Anda di halaman 1dari 44

Hukum Acara Tata Usaha

Negara

Marjan Miharja SH.,MH


Deskripsi

Mata Kuliah Hukum Tata Usaha Negara ini mempelajari tentang


pengertian Hukum Acara Tata Usaha Negara sebagai suatu bentuk
penerapan prinsip-prinsip negara hukum. Mata kuliah ini juga akan
mnejelaskan mekanisme Peradilan Tata Usaha Negara dalam hal
kewenangan hakim Pengadilan Tata Usaha Negara untuk menguji
keputusan tata usaha negara sebagai suatu bentuk tindakan
pemerintahan. Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai kompetensi
absolut-relatif, upaya administratif, gugatan melalui Pengadilan Tata
Usaha Negara, penundaan pelaksanaan ketetapan Tata Usaha Negara,
prosedur pemeriksaaan administratif, pemeriksaan di Pengadilan Tata
Usaha Negara, upaya hukum, dan tata cara eksekusi putusan peradilan
tata usaha negara.
Tugas Mahasiswa :
1. Individual :

A.Mencari Jurnal terbaru tentang Hukum Acara TUN sesuai


dengan RPS (1 Mahasiswa Maksimal 3 jurnal) di up load saat di
e-lerning (2 kali sebelum UTS) dan (2 kali setelah UAS)
B.Membuat Resume materi perkuliahan tatap muka mengacu
kepada RPS
KELOMPOK
2. Kelompok (max 3 orang) :
a. Kunjungan ke Pengadilan PTUN, PTTUN, dan MA (Tugas Mandiri Sebelum UTS)
b. Penyelesaian Sengketa TUN (Tugas Mandiri Sebelum UAS) :
1. Mencari Putusan Pengadilan PTUN, PTTUN atau MA dan dibuatkan laporan tertulis sebagai
mana urutan dibawah ini :
2. Membuat Surat Kuasa dan Gugatan
3. Pihak-Pihak berperkara
4. Susunan Persidangan
5. Alat Bukti
6. Eksekusi Putusan
7. Analisis Putusan Pengadilan
8. Foto mahasiswa di Pengadilan
9. Dan hal-hal yang dianggap perlu dan penting
Gambaran umum perkuliahan
Pelaksanaan kuliah berlangsung selama 14 kali pertemuan yang terdiri atas :
a. 8 kali tatap muka
b. 4 kali belajar online (e-learning), dan
c. 2 kali belajar mandiri.
d. Ujian dilakukan dua kali yaitu Ujian Tengah Semester (UTS) dan Ujian
Akhir Semester (UAS).
e. Komponen penilaian terdiri dari: keaktifan di kelas (10%), tugas 20%, UTS
30% dan UAS 40%.
f. Grade nilai A (80-100), nilai B ( 66, 79,99), nilai C (56-65,99), nilai D (46-
55,99) dan nilai E 90-45,99). Nilai A, B, dan C dinyatakan LULUS,
sedangkan nilai D dan E dinyatakan TIDAK LULUS dan wajib diulang.
Pertemuan 1
• Pengertian Negara Hukum
• Pengertian Peradilan Administrasi
• Dasar-dasar Peradilan Tata Usaha Negara (Tujuan, Pembentukan,
Asas-asas, Penegrtian Dasar, Dasar Hukum, Susunan dan Kekuasa
Pengadilan)
Negara Hukum
Pidato Soekarno 1 Juni 1945 mengusulkan mengenai dasar Negara
Indonesia yang disebutkan sebagai Philosofische Grondslag atau
weltfanschauung. Soekarno mengusulkan adanya lima dasar yaitu
pertama Dasar Kebangsaan, kedua Dasar Internasionalisme, ketiga
Dasar Mufakat, dasar perwakilan dan dasar permusyawaratan, kempat
Dasar Kesejahteraan dan kelima Dasar Ketuhanan
Penempatan Pancasila sebagai staatsfundamentalnorm pertama kali
disampaikan oleh notonagoro Pancasila dilihat sebagai cita hukum
(rechtsidee) merupakan bintang pemandu, posisi ini mengharuskan
pembentuk hukum positif adalah untuk mencapai ide-ide dalam
Pancasila, serta dapat digunakan untuk menguji hukum positif
Pidato Soepomo pada tanggal 31 Mei 1945, bahwa pembentukan
Negara harus di sesuaikan dengan riwayat hukum (rechtsgeschichte)
dan lembaga sosial (sociale structuur) serta riwayat dan corak
masyarakat, tiap-tiap Negara mempunyai keistimewaan sendiri-sendiri
berhubungan dengan riwayat dan corak masyarakatnya. Oleh karena itu
pembangunan Negara harus disesuaikan dengan struktur masyrakat
Indonesia, struktur masyarakat Indonesia adalah struktur sosial
Indonesia yang asli tidak lain ialah ciptaan kebudayaan Indonesia, ialah
buat aliran pikiran atau semangat kebatinan bangsa Indonesia.
Teori Negara Hukum yang dikemukakan oleh Muhammad Tahir Azhary, Guru
Besar Hukum Tata Negara di Universitas Indonesia setidaknya ada 5 Teori
Negara ukum yakni : Rechstaat, The Rule of Law, Socialis Legality, Nomokrasi
Islam, dan Negara Hukum Pancasila
1. Negara Hukum (Rechstaat)
Teori Negara Hukum (Rechstaat) merupakan hasil pemikiran dari Friedric
Julius Stahl dan Immanuel Kant yang berkembang di Negara Eropa
Kontinental. Teori Rechtstaat dari Immanuel Kant melahirkan pemikiran
tentang Negara hukum formil atau sering disebut Nachtwakerstaat. Konsep
ini Negara menjamin kebebasan individu sebagai anggota masyarakat,
Negara tidak diperkenankan mencampuri urusan warga masyarakatanya,
oleh karena itu Rechstaat ini disebut Negara Hukum Liberal
Teori Rechtstaat dalam arti formil menempatakan Negara hanya
sebagai penjaga ketertiban masyarakat. Teori Rechtstaat, menurut
Julius Stahl memiliki unsur-unsur sebagai berikut :
1. Adanya jaminan terhadap Hak Asasi Manusia (Grondrechten)
2. Adanya pembagian kekuasaan (Scheiding van machten)
3. Pemerintahan haruslah berdasarkan peraturan-peraturan hukum
(wetmatigheid van het bestuur)
4. Adanya peradilan administrasi (administratief rechtspraak)
Sejalan dengan pemikiran Stahl, D.H.M. Meuwissen sebagai mana dikuti oleh
Philippus M Hadjon mengemukakan bahwa Undang-Undang Dasar atau Konstitusi
merupakan unsur yang harus ada dalam Teori Negara Hukum, sebab konstitusi
merupakan jaminan perlindungan hak-hak dasar warga Negara, adapun ciri-ciri
Rechtstaat sebagai berikut :
1. Adanya Undang-Undang Dasar atau konstitusi yang memuat kententuan-
ketentuan tertulis tentang hubungan antara penguasa dengan rakyat
2. Adanya pembagian kekuasaan Negara, yang meliputi kekuasaan pembuat
undang-undang yang ada ditangan parlemen, kekuasaan kehakiman yang
bebas yang tidak hanya menangani sengketa antara individu rakyat tetapi juga
antara penguasa dan rakyat, dan pemerintah yang mendasarkan tindakannya
atas undang-undang (wetmatig bestuur)
3. Diakui dan dilindunginya hak kebebasan rakyat ( vijheidstrechten van de
burger)
M. Schelterma seorang pemikir Belanda, sebagaimana dikutip B Arif
Shidarta, berpendapat bahwa ciri khas Negara hukum ialah bahwa
Negara memberikan naungan kepada warganya dan naungan tersebut
berbeda tiap negara, karena tiap Negara atau bangsa memiliki
pengertian dan isi negara hukum yang berbeda pula menurut M.
Schelterma unsur utama Negara hukum yakni :
1. Pengakuan, Penghormatan, dan perlindungan hak asasi manusia yang berakar
dalam penghormatan atas martabat manusia.
2. kepastian hukum. Negara hukum haruslah bertujuan untuk menciptakan
kepastian hukum dan unsur-unsur asasnya sebagai berikut :
a) Asas Legalitas, Konstitutionalitas, dan supremasi hukum
b) Asas undang-undang menetapkan berbagai perangkat peraturan tentang cara pemerintah
dan para pejabatnya melakukan tindakan pemerintahan
c) Asas Non-Retroaktif, dimana perundang-undangan sebelum mengikat harus terlebih dahulu
diundangkan dan diumumkan secara layak
d) Asas peradilan bebas, independent, impartial, objektif, rasional, adil dan manusiawi
e) Asas Non Liquet, hakim tidak boleh menolak perkara, karena alas an undang-undang tidak
ada atau tidak jelas
f) Hak asasi manusia harus dirumuskan dan dijamin perlindungannya dalam undang-undang
dasar atau undang-undang
3. Asas Persamaan (similia similibus atau equality befor the law) bahwa negara
hukum pemerintah tidak boleh mengistimewakan orang atau kelompok orang
tertentu atau mendiskriminasikan orang atau kelompok. Didalam prinsip ini
terkandung makna : adanya jaminan persamaan bagi semua orang dihadapan
hukum dan pemerintahan dan tersedianya mekanisme untuk menuntut
perlakuan yang sama bagi semua warga Negara
4. Asas Demokrasi
5. Asas Pemerintahan untuk Rakyat, dalam asas ini terkandung hal-hal sebagai
berikut : asas-asas umum pemerintahan yang layak, syarat-syarat fundamental
bagi keberadaan manusia yang bermartabat dijamin dan dirumuskan dalam
peraturan perundang-undangan, khususnya dalam konstitusi dan pemerintah
secara rasional menata setiap tindakannya, memiliki tujuan yang jelas dan
berhasil guna diselenggarakan secara efektif dan efisien.
Demokrasi sebagai suatu gagasan politik di dalamnya terkandung 5
(lima) kriteria, yaitu:
1. persamaan hak pilih dalam menentukan keputusan kolektif yang mengikat
2. partisipasi efektif, yaitu kesempatan yang sama bagi semua warga negara dalam proses pembuatan
keputusan secara kolektif
3. pembeberan kebenaran, yaitu adanya peluang yang sama bagi setiap orang untuk memberikan penilaian
terhadap jalannya proses politik dan pemerintahan secara logis
4. kontrol terakhir terhadap agenda, yaitu adanya keputusan eksklusif bagi masyarakat untuk menentukan
agenda mana yang harus dan tidak harus diputuskan melalui proses pemerintahan, termasuk
mendelegasikan kekuasaan itu pada orang lain atau lembaga yang mewakili masyarakat, dan
5. pencakupan, yaitu terliputnya masyarakat mencakup semua orang dewasa dalam kaitannya dengan hukum
Dari pendapat para pakar yang disebutkan sebelumnya, dapat diketahui
karakteristik dari Rechstaat ialah :
1. adanya jaminan perlindungan hak asasi manusia dalam konstitusi, adanya
pemisahan atau pembagian kekuasaan
2. adanya pemerintahan berdasarkan undang-undang dasar, adanya peradilan
tata usaha Negara
3. adanya asas legalitas atau kepastian hukum, adanya kekuasaan kehakiman yang
bebas dan tidak memihak
4. adanya prinsip persamaan dihadapan hukum dan dianutnya pahak demokrasi.
Sisi yang lain Negara hukum liberal atau yang sering disebut sebagai negara hukum
dalam arti sempit adalah konsepsi yang diberikan oleh Immanuel Kant (17 24 –
1804 SM), yang kemunculannya bersamaan dengan lahirnya faham liberalisme yang
menentang kekuasaan absolut dari para raja pada masa itu
2. The Rule of Law
Teori Negara Hukum Rule of Law berkembang dinegara-negara Anglo-Saxon.
Dinegara inggris berkembang konsep yang dinamakan Rule of Law . Rule of
Law menjadi popular oleh uraian A.V. Dicey dalam bukunya yang berjudul
Law and The Constitution (1952). Dalam bukunya A.V. Dicey mengungkapkan
bahwa unsur-unsur Rule of Law mencakup :
1. Supremasi aturan-aturan hukum (Supremacy of Law) tidak adanya
kekuasaan sewenang-wenang (absence of arbitrary power) dalam arti
bahwa seseorang hanya boleh dihukum kalau melanggar hukum.
2. Kedudukan hukum yang sama di ahadap hukum (equality before the law)
dalil ini berlaku baik untuk orang biasa maupun pejabat
3. Terjaminnya hak-hak manusia oleh undang-undang serta keputusan-
keputusan pengadilan.
Unsur yang paling penting dari Rule of law adalah Supremacy of law
atau supremasi hukum, di inggris merupakan unsur mutlak yang tidak
dapat ditawar-tawar dari rule of law. Unsur kedua adalah equality befor
the law, atau persamaan dihadapan hukum. Unsur ketiga adalah the
constitution based on individual right. Hak-hak individu dijamin dan
dilindungi oleh konstitusi.
Friedman, berpendapat bahwa Negara hukum identik dengan rule of
law, istila Rechts staat menurut Friedman mengandung arti
pembatasan kekuasaan Negara. Rule of law dapat dipakai dalam arti
formal dan dalam arti materil, dalam arti formal artinya sebagai
kekuasaan umum yang terorganisir. Dalam pengertian ini setiap
organisasi hukum (termasuk organisasi yang dinamakan Negara)
mempunyai rul of law, sehingga kita dapat berbicara tentang rule of
law dari RRC, Perancis, Jerman, dan sebagainya.
• Lawrence M Friedman : perkembangan sosiologi hukum di amerika
serikat konsepsi budaya hukum (legal culture) diperkenalkan pada
tahun 60-an lewat tulisan yang berjudul : legal culture andsocial
Development didalam law and society review
• Memperkenalkan konsepsi sistem hukum yang mencakup struktur
hukum, substansi hukum dan budaya hukum
3. Karakteristik Socialist Legality
Teori Socialist Legality mengandung prinsip yang berbeda dari teori
Rechtstaat dan Rul of Law. Karakterisitik dari teori Socialist Legality
adalah bersumber pada paham komunis yang menempatkan hukum
sebagai alat untuk mewujudkan sosialisme dengan mengabaikan hak-
hak perseorangan, hak-hak individu harus lebur dalam tujuan
sosialisme yang mengutamakan kepentingan masyarakat diatas
kepentingan pribadi individu-individu, teori ini selain bersifat sekuler
dan atheis juga anti terhadap nilai-nilai transcendental.
Dalam Socialist Legality yang diingikan adalah adanya realisasi dari
sosialisme sebagai sumber yang paling menentukan meliputi segala
aktivitas organ Negara pemerintahan, pejabat pemerintah dan warga
Negara. Muhammad Tahir Azhary, Socialist Legality mempunyai prinsip-
prinsip sebagai berikut :
1. Perwujudan sosialisme
2. Hukum adalah alat dibawah sosialisme
3. Penekanan pada sosialisme, realisasi, sosialisme ketimbang hak-hak
perorangan
4. Karakterisitik Nomokrasi Islam
Menurut ibnu Khaldun dalam islam ada 2 macam bentuk Negara hukum
yaitu : pertama, Siyasah Diniyah diterjemahkan sebagai nomokrasi islam dan
kedua Siyasah Aqliyah diterjemahkan sebagai nomorasi sekuler. Siyasah
Diniyah menurut Muhammad Tahir Azhary, mempunyai prinsip-prinsip
umum berikut :
1. prinsip kekuasaan sebagai amanah.
2. prinsip musyawarah.
3. prinsip keadilan.
4. prinsip persamaan.
5. prinsip pengakuan dan perlindungan setiap hak asasi manusia.
6. prinsip peradilan bebas.
7. prinsip perdamaian.
8. prinsip kesejahteraan.
9. prinsip ketaatan rakyat .
Menurut Tahir Azhary, nomokrasi islam dibandingkan dengan Rechtstaat dan
Rule of Law memeiliki beberapa keunggulan sebagai berikut : Nomokrasi
islam bersumber dari Wahyu Allah SWT, dan oleh karena itu ia mengandung
kebenaran yaitu :
1. Memiliki sifat bi-dimensional, yaitu duniawi dan ukhrawi
2. Konsep nomorasi islam berisi nilai-nilai ketuhanan
3. Nomorasi islam dilandasi pokok-pokok dalam islam yaitu : tauhid atau
ketuhanan yang maha esa, amar ma’ruf nahi munkar.
4. Nomorasi islam berlaku bagi seluruh umat manusia. prinsip-prinsipnya
mengandung nilai-nilai universal, dan sesuai dengan fitrah manusia.
5. Karakteristik Negara Hukum Pancasila
Indonesia, sebagai negara yang terlahir pada abad modern melalui
Proklamasi 17 Agustus 1945 juga “mengklaim” dirinya sebagai Negara
hukum. Jika dikaitkan dengan unsur-unsur negara hukum sebagaimana
uraian pada pembahasan di atas, maka dapat ditemukan pengaturan unsur-
unsur negara hukum dalam Batang Tubuh UUD 1945 sebagai berikut:
1. Perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia (HAM);
2. Pemisahan / pembagian kekuasaan;
3. Pemerintahan berdasarkan undang-undang; dan
4. Peradilan administrasi yang berdiri sendiri.
• Perlindungan terhadap HAM di dalam UUD 1945 (sebelum perubahan) selain telah dijamin
pengaturannya pada Pembukaan UUD 1945, juga telah diatur dalam Batang Tubuh UUD 1945
yaitu dalam Pasal-pasal 27, 28, 29, 30, 31, dan Pasal 34. Kemudian setelah UUD 1945 dilakukan
perubahan, perlindungan terhadap HAM telah dijamin pengaturannya lebih komprehensif lagi jika
dibandingkan dengan UUD 1945 sebelum perubahan yang dituangkan dalam pasal-pasal HAM
pada bab tersendiri yaitu Bab X A dengan judul “Hak Asasi Manusia”, dan di dalamnya terdapat 10
pasal tentang HAM ditambah 1 pasal (pasal 28) dari bab sebelumnya (Bab X) tentang “Warga
Negara dan Penduduk”, sehingga ada 11 pasal tentang HAM mulai dari Pasal 28, 28 A sampai
dengan Pasal 28 J.
• UUD 1945 sebelum perubahan menganut paham pembagian kekuasaan secaravertikal, bukan
pemisahan kekuasaan yang bersifat horizontal. Dalam hal ini kedaulatan rakyat dianggap terwujud
penuh dalam wadah MPR yang dapat ditafsirkan sebagai lembaga tertinggi ataupun sebagai
forum tertinggi. Dari sini, fungsi-fungsi tertentu dibagikan sebagai tugas dan kewenangan
lembaga-lembaga tinggi negara yang ada di bawahnya, yaitu Presiden, DPR, MA, dan seterusnya.
Akan tetapi, dalam Perubahan Pertama dan Kedua UUD 1945, prinsip pemisahan kekuasaan
secara horizontal jelas mulai dianut oleh para perumus Perubahan UUD 1945 seperti tercermin
dalam Perubahan Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 20 ayat (1) sampai ayat (5).
• Sebagai suatu negara hukum berdasarkan UUD 1945, Presiden RI memegang kekuasaan pemerintahan
menurut UUD, Presiden berhak mengajukan RUU kepada DPR. Presiden menetapkan PP untuk menjalankan
UU sebagaimana mestinya. Semua ketentuan UUD 1945 itu merupakan hukum positif yang menjadi dasar
konstitusional (Constitutionale atau Grondwettelyke Grondslag) dari adanya sifat wetmatigheid van het
bestuur, seperti yang telah termuat di dalam Pasal 4 ayat (1) dan Pasal 5 ayat (1) dan (2) UUD 1945.
• Meskipun keberadaan peradilan administrasi (administrative court) merupakan ciri khas negara hukum
liberal yang lebih mengutamakan perlindungan terhadap hak asasi individu, namun dalam negara hukum
Indonesia yang berdasarkan cita Negara Pancasila peradilan administrasi negara bukanlah unsur utama,
melainkan unsur turunannya yang diturunkan dari unsur utama karena dalam cita Negara Pancasila lebih
mengutamakan masyarakat daripada individu, tetapi tidak berarti bahwa individu tidak mendapatkan
tempat sama sekali melainkan harkat dan martabat manusia tetap diperhatikan. Dengan demikian,
keberadaan peradilan administrasi negara di Indonesia merupakan salah satu sarana untuk memberikan
perlindungan terhadap hak asasi manusia (HAM) dengan cara melakukan pengawasan atau control judicial
terhadap pemerintahan sebagai wujud pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak warga negara. Maka,
kepada rakyat harus diberi kesempatan untuk menggugat pegawai atau instansi pemerintahan yang
melakukan kesalahan dan yang menurut mereka dianggap merugikan hak-hak mereka, sehingga adanya
peradilan administrasi diharapkan dapat memberikan jaminan tegaknya keadilan bagi tiap-tiap warga
negara.
Sri Soemantri merumuskan unsur-unsur yang terkandung dalam Negara
hukum pancasila adalah :
1. Adanya pengakuan terhadap jaminan hak asasi manusia dan warga
Negara
2. Adanya jaminan pembagian kekuasaan
3. Bahwa dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya pemerintah
harus selalu berdasarkan atas hukum yang berlaku, baik yang
tertulis maupun yang tidak tertulis
4. Adanya kekuasaan kehakiman yang merdeka
Menurut Jimly Asshdiqie terdapat 13 prinsip-prinsip Negara hukum yaitu :
1. Supremasi Konstitusi
2. Persamaan dalam Hukum
3. Asas Legalitas
4. Adanya Pembatasan kekuasaan berdasarkan Undang-Undang Dasar
5. Berfungsi organ-organ Negara yang independent, dan saling mengendalikan
6. Prinsip peradilan yang bebas dan tidak memihak
7. Tersedianya upaya peradilan tata usaha Negara
8. Tersedianya peradilan tatanegara
9. Adanya jaminan perlindungan hak asasi manusia
10. Bersifat demokratis, sehingga pembentukan hukum yang bersifat demokratis dan partisipatoris dapat terjamin
11. Berfungsi sebagi sarana mewujudkan tujuan bernegara
12. Adanya pers yang bebas dan prinsip pengelolaan kekuasaan Negara yang trasnparan dan akuntabel dengan efektifnya
mekanisme control social yang terbuka
13. Berketuhanan Yang Maha Esa.
Selanjutnya international Commision of jurist, yang merupakan suatu organisasi ahli hukum
international dalam konferensinya di Bangkok tahun 1965 sangat memperluas konsep Rul
of Law dan menekankan apa yang dinamakan “aspek dinamis dan Rule of Law di era
modern “ dikemukana bahwa syarat-syarat dasar untuk terselenggaranya pemerintahan
yang demokratis di bawah Rule Of Law adalah:
1. Perlindungan konstitusional. Dalam arti bahwa konstitusi selain dari menjamin hak-hak
individu, harus menentukan juga cara procedural untuk memperoleh perlindungan
atas hak-hak yang dijamin
2. Badan kehakiman yang bebas dan tidak memihak (independent and impartial tribunal)
3. Pemilihan umum yang bebas
4. Kebebasan untuk menyatakan pendapat
5. Kebebasan untuk berserikat/berorganisasi dan beroposisi
6. Pendidikan kewarganegaraan
Peradilan Administrasi

Indonesia sebagai negara hukum memiliki dasar konstitusional


pembentukan Peradilan Tata Usaha Negara yaitu dalam Pasal 24 UUD
1945 yang menyatakan :
1. Kekuasaan Kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk
menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan
keadilan
2. Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan
badan peradilan yang ada di bawahnya dalam lingkungan peradilan
umum,lingkungan peradilan agama, lingkunganperadilan militer,
lingkungan peradilan tatausaha negara, dan oleh sebuah
Mahkamah Konstitusi
Sebagai peraturan pelaksana dari Pasal 24 UUD 1945 tersebut,
diundangkanlah Undang-undang Republik Indonesia Nomor 48 Tahun
2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman (sekaligus bentuk perubahan UU
tsb). Dalam Bab II Pasal 10, disebutkan terdapat lingkungan Badan-
Badan Peradilan yaitu Peradilan Umum, Peradilan Agama, Peradilan
Militer, dan Peradilan Tata Usaha Negara. Dengan demikan jelaslah
bahwa dasar hukum pembentukan Peradilan Tata Usaha Negara yang
bebas dan mandiri cukup kuat, sama halnya dengan ketiga peradilan
lainnya.
Menurut beberapa ahli tentang dibentuknya Peradilan Administrasi, antara
lain adalah Eddy Supriyanto berpendapat bahwa keberadaan peraturan Tata Usaha
Negara adalah sebagai pelengkap dalam upaya untuk keadilan. Kelahirannya di
saat-saat sekarang adalah diliputi oleh situasi kehidupan bernegara dan berbangsa
disebabkan oleh beberapa hal, yaitu :
1. Peraturan lahir pada zaman orde baru.
2. Peraturan lahir pada kurun waktu Pelita IV sebagai era hukum.
3. Peraturan lahir setelah Pancasila diterima sebagai satu-satunya asas.
4. Peraturan lahir disaat menyongsong tinggal landas pada Pelita V.
Tujuan pembentukan dan kedudukan suatu peradilan administrasi
dalam suatu bangsa adalah terkait dengan falsafah negara yang
dianutnya. Bagi Republik Indonesia yang merupakan negara hukum
Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945, hak
dan kepentingan perseorangan dijunjung tinggi dan disamping itu hak
masyarakat
Dalam arti luas “Peradilan Administrasi Negara adalah peradilan yang
menyangkut pejabat-pejabat dan instansi administrasi negara, baik
yang bersifat: perkara pidana, perkara perdata, perkara agama, perkara
adat, dan perkara administratif murni. Sedangkan dalam arti sempit
peradilan administrasi negara adalah peradilan yang menyelesaikan
perkara-perkara administrasi murni semata-mata” dan menurut
Profesor Muhammad Abduh, SH bahwa yang diadili peradilan
administrasi, adalah pelanggaran-pelanggaran dari ketentuan yang
mengatur tentang administrasi, apakah sebagai aparatur/ sebagai
fungsi serta proses
Peradilan Tata Usaha Negara itu diadakan dalam rangka memberikan
perlindungan kepada rakyat pencari keadilan, yang merasa dirinya
dirugikan akibat suatu Keputusan Tata Usaha Negara
Tata Usaha Negara adalah Administrasi Negara yang melaksanakan
fungsi untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan baik di pusat
maupun di daerah;
Penjelasan : Yang dimaksud dengan "urusan pemerintahan" ialah
kegiatan yang bersifat eksekutif
Kekuasaan kehakiman di lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara
dalam Undang-undang ini dilaksanakan oleh Pengadilan Tata Usaha
Negara dan Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara yang berpuncak
pada Mahkamah Agung, sesuai dengan prinsip-prinsip yang ditentukan
oleh Undang-undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang Ketentuan-
ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman dan Undang-Undang Nomor 14
tahun 1985 tentang Mahkamah Agung.
Dalam Undang-undang ini diatur susunan, kekuasaan, hukum acara, dan
kedudukan Hakim serta tata kerja administrasi pada Pengadilan Tata Usaha
Negara dan Pengadian Tinggi Tata Usaha Negara. Di tiap daerah tingkat II
dibentuk sebuah Pengadilan Tata Usaha Negara yang berkedudukan di
Kotamadya atau di ibukota Kabupaten;
pembentukan itu dilakukan dengan Keputusan Presiden. Di tiap daerah
tingkat I dibentuk sebuah Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara yang
berkedudukan di ibukota Propinsi;
pembentukan itu dilakukan dengan undangundang. Pembentukan
Pengadilan Tata Usaha Negara dan Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara akan
dilaksanakan secara bertahap dengan memperhatikan berbagai faktor, baik
yang bersifat teknis maupun non teknis. Pengadilan Tata Usaha Negara
merupakan Pengadilan Tingkat pertama untuk memeriksa, memutus, dan
menyelesaikan sengketa Tata Usaha Negara bagi rakyat pencari keadilan.
Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara pada dasarnya merupakan Pengadilan
tingkat banding terhadap sengketa yang telah diputus oleh Pengadilan Tata
Usaha
Negara, kecuali:
a. sengketa kewenangan mengadili antara Pengadilan Tata Usaha Negara di
daerah hukumnya; dalam hal ini Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara
bertindak sebagai Pengadilan tingkat pertama dan terakhir;
b. sengketa yang terhadapnya telah digunakan upaya administratif; dalam
hal ini Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara bertindak sebagai Pengadilan
tingkat pertama.
Dalam Undang-undang ini juga diatur mengenai hukum acara yang
digunakan dalam proses Peradilan Tata Usaha Negara, yang meliputi hukum
acara pemeriksaan tingkat pertama dan hukum acara pemeriksaan tingkat
banding. Hukum acara yang digunakan pada Peradilan Tata Usaha Negara
mempunyai persamaan dengan hukum acara yang digunakan pada
Peradilan Umum untuk perkara perdata, dengan beberapa perbedaan antara
lain:
a. pada Peradilan Tata Usaha Negara Hakim berperan lebih aktif dalam
proses persidangan guna memperoleh kebenaran materiel dan untuk itu
Undangundang ini mengarah pada ajaran pembuktian bebas;
b. suatu gugatan Tata Usaha Negara pada dasarnya tidak bersifat
menunda pelaksanaan Keputusaan Tata Usaha Negara yang
disengketakan.
Selanjutnya sesuai dengan fungsi Peradilan Tata Usaha Negara untuk memberikan perlindungan
kepada masyarakat, maka dalam Undang-undang ini diberikan kemudahan bagi warga masyarakat
pencari keadilan, antara lain
a. mereka yang tidak pandai membaca dan menulis dibantu oleh Panitera Pengadilan untuk
merumuskan gugatannya;
b. warga pencari keadilan dari golongan masyarakat yang tidak mampu diberikan kesempatan
untuk berperkara secara cuma-cuma;
c. apabila terdapat kepentingan penggugat yang cukup mendesak; atas permohonan penggugat,
Ketua Pengadilan dapat menentukan dilakukannya pemeriksaan dengan acara cepat;
d. penggugat dapat mengajukan gugatannya kepada Pengadilan Tata Usaha Negara yang paling
dekat dengan tempat kediamannya untuk kemudian diteruskan ke Pengadilan yang berwenang
mengadilinya;
e. dalam hal tertentu gugatan dimungkinkan untuk diadili oleh Pengadilan yang daerah hukumnya
meliputi tempat kediaman penggugat;
f. Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang dipanggil sebagai saksi diwajibkan untuk datang
sendiri.
Dasar-dasar Peradilan Tata Usaha Negara (Tujuan, Pembentukan, Asas-
asas, Penegrtian Dasar, Dasar Hukum, Susunan dan Kekuasa
Pengadilan) merujuk pada UU terkait

Anda mungkin juga menyukai