Anda di halaman 1dari 6

Peradaban Islam Dinasti Shafawi

Oleh :
Faisal Nursatya
Farah Nur Aisyah Idris
Fitri Rimelti
Nafilah Mayyasya

Abstrak
Peradaban islam muncul pada tiga kerajaan besar yaitu kerajaan Shafawi,
kerajaan Mughal serta kerajaan Turki Utsmani. Ketiga kerajaan itu akibat
serangan Mongol dikota Baghdad di Persia yang dipimpin oleh Umar bin
Khathtab. Serangan ini pun mengakhiri kepemimpinan Abbasiyah yang pusat
pemerintahannya berada di Baghdad. Pada tulisan ini penulis berfokus pada
peradaban islam dinasti shafawi. Dalam penelitian ini penulis menemukan
beberapa rumusan masalah, yakni : 1. Bagaimana latar belakang kemunculan
dinasti shafawi? 2. Bagaimana peradaban di Persia? 3. Apa faktor penyebab
berakhirnya kerajaan shafawi?. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode deskriptif kualitatif. Data yang digunakan merupakan data yang
bersumber dari jurnal dan skripsi. Hasil yang diperoleh dari makalah ini yaitu
bahwa dinasti shafawi muncul menggantikan masa Abbasiyah. Kerajaan
Shafawi memiliki perkembangan yang pesat di bidang politik, ekonomi, sosial-
budaya, dan juga pendidikan. Masa kerajaan Shafawi pun berakhir setelah Raja
Abbas I telah tiada. Tidak ada satupun pemimpin yang sebaik Raja Abbas yang
mengakibatkan kemunduran Kerajaan Shafawi.
Kata kunci : Shafawi, Persia, Kerajaan, Islam.

A. LATAR BELAKANG

Kegiatan pendidikan adalah upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan kehidupan
bernegara dari segala aspek kehidupan manusia. Baik dari aspek politiknya dan pertahanan
keamanan maupun aspek-aspek yang lainnya. Sejarah sangatlah penting untuk menunjang
pendidikan karena kita bisa mengetahui asal muasal terjadi perkembangan suatu hal. Pada
tulisan ini penulis akan meneliti Sejarah Peradaban Islam yang berfokus pada Peradaban islam
dinasti Shafawi. Sepeninggal Rasulullah, Islam sudah tersebar di Seantero Jazirah Arab. Islam
terus melakukan ekspansi dibawah kendali para khalifah Ar-Rasyidin dan selanjutnya oleh
Dinasti Umayyah kemudian Dinasti Abbasiyah. Ditengah-tengah keterpurukan Islam muncul
3 kerajaan besar, yaitu Kerajaan Turki utsmani di Turki, Kerajaan Shafawi di Persia, dan
Kerajaan Mughal di India. Pada mulanya di Persia terdapat sebuah gerakan tarekat yang
bertujuan untuk memerangi orang-orang ingkar dan ahli bid’ah. Tarekat tersebut berdiri pada
tahun 1301 dan diberi nama tarekat Shafawi.

B. PERTANYAAN PENELITIAN

1. Bagaimana Latar Belakang kemunculan dinasti Shafawi?

2. Bagaimana Peradaban di Persia?

3. Apa Faktor Penyebab berakhirnya kerajaan Shafawi?

C. PERADABAN ISLAM DINASTI SHAFAWI

1. Latar Belakang Kemunculan Dinasti Safawi

Islam masuk ke wilayah Persia sekitar abad ke tujuh, yaitu pada masa kekhalifahan Umar bin
Khaththab. Dengan memperkenalkan Islam, bangsa Arab mengganti kepercayaan kuno Persia,
Zoroaster. Masa kejayaan umat Islam sangat dirasakan pada masa kepemimpinan Abbasiyah
yang pusat pemerintahannya berada di Baghdad. Kaum muslim kala itu menjadi pemimpin
bagi peradaban dunia, terutama dalam hal perkembangan ilmu pengetahuan dan arsitektur.

Namun ketika politik umar Islam mulai mengalami kemunduran, terutama akibat serangan
Mongol di kota Baghdad pada tahun 1258 tidak hanya mengakhiri Khalifah Abbasiyah, namun
juga mengawali masa kemunduran politik Islam secara drastis. Beberapa peninggalan budaya
dan peradaban Islam banyak yang hancur akibat serangan tersebut. Saat itu munculah tiga
kerajaan besar yaitu kerajaan Shafawi, kerajaan Mughal serta kerajaan Turki Utsmani.
Kerajaan Shafawi dipandang sebagai peletak dasar sejarah kebangsaan Iran.

Pada mulanya di Persia terdapat sebuah gerakan tarekat yang bertujuan untuk memerangi
orang-orang ingkar dan ahli bid’ah. Tarekat tersebut berdiri pada tahun 1301 dan diberi nama
tarekat Shafawi. Nama Shafawi diambil dari tokoh pendirinya yaitu Syekh Ishak Safiuddin
atau yang lebih dikenal dengan nama Shafi al-Din. Gerakan ini berkembang tidak hanya di
Persia, namun juga Syiria dan Anatolia. Tarekat ini mulai masuk ke ranah politik pada masa
kepemimpinan Junaid. Kecenderungan memasuki dunia politik secara kongkrit tampak pada
masa kepemimpinan Junaidi (1447-1460). Ambisi politik itu membawanya ke dalam sebuah
konflik dengan penguasa Qara Qoyunlu.

Dalam usahanya melawan Qara Qoyunlu, tarekat Shafawi merubah model gerakannya menjadi
gerakan militer dengan dibentuk pasukan Qizilbash. Shafawi mendapat bantuan dari penguasa
aq-Qoyunlu dalam memerangi Qara Qoyunlu. Pertempuran akhirnya dimenangkan oleh
Shafawi. Menyadari kehebatan pasukan Qizilbash, aq-Qoyunlu berbalik melawan pasukan
Shafawi karena khawatir posisinya akan dilenyapkan seperti Qara Qoyunlu. Pemimpin tarekat
Shafawi, Haidar, terbunuh dalam pertempuran dengan aq-Qoyunlu.

Ismail, putra Haidar, menuntut balas atas kematian ayahnya. Ismail bersembunyi dengan
pasukannya selama bertahun-tahun untuk mempersiapkan kekuatan. Barulah pada tahun 1501,
Ismail dan pasukannya menyerang aq-Qoyunlu dan berhasil mengalahkannya. Atas
kemenangan tersebut, Ismail kemudian memproklamirkan berdirinya kerajaan Shafawi.

Sebelum menjadi kerajaan, Shafawi mengalami dua fase pertumbuhan, fase pertama adalah
dimana Shafawi bergerak di bidang keagamaan dan fase kedua di bidang politik. Pada tahun
1301-1447 M gerakan Shafawi masih murni keagamaan dengan tarekat Shafawiyah. Pada fase
pertama ini gerakan tarekat Shafawi tidak mencapuri masalah politik sehingga dia berjalan
dengan aman dan lancer. Dalam fase ini gerakan Shafawi mempunyai dua corak, pertama
bernuansa Sunni yaitu pada masa pimpinan Safiuddin Ishaq (1301-1344) dan anaknya
Sadruddin Musa (1344-1399), kedua berubah menjadi Syi’ah pada masa Khawaja Ali (1399-
1427). Perubahan ini terjadi karena ada kemungkinan bertambahnya pengikut Shafawi di
kalangan Syi’ah sehingga kepemimpinannya berusaha menyesuaikan diri dengan aliran
mayoritas pendukungnya.

Pendiri tarekat Shafawi, Shafi al-Din, berasal dari keturunan orang berada dan memilih sufi
sebagai jalan hidupnya. Shafi al-Din merupakan keturunan dari imam Syi’ah yang keenam,
Musa al-Kazihim.

2. Peradaban Islam di Persia

Kondisi Persia pada masa kerajaan Shafawi dapat dikatakan mencapai kemajuan baik dalam
bidang politik, ekonomi maupun sosial keagamaan. Perkembangan politik ditunjukan dengan
adanya kekuatan militer yang kuat, wilayah kekuasaan yang luas dan administrasi
pemerintahan yang terstruktur dengan baik. Kekuatan militer Shafawi ditopang berkat adanya
pasukan Ghulam yang berhasil menjaga keamanan kerajaan maupun menumpas
pemberontakan yang menjadi ancaman bagi keutuhan kerajaan Shafawi. Syah seven (pecinta-
pecinta syah) juga sangat berpengaruh dalam urusan politik kerajaan. Syah seven merupakan
sekelompok orang Turkmen yang bersumpah setia kepada raja Shafawi secara pribadi.

Kerajaan Shafawi menjalin hubungan diplomasi dengan kerajaan di sekitarnya seperti Turki
Utsmani, Mughal, Cremia dan Rusia. Dalam bidang ekonomi, kerajaan Shafawi memiliki
keunggulan dalam bidang pertanian, perdagangan maupun perindustrian. Hasil pertaniannya
antara lain gandum, tembakau, wol, padi, dan sebagainya. Wilayah kekuasaan kerajaan
Shafawi mencakup seluruh Persia hingga di bagian timur. Kegiatan perdagangan merupakan
andalan bagi kerajaan Shafawi, sebab dengan adanya Bandar Abbas, perdagangan di Persia
ramai dikunjungi para pedagang internasional. Pabrik-pabrik didirikan di sekitar Bandar Abbas
sebagai pendukung kegiatan ekonomi, selain itu pasar-pasar juga didirikan. Dengan kemajuan
ekonomi tersebut, jadilah Isfahan menjadi ibu kota kerajaan Shafawi. Hubungan dagang
internasional di Persia saat itu didukung dengan dibangunnya kantor-kantor duta besar asing
untuk menjaga keamanan masing-masing negara dalam menjalin hubungan mitra dagang.

Dengan adanya hubungan antar bangsa yang terjalin dari kegiatan tersebut, berpengaruh
terhadap kehidupan sosial keagamaan di Persia. Kegiatan pendidikan dan keagamaan semakin
Nampak dengan adanya sejumlah sekolah dan perguruan tinggi (48 buah), 162 mesjid dan
Nampak pula fasilitas lainnya yang mengelilingi kerajaan. Kerajaan Shafawi menerapkan
toleransi beragama, dengan ditunjukkan pembangunan gereja Vank sebagai wujud
menghormati masyarakat yang beragama lain.

Peradaban Islam di Persia erat kaitannya dengan hubungan Arab dengan Persia. Hubungan
antara kedua bangsa ini menjadi jembatan berkembangnya ilmu pengetahuan. Hal tersebut
ditunjukkan dengan terbentuknya berbagai peradaban, antara lain dituangkan dalam bentuk
kecanggihan arsitektur, keindahan seni budaya. Kerajaan Shafawi berhasil membangun
beberapa peradaban Islam yang menuai banyak kekaguman dari banyak pihak. Arsitektur
megah yang berhasil dibangun pada masa kerajaan Shafawi antara lain Masjid Sheikh Luft-
Allah, masjid Shah (Imam), istana Ali Qapu, berbagai lembaga pendidikan di kota Qum,
Caravansaries, istana Chihil Sutun, serta jembatan Siosepol. Berbagai jenis kesenian juga
berkembang pada masa kerajaan Shafawi seperti seni lukis, seni sastra, seni arsitektur maupun
seni kerajinan. Kemajuan dalam bidang seni diayomi oleh seniman genius Persia, diantaranya
Syah Ismail dan Syah Tahmasp. Budaya juga masih tetap dipertahankan, salah satunya upacara
Rawdi Khani. Ritual budaya tersebut diperingati sebagai hari kematian Hussein, imam besar
kaum Syi’ah yang digelar tiap hari ke sepuluh bulan Muharam.

3. Kemunduran dan Kehancuran Kerajaan Shafawi

Masa kemunduran dan kehancuran kerajaan Shafawi dimulai sejak Raja Abbas I telah tiada.
Raja-raja yang memerintah setelahnya tidak membuat keadaan kerajaan mengalami
peningkatan, justru mengalami kemunduran karena raja-raja tersebut lemah dan memiliki
perangai dan sifat yang buruk. Hal ini menyebabkan rakyat kurang respon dan timbul sikap
masa bodoh terhadap pemerintahan.

Salah satu raja tersebut adalah Abbas II. Dia suka minum minuman keras sehingga ia jatuh
sakit dan meninggal. Sebagaimana Abbas II, Sulaiman juga seorang pemabuk. Ia bertindak
kejam terhadap para pembesar yang dicurigainya. Akibatnya rakyat bersikap masa bodoh
terhadap pemerintahan. Sulaiman diganti oleh Shah Husein yang alim. Ia memberi kekuasaan
yang besar kepada ulama Syi’ah yang sering memaksakan pendapatnya terhadap penganut
aliran Sunni. Sikap ini membangkitkan kemarahan golongan Sunni Afghanistan, sehingga
mereka memberontak dan berhasil mengakhiri kekuasaan dinasti Shafawi.

Ada beberapa faktor penyebab berakhirnya kerajaan Shafawi, diantaranya:

a. Konflik panjang dengan kerajaan Turki Utsmani. Hal ini disebabkan perbedaan mazhab
antar kedua kerajaan. Bagi kerajaan Utsmani, berdirinya kerajaan Shafawi yang
beraliran Syi’ah merupakan ancaman langsung terhadap wilayah kekuasaannya.
b. Adanya dekadensi moral yang melanda sebagian para pemimpin kerajaan Shafawi.
c. Pasukan Ghulam (budak-budak) yang dibentuk Abbas I tidak memiliki semangat
perang yang tinggi seperti Qilzibash. Hal ini dikarenakan pasukan tersebut tidak
disiapkan secara terlatih dan tidak melalui proses pendidikan rohani.
d. Seringnya terjadi konflik intern dalam bentuk perebutan kekuasaan di kalangan
keluarga istana.
D. PENUTUP
Berdasarkan penelitian tentang peradaban islam dinasti shafawi dapat kita ketahui bahwa
lahirnya dinasti ini setelah berakhirnya masa Abbasiyah. Pada dinasti Shafawi mengalami
perkembangan yang baik dari berbagai bidang namun karena matinya seorang pemimpin Raja
Abbas I membuat terpuruknya masa Abbasiyah ini yang dikarenakan tidak adanya penerus
yang bisa memimpin dinasti ini. Para pemimpin setelah kematian Raja Abbas I membuat
kerusakan karena menghabiskan uang negara untuk berfoya-foya juga hanya berebut
kekuasaan saja.

E. DAFTAR PUSTAKA
Muliyani, Seri. 2018. Sejarah dan Peradaban Islam Dinasti Safawi di Persia. Jurnal. STAI Al-
Ma’arif Buntok.
Usman, Ismail. 2013. Pendidikan pada tiga kerjaan besar (kerajaan Turki Utsmani, Safawiy
di Persia dan Moghul di India. IAIN Manado.
Utami, Rita Mei. 2015. Peranan Kerajaan Shafawi dalam Membangun Peradaban Islam di
Persia tahun 1588-1628. Skripsi. Universitas PGRI Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai