Anda di halaman 1dari 6

NAMA : NADILA

NIM :105210201
LOKAL :IP 4F
MATA KULIAH :BIROKRASI INDONESIA

Review
“Birokrasi” (Martin Albrow)

a. Judul buku : Birokrasi


b. Pengarang : Martin Albrow
c. Penerbit : Tiara Wacana
d. Tahun terbit beserta cetakannya : 2004, Cetakan 3
e. ISBN/ISSN : 979-8120-00-0

Di dalam buku “Birokrasi” karya Martin Albrow, Penulis memaparkan


penjelasan-penjelasan yang disampaikan oleh para tokoh seperti M.de , Gourney,
Balzac, Johan Gorres, John Stuart Mill, Herbert Spencer, Gaetano Mosca , Robert
Michels, Max Weber , dan . Para tokoh tersebut banyak memberikan penjelasan dan
wawasan mengenai birokrasi. Istilah birokrasi terbentuk tidak secara langsung
melainkan melalui penyerapan dan perpaduan antar bahasa. Istilah birokrasi pertama
kali di perkenalkan oleh de Gourney berkaitan dengan istilah ”bureau” yang berarti,
meja tulis tempat dimana para pejabat berkerja. Tambahan sisipan ”cracy” dari
bahasa yunani ( kratein ) berari mengatur , menghasilkan istilah yang memiliki
kekuatan yang sangat dahsyat.
Pada awal abad ke-19, Balzac memaparkan citra birokrasi dan
mempopulerkanya di Perancis. Demikian dengan John Gorres, melihat birokrasi
sebagai institusi sipil yang mirip dengan kedudukan tentara. Bahkan prinsip-
prinsipnya sama dengan tentara : disiplin, kelompok, promosi, sentralisasi,dan
penghargaan. Bahwasanya birokrasi telah berhasil memperluas prinsip subordinasi
yang menjadi dasar dalam perkembangan birokrasi itu sendiri.
John Stuart Mill, dalam teori politiknya, birokrasi memiliki arti penting yaitu,
keterampilan dan kemampuan poilitik yang tinggi. Rumusan-rumusan Mill sangat
singkat, tetapi sangat berpengaruh pada ajaran Mosca . Pada tahun 1884 di Inggris,
kebebasan parlemen, peradilan, dan kota praja memberi keyakinan bahwa
administrasi dan komunitas bisa di kenal.sebaliknya birokrasi di tolak. Selain itu,
sejarahwan Ramsay Muir mengatakan bahwa birokrasi berarti ” penyelenggaraan
kekuasaan oleh administrator yang professional”.
Berdasarkan perbandingan perfektif yang luas, semua negara Eropa bertipe
sama, yakni diperintah oleh para pejabat. Di Jerman, gagasan tentng birokrasi sangat
tekait dengan perubahan-perubahan radikal dalam teori politik dan administrasi, Karl
Heinze mendefenisikan birokrasi lebih bersikap netral, yaitu sebagai ” suatu struktur
organisasi yang di dalamnya seorang pejabat tunggal yang mengontrol administrasi”.
Lain lagi menurutRobert von Mohl birokrasi merupakn ”sistem biro” lebih
diprioritaskan dan memiliki variasi konotasi, tergantung kelompok social yang
menyampaikan keluhan. Birokratisme sebagai tingkah laku pejabat professional yang
menyakitkan warga Negara. Setidaknya ada tiga konsep pokok yang di bedakan
dengan monarki, emokrasi, dan aristokrasi serta birokrasi sebagai efisiensi dan
inefisiensi administrasi.
Terdapat dua tokoh penting dalam rumusan klasik yaitu Gaetano Mosca dan
Robert Michels. Menurut Mosca tentang birokrasi dan ketidakpuasannya terhadap
tipe pemerintahan pola tradisional menjadi suatu pola analisa perbandingan politik
yang utama. Dalam terminologi logika tradisional, Mosca mencari suatu landasan
yang mendasar atau fundamental divisionis yang baru, suatu asas klasifikasi yang
menjungkir balikan para ahli dan menjelaskan tentang realitas proses politik. Mosca
sangat tidak percaya pada pendapat yang mengatakan bahwa kelas yang berkuasa
harus monolitik. Apabila suatu birokrasi memonopoli kekayaan dan kekuatan militer,
ia menyebut sebagai absolutisme birokratik.
Berbeda dengan Michels yang bersifat aporistik. Dengan menunjukkan
bagaimana para pemimpin badan-badan yang memiliki ribuan anggota itu merasa
perlu untuk merekrut pejabat full time yang digaji. Penyederhanaan konsep birokrasi
Mosca dan Michels merupakan penolakan mereka terhadap struktur pemikiran
demokratis konstitusional yang kompleks.
Max Weber dalam teori organisasi, menulis tentang birokrasi adalah sebagai
bagian dari usaha yang luar biasa untuk membukukan konsep-konsep ilmu sosial.
Weber memandang bahwa tingkah laku manusia cenderung diorientasikan kepada
seperangkat aturan. Organisasi ala Weber menunjukan adanya staf administrasi pada
pembedaan yang dibuat antara kekuasaan dan otoritas. Ia menekankan bahwa
kepatuhan atas perintah terutama tergantung pada keyakinan atas adanya legitimasi,
suatu keyakinan bahwa tatanan tersebut harus di patuhi. Dengan kata lain, ia menolak
pandangan bahwa setiap pegawai negeri adalah anggota kelas yang berkuasa.
Weber mengemukakan lima keyakinan sebagai berikut :
1. Hukum adalah sistem aturan abstrak, sedangkan administrasi
mengurus kepentingan-kepentingan organisasi
2. Manusia yang menjalankan otoritas dan mematuhi tatanan impersonal
3. Anggota yang taat hukum
4. Kepatuhan ditunjukan kepada tatanan impersonal

Pada beberapa hal, Weber mengemukakan bahwa birokrasi merupakan proses


yang tidak dapat dihindari, karena birokratisasi sama halnya membicarakan
pertumbuhan kekuasaan dari para pejabat Beamtenherrschaft-kekuasaan atau
pemerintahan yang dilakukan oleh pejabat adalah konsep Weber yang dibedakan dari
birokrasi. Menurutnya Beamtenherrschaft adalah sesuatu yang menakutkan di luar
birokrasi. Weber membatasi mekanisme lingkup sistem-sistem otoritas
menjadi lima kategori:
1. Kolegalitas , bahwa kolegalitas berperan membatasi birokrasi.
2. Pemisahan kekuasaan, berarti pembagiaan tanggung jawab terhadap
fungsi yang sama antara dua badan atau lebih. Weber menganggap
bahwa sistem seperti ini tidak stabil.
3. Administrasi amatir, sistem ini tidak diukur berdasarkan tuntutan akan
keahlian yang diperlukan oleh masyarakat modern
4. Demokrasi langsung, metode yang dibutuhkan oleh orang-orang yang
berkeahlian membuat keputusan
5. Representasi , sistem birokrasi melalui perantara untuk mengawasi
birokrat

Didalam buku tersebut, Penulis juga membagi tujuh cara pandang


mengenai birokrasi. Ketujuh cara pandang ini dipergunakan sebagai pisau
analisa guna menganalisis fenomena birokrasi yang banyak dipraktekkan di era
modern. Pertama, birokrasi sebagai organisasi rasional sebagian besar mengikut
pada pemahaman Weber. Namun, rasional di sini patut dipahami bukan sebagai
segalanya terukur secara pasti dan jelas. Kajian sosial tidak pernah
menghasilkan sesuatu yang pasti menurut hipotesis yang diangkat. Birokrasi
dapat dikatakan sebagai organisasi yang memaksimumkan efisiensi dalam
administrasi. Secara teknis, birokrasi juga mengacu pada mode pengorganisasian
dengan tujuan utamanya menjaga stabilitas dan efisiensi dalam organisasi-
organisasi yang besar dan kompleks. Birokrasi juga mengacu pada susunan
kegiatan yang rasional yang diarahkan untuk pencapaian tujuan-tujuan
organisasi.
Kedua, Birokrasi sebagai Inefesiensi Organisasi. Birokrasi merupakan
antitesis (perlawanan) dari dari vitalitas administratif dan kreativitas manajerial.
Birokrasi juga dinyatakan sebagai susunan manifestasi kelembagaan yang
cenderung ke arah infleksibilitas dan depersonalisasi. Selain itu, birokrasi juga
mengacu pada ketidaksempurnaan dalam struktur dan fungsi dalam organisasi-
organisasi besar.
Ketiga, Birokrasi sebagai kekuasaan yang dijalankan oleh pejabat,
Birokrasi merupakan pelaksanaan kekuasaan oleh para administrator yang
profesional. Atau, birokrasi merupakan pemerintahan oleh para pejabat. Dalam
pengertian ini, pejabat memiliki kekuasaan untuk mengatur dan melakukan
sesuatu. Juga, sering kali dikatakan birokrasi adalah kekuasaan para elit pejabat.
Selanjutnya, Birokrasi sebagai administrasi negara atau public, birokrasi
merupakan komponen sistem politik, baik administrasi pemerintahan sipil
ataupun publik. Ia mencakup semua pegawai pemerintah. Birokrasi merupakan
sistem administrasi, yaitu struktur yang mengalokasikan barang dan jasa dalam
suatu pemerintahan. Lewat birokrasi, kebijakan-kebijakan negara
diimplementasikan.
Kelima adalah, birokrasi sebagai administrasi yang dijalankan pejabat.
Birokrasi dianggap sebagai sebuah struktur (badan). Di struktur itu, staf-staf
administrasi yang menjalankan otoritas keseharian menjadi bagian penting. Staf-
staf itu terdiri dari orang- orang yang diangkat. Mereka inilah yang disebut
birokrasi-birokrasi. Fungsi dari orang- orang itu disebut sebagai administrasi. Ke
enam, Birokrasi sebagai suatu organisasi , birokrasi merupakan suatu bentuk
organisasi berskala besar, formal, dan modern. Suatu organisasi dapat disebut
birokrasi atau bukan mengikut pada ciri-ciri yang sudah disebut.
Yang terakhir adalah birokrasi sebagai masyarakat modern, birokrasi
sebagai masyarakat modern, mengacu pada suatu kondisi di mana masyarakat
tunduk kepada aturan-aturan yang diselenggarakan oleh birokrasi. Untuk itu,
tidak dibedakan antara birokrasi perusahaan swasta besar ataupun birokrasi
negara. Selama masyarakat tunduk kepada aturan-aturan yang ada di dua tipe
birokrasi tersebut, maka dikatakan bahwa masyarakat tersebut dikatakan
modern.
Menurut Albrow, komitmen pejabat terhadap nilai-nilai demokrasi
adalah suatu benteng pengamanan yang lebih penting daripada sistem
kontrol. Untuk mencapai ini
diperlukan adanya metode yang menekankan pada kompetensi profesional dan
kebijakan rekrutmen yang menjamin dimilikinya orang yang disenangi oleh
semua golongan masyarakat. Hal sedemikian ideal mesti dapat di terapkan di
Indonesia sehingga Profesionalisme dan keterwakilan yang diharapkan dapat
meningkatkan kepercayaan politik (publik), sehingga pada akhirnya mengurangi
friksi dengan publik dan memperkuat keyakinan public terhadap pemerintah
Indonesia yang sedari dulu sudah skiptis .Sementara terkait dengan pemenuhan
kebutuhan pokok rakyat, maka yang diperlukan pejabat adalah kepekaan
terhadap suara rakyat dengan langsung membuat ruang public sebagai sarana
melihat keinginan rakyat.
Menurut Friedrich, kepekaan ini justru lebih penting daripada
internalisasi nilai- nilai demokrasi pada para pejabat. Di lain itu, transparansi
dalam birokrasi juga harus di tegakan agar masyarakat tau serapan APBD untuk
apa saja dan juga apakah serapan itu layak dan bebas dari korupsi, dengan hal
ini kita dapat melihat Pemerintah daerah DKI Jakarta yang menjadi Provinsi
pertama yang membuka transparansi dengan nama e-budgeting sehingga
masyarakat dapat melihat langsung. Penulis berharap penerapan system ini
dapat di terapkan di daerah lain di Indonesia, sehingga dapat menumbuhkan rasa
kepercayaan masyarakat terhadap birokasi dan birokratnya.

Anda mungkin juga menyukai