Mata Kuliah Hukum Tata Usaha Negara ini mempelajari tentang
pengertian Hukum Acara Tata Usaha Negara sebagai suatu bentuk penerapan prinsip-prinsip negara hukum. Mata kuliah ini juga akan mnejelaskan mekanisme Peradilan Tata Usaha Negara dalam hal kewenangan hakim Pengadilan Tata Usaha Negara untuk menguji keputusan tata usaha negara sebagai suatu bentuk tindakan pemerintahan. Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai kompetensi absolut-relatif, upaya administratif, gugatan melalui Pengadilan Tata Usaha Negara, penundaan pelaksanaan ketetapan Tata Usaha Negara, prosedur pemeriksaaan administratif, pemeriksaan di Pengadilan Tata Usaha Negara, upaya hukum, dan tata cara eksekusi putusan peradilan tata usaha negara. Tugas Mahasiswa : 1. Individual :
A.Mencari Jurnal terbaru tentang Hukum Acara TUN sesuai
dengan RPS (1 Mahasiswa Maksimal 3 jurnal) di up load saat di e-lerning (2 kali sebelum UTS) dan (2 kali setelah UAS) B.Membuat Resume materi perkuliahan tatap muka mengacu kepada RPS KELOMPOK 2. Kelompok (max 3 orang) : a. Kunjungan ke Pengadilan PTUN, PTTUN, dan MA (Tugas Mandiri Sebelum UTS) b. Penyelesaian Sengketa TUN (Tugas Mandiri Sebelum UAS) : 1. Mencari Putusan Pengadilan PTUN, PTTUN atau MA dan dibuatkan laporan tertulis sebagai mana urutan dibawah ini : 2. Membuat Surat Kuasa dan Gugatan 3. Pihak-Pihak berperkara 4. Susunan Persidangan 5. Alat Bukti 6. Eksekusi Putusan 7. Analisis Putusan Pengadilan 8. Foto mahasiswa di Pengadilan 9. Dan hal-hal yang dianggap perlu dan penting Gambaran umum perkuliahan Pelaksanaan kuliah berlangsung selama 14 kali pertemuan yang terdiri atas : a. 8 kali tatap muka b. 4 kali belajar online (e-learning), dan c. 2 kali belajar mandiri. d. Ujian dilakukan dua kali yaitu Ujian Tengah Semester (UTS) dan Ujian Akhir Semester (UAS). e. Komponen penilaian terdiri dari: keaktifan di kelas (10%), tugas 20%, UTS 30% dan UAS 40%. f. Grade nilai A (80-100), nilai B ( 66, 79,99), nilai C (56-65,99), nilai D (46- 55,99) dan nilai E 90-45,99). Nilai A, B, dan C dinyatakan LULUS, sedangkan nilai D dan E dinyatakan TIDAK LULUS dan wajib diulang. Pertemuan 1 • Pengertian Negara Hukum • Pengertian Peradilan Administrasi • Dasar-dasar Peradilan Tata Usaha Negara (Tujuan, Pembentukan, Asas-asas, Penegrtian Dasar, Dasar Hukum, Susunan dan Kekuasa Pengadilan) Negara Hukum Pidato Soekarno 1 Juni 1945 mengusulkan mengenai dasar Negara Indonesia yang disebutkan sebagai Philosofische Grondslag atau weltfanschauung. Soekarno mengusulkan adanya lima dasar yaitu pertama Dasar Kebangsaan, kedua Dasar Internasionalisme, ketiga Dasar Mufakat, dasar perwakilan dan dasar permusyawaratan, kempat Dasar Kesejahteraan dan kelima Dasar Ketuhanan Penempatan Pancasila sebagai staatsfundamentalnorm pertama kali disampaikan oleh notonagoro Pancasila dilihat sebagai cita hukum (rechtsidee) merupakan bintang pemandu, posisi ini mengharuskan pembentuk hukum positif adalah untuk mencapai ide-ide dalam Pancasila, serta dapat digunakan untuk menguji hukum positif Pidato Soepomo pada tanggal 31 Mei 1945, bahwa pembentukan Negara harus di sesuaikan dengan riwayat hukum (rechtsgeschichte) dan lembaga sosial (sociale structuur) serta riwayat dan corak masyarakat, tiap-tiap Negara mempunyai keistimewaan sendiri-sendiri berhubungan dengan riwayat dan corak masyarakatnya. Oleh karena itu pembangunan Negara harus disesuaikan dengan struktur masyrakat Indonesia, struktur masyarakat Indonesia adalah struktur sosial Indonesia yang asli tidak lain ialah ciptaan kebudayaan Indonesia, ialah buat aliran pikiran atau semangat kebatinan bangsa Indonesia. Teori Negara Hukum yang dikemukakan oleh Muhammad Tahir Azhary, Guru Besar Hukum Tata Negara di Universitas Indonesia setidaknya ada 5 Teori Negara ukum yakni : Rechstaat, The Rule of Law, Socialis Legality, Nomokrasi Islam, dan Negara Hukum Pancasila 1. Negara Hukum (Rechstaat) Teori Negara Hukum (Rechstaat) merupakan hasil pemikiran dari Friedric Julius Stahl dan Immanuel Kant yang berkembang di Negara Eropa Kontinental. Teori Rechtstaat dari Immanuel Kant melahirkan pemikiran tentang Negara hukum formil atau sering disebut Nachtwakerstaat. Konsep ini Negara menjamin kebebasan individu sebagai anggota masyarakat, Negara tidak diperkenankan mencampuri urusan warga masyarakatanya, oleh karena itu Rechstaat ini disebut Negara Hukum Liberal Teori Rechtstaat dalam arti formil menempatakan Negara hanya sebagai penjaga ketertiban masyarakat. Teori Rechtstaat, menurut Julius Stahl memiliki unsur-unsur sebagai berikut : 1. Adanya jaminan terhadap Hak Asasi Manusia (Grondrechten) 2. Adanya pembagian kekuasaan (Scheiding van machten) 3. Pemerintahan haruslah berdasarkan peraturan-peraturan hukum (wetmatigheid van het bestuur) 4. Adanya peradilan administrasi (administratief rechtspraak) Sejalan dengan pemikiran Stahl, D.H.M. Meuwissen sebagai mana dikuti oleh Philippus M Hadjon mengemukakan bahwa Undang-Undang Dasar atau Konstitusi merupakan unsur yang harus ada dalam Teori Negara Hukum, sebab konstitusi merupakan jaminan perlindungan hak-hak dasar warga Negara, adapun ciri-ciri Rechtstaat sebagai berikut : 1. Adanya Undang-Undang Dasar atau konstitusi yang memuat kententuan- ketentuan tertulis tentang hubungan antara penguasa dengan rakyat 2. Adanya pembagian kekuasaan Negara, yang meliputi kekuasaan pembuat undang-undang yang ada ditangan parlemen, kekuasaan kehakiman yang bebas yang tidak hanya menangani sengketa antara individu rakyat tetapi juga antara penguasa dan rakyat, dan pemerintah yang mendasarkan tindakannya atas undang-undang (wetmatig bestuur) 3. Diakui dan dilindunginya hak kebebasan rakyat ( vijheidstrechten van de burger) M. Schelterma seorang pemikir Belanda, sebagaimana dikutip B Arif Shidarta, berpendapat bahwa ciri khas Negara hukum ialah bahwa Negara memberikan naungan kepada warganya dan naungan tersebut berbeda tiap negara, karena tiap Negara atau bangsa memiliki pengertian dan isi negara hukum yang berbeda pula menurut M. Schelterma unsur utama Negara hukum yakni : 1. Pengakuan, Penghormatan, dan perlindungan hak asasi manusia yang berakar dalam penghormatan atas martabat manusia. 2. kepastian hukum. Negara hukum haruslah bertujuan untuk menciptakan kepastian hukum dan unsur-unsur asasnya sebagai berikut : a) Asas Legalitas, Konstitutionalitas, dan supremasi hukum b) Asas undang-undang menetapkan berbagai perangkat peraturan tentang cara pemerintah dan para pejabatnya melakukan tindakan pemerintahan c) Asas Non-Retroaktif, dimana perundang-undangan sebelum mengikat harus terlebih dahulu diundangkan dan diumumkan secara layak d) Asas peradilan bebas, independent, impartial, objektif, rasional, adil dan manusiawi e) Asas Non Liquet, hakim tidak boleh menolak perkara, karena alas an undang-undang tidak ada atau tidak jelas f) Hak asasi manusia harus dirumuskan dan dijamin perlindungannya dalam undang-undang dasar atau undang-undang 3. Asas Persamaan (similia similibus atau equality befor the law) bahwa negara hukum pemerintah tidak boleh mengistimewakan orang atau kelompok orang tertentu atau mendiskriminasikan orang atau kelompok. Didalam prinsip ini terkandung makna : adanya jaminan persamaan bagi semua orang dihadapan hukum dan pemerintahan dan tersedianya mekanisme untuk menuntut perlakuan yang sama bagi semua warga Negara 4. Asas Demokrasi 5. Asas Pemerintahan untuk Rakyat, dalam asas ini terkandung hal-hal sebagai berikut : asas-asas umum pemerintahan yang layak, syarat-syarat fundamental bagi keberadaan manusia yang bermartabat dijamin dan dirumuskan dalam peraturan perundang-undangan, khususnya dalam konstitusi dan pemerintah secara rasional menata setiap tindakannya, memiliki tujuan yang jelas dan berhasil guna diselenggarakan secara efektif dan efisien. Demokrasi sebagai suatu gagasan politik di dalamnya terkandung 5 (lima) kriteria, yaitu: 1. persamaan hak pilih dalam menentukan keputusan kolektif yang mengikat 2. partisipasi efektif, yaitu kesempatan yang sama bagi semua warga negara dalam proses pembuatan keputusan secara kolektif 3. pembeberan kebenaran, yaitu adanya peluang yang sama bagi setiap orang untuk memberikan penilaian terhadap jalannya proses politik dan pemerintahan secara logis 4. kontrol terakhir terhadap agenda, yaitu adanya keputusan eksklusif bagi masyarakat untuk menentukan agenda mana yang harus dan tidak harus diputuskan melalui proses pemerintahan, termasuk mendelegasikan kekuasaan itu pada orang lain atau lembaga yang mewakili masyarakat, dan 5. pencakupan, yaitu terliputnya masyarakat mencakup semua orang dewasa dalam kaitannya dengan hukum Dari pendapat para pakar yang disebutkan sebelumnya, dapat diketahui karakteristik dari Rechstaat ialah : 1. adanya jaminan perlindungan hak asasi manusia dalam konstitusi, adanya pemisahan atau pembagian kekuasaan 2. adanya pemerintahan berdasarkan undang-undang dasar, adanya peradilan tata usaha Negara 3. adanya asas legalitas atau kepastian hukum, adanya kekuasaan kehakiman yang bebas dan tidak memihak 4. adanya prinsip persamaan dihadapan hukum dan dianutnya pahak demokrasi. Sisi yang lain Negara hukum liberal atau yang sering disebut sebagai negara hukum dalam arti sempit adalah konsepsi yang diberikan oleh Immanuel Kant (17 24 – 1804 SM), yang kemunculannya bersamaan dengan lahirnya faham liberalisme yang menentang kekuasaan absolut dari para raja pada masa itu 2. The Rule of Law Teori Negara Hukum Rule of Law berkembang dinegara-negara Anglo-Saxon. Dinegara inggris berkembang konsep yang dinamakan Rule of Law . Rule of Law menjadi popular oleh uraian A.V. Dicey dalam bukunya yang berjudul Law and The Constitution (1952). Dalam bukunya A.V. Dicey mengungkapkan bahwa unsur-unsur Rule of Law mencakup : 1. Supremasi aturan-aturan hukum (Supremacy of Law) tidak adanya kekuasaan sewenang-wenang (absence of arbitrary power) dalam arti bahwa seseorang hanya boleh dihukum kalau melanggar hukum. 2. Kedudukan hukum yang sama di ahadap hukum (equality before the law) dalil ini berlaku baik untuk orang biasa maupun pejabat 3. Terjaminnya hak-hak manusia oleh undang-undang serta keputusan- keputusan pengadilan. Unsur yang paling penting dari Rule of law adalah Supremacy of law atau supremasi hukum, di inggris merupakan unsur mutlak yang tidak dapat ditawar-tawar dari rule of law. Unsur kedua adalah equality befor the law, atau persamaan dihadapan hukum. Unsur ketiga adalah the constitution based on individual right. Hak-hak individu dijamin dan dilindungi oleh konstitusi. Friedman, berpendapat bahwa Negara hukum identik dengan rule of law, istila Rechts staat menurut Friedman mengandung arti pembatasan kekuasaan Negara. Rule of law dapat dipakai dalam arti formal dan dalam arti materil, dalam arti formal artinya sebagai kekuasaan umum yang terorganisir. Dalam pengertian ini setiap organisasi hukum (termasuk organisasi yang dinamakan Negara) mempunyai rul of law, sehingga kita dapat berbicara tentang rule of law dari RRC, Perancis, Jerman, dan sebagainya. • Lawrence M Friedman : perkembangan sosiologi hukum di amerika serikat konsepsi budaya hukum (legal culture) diperkenalkan pada tahun 60-an lewat tulisan yang berjudul : legal culture andsocial Development didalam law and society review • Memperkenalkan konsepsi sistem hukum yang mencakup struktur hukum, substansi hukum dan budaya hukum 3. Karakteristik Socialist Legality Teori Socialist Legality mengandung prinsip yang berbeda dari teori Rechtstaat dan Rul of Law. Karakterisitik dari teori Socialist Legality adalah bersumber pada paham komunis yang menempatkan hukum sebagai alat untuk mewujudkan sosialisme dengan mengabaikan hak- hak perseorangan, hak-hak individu harus lebur dalam tujuan sosialisme yang mengutamakan kepentingan masyarakat diatas kepentingan pribadi individu-individu, teori ini selain bersifat sekuler dan atheis juga anti terhadap nilai-nilai transcendental. Dalam Socialist Legality yang diingikan adalah adanya realisasi dari sosialisme sebagai sumber yang paling menentukan meliputi segala aktivitas organ Negara pemerintahan, pejabat pemerintah dan warga Negara. Muhammad Tahir Azhary, Socialist Legality mempunyai prinsip- prinsip sebagai berikut : 1. Perwujudan sosialisme 2. Hukum adalah alat dibawah sosialisme 3. Penekanan pada sosialisme, realisasi, sosialisme ketimbang hak-hak perorangan 4. Karakterisitik Nomokrasi Islam Menurut ibnu Khaldun dalam islam ada 2 macam bentuk Negara hukum yaitu : pertama, Siyasah Diniyah diterjemahkan sebagai nomokrasi islam dan kedua Siyasah Aqliyah diterjemahkan sebagai nomorasi sekuler. Siyasah Diniyah menurut Muhammad Tahir Azhary, mempunyai prinsip-prinsip umum berikut : 1. prinsip kekuasaan sebagai amanah. 2. prinsip musyawarah. 3. prinsip keadilan. 4. prinsip persamaan. 5. prinsip pengakuan dan perlindungan setiap hak asasi manusia. 6. prinsip peradilan bebas. 7. prinsip perdamaian. 8. prinsip kesejahteraan. 9. prinsip ketaatan rakyat . Menurut Tahir Azhary, nomokrasi islam dibandingkan dengan Rechtstaat dan Rule of Law memeiliki beberapa keunggulan sebagai berikut : Nomokrasi islam bersumber dari Wahyu Allah SWT, dan oleh karena itu ia mengandung kebenaran yaitu : 1. Memiliki sifat bi-dimensional, yaitu duniawi dan ukhrawi 2. Konsep nomorasi islam berisi nilai-nilai ketuhanan 3. Nomorasi islam dilandasi pokok-pokok dalam islam yaitu : tauhid atau ketuhanan yang maha esa, amar ma’ruf nahi munkar. 4. Nomorasi islam berlaku bagi seluruh umat manusia. prinsip-prinsipnya mengandung nilai-nilai universal, dan sesuai dengan fitrah manusia. 5. Karakteristik Negara Hukum Pancasila Indonesia, sebagai negara yang terlahir pada abad modern melalui Proklamasi 17 Agustus 1945 juga “mengklaim” dirinya sebagai Negara hukum. Jika dikaitkan dengan unsur-unsur negara hukum sebagaimana uraian pada pembahasan di atas, maka dapat ditemukan pengaturan unsur- unsur negara hukum dalam Batang Tubuh UUD 1945 sebagai berikut: 1. Perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia (HAM); 2. Pemisahan / pembagian kekuasaan; 3. Pemerintahan berdasarkan undang-undang; dan 4. Peradilan administrasi yang berdiri sendiri. • Perlindungan terhadap HAM di dalam UUD 1945 (sebelum perubahan) selain telah dijamin pengaturannya pada Pembukaan UUD 1945, juga telah diatur dalam Batang Tubuh UUD 1945 yaitu dalam Pasal-pasal 27, 28, 29, 30, 31, dan Pasal 34. Kemudian setelah UUD 1945 dilakukan perubahan, perlindungan terhadap HAM telah dijamin pengaturannya lebih komprehensif lagi jika dibandingkan dengan UUD 1945 sebelum perubahan yang dituangkan dalam pasal-pasal HAM pada bab tersendiri yaitu Bab X A dengan judul “Hak Asasi Manusia”, dan di dalamnya terdapat 10 pasal tentang HAM ditambah 1 pasal (pasal 28) dari bab sebelumnya (Bab X) tentang “Warga Negara dan Penduduk”, sehingga ada 11 pasal tentang HAM mulai dari Pasal 28, 28 A sampai dengan Pasal 28 J. • UUD 1945 sebelum perubahan menganut paham pembagian kekuasaan secaravertikal, bukan pemisahan kekuasaan yang bersifat horizontal. Dalam hal ini kedaulatan rakyat dianggap terwujud penuh dalam wadah MPR yang dapat ditafsirkan sebagai lembaga tertinggi ataupun sebagai forum tertinggi. Dari sini, fungsi-fungsi tertentu dibagikan sebagai tugas dan kewenangan lembaga-lembaga tinggi negara yang ada di bawahnya, yaitu Presiden, DPR, MA, dan seterusnya. Akan tetapi, dalam Perubahan Pertama dan Kedua UUD 1945, prinsip pemisahan kekuasaan secara horizontal jelas mulai dianut oleh para perumus Perubahan UUD 1945 seperti tercermin dalam Perubahan Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 20 ayat (1) sampai ayat (5). • Sebagai suatu negara hukum berdasarkan UUD 1945, Presiden RI memegang kekuasaan pemerintahan menurut UUD, Presiden berhak mengajukan RUU kepada DPR. Presiden menetapkan PP untuk menjalankan UU sebagaimana mestinya. Semua ketentuan UUD 1945 itu merupakan hukum positif yang menjadi dasar konstitusional (Constitutionale atau Grondwettelyke Grondslag) dari adanya sifat wetmatigheid van het bestuur, seperti yang telah termuat di dalam Pasal 4 ayat (1) dan Pasal 5 ayat (1) dan (2) UUD 1945. • Meskipun keberadaan peradilan administrasi (administrative court) merupakan ciri khas negara hukum liberal yang lebih mengutamakan perlindungan terhadap hak asasi individu, namun dalam negara hukum Indonesia yang berdasarkan cita Negara Pancasila peradilan administrasi negara bukanlah unsur utama, melainkan unsur turunannya yang diturunkan dari unsur utama karena dalam cita Negara Pancasila lebih mengutamakan masyarakat daripada individu, tetapi tidak berarti bahwa individu tidak mendapatkan tempat sama sekali melainkan harkat dan martabat manusia tetap diperhatikan. Dengan demikian, keberadaan peradilan administrasi negara di Indonesia merupakan salah satu sarana untuk memberikan perlindungan terhadap hak asasi manusia (HAM) dengan cara melakukan pengawasan atau control judicial terhadap pemerintahan sebagai wujud pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak warga negara. Maka, kepada rakyat harus diberi kesempatan untuk menggugat pegawai atau instansi pemerintahan yang melakukan kesalahan dan yang menurut mereka dianggap merugikan hak-hak mereka, sehingga adanya peradilan administrasi diharapkan dapat memberikan jaminan tegaknya keadilan bagi tiap-tiap warga negara. Sri Soemantri merumuskan unsur-unsur yang terkandung dalam Negara hukum pancasila adalah : 1. Adanya pengakuan terhadap jaminan hak asasi manusia dan warga Negara 2. Adanya jaminan pembagian kekuasaan 3. Bahwa dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya pemerintah harus selalu berdasarkan atas hukum yang berlaku, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis 4. Adanya kekuasaan kehakiman yang merdeka Menurut Jimly Asshdiqie terdapat 13 prinsip-prinsip Negara hukum yaitu : 1. Supremasi Konstitusi 2. Persamaan dalam Hukum 3. Asas Legalitas 4. Adanya Pembatasan kekuasaan berdasarkan Undang-Undang Dasar 5. Berfungsi organ-organ Negara yang independent, dan saling mengendalikan 6. Prinsip peradilan yang bebas dan tidak memihak 7. Tersedianya upaya peradilan tata usaha Negara 8. Tersedianya peradilan tatanegara 9. Adanya jaminan perlindungan hak asasi manusia 10. Bersifat demokratis, sehingga pembentukan hukum yang bersifat demokratis dan partisipatoris dapat terjamin 11. Berfungsi sebagi sarana mewujudkan tujuan bernegara 12. Adanya pers yang bebas dan prinsip pengelolaan kekuasaan Negara yang trasnparan dan akuntabel dengan efektifnya mekanisme control social yang terbuka 13. Berketuhanan Yang Maha Esa. Selanjutnya international Commision of jurist, yang merupakan suatu organisasi ahli hukum international dalam konferensinya di Bangkok tahun 1965 sangat memperluas konsep Rul of Law dan menekankan apa yang dinamakan “aspek dinamis dan Rule of Law di era modern “ dikemukana bahwa syarat-syarat dasar untuk terselenggaranya pemerintahan yang demokratis di bawah Rule Of Law adalah: 1. Perlindungan konstitusional. Dalam arti bahwa konstitusi selain dari menjamin hak-hak individu, harus menentukan juga cara procedural untuk memperoleh perlindungan atas hak-hak yang dijamin 2. Badan kehakiman yang bebas dan tidak memihak (independent and impartial tribunal) 3. Pemilihan umum yang bebas 4. Kebebasan untuk menyatakan pendapat 5. Kebebasan untuk berserikat/berorganisasi dan beroposisi 6. Pendidikan kewarganegaraan Peradilan Administrasi
Indonesia sebagai negara hukum memiliki dasar konstitusional
pembentukan Peradilan Tata Usaha Negara yaitu dalam Pasal 24 UUD 1945 yang menyatakan : 1. Kekuasaan Kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan 2. Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan yang ada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum,lingkungan peradilan agama, lingkunganperadilan militer, lingkungan peradilan tatausaha negara, dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi Sebagai peraturan pelaksana dari Pasal 24 UUD 1945 tersebut, diundangkanlah Undang-undang Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman (sekaligus bentuk perubahan UU tsb). Dalam Bab II Pasal 10, disebutkan terdapat lingkungan Badan- Badan Peradilan yaitu Peradilan Umum, Peradilan Agama, Peradilan Militer, dan Peradilan Tata Usaha Negara. Dengan demikan jelaslah bahwa dasar hukum pembentukan Peradilan Tata Usaha Negara yang bebas dan mandiri cukup kuat, sama halnya dengan ketiga peradilan lainnya. Menurut beberapa ahli tentang dibentuknya Peradilan Administrasi, antara lain adalah Eddy Supriyanto berpendapat bahwa keberadaan peraturan Tata Usaha Negara adalah sebagai pelengkap dalam upaya untuk keadilan. Kelahirannya di saat-saat sekarang adalah diliputi oleh situasi kehidupan bernegara dan berbangsa disebabkan oleh beberapa hal, yaitu : 1. Peraturan lahir pada zaman orde baru. 2. Peraturan lahir pada kurun waktu Pelita IV sebagai era hukum. 3. Peraturan lahir setelah Pancasila diterima sebagai satu-satunya asas. 4. Peraturan lahir disaat menyongsong tinggal landas pada Pelita V. Tujuan pembentukan dan kedudukan suatu peradilan administrasi dalam suatu bangsa adalah terkait dengan falsafah negara yang dianutnya. Bagi Republik Indonesia yang merupakan negara hukum Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945, hak dan kepentingan perseorangan dijunjung tinggi dan disamping itu hak masyarakat Dalam arti luas “Peradilan Administrasi Negara adalah peradilan yang menyangkut pejabat-pejabat dan instansi administrasi negara, baik yang bersifat: perkara pidana, perkara perdata, perkara agama, perkara adat, dan perkara administratif murni. Sedangkan dalam arti sempit peradilan administrasi negara adalah peradilan yang menyelesaikan perkara-perkara administrasi murni semata-mata” dan menurut Profesor Muhammad Abduh, SH bahwa yang diadili peradilan administrasi, adalah pelanggaran-pelanggaran dari ketentuan yang mengatur tentang administrasi, apakah sebagai aparatur/ sebagai fungsi serta proses Peradilan Tata Usaha Negara itu diadakan dalam rangka memberikan perlindungan kepada rakyat pencari keadilan, yang merasa dirinya dirugikan akibat suatu Keputusan Tata Usaha Negara Tata Usaha Negara adalah Administrasi Negara yang melaksanakan fungsi untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan baik di pusat maupun di daerah; Penjelasan : Yang dimaksud dengan "urusan pemerintahan" ialah kegiatan yang bersifat eksekutif Kekuasaan kehakiman di lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara dalam Undang-undang ini dilaksanakan oleh Pengadilan Tata Usaha Negara dan Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara yang berpuncak pada Mahkamah Agung, sesuai dengan prinsip-prinsip yang ditentukan oleh Undang-undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang Ketentuan- ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman dan Undang-Undang Nomor 14 tahun 1985 tentang Mahkamah Agung. Dalam Undang-undang ini diatur susunan, kekuasaan, hukum acara, dan kedudukan Hakim serta tata kerja administrasi pada Pengadilan Tata Usaha Negara dan Pengadian Tinggi Tata Usaha Negara. Di tiap daerah tingkat II dibentuk sebuah Pengadilan Tata Usaha Negara yang berkedudukan di Kotamadya atau di ibukota Kabupaten; pembentukan itu dilakukan dengan Keputusan Presiden. Di tiap daerah tingkat I dibentuk sebuah Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara yang berkedudukan di ibukota Propinsi; pembentukan itu dilakukan dengan undangundang. Pembentukan Pengadilan Tata Usaha Negara dan Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara akan dilaksanakan secara bertahap dengan memperhatikan berbagai faktor, baik yang bersifat teknis maupun non teknis. Pengadilan Tata Usaha Negara merupakan Pengadilan Tingkat pertama untuk memeriksa, memutus, dan menyelesaikan sengketa Tata Usaha Negara bagi rakyat pencari keadilan. Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara pada dasarnya merupakan Pengadilan tingkat banding terhadap sengketa yang telah diputus oleh Pengadilan Tata Usaha Negara, kecuali: a. sengketa kewenangan mengadili antara Pengadilan Tata Usaha Negara di daerah hukumnya; dalam hal ini Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara bertindak sebagai Pengadilan tingkat pertama dan terakhir; b. sengketa yang terhadapnya telah digunakan upaya administratif; dalam hal ini Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara bertindak sebagai Pengadilan tingkat pertama. Dalam Undang-undang ini juga diatur mengenai hukum acara yang digunakan dalam proses Peradilan Tata Usaha Negara, yang meliputi hukum acara pemeriksaan tingkat pertama dan hukum acara pemeriksaan tingkat banding. Hukum acara yang digunakan pada Peradilan Tata Usaha Negara mempunyai persamaan dengan hukum acara yang digunakan pada Peradilan Umum untuk perkara perdata, dengan beberapa perbedaan antara lain: a. pada Peradilan Tata Usaha Negara Hakim berperan lebih aktif dalam proses persidangan guna memperoleh kebenaran materiel dan untuk itu Undangundang ini mengarah pada ajaran pembuktian bebas; b. suatu gugatan Tata Usaha Negara pada dasarnya tidak bersifat menunda pelaksanaan Keputusaan Tata Usaha Negara yang disengketakan. Selanjutnya sesuai dengan fungsi Peradilan Tata Usaha Negara untuk memberikan perlindungan kepada masyarakat, maka dalam Undang-undang ini diberikan kemudahan bagi warga masyarakat pencari keadilan, antara lain a. mereka yang tidak pandai membaca dan menulis dibantu oleh Panitera Pengadilan untuk merumuskan gugatannya; b. warga pencari keadilan dari golongan masyarakat yang tidak mampu diberikan kesempatan untuk berperkara secara cuma-cuma; c. apabila terdapat kepentingan penggugat yang cukup mendesak; atas permohonan penggugat, Ketua Pengadilan dapat menentukan dilakukannya pemeriksaan dengan acara cepat; d. penggugat dapat mengajukan gugatannya kepada Pengadilan Tata Usaha Negara yang paling dekat dengan tempat kediamannya untuk kemudian diteruskan ke Pengadilan yang berwenang mengadilinya; e. dalam hal tertentu gugatan dimungkinkan untuk diadili oleh Pengadilan yang daerah hukumnya meliputi tempat kediaman penggugat; f. Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang dipanggil sebagai saksi diwajibkan untuk datang sendiri. Dasar-dasar Peradilan Tata Usaha Negara (Tujuan, Pembentukan, Asas- asas, Penegrtian Dasar, Dasar Hukum, Susunan dan Kekuasa Pengadilan) merujuk pada UU terkait