Anda di halaman 1dari 9

Definisi Birokrasi

Diposkan oleh Coridor Anak Tangga on Jumat, 23 Juli 2010

Jika kita mendengar kata ”Birokrasi” maka langsung yang ada dalam pikiran kita adalah
bahwasanya kita berhadapan dengan suatu prosedur yang berbelit-belit, dari meja satu ke meja
lainnya, yang ujung-ujungnya adalah biaya yang serba mahal (hight cost). Pendapat yang
demikian tidaklah dapat disalahkan seluruhnya, namun demikian apabila orang-orang yang
duduk dibelakang meja taat pada prosedur dan aturan serta berdisiplin dalam menjalankan
tugasnya, maka birokrasi akan berjalan lancar dan ”biaya tinggi” akan dapat dihindarkan.
Untuk mengeliminasi pemikiran yang demikian, marilah kita sejenak mencerna pendapat para
ahli mengenai apa sebenarnya yang dimaksud dengan birokrasi.

1. Birokrasi yang dalam bahasa Inggris, Bureaucracy, berasal dari kata Bureau (berarti: meja)
dan Cratein (berarti: kekuasaan), dimaksudkan adalah kekuasaan berada pada orang-orang yang
di belakang meja. Di Indonesia cenderung dikonotasikan sebagaimana telah digambarkan seperti
di atas.

2. Bintoro Tjokroamidjojo
Menurut Bintoro Tjokroamidjojo (1984) ”Birokrasi dimaksudkan untuk mengorganisir secara
teratur suatu pekerjaan yang harus dilakukan oleh banyak orang”.
Dengan demikian sebenarnya tujuan dari adanya birokrasi adalah agar pekerjaan dapat
diselesaikan dengan cepat dan terorganisir. Bagaimana suatu pekerjaan yang banyak jumlahnya
harus diselesaikan oleh banyak orang sehingga tidak terjadi tumpang tindih di dalam
penyelesaiannya, itulah yang sebenarnya menjadi tugas dari birokrasi.

3. Blau dan Page


Blau dan Page (1956) mengemukakan ”Birokrasi sebagai tipe dari suatu organisasi yang
dimaksudkan untuk mencapai tugas-tugas administratif yang besar dengan cara mengkoordinir
secara sistematis (teratur) pekerjaan dari banyak orang”. Jadi menurut Blau dan Page, birokrasi
justru untuk melaksanakan prinsip-prinsip organisasi yang ditujukan untuk meningkatkan
efisiensi administratif, meskipun kadangkala di dalam pelaksanaannya birokratisasi seringkali
mengakibatkan adanya ketidakefisienan.

4. Ismani
Dengan mengutip pendapat dari Mouzelis, Ismani (2001) mengemukakan ”Bahwa dalam
birokrasi terdapat aturan-aturan yang rasional, struktur organisasi dan proses berdasarkan
pengetahuan teknis dan dengan efisiensi dan setinggi-tingginya. Dari pandangan yang demikian
tidak sedikitpun alasan untuk menganggap birokrasi itu jelek dan tidak efisien”.

5. Fritz Morstein Marx


Dengan mengutip pendapat Fritz Morstein Marx, Bintoro Tjokroamidjojo (1984) mengemukakan
bahwa birokrasi adalah ”Tipe organisasi yang dipergunakan pemerintahan modern untuk
pelaksanaan berbagai tugas-tugas yang bersifat spesialisasi, dilaksanakan dalam sistem
administrasi yang khususnya oleh aparatur pemerintahan”.

6. Riant Nugroho Dwijowijoto


Dengan mengutip Blau dan Meyer, Dwijowijoto (2004) menjelaskan bahwa ”Birokrasi adalah
suatu lembaga yang sangat kuat dengan kemampuan untuk meningkatkan kapasitas-kapasitas
potensial terhadap hal-hal yang baik maupun buruk dalam keberadaannya sebagai instrumen
administrasi rasional yang netral pada skala yang besar”. Selanjutnya dikemukakan bahwa ”Di
dalam masyarakat modern, dimana terdapat begitu banyak urusan yang terus-menerus dan ajeg,
hanya organisasi birokrasi yang mampu menjawabnya. Birokrasi dalam praktek dijabarkan
sebagai pegawai negeri sipil”.

Berdasarkan uraian-uraian tersebut di atas, dapat dirumuskan bahwa birokrasi adalah:

1. Suatu prosedur yang harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku agar
tujuan organisasi dapat tercapai secara efektif dan efisien;
2. Keseluruhan aparat pemerintah, baik sipil maupun militer yang bertugas membantu
pemerintah dan menerima gaji dari pemerintah karena statusnya itu.

Definisi Birokrasi
Senin, 25 Mei 2009 04:17 Admin

Birokrasi berasal dari kata “bureau” yang berarti meja atau kantor; dan kata “kratia” (cratein)
yang berarti pemerintah. Pada mulanya, istilah ini digunakan untuk menunjuk pada suatu
sistematika kegiatan kerja yang diatur atau diperintah oleh suatu kantor melalui kegiatan-
kegiatan administrasi (Ernawan, 1988). Dalam konsep bahasa Inggris secara umum, birokrasi
disebut dengan “civil service”. Selain itu juga sering disebut dengan public sector, public service
atau public administration.

Definisi birokrasi telah tercantum dalam kamus awal secara sangat konsisten. Kamus akademi
Perancis memasukan kata tersebut pada tahun 1978 dengan arti kekuasaan, pengaruh, dari kepala
dan staf biro pemerintahan. Kamus bahasa Jerman edisi 1813, mendefinisikan birokrasi sebagai
wewenang atau kekuasaan yang berbagai departemen pemerintah dan cabang-cabangnya
memeperebutkan diri untuk mereka sendiri atas sesama warga negara. Kamus teknik bahasa
Italia terbit 1823 mengartikan birokrasi sebagai kekuasaan pejabat di dalam administrasi
pemerintahan.

Birokrasi berdasarkan definisi yang dikemukakan oleh beberapa ahli adalah suatu sistem kontrol
dalam organisasi yang dirancang berdasarkan aturan-aturan yang rasional dan sistematis, dan
bertujuan untuk mengkoordinasi dan mengarahkan aktivitas-aktivitas kerja individu dalam
rangka penyelesaian tugas-tugas administrasi berskala besar (disarikan dari Blau & Meyer, 1971;
Coser & Rosenberg, 1976; Mouzelis, dalam Setiwan,1998).

Sementara itu, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, birokrasi didefinisikan sebagai :

1. Sistem pemerintahan yang dijalankan oleh pegawai pemerintah karena telah berpegang pada
hirarki dan jenjang jabatan
2. Cara bekerja atau susunan pekerjaan yang serba lamban, serta menurut tata aturan (adat dan
sebagainya) yang banyak liku-likunya dan sebagainya.

Definisi birokrasi ini mengalami revisi, dimana birokrasi selanjutnya didefinisikan sebagai

1. Sistem pemerintahan yang dijalankan oleh pegawai bayaran yang tidak dipilih oleh rakyat, da
2. Cara pemerintahan yang sangat dikuasai oleh pegawai.

Berdasarkan definisi tersebut, pegawai atau karyawan dari birokrasi diperoleh dari penunjukan atau
ditunjuk (appointed) dan bukan dipilih (elected).

Berbicara soal birokrasi, tidak bisa lepas dari konsep yang digagas Max Weber, sosiolog ternama asal
Jerman, dalam karyanya ”The Theory of Economy and Social Organization”, yang dikenal melalui ideal
type (tipe ideal) birokrasi modern. Model ini yang sering diadopsi dalam berbagai rujukan birokrasi
berbagai negara, termasuk di Indonesia, walaupun dalam penerapan tidak sepenuhnya bisa dilakukan.

Weber membangun konsep birokrasi berdasar teori sistem kewarganegaraan yang dikembangkannya.
Ada tiga jenis kewenangan yang berbeda. Kewenangan tradisional (traditional authority) mendasarkan
legitimasi kewenangan pada tradisi yang diwariskan antar generasi. Kewenangan kharismatik
(charismatic authority) mempunyai legitimasi kewenangan dari kualitas pribadi dan yang tinggi dan
bersifat supranatural. Dan, kewenangan legal-rasional (legal-rational authority) mempunyai legitimasi
kewenangan yang bersumber pada peraturan perundang-undangan.

Dalam analisis Weber, organisasi “tipe ideal” yang dapat menjamin efisiensi yang tinggi harus
mendasarkan pada otoritas legal-rasional., Weber mengemukakan konsepnya tentang the ideal type of
bureaucracy dengan merumuskan ciri-ciri pokok organisasi birokrasi yang lebih sesuai dengan
masyarakat modern, yaitu:

1. A hierarchical system of authority (sistem kewenangan yang hierakis)


2. A systematic division of labour (pembagian kerja yang sistematis)
3. A clear specification of duties for anyoneworking in it (spesifikasi tuhas yang jelas)
4. Clear ang systematic diciplinary codes and procedures (kode etik disiplin dan prosedur yang jelas
serta sistematis)
5. The control of operation through a consistent system of abstrac rules (kontrol operasi melalui
sistem aturan yang berlaku secara konsisten)
6. A consistent applications of general rules to specific cases (aplikasi kaidah-kaidah umum kehal-
hal  pesifik  dengan  konsisten)
7. The selection of emfloyees on the basic of objectively determined qualivication (seleksi pegawai
yang didasarkan pada kualifikasi standar yang objektif)
8. A system of promotion on the basis of seniority or merit, or both (sistem promosi berdasarkan
senioritas atau jasa, atau keduanya)

Secara filosofis dalam paradigma Weberian, birokrasi merupakan organisasi yang rasional dengan
mengedepankan mekanisme sosial yang “memaksimumkan efisiensi”. Pengertian efisiensi digunakan
secara netral untuk mengacu pada aspek-aspek administrasi dan organisasi. Dalam pandangan ini,
birokrasi dimaknai sebagai institusi formal yang memerankan fungsi pengaturan, pelayanan,
pembangunan, dan pemberdayaan masyarakat. Jadi, birokrasi dalam pengertian Weberian adalah fungsi
dari biro untuk menjawab secara rasional terhadap serangkaian tujuan yang ditetapkan pemerintahan.

Dalam pandangan Weber, birokrasi berparadigma netral dan bebas nilai. Tidak ada unsur subyektivitas
yang masuk dalam pelaksanaan birokrasi karena sifatnya impersonalitas: melepaskan baju individu
dengan ragam kepentingan yang ada di dalamnya.
Berbeda dengan konsep birokrasi yang digagas oleh Hegel dan Karl Marx. Keduanya mengartikan
birokrasi sebagai instrumen untuk melakukan pembebasan dan transformasi sosial.

Hegel berpendapat birokrasi adalah medium yang dapat dipergunakan untuk menghubungkan
kepentingan partikular dengan kepentingan general (umum). Sementara itu teman seperjuangannya,
Karl Marx, berpendapat bahwa birokrasi merupakan instrumen yang dipergunakan oleh kelas yang
dominan untuk melaksanakan kekuasaan dominasinya atas kelas-kelas sosial lainnya, dengan kata lain
birokrasi memihak kepada kelas partikular yang mendominasi tersebut.

kutipan buku birokrasi martin albrow

Di dalam buku Martin Albrow tampak penjelasan-penjelasan yang disampaikan oleh para tokoh
seperti M.de , Gourney, Balzac, Johan Gorres, John Stuart Mill, Herbert Spencer, Gaetano Mosca ,
Robert Michels, Max Weber , dan . Para tokoh tersebut banyak memberikan penjelasan dan wawasan
mengenai birokrasi. Istilah birokrasi terbentuk tidak secara langsung melainkan melalui penyerapan dan
perpaduan antar bahasa. Istilah birokrasi pertama kali di perkenalkan oleh de Gourney berkaitan dengan
istilah ”bureau” yang berarti, meja tulis tempat dimana para pejabat berkerja. Tambahan sisipan ”cracy”
dari bahasa yunani ( kratein ) berari mengatur , menghasilkan istilah yang memiliki kekuatan yang sangat
dahsyat.

Pada awal abad ke-19, Balzac memaparkan citra birokrasi dan mempopulerkanya di Perancis.
Demikian dengan John Gorres, melihat birokrasi sebagai institusi sipil yang mirip dengan kedudukan
tentara. Bahkan prinsip-prinsipnya sama dengan tentara : disiplin,kelompok, promosi, sentralisasi,dan
penghargaan. Bahwasanya birokrasi telah berhasil memperluas prinsip subordinasi yang menjadi dasar
dalam perkembangan birokrasi itu sendiri.

John Stuart Mill, dalam teori politiknya, birokrasi memiliki arti penting yaitu, keterampilan dan
kemampuan poilitik yang tinggi. Rumusan-rumusan Mill sangat singkat, tetapi sangat berpengaruh pada
ajaran Mosca . Pada tahun 1884 di Inggris, kebebasan parlemen, peradilan, dan kota praja memberi
keyakinan bahwa administrasi dan komunitas bisa di kenal.sebaliknya birokrasi di tolak. Selain itu,
sejarahwan Ramsay Muir mengatakan bahwa birokrasi berarti ” penyelenggaraan kekuasaan oleh
administrator yang professional”.

Berdasarkan perbandingan perfektif yang luas, semua negara Eropa bertipe sama, yakni
diperintah oleh para pejabat. Di Jerman, gagasan tentng birokrasi sangat tekait dengan perubahan-
perubahan radikal dalam teori politik dan administrasi, Karl Heinze mendefenisikan birokrasi lebih
bersikap netral, yaitu sebagai ” suatu struktur organisasi yang di dalamnya seorang pejabat tunggal yang
mengontrol administrasi”. Lain lagi menurut Robert von Mohl birokrasi merupakn ”sistem biro” lebih
diprioritaskan dan memiliki variasi konotasi, tergantung kelompok social yang menyampaikan keluhan.
Birokratisme sebagai tingkah laku pejabat professional yang menyakitkan warga Negara. Setidaknya ada
tiga konsep pokok yang di bedakan dengan monarki, emokrasi, dan aristokrasi serta birokrasi sebagai
efisiensi dan inefisiensi administrasi.

Terdapat dua tokoh penting dalam rumusan klasik yaitu Gaetano Mosca dan Robert Michels.
Menurut Mosca tentang birokrasi dan ketidakpuasannya terhadap tipe pemerintahan pola tradisional
menjadi suatu pola analisa perbandingan politik yang utama. Dalam terminologi logika tradisional,
Mosca mencari suatu landasan yang mendasar atau fundamental divisionis yang baru, suatu asas
klasifikasi yang menjungkir balikan para ahli dan menjelaskan tentang realitas proses politik. Mosca
sangat tidak percaya pada pendapat yang mengatakan bahwa kelas yang berkuasa harus monolitik.
Apabila suatu birokrasi memonopoli kekayaan dan kekuatan militer, ia menyebut sebagai absolutisme
birokratik.

Berbeda dengan Michels yang bersifat aporistik. Dengan menunjukkan bagaimana para
pemimpin badan-badan yang memiliki ribuan anggota itu merasa perlu untuk merekrut pejabat full time
yang digaji. Penyederhanaan konsep birokrasi Mosca dan Michels merupakan penolakan mereka
terhadap struktur pemikiran demokratis konstitusional yang kompleks.

Max Weber dalam teori organisasi, menulis tentang birokrasi adalah sebagai bagian dari usaha
yang luar biasa untuk membukukan konsep-konsep ilmu sosial. Weber memandang bahwa tingkah laku
manusia cenderung diorientasikan kepada seperangkat aturan. Organisasi ala Weber menunjukan
adanya staf administrasi pada pembedaan yang dibuat antara kekuasaan dan otoritas. Ia menekankan
bahwa kepatuhan atas perintah terutama tergantung pada keyakinan atas adanya legitimasi, suatu
keyakinann bahwa tatanan tersebut harus di patuhi. Dengan kata lain, ia menolak pandangan bahwa
setiap pegawai negeri adalah anggota kelas yang berkuasa.

Weber mengemukakan lima keyakinan sebagai berikut :

1. Hukum adalah sistem aturan abstrak, sedangkan administrasi mengurus


kepentingan-kepentingan organisasi

2. Manusia yang menjalankan otoritas dan mematuhi tatanan impersonal

3. Anggota yang taat hukum

4. Kepatuhan ditunjukan kepada tatanan impersonal

Pada beberapa hal, Weber mengemukakan bahwa birokrasi merupakan proses yang tidak dapat
dihindari, karena birokratisasi sama halnya membicarakan pertumbuhan kekuasaan dari para pejabat
Beamtenherrschaft-kekuasaan atau pemerintahan yang dilakukan oleh pejabat adalah konsep Weber
yang dibedakan dari birokrasi. Menurutnya Beamtenherrschaft adalah sesuatu yang menakutkan di luar
birokrasi. Weber membatasi mekanisme lingkup sistem-sistem otoritas menjadi lima kategori:

1. Kolegalitas , bahwa kolegalitas berperan membatasi birokrasi.

2. Pemisahan kekuasaan,berarti pembagiaan tanggung jawab terhadap fungsi yang sama


antara dua badan atau lebih. Weber menganggap bahwa sitem seperti ini tidak stabil.

3. Administrasi amatir, sistem ini tidak diukur berdasarkan tuntutan akan keahlian yang
diperlukan oleh masyarakat modern
4. Demokrasi langsung, metode yang dibutuhkan oleh orang-orang yang berkeahlian
membuat keputusan

5. Representasi , sistem birokrasi melaluai perantara untuk mengawasi birokrat

Adapun perdebatan dasar-dasar teori Weber dengan para pemikir yang lain terhadap kurangnya
perhatian Weber pada masalah inefesiensi birokrasi sangat bertentangan dan menimbulkan kontroversi
yang berlanjut hingga saat ini. Menurut Mosca, persoalan hubungan birokrasi dan demokrasi
mengedepankan masalah tersebut secara netral dan alamiah. Menurut Michesl sendiri lebih baik
menerima konsep birokrasi dalam makna yang paling netral, kemudian menunjukkan akibat-akibat yang
muncul dari bentuk pemusatan kekuasaan. Pemahaman Weber terhadap birokrasi jelas tidak dapat
diragukan. Selain memperkaya rincian hokum secara teknis, ia menyusu kembali kerangka konseptual.
Weber mencoba menetralisir masalah pengawasan merupakan hal inheren dalam sistem administrasi
birokrasi yang baik. Konsep yang dibangunya tentang birokrasi rasional menunjukan ambivalensi yang
mendalam tentang perkembangan administrasi modern

Dari sekian banyak kecaman, kecaman yang sederhana untuk menentang Weber adalah bahwa
ia menciptakan kebingungan dal perbendaharaan bahasa. Baik orang seperti Merton, yang memaparkan
konskuensi-konsekuensi Weberian yang tidak terantisipasi, maupun orang seperti Bendix, yang
menekanka bahwa struktur semacam itu ada dalam suatu masyarakat yang besar, keduanya sepakat
mempertanyakan rasionalitas dan efisiensi .

Para idiolog seperti Karl Marx, Kaum Fasis, dan Kaum Demokrasi Perwakilan memberikan
penafsiran yang berbeda-beda tentang birokrasi. Marxisme, dengan Karl Marxnya yang dimana birokrasi
tergantung pada kesimpulan yang diambil dari filsafat ilmu politik secara umum dan berasal dari
persepsi analisis Marx terhadap birokrasi amat disesuaikan dengan interpretasi ekonominya dengan
politik.

Berbeda dengan Marx, kaum Fasis yang bersifat sesaat { ad hoc } kebanyakan merupakan koleksi
gagasan yang dicomot demi alasan-alasan oportunistik, bahwa sudah menjadi kenyataan konsep
birokrasi sebagai alat Negara yang tidak memihak yang dapat ditemui dalam pemikiran fasis. Lai halnya
dengan kaum Demokrasi Perwakilan birokrasi merupakan antitesis bisnis yang didorong oleh keinginan
untuk memperoleh keuntungan
Beberapa konsep modern tentan birokrasi tergambar oleh penjelasan para pemikir seperti
Weber, Peter Blau, de Gourney, dan Mill. Diantaranya yaitu:

1. Birokrasi sebagai organisasi rasional


2. Birokrasi sebagai inefisiensi organisasi
3. Birokrasi sebagai kekuasaan yang dijalankan oleh pejabat
4. Birokrasi sebagai administrasi Negara ( public )
5. Birokrasi sebagai administrasi yabg dijalankan oleh pejabat
6. Birokrasi sebagai suatu organisasi
7. Birokrasi sebagai masyarakat modern

Anda mungkin juga menyukai