin diperburuk oleh sikap daerah, yang disamping melepaskan loyalitas terhadap
pemerintah pusat, juga mereka senantiasa menjadi ancaman serius bagi eksitensi dinasti Mughal itu sendiri.

Ketika kerajaan Mughal memasuki keadaan yang lemah seperti ini, pada tahun itu juga, perusahaan Inggris (EIC) yang sudah
semakin kuat mengangkat senjata melawan pemerintah kerajaan Mughal. Peperangan berlangsung berlarut-larut. Akhirnya, Syah
Alam membuat perjanjian damai dengan menyerahkan Oudh, bengal, dan orisa kepada Inggris
Kesimpulan

Dari seluruh pembahasan di atas, di sini kita bisa mengetahui bahwa


ketiga kerajaan besar Islam yaitu kerajaan Utsmani, kerajaan Safawi,
dan kerajaan Mughal sangatlah maju dalam bidang politik. Tetapi dari
ketiga kerajaan tersebut pun memiliki konflik tersendiri dan tak jarang
mereka melakukan peperangan satu sama lain untuk perluasan daerah
kekuasaan masing-masing kerajaan. Dan tak khayal dari konflik-
konflik tersebut yang terjadi berkepanjangan membuat bumerang dari
kerajaan mereka sendiri yang membuat mereka datang kedalam masa
akhir tiga kerajaan besar Islam.
SEKIAN DAN TERIMA KASIH

KELOMPOK 4
TIGA KERAJAAN BESAR SETELAH RUNTUHNYA BANI ABBASIYAH

1. MARSONO
2. MUHAMMAD NASIR KOTO
3. MUHAMMAD SYAHPUTRA
4. MUHAMMAD SYUKRI MASUTI
5. MUHAMMAD YUNUS
6. MUHAMMAD YUSUF PURBA

Anda mungkin juga menyukai