A. Pengertian Birokrasi
Secara etimologis birokrasi berasal dari kata bureau (bahasa Prancis) yang berarti ”meja
tulis” dan kratos (bahasa Yunani) yang berarti “pemerintahan”. Secara sederhana dapatlah
dikatakan bahwa birokrasi adalah orang-orang yang bekerja di belakang meja tulis di kantor-
kantor. Dalam konteks politik, birokrasi diartikan sebagai wujud dari aparat pemerintahan negara
dalam melaksanakan kebijakan-kebijakan melalui serangkaian tahapan atau biro-biro yang
masing-masing diberi mandat atau dalam menentukan suatu tahap kebijakan yang disesuaikan
dengan kondisi dan situasi tentang kasus yang dihadapi. 1
Dalam perkembangan selanjutnya, terminologi Birokrasi dalam literatur Ilmu Administrasi
Negara dan Ilmu Politik sering dipergunakan dalam beberapa pengertian, yaitu:
a. Rational Organization; (organisasi yg tak rasional)
b. Organizational Inefficiency; (organisasi yg inefisien)
c. Rule of Official; (aturan resmi)
d. Public Administration; (adm publik)
e. Administration by Officials; (adm oleh pejabat)
f. Type of Organization with Specific Characteristic and Quality as Hierarchies and
Rules; (Jenis Organisasi dengan Karakteristik dan Kualitas Tertentu sebagai Hirarki dan
Aturan)
g. An Essential Quality of Modern Society.2 (Kualitas Esensial Masyarakat Modern)
Ketujuh pengertian birokrasi di atas dapat disederhanakan kedalam 3 (tiga) kategori, yaitu
:
Pertama, Birokrasi dalam pengertian yang baik atau rasional (bureau-rationality)
seperti terkandung dalam pengertian Hegelian Bureaucracy dan Weberian Bureaucracy;
Kedua, Birokrasi dalam pengertian sebagai suatu penyakit (bureau pathology) seperti
diungkap oleh Karl Marx, Laski, Robert Michels, Donald P. Warwick, Michael Crocier,
Fred Luthan dan lainnya;
Ketiga, Birokrasi dalam pengertian netral (value-free), artinya tidak terkait dengan
pengertian baik atau buruk. Dalam pengertian netral ini birokrasi dapat diartikan sebagai
keseluruhan pejabat negara di bawah pejabat politik, atau keseluruhan pejabat negara pada
1
Sudijono Sastroatmodjo.1995. Perilaku Politik. Semarang: IKIP Semarang Press. Hlm 189.
2
Priyo Budi Santoso. 1997. Birokrasi Pemerintah Orde Baru: Perspektif Kultural dan Struktural. Jakarta: Rajawali
Pers. Hlm 13.
Berikut ini adalah penjelasan dari pandangan-pandangan terhadap birokrasi tersebut, dalam
pengertian baik, seperti yang terkandung dalam pengertian Hegelian Bureaucracy. Hegel
beranggapan negara secara apriori melayani kepentingan umum, karena ia merupakan sintesis dari
pertentangan-pertentangan individu yang subjektif dan tidak rasional. Dalam kenyataannya
kebijaksanaan-kebijaksanaan negara seringkali hanya menguntungkan sekelompok orang dalam
masyarakat.4 Oleh karenanya perlu adanya struktur yang menjembatani antara The State yang
merefleksikan kepentingan umum, dan civil society yang terdiri dari pelbagai kepentingan khusus
dalam masyarakat.5
Pendapat Hegel tersebut dibantah oleh Karl Marx, Marx berpendapat bahwa negara
hanyalah kelas dari alat yang berkuasa yakni kelas bangsawaan di negara feodal dan kelas kapitalis
di negara kapitalis. Marx melontarkan kritik terhadap pemikiran Hegel yang dianggap abstrak,
yang hanya bermain dengan logika dan kemudian mau memaksakan kesimpulan-kesimpulan
logika abstrak itu ke dalam kenyataan empiris. Menurut Marx, Hegel melakukan kesalahan
metodologis. Seharusnya ide diperoleh dan diangkat dari kenyataan empiris bukan sebaliknya.
Karena itu, Hegel bukan melahirkan sebuah analisa tentang lembaga-lembaga tersebut. Bagi Marx,
birokrasi adalah alat kelas yang berkuasa, yaitu kaum borjuis dan kapitalis untuk mengeksploitasi
kelas proletar. Birokrasi adalah parasit yang eksistensinya menempel pada kelas yang berkuasa
dan dipergunakan untuk menghisap kelas proletar tadi. Karena eksistensi birokrasi terkait dengan
”kelas” maka setelah terjadi revolusi sosial yang memporak-porandakan kelas-kelas sosial dan
tercipta classless society, bersamaan dengan itu akan lenyaplah birokrasi. 6
Pandangan lain terhadap birokrasi yang berbeda disampaikan oleh Weber. Weber
membahas birokrasi dalam kerangka teori mengenai authority dan domination. Weber membagi
authority dan domination menjadi tiga, yaitu tradisional, kharismatik dan legal rasional. 7 Menurut
Weber, sumber legitimasi bagi dominasi tradisional adalah waktu. Dominasi jenis ini bersandar
pada establish belief in the sanctity of immemorial traditions and the legitimacy of the status of
3
Ibid. Hlm 14.
4
Ibid. Hlm 15.
5
Ibid. Hlm 16.
6
Ibid. Hlm 16.
7
Ibid. Hlm 17.
Berdasarkan pendapat tersebut, terlihat bahwa sebuah birokrasi ideal memiliki syarat yaitu
adanya struktur hierarki serta pendelegasian wewenang, adanya jabatan dengan tugas dan
tanggung jawab yang jelas, adanya aturan formal yang mengatur tata kerja organisasi serta personil
yang memenuhi syarat tertentu.
8
Ibid. Hlm 17.
9
Ibid. Hlm 17.
10
Ibid. Hlm 17.
11
Ibid. Hlm 18.
Teori tersebut hampir sama dengan teori yang dikemukakan oleh Weber, akan tetapi
Almod dan Powel hanya menyatakan bahwa birokrasi adalah sekumpulan tugas dan jabatan yang
terorganisasi secara formal, berkaitan dengan jenjang yang kompleks dan tunduk pada pembuat
peran formal (role-makers). Sementara Lance Castle dalam uraiannya tentang birokrasi
mengemukakan bahwa: “bureaucracy I mean the salaried people who are charged with the
function of government. The army officers, the military bureaucracy, are of course included”.16
Castle menekankan birokrasi sebagai orang-orang yang bergaji yang menjalankan fungsi-fungsi
pemerintah, termasuk di dalamnya adalah para pejabat tentara dan birokrasi militer. 17
12
Peter M Blau dan Marshal W Meyer. Birokrasi dalam Masyarakat Modern. (Jakarta: Prestasi Pustaka Karya,
2000). Hlm 11.
13
Ibid. Hlm 18.
14
Ibid. Hlm 18.
15
Ibid. Hlm 20.
16
Ibid. Hlm 20.
17
Ibid. Hlm 20.
Menurut La Palambora, birokrat terdiri dari unsur-unsur pimpinan yaitu pimpinan pejabat
dalam organisasi pemerintahan, baik di pusat maupun di daerah. Berdasarkan teori-teori tersebut
di atas, Priyo Budi Santoso, menyatakan bahwa yang dimaksud dengan birokrasi adalah:
Keseluruhan organisasi pemerintah yang menjalankan tugas-tugas negara dalam berbagai
unit organisasi pemerintah di bawah departemen dan lembaga-lembaga non departemen,
baik di pusat maupun di daerah, seperti di tingkat propinsi, kabupaten, kecamatan, maupun
desa atau kelurahan.19
Berdasarkan perbedaan tugas pokok atau misi yang mendasari suatu organisasi birokrasi,
sekurang-kurangnya dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) kategori, yaitu :
a. Birokrasi Pemerintah Umum, yaitu rangkaian organisasi pemerintah yang menjalankan
tugas-tugas pemerintahan umum termasuk memelihara ketertiban dan keamanan, dari
tingkat pusat sampai daerah ialah propinsi, kabupaten, kecamatan dan desa. Tugas-
tugas tersebut lebih bersifat “mengatur” atau regulatif-function.
b. Birokrasi Pembangunan, yaitu organisasi pemerintahan yang menjalankan salah satu
bidang sektor yang khusus untuk mencapai tujuan pembangunan, seperti pertanian,
kesehatan, pendidikan, industri. Fungsi pokoknya adalah development function atau
adaptive function.
c. Birokrasi Pelayanan, yaitu unit organisasi pemerintah yang pada hakikatnya
merupakan bagian atau berhubungan dengan masyarakat. Fungsi utamanya adalah
service langsung kepada masyarakat. 20
18
Ibid. Hlm 20.
19
Santoso. op cit. Hlm 20.
20
Syukur Abdullah, ”Budaya Birokrasi di Indonesia”, dalam Alfian dan Nazarudin Sjamsudin (eds), Profil Budaya
Politik Indonesia. (Jakarta: Pustaka Grafiti, 1991) Hlm 223.
21
Martin Albrow. Birokrasi (Yogyakarta: Tirta Kencana, 2005). Hlm 105-132.
b. https://kumparan.com/53-mp-b-18-i-komang-budi-mahendra-suta/membangun-budaya-
integritas-petugas-pemasyarakatan-1wXymewBAFZ
c. https://www.cnbcindonesia.com/news/20210919122818-4-277414/masih-adakah-
harapan-gaji-pns-naik-tahun-depan
Nama :
NIM :
Kelas :
Mata Kuliah :