Anda di halaman 1dari 6

Nama : Tri Putri Nur Fajrin Botutihe

Dosen Pengajar : Umar Sako Baderan

Mata Kuliah : Birokrasi Organisasi

Kelas : Apdes S
Latar Belakang Birokrasi
Kata birokrasi mula-mula berasal dari kata legal-rasional. Organisasi disebut rasional dalam hal
penetapan tujuan dan perancangan organisasi untuk mencapai tujuan tersebut. Menurut Weber,
bentuk organisasi birokratik merupakan bentuk yang paling efisien.

Birokrasi digunakan untuk dapat membantu mempermudah dalam memberikan layanan pendidikan
yang pasti akan mempengaruhi dalam upaya peningkatan mutu pendidikan. Birokrasi merupakan
instrumen pembangunan pendidikan. Kekuatan birokrasi Indonesia sebetulnya bisa menjadi mesin
penggerak yang luar biasa apabila mampu didayagunakan untuk memajukan kesejahteraan rakyat.
Jika birokrasi dijalankan dengan benar, konsisten dan bertanggungjawab, maka kualitas pendidikan
akan maju.

Pengertian Birokasi
Birokrasi adalah instrimen penting dalam masyarkat modern yang kehadirannya tak mungkin
terelakkan. Eksistensi biroktasi ini sebagai konsekuensi logis dari tugas utama negara
“pemerintahan” untuk menyelenggarakan kesejahteraan masyarakat “social welfare”. Negara
dituntut terlibat dalam memproduksi barang dan jasa yang diperlukan oleh rakyatnya “public goods
and services” baik secara langsung maupun tidak.

Bahkan dalam keadaan tertentu negara yang memustuskan apa yang terbaik bagi rakyatnya, untuk
itu negara membangun sistem administrasi yang bertujuan untuk melayani kepentingan rakyatnya
yang disebut dengan istilah birokrasi.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia  kata “birokrasi” artinya sistem pemerintahan yang di
jalankan oleh pegawai pemerintah karena telah berpegang pada hierarki dan jenjang jabatan, cara
bekerja atau susunan pekerjaan yang serba lamban serta menurut tata aturan yang banyak liku-
likunya.

Menurut  Pryudi Atmosudirdjo (dalam Pasolong, 2007) mengemukakan bahwa birokrasi mempunyai
tiga arti yaitu (1) birokrasi sebagai suatu tipe organisasi tertentu, (2) birokrasi sebagai sistem, (3)
birokrasi sebagai jiwa kerja.

Birokrasi harus dicerna sebagai satu fenomena sosiologis. Dan birokrasi sebaiknya dipandang
sebagai buah dari proses rasionalisasi. Konotasi atau anggapan negatif terhadap birokrasi
sebenarnya tidak mencerminkan birokrasi dalam sosoknya yang utuh. Birokrasi adalah salah satu
bentuk dari organisasi, yang diangkat atas dasar alasan keunggulan teknis, di mana organisasi
tersebut memerlukan koordinasi yang ketat, karena melibatkan begitu banyak orang dengan
keahlian-keahlian yang sangat bercorak ragam. Ada tiga kecenderungan dalam merumuskan atau
mendefinisikan birokrasi, yaitu pendekatan struktural, pendekatan behavioral (perilaku) dan
pendekatan pencapaian tujuan.

Apa yang telah dikerjakan oleh Max Weber adalah melakukan konseptualisasi sejarah dan
menyajikan teori-teori umum dalam bidang sosiologi. Di antaranya yang paling menonjol adalah
teorinya mengenai birokrasi. Cacat-cacat yang sering kali diungkapkan sebenarnya lebih tepat
dicerna sebagai disfungsi birokrasi. Dan lebih jauh lagi, birokrasi itu sendiri merupakan kebutuhan
pokok peradaban modern. Masyarakat modern membutuhkan satu bentuk organisasi birokratik.
Pembahasan mengenai birokrasi mempunyai kemiripan dengan apa yang diamati oleh teori
organisasi klasik.

Dalam membahas mengenai otoritas Weber mengajukan 3 tipe idealnya yang terdiri dari otoritas
tradisional, karismatik dan legal rasional. Otoritas tradisional mendasarkan diri pada pola
pengawasan di mana legitimasi diletakkan pada loyalitas bawahan kepada atasan. Sedang otoritass
kharismatik menunjukkan legitimasi yang didasarkan atas sifat-sifat pribadi yang luar biasa. Adapun
otoritas legal rasional kepatuhan bawahan di dasarkan atas legalitas formal dan dalam yurisdiksi
resmi.

Kelemahan dari teori Weber terletak pada keengganan untuk mengakui adanya konflik di antara
otoritas yang disusun secara hierarkis dan sulit menghubungkan proses birokratisasi dengan
modernisasi yang berlangsung di negara-negara sedang berkembang. Tapi diluar dari semua itu
Weber mengemukakan organisasi birokratis merupakan jenis organisasi yang mempunyai
karakteristik yang sesuai bagi sebuah masyarakat industri, baik untuk lembaga pemerintah, maupun
untuk organisasi usaha.

Birokrasi   yang   pada   dasarnya   merupakan   unsur   pelaksana   dalam pelaksanaan  tugas-tugas
yang  telah  ditetapkan  oleh  pemerintah  dituntut  untuk dapat melaksanakan tugas dan fungsinya
sesuai dengan apa yang menjadi tuntutan masyarakat sehingga tidak terlepas dari perilaku birokrasi.
Perilaku birokrasi tidak dapat terlepas dari komponen yang mendasari perilaku organisasi yakni
adanya dorongan jiwa yang mempengaruhi pelaku organisasi (orang yang memimpin atau yang
memberikan pelayanan)  maupun  perilaku  yang  memang  telah  menjadi standar   baku   suatu 
organisasi.

Pengertian Birokrasi Menurut Para Ahli


Adapun pengertian birokrasi menurut para ahli yang diantaranya yaitu:

 Menurut Hegel Dan Karl Marx

Keduanya mengartikan birokrasi sebagai instrumen untuk melakukan pembebasan dan transformasi
sosial. Hegel berpendapat birokrasi ialah medium yang dapat dipergunakan untuk menghubungkan
kepentingan partikular dengan kepentingan general “umum”.

Semenetara itu teman seperjuangannya, Karl Marx berpendapat bahwa birokrasi merupakan
instrumen yang dipergunakan oleh kelas yang dominan untuk melaksanakan kekuasaan
dominasinya atas kelas-kelas sosial lainnya, dengan kata lain birokrasi memihak kepada kelas
partikular yang mendominasi tersebut.

 Menurut Bintoro Tjokroamidjojo “1984”

Birokrasi dimaksudkan untuk mengorganisir secara teratur suatu pekerjaan yang harus
dilakukan oleh banyak orang. Dengan demikian sebenarnya tujuan dari adanya birokrasi ialah
agar pekerjaan dapat diselesaikan dengan cepat dan terorganisir. Bagimana suatu pekerjaan
yang banyak jumlahnya harus diselesaikan oleh banyak orang sehingga tidak terjadi tumpang
tindih di dalam penyelesaiannya, itulah yang sebenarnya menjadi tugas dari birokrasi.

 Menurut Blau Dan Page “1956”

Birokrasi sebagai tipe dari suatu organisasi yang dimaksudkan untuk mencapai tugas-tugas
administratuf yang besar dengan cara mengkoordinir secara sistematis “teratur” pekerjaan dari
banyak orang”. Jadi menurut Blau dan Page, birokrasi justru untuk melaksanakan prinsip-prinsip
organisasi yang ditujukan untuk meningkatkan efisiensi administratif, meskipun kadalangkala di
dalam pelaksanaannya birokratisasi seringkali mengakibatkan adanya ketidak efisienan.

 Menurut Ismani “2001”

Bahwa dalam birokrasi terdapat aturan-aturan yang rasional, struktur organisasi dan proses
berdasarkan pengetahuan teknis dan dengan efisiensi dan setinggi-tingginya, dari padangan yang
demikian tidak sedikitpun alasan untuk menganggap birokrasi itu jelek dan tidak efisien.

 Menurut Fritz Morstein Marx

Dengan mengutip pendapat Fritz Morstein Marx, Bintoro Tjokroamidjojo “1984” mengemukakan
bahwa birokrasi ialah “tipe organisasi yang dipergunakan pemerintahan modern untuk pelaksanaan
berbagi tugas-tugas yang bersifat spesialisasi, dilaksanakan dalam sistem administrasi yang
khususnya oleh aparatur pemerintahan.

 Menurut Riant Nugroho Dwijowijoto

Dengan mengutip Blau dan Meyer, Dwijowijoto “2004” menjelaskan bahwa “Birokrasi ialah suatu
lembaga yang sangat kuat dengan kemampuan untuk meningkatkan kapasitas-kapasitas potensial
terhadap hal-hal yang baik maupun buruk dalam keberadaannya sebagai instrumen administrasi
rasional yang netral pada skala yang besar”. Yang selanjutnya dikemukan bahwa ” di dalam
masyarakat modern, dimana terdapat begitu banyak urusan yang terus-menerus dan ajeg, hanya
organisasi birokrasi yang mampu menjawabnya, birokrasi dalam praktek dijabarkan sebagai pegawai
negeri sipil”.

 Menurut Farel Heady “1989”

Birokrasi ialah struktur tertentu yang memiliki karakteristik tertentu; hierarki, diferensiasi dan
kualifikasi atau kompetensi. Hierarkhi berkaitan dengan struktur jabatan yang mengakibatkan
perbedaan tugas dan wewenang antar anggota organisasi.

Diferensisasi yang dimaksud ialah perbedaan tugas dan wewenang antar anggota organisasi
birokrasi dalam mencapai tujuan. Sedangkan kualifikasi atau kompetensi maksudnya ialah seorang
birkrat hendaknya orang yang memiliki kualifikasi atau kompetensi yang diperlukan untuk
melaksanakan tugas dan wewenangnya secara profesional.

Dalam hal ini seorang birokrat bukanlah orang yang tidak tahu menahu tentang tugas dan
wewenangnya, melainkan orang yang sangat profesioan dalam menjalankan tugas dan
wewenangnya tersebut.

 Menurut Blau Dan Meyer

Birokrasi merupakan suatu yang penuh dengan kekakuan “inflexibility” dan kemandegan struktural
“structiral static” tata cara yang berlebihan “ritualism” dan penyimpangan sasaran “pervesion goals”
sifat pengabaian “alienation” serta otomatis “automatism” dan menutup diri terhadap perbedaan
pendapat “constrain of dissent”. Dengan demikian Blau dan Meyer melihat bahwa birokrasi ialah
sesuatu yang negatif yang hanya akan menjadi masalah bagi masyarakat.

 Menurut Max Weber

Weber menulis banyak sekali tentang kedudukan pejabat dalam masyarakat modern, baginya
kedudukan pejabat merupakan tipe penanan sosial yang makin penting. Ciri-ciri yang berbeda dari
peranan ini ialah:

 Pertama, seseorang memiliki tugas-tugas khusus untuk dilakukan.


 Kedua, bahwa fasilitas dan sumber-sumber yang diperlukan untuk memenuhi tugas-tugas itu
diberikan oleh orang-orang lain, bukan oleh pemegang peranan itu.
 Birokrasi yang sedang berjalan saat ini
 Birokrasi di negara sedang berkembang diharapkan menunjukan perbedaannya dari pola-
pola prilaku yang dapat disosialisasikan dengan model birokrasi klasik yang biasanya
didasarkan atas pengamatannya terhadap birokrasi dinegara barat (Kamuli, 2012).

 Tidak mudah mengindentifikasi penampilan birokrasi Indonesia. Namun perlu dikemukakan


lagi, bahwa organisasi pada prinsipnya berintikan rasionalitas dengan kriteria-kriteria umum,
seperti efektivitas, efisiensi, dan pelayanan yang sama kepada masyarakat. Ada beberapa
aspek pada penampilan birokrasi di Indonesia,antara lain:

1. Sentralisasi yang cukup kuat

Sentralisasi sebenarnya merupakan salah satu ciri umum yang melekat pada birokrasi yang rasional.
Di Indonesia, kecenderungan sentralisasi yang amat kuat merupakan salah satu aspek yang
menonjol dalam penampilan birokrasi pemerintah. Hal ini disebabkan karena birokrasi pemerintah
bekerja dan berkembang dalam lingkungan yang kondusif terhadap hidup dan berkembangya nilai-
nilai sentralistik tersebut.
2. Menilai tinggi keseragaman dan struktur birokrasi

Sama seperti sentralisasi, keseragaman dalam struktur juga merupakan salah satu ciri umum yang
sering melekat pada setiap organisasi birokrasi. Di Indonesia, keseragaman atau kesamaan bentuk
susunan, jumlah unit, dan nama tiap unit birokrasi demikian menonjol dalam stuktur birokrasi
pemerintah.

3. Pendelegasian wewenang yang kabur

Dalam birokrasi Indonesia, nampaknya pendelegasian wewenang masih menjadi masalah. Meskipun
struktur birokrasi pada pemerintah Indonesia sudah hirarkis, dalam praktek perincian wewenang
menurut jenjang sangat sulit dilaksanakan. Dalam kenyataannya, segala keputusan sangat
bergantung pada pimpinan tertinggi dalam birokrasi. Sementara hubungan antar jenjang dalam
birokrasi diwarnai oleh pola hubungan pribadi.

4. Kesulitan menyusun uraian tugas dan analisis jabatan

Meskipun perumusan uraian tugas dalam birokrasi merupakan kebutuhan yang sangat nyata, jarang
sekali birokrasi kita memilikinya secara lengkap. Kalaupun ada sering tidak dijalankan secara
konsisten. Di samping hambatan yang berkaitan dengan keterampilan teknis dalam penyusunannya,
hambatan yang dirasakan adalah adanya keengganan merumuskannya dengan tuntas. Kesulitan lain
yang dihadapi birokrasi di Indonesia adalah kesulitan dalam merumuskan jabatan fungsional. Secara
mendasar, jabatan fungsional akan berkembang dengan baik jika di dukung oleh rumusan tugas
yang jelas serta spesialisasi dalam tugas dan pekerjaan yang telah dirumuskan secara jelaas pula.

Hal lain yang cukup menarik dan dapat dijumpai dalam penampilan birokrasi pemerintah Indonesia
adanya upacara-upacara yang bersifat formalitas dan hubungan yang bersifat pribadi. Hubungan
yang bersifat pribadi sangat mendapat tempat dalam budaya birokrasi di Indonesia, karena dengan
adanya hubungan pribadi dengan para key person banyak persoalan yang sulit menjadi mudah atau
sebaliknya. Dapat dikatakan bahwa birokrasi di negara kita belum baik dan masih banyak yang perlu
diperbaiki.

Misalnya saja dalam dunia pendidikan di Indonesia, tidak dipungkiri sudah menjadi rahasia umum
dalam pengangkatan pegawai negeri sipil banyak terjadi kasus KKN yang berawal dari hubungan
yang dekat di dalam birokrasi. Hal ini menjadikan dasar pemilihan calon guru menjadi tidak netral
seakan memilih kucing dalam karung.

Keluhan tentang birokrasi Indonesia umumnya bermuara pada penilaian bahwa birokrasi di
Indonesia tidak netral. Kenyataan tersebut tidak dapat dipungkiri, apalagi melihat praktek sehari-
hari dimana birokrasi terkait dengan lembaga lainnya. Oleh karena itu, birokrasi pemerintah tidak
mungkin dipandang sebagai lembaga yang berdiri sendiri, terlepas dari lembaga-lembaga lainnya

Dalam realitanya, yang menggejala di Indonesia saat ini adalah praktek buruk yang menyimpang dari
teori idealismenya Weber. Dalam prakteknya, muncul kesan yang menunjukkan seakan-akan para
pejabat dibiarkan menggunakan kedudukannya di birokrasi untuk kepentingan diri dan kelompok.
Ini dapat dibuktikan dengan hadirnya bentuk praktek birokrasi yang tidak efisien dan bertele-tele.
Munculnya banyak KKN di dalam birokrasi juga termasuk salah satu bukti buruknya birokrasi di
Indonesia

Harapan Model Birokrasi Masa Depan

Kebutuhan yang nyata saat ini dalam praktek birokrasi adalah bagaimana memenuhi kebutuhan
konkret dari masyarakat. Kebutuhan akan peningkatan kualitas kehidupan politik menjadi suatu
tuntutan yang tak terhindarkan. Kondisi birokrasi Indonesia yang masih bercorak patrimonial, adalah
merupakan benang sejarah yang perlu diperhatikan dengan seksama. Dalam perkembangan kearah
modernisasi menuntut adanya peningkatan kualitas administrasi dan manajemen.

Selain itu, dalam menghadapi kondisi saat ini dan menjawab tantangan masa sekarang, birokrasi
Indonesia diharapkan mempunyai karakteristik yang mampu bersifat netral, berorientasi pada
masyarakat, dan mengurangi budaya patrimonial di dalam birokrasi tersebut.

Karakteristik Birokrasi
Karakteristik birokrasi menurut Max Weber yaitu terdapat prinsip dan yurisdiksi yang resmi,
terdapat prinsip hierarki dan tingkat otoritas, manajemen berdasarkan dokumen-dokumen tertulis,
terdapat spesialisasi, ada tuntutan terhadap kapasitas kerja yang penuh dan berlakunya aturan-
aturan umum mengenal manajemen.

Birokrasi digunakan agar dapat meningkatkan efektivitas administrasi organisasi. Organisasi


Birokrasi yang ideal menyertakan delapan karakteristik struktural.

1. Aturan-aturan yang disahkan, regulasi, dan prosedur yang distandarkan dan arah tindakan
anggota organisasi dalam pencapaian tugas organisasi. Weber menggambarkan
pengembangan rangkaian kaidah dan panduan spesifik untuk merencanakan tugas dan
aktivitas organisasi.
2. Spesialisasi peran anggota organisasi memberikan peluang kepada divisi pekerja untuk
menyederhanakan aktivitas pekerja dalam menyelesaikan tugas yang rumit. Dengan
memecah tugas-tugas yang rumit ke dalam aktivitas khusus tersebut, maka produktivitas
pekerja dapat ditingkatkan.
3. Hirarki otoritas organisasi formal dan legitimasi peran kekuasaan anggota organisasi
didasarkan pada keahlian pemegang jabatan secara individu, membantu mengarahkan
hubungan intra personal di antara anggota organisasi guna menyelesaikan tugas-tugas
organisasi.
4. Pekerjaan personil berkualitas didasarkan pada kemampuan tehnik yang mereka miliki dan
kemampuan untuk melaksanakan tugas yang dibebankan kepada mereka. Para manajer
harus mengevaluasi persyaratan pelamar kerja secara logis, dan individu yang berkualitas
dapat diberikan kesempatan untuk melakukan tugasnya demi perusahaan.
5. Mampu tukar personil dalam peran organisasi yang bertanggung jawab memungkinkan
aktivitas organisasi dapat diselesaikan oleh individu yang berbeda.  Mampu tukar ini
menekankan pentingnya tugas organisasi yang relatif untuk dibandingkan dengan anggota
organisasi tertentu yang melaksanakan tugasnya-tugasnya.
6. Impersonality dan profesionalisme dalam hubungan intra personil di antara anggota
organisasi mengarahkan individu ke dalam kinerja tugas organisasi. Menurut prinsipnya,
anggota organisasi harus berkonsentrasi pada tujuan organisasi dan mengutamakan tujuan
dan kebutuhan sendiri. Sekali lagi, ini menekankan prioritas yang tinggi dari tugas-tugas
organisasi di dalam perbandingannya dengan prioritas yang rendah dari anggota organisasi
individu.
7. Uraian tugas yang terperinci harus diberikan kepada semua anggota organisasi sebagai garis
besar tugas formal dan tanggung jawab kerjanya. Pekerja harus mempunyai pemahaman
yang jelas tentang keinginan perusahaan dari kinerja yang mereka lakukan.
8. Rasionalitas dan predictability dalam aktivitas organisasi dan pencapaian tujuan organisasi
membantu meningkatkan stabilitas perusahaan. Menurut prinsip dasarnya, organisasi harus
dijalankan dengan kaidah dan panduan pemangkasan yang logis dan bisa diprediksikan.

Anda mungkin juga menyukai