Doc/Birokrasi/Bobby Rahman/2008
Birokrasi menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia adalah sistem
pemerintahan yang dijalankan oleh
pegawai pemerintah karena telah
berpegang pada hierarki dan jenjang
jabatan. Atau dalam definisinya yang
lain birokrasi adalah cara bekerja
atau susunan pekerjaan yang serba
lamban, serta menurut tata aturan
yang banyak liku-likunya.
Doc/Birokrasi/Bobby Rahman/2008
Birokrasi adalah alat kekuasaan bagi yang menguasainya,
dimana para pejabatnya secara bersama-sama
berkepentingan dalam kontinuitasnya.
Doc/Birokrasi/Bobby Rahman/2008
Di Cina, dinasti Song (960 AD) sebagai contoh membentuk birokrasi
sentralistis dengan staf berasal dari rakyat jelata yang terdidik. Sistem
kepemimpinan ini kemudian mendorong konsentrasi kekuasaan di
dalam tangan kaisar dan birokrasi istana daripada yang diperoleh
oleh dinasti sebelumnya.
Doc/Birokrasi/Bobby Rahman/2008
Negara memformulasikan, memaksakan dan
mengegakkan peraturan, dan memungut pajak,
memberikan kenaikan kepada sekelompok pegawai yang
bertindak untuk menyelenggarakan fungsi
tersebut. Kemudian, negara melakukan mediasi bila
terjadi konflik di antara masyarakat dan menjaga konflik
agar masih dalam batas kewajaran; negara juga
mengatur pertahanan wilayah. Terutama, hak umum
perorangan untuk membawa dan menggunakan senjata
untuk mempertahankan diri sedikit demi sedikit dibatasi;
memaksakan orang lain untuk berbuat sesuatu menjadi
hak legal negara dan aparat pemerintah untuk
melakukannya.
Doc/Birokrasi/Bobby Rahman/2008
Teori Birokrasi Max Weber
Max Weber dalam bukunya The Theory of Social and Economic
Organization serta buku Essay on Sociology membahas birokrasi
dan menjadi kajian utama para ilmuan di berbagai negara, karena
Weber termasuk orang pertama yang menyuguhkannya
Doc/Birokrasi/Bobby Rahman/2008
Selama ini banyak pakar yang meneliti dan menulis tentang
birokrasi, yaitu bahwa fungsi staf pegawai administrasi harus
memiliki cara-cara yang spesifik agar lebih efektif dan efesien,
yaitu sebagai berikut :
Doc/Birokrasi/Bobby Rahman/2008
Kekuasaan dipegang oleh orang-orang yang
berada dibelakang meja karena diatur secara
legal dan formal oleh para birokrat. Namun
demikian, diharapkan pertanggung jawaban
jelas, karena setiap jabatan diurus oleh orang
(petugas) yang khusus.
Doc/Birokrasi/Bobby Rahman/2008
Studi Birokrasi
• Ciri-ciri birokrasi menurut Weber adalah, pertama, berbagai
aktivitas regular yang diperlukan untuk mencapai tujuan-tujuan
organisasi yang didistribusikan dengan suatu cara yang baku
sebagai kewajiban-kewajiban resmi, kedua, organisasi kantor-
kantor mengikuti prinsip hierarki, yaitu setiap kantor yang lebih
rendah berada di bawah kontrol dan pengawasan kantor yang
lebih tinggi, ketiga, operasi-operasi birokratis diselenggarakan
melalui suatu sistem kaidah-kaidah abstrak yang konsisten dan
terdiri atas penerapan kaidah-kaidah ini terhadap kasus-kasus
spesifik, dan keempat, pejabat yang ideal menjalankan
kantornya berdasarkan impersonalitas formalistic tanpa
kebancian atau kegairahan, dan kerenanya tanpa antusiasme
atau afeksi.
Doc/Birokrasi/Bobby Rahman/2008
• Hegel berpendapat birokrasi adalah
medium yang dapat dipergunakan untuk
menghubungkan kepentingan partikular
dengan kepentingan general (umum). Di
lain sisi Karl Marx memandang birokrasi
dalam kerangka perjuangan kelas, krisis
kapitalisme, dan pengembangan
komunisme. Walaupun Karl Marx dapat
menerima pemikiran Hegel akan tetapi
Karl Marx berpendapat bahwa birokrasi
merupakan instrumen yang dipergunakan
oleh kelas yang dominan untuk
melaksanakan kekuasaan dominasinya
atas kelas-kelas sosial lainnya, dengan
kata lain birokrasi memihak kepada kelas
partikular yang mendominasi tersebut.
Doc/Birokrasi/Bobby Rahman/2008
• Good governance sering diartikan sebagai
indikator terealisasikannya reformasi birokrasi
dengan terpenuhinya prinsip-prinsip seperti,
pertama, partisipasi masyarakat, kedua,
tegaknya supremasi hukum, ketiga,
transparansi, keempat, kepedulian kepada
stakeholder, kelima, berorientasi kepada
konsesnsus, keenam, kesetaraan, ketujuh,
efektifitas dan efisiensi, kedelapan,
akuntabilitas, dan kesembilan, visi strategis.
Doc/Birokrasi/Bobby Rahman/2008
• Menurut teori liberal bahwa birokrasi
pemerintah menjalankan kebijakan-kebijakan
pemerintah yang mempunyai akses langsung
dengan rakyat melalui mandat yang diperoleh
dalam pemilihan umum. Dengan demikian
birokrasi pemerintah itu bukan hanya diisi oleh
para birokrat, melainkan ada bagian-bagian
tertentu yang diduduki oleh pejabat politik
(Carino,1994). Demikian pula sebaliknya bahwa
di dalam birokrasi pemerintah itu bukan hanya
dimiliki oleh pemimpin politik dari partai politik
tertentu saja melainkan ada juga pemimpin
birokrasi karier professional.
Doc/Birokrasi/Bobby Rahman/2008
• Ketika keinginan memasukkan pejabat politik dalam
birokrasi pemerintah itu timbul, maka timbul pula suatu
pertanyaan tentang hubungan keduanya. Pertanyaan ini
harus dijernihkan dengan jawaban yang tepat. Hubungan
antara pejabat politik (political leadership) dan birokrasi
merupakan suatu hubungan yang konstan (ajeg) antara
fungsi kontrol dan dominasi (Carino, 1994). Dalam
hubungan seperti ini maka akan senantiasa timbul
persoalan, siapa mengontrol siapa dan siapa pula yang
menguasai, memimpin dan mendominasi siapa. Persoalan
ini sebenarnya merupakan persoalan klasik sebagai
perwujudan dikotomi politik dan administrasi. Sehingga
karenanya, kemudian timbul dua bentuk alternative solusi
yang utama, yakni apakah birokrasi sebagai subordinasi
dari politik (bureaucratic ascendancy) atau birokrasi
sejajar dengan politik (bureaucratic sublation atau
attempt at co-equality with the executive – Carino, 1994).
Doc/Birokrasi/Bobby Rahman/2008
• Bentuk solusi executive ascendancy diturunkan dari
suatu anggapan bahwa kepemimpinan pejabat politik itu
didasarkan atas kepercayaannya bahwa supremasi
mandat yang diperoleh oleh kepemimpinan politik itu
didasarkan atas kepercayaan bahwa supremasi mandat
yang diperoleh oleh kepemimpinan politik itu berasal dari
Tuhan atau berasal dari rakyat atau berasal dari public
interst. (The political leadership bases its claim to
supremacy on the mandate of God or of the people, or on
some nation of the public interest). Supremasi mandat ini
dilegitimasikan melalui pemilihan, atau kekerasan, atau
penerimaan secara de facto oleh rakyat. Dalam model
sistem liberal, kontrol berjalan dari otoritas tertinggi
rakyat melalui perwakilannya (political leadership)
kepada birokrasi. Kekuasaan untuk melakuakn kontrol
seperti ini yang diperoleh dari rakyat acapkali disebut
sebagai overhead democracy (Redford, 1969).
Doc/Birokrasi/Bobby Rahman/2008
• Dominasi kepemimpinan pejabat politik atas birokrasi ini,
sebenarnya dipacu oleh dikotomi antara politik dan
administrasi seperti dikatakan di depan, suatu doktrin
yang pengaruhnya dimulai sejak penemuan administrasi
Negara sebagai suatu ilmu (Wilson, 1987). Pemikiran
tentang supremasi kepemimpinan pejabat politik atas
birokrasi itu timbul dari perbedaan fungsi antara politik
dan administrasi, dan adanya asumsi tentang superioritas
fungsi-fungsi politik atas administrasi. Slogan klasik
pernah juga ditawarkan bahwa manakala fungsi politik
berakhir maka fungsi administrasi itu mulai (when politic
end, administration begin). (Wilson, 1941). Dikotomi
antara politik dan administrasi ini juga diakibatkan karena
adanya kesalahan perubahan referensi dari fungsi ke
struktur, dari perbedaan antara pembuatan kebijakan
(policy making) dan pelaksanaan (implementation), antara
pejabat politik dan pejabat karier birokrasi (Kirwan, 1987).
Doc/Birokrasi/Bobby Rahman/2008
• Adapun bureaucratic sublation
didasarkan atas anggapan bahwa
birokrasi pemerintah sesuatu
Negara itu bukanlah hanya
berfungsi sebagai mesin pelaksana.
Max Weber sendiri mengenalkan
bahwa birokrasi yang riil itu
mempunyai kekuasaan yang
terpisah dari kekuasaan yang
dilimpahkan oleh pejabat politik.
Doc/Birokrasi/Bobby Rahman/2008
Dalam penyelenggaraan Birokrasi perlu diperhatikan
ketentuan sebagai berikut :
Doc/Birokrasi/Bobby Rahman/2008
Dari Weber ke Teori Besi
Oligarki
Seorang pejabat birokrasi adalah berkepribadian bebas dan
ditunjuk dalam posisi berdasarkan peraturan, menggunakan
kewenangan yang diberikan kepadanya dengan gaya
kepemimpinan yang adil, dan kesetiaannya tergambar melalui
pelaksanaan tugasnya secara sepenuh hati, penunjukkan dan
penempatan kerja berdasarkan kualifikasi teknis yang dimiliki,
kerja administratif dikerjakan penuh waktu (full time), pekerjaan
diganjar berdasarkan upah harian dea prospek masa depan
sepanjang karir.
Doc/Birokrasi/Bobby Rahman/2008
Sejarah Birokrasi Kebijakan Publik di
Indonesia
Sejarah perkembangan birokrasi di Indonesia mengalami tiga tahap
menurut pengkajian Sinambela dalam Reformasi pelayanan Publik:
1. Masa Pra-Kolonial
Doc/Birokrasi/Bobby Rahman/2008
2. Masa Kolonial
Pada masa kolonial ini kehidupan masyarakat Indonesia
dibagi berdasarkan lapisan-lapisan hierarkis yang berdampak
pada diskriminasi dalam semua bidang kehidupan. Pada
masa ini aparatur negara bukan sebagai pelayan masyarakat
tetapi bagaimana pelayanan yang menguntungkan bagi
penguasa. Untuk menghubungkan pihak kolonial dengan
rakyat pribumi maka diangkatlah birokrat dari golongan
priyayi yang merupakan cikal bakal lahirnya kelompok
terpelajar yang terpengaruh dengan ethos feodal, yang cara
kerjanya tidak mendasarkan pada orientasi pencapaian
tujuan, yang mestinya dapat mengembangkan
profesionalisme dan keahlian sebagai golongan elite modern
tapi mereka malah mewakili bentuk birokrat feodal untuk
kepentingan penguasa.
Doc/Birokrasi/Bobby Rahman/2008
3. Birokrasi Pasca-Kolonial
Doc/Birokrasi/Bobby Rahman/2008
Birokrasi Indonesia Kemarin
dan Kini
• Sejarah birokrasi di Indonesia memiliki raport buruk,
khususnya semasa Orde Baru dimana yang menjadikan
birokrasi sebagai mesin politik. Imbas dari itu semua,
masyarakat harus membayar biaya yang mahal.
Ketidakpastian waktu, ketidakpastian biaya, dan
ketidakpastian siapa yang bertanggung jawab adalah
beberapa fakta empiris rusaknya layanan birokrasi.
Lebih dari itu, layanan birokrasi justru menjadi salah satu
causa prima terhadap maraknya korupsi, kolusi,
nepotisme. Pejabat politik yang mengisi birokrasi
pemerintah sangat dominan. Kondisi ini cukup lama
terbangun sehingga membentuk sikap, perilaku, dan
opini bahwa pejabat politik dan pejabat birokrat tidak
dapat dibedakan.
Doc/Birokrasi/Bobby Rahman/2008
• Mengutip catatan guru besar ilmu politik
Universitas Airlangga Ramlan Surbakti mengenai
fenomena birokrasi di Indonesia, kewenangan
besar dimiliki birokrat sehingga hampir semua
aspek kehidupan masyarakat ditangani birokrasi.
Kewenangan yang terlalu besar itu bahkan
akhirnya menonjolkan peran birokrasi sebagai
pembuat kebijakan ketimbang pelaksana
kebijakan, lebih bersifat menguasai daripada
melayani masyarakat. Akhirnya, wajar saja jika
kemudian birokrasi lebih dianggap sebagai
sumber masalah atau beban masyarakat
ketimbang sumber solusi bagi masalah yang
dihadapi masyarakat.
Doc/Birokrasi/Bobby Rahman/2008
• Fenomena itu terjadi karena tradisi birokrasi yang dibentuk
lebih sebagai alat penguasa untuk menguasai masyarakat
dan segala sumber dayanya. Dengan kata lain, birokrasi
lebih bertindak sebagai pangreh praja daripada pamong
praja. Bahkan kemudian terjadi politisasi birokrasi. Pada
rezim Orde Baru, birokrasi menjadi alat mempertahankan
kekuasaan.
Pasca reformasi pun para pejabat politik yang kini
menjabat dalam birokrasi pemerintah ingin melestarikan
budaya tersebut dengan mengaburkan antara pejabat
karier dengan nonkarier. Sikap mental seperti ini dapat
membawa birokrasi pemerintahan Indonesia kembali
kepada kondisi birokrasi pemerintahan pada masa orde
baru. Bahkan kemunculan RUU Administrasi
Pemerintahan saat ini turut mendapat respon yang cukup
agresif dari para pejabat politik melaui fraksi-fraksi di DPR
yang berusaha mengakomodasikan kepentingan jabatan
politik mereka untuk dapat menduduki jabatan birokrasi.
Doc/Birokrasi/Bobby Rahman/2008
TERIMA KASIH
Doc/Birokrasi/Bobby Rahman/2008
Sejarah perjalanan birokrasi Indonesia tidak
pernah terlepas dari pengaruh sistem politik
yang berlangsung.
1. Tipe feodal,
Kelas yang berkuasa atau yang memerintah memiliki struktur
yang sederhana. Setiap anggotanya dapat menjalankan fungsi-
fungsi ekonomi, perundang-undangan, administrasi atau
militer. Masing-masing anggota dapat menjalankan wewenang
secara langsung dan memiliki wewenang personal terhadap
anggota kelas yang dikuasainya.
2. Tipe Birokratis
Adanya pemisahan yang tajam terhadap fungsi-fungsi ,
sehingga menjadi kegiatan yang ekslusif dari bagian-bagian
khusus dari kelas yang berkuasa. Muncul suatu kelompok di
suatu negara dinamakan birokratis, yang mendapatkan porsi
tertentu dari kekayaan nasional kepada pejabat-pejabat yang
digaji yang disebut dengan birokrasi.
Dalam Analisisnya Mosca telah dianggap
mengguncangkan opini pada abad ke-19, yaitu :
Persengkongkolan Pekerjaan
Persengkongkolan Status
Persengkongkolan Kolega
Persengkongkolan Keluarga
Persengkongkolan Pertemanan
Semakin meningkatnya tuntutan masyarakat
terhadap penyelenggaraan pemerintahan
yang baik dan bersih (good governance dan
clean government) telah mendorong
pengembangan dan penerapan sistem
pertanggungjawaban yang jelas, tepat,
teratur, dan efektif yang dikenal dengan
Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah (SAKIP).
Sjahruddin Rasul menyatakan bahwa akuntabilitas
didefinisikan secara sempit sebagai kemampuan
untuk memberi jawaban kepada otoritas yang
lebih tinggi atas tindakan “seseorang” atau
“sekelompok orang” terhadap masyarakat secara
luas atau dalam suatu organisasi.
STATUS KELEMBAGAAN
Sebagai lembaga Negara yang bersifat Mandiri/ Independen
Tidak memiliki hubungan organik dengan lembaga Negara dan instansi
pemerintah lainnya.
Dalam menjalankan tugas dan wewenangnya bebas dari campur
tangan kekuasaan lainnya.
Mengawasi penyelenggaraan pelayanan publik yang
diselenggarakan oleh penyelenggara Negara/
Pemerintahan baik di pusat maupun di daerah,
termasuk BUMN/D, BHMN dan Badan Swasta atau
Perorangan yang diberi tugas menyelenggarakan
pelayanan publik tertentu (misi Negara) yang
sebagian atau seluruh dana bersumber dari APBN/D.
Menerima, memeriksa dan menindaklanjuti laporan
atas dugaan maladministrasi dalam pelayanan publik
Melakukan investigasi atas prakarsa sendiri terhadap
dugaan maladministrasi pelayanan publik.
Melakukan koordinasi, kerjasama dan membangun
jaringan kerja dengan berbagai pihak.
Melakukan tugas lain yang diberikan oleh Undang-
undang.
Meminta keterangan/penjelasan/klarifikasi, memeriksa
keputusan/ dokumen terkait dengan laporan.
Memanggil pihak-pihak terkait untuk mendapatkan keterangan/
klarifikasi.
Melakukan mediasi dan konsiliasi atas permintaan para pihak.
Membuat rekomendasi mengenai penyelesaian laporan,
termasuk rekomendasi untuk membayar ganti rugi/ rehabilitasi
kepada pihak yang dirugikan.
Mengumumkan/ publikasi hasil temuan, kesimpulan dan
rekomendasi.
Memberi saran kepada Presiden/ Kepala Daerah/ Pimpinan
Penyelenggara lain, guna perbaikan/ penyempurnaan organisasi
atau prosedur pelayanan publik.
Memberi saran kepada DPR/D atau Presiden/ Kepala Daerah
guna penyempurnaan/perubahan perundang-undangan dalam
rangka mencegah maladministrasi.
Ombudsman dapat memanggil paksa Terlapor/saksi
(apabila setelah 3x dipanggil tidak memenuhi panggilan).
Ombudsman dapat melakukan ajudikasi khusus dalam
hal penyelesaian ganti rugi pelayanan publik (UU 25/
2009)
Ombudsman diberi hak imunitas (dalam melaksanakan
tugas Ombudsman tidak dapat ditangkap, ditahan,
diinterogasi, dituntut atau digugat di muka pengadilan)
Ombudsman dilarang mencampuri kebebasan hakim
dalam memberi putusan
Penyelesaian Laporan
Menindaklanjuti dan menyelesaikan laporan atas dugaan maladministrasi
Pencegahan
- investigasi sistemik untuk mencegah terjadinya praktek
maladministrasi dalam pelayanan publik
- sosialisasi untuk mendorong perbaikan kualitas pelayanan publik
Pengawasan
- Surveillance dan Sidak
- Pengawasan Kode Etik dan Pengawasan internal
Unsur Pimpinan
1 (satu) orang Ketua, merangkap Anggota
1 (satu) orang Wakil Ketua, merangkap Anggota
7 (tujuh) orang Anggota
Unsur Pelaksana
Asisten Ombudsman (fungsional)
Perwakilan Ombudsman di Daerah
Unsur Penunjang
Kesekretariatan Jenderal Ombudsman RI, dipimpin Sekjen.
Hakekat/ filosofi :
BESTUUREN GOVERNMENT
(KEPEMERINTAHAN)
ADMINISTRASI
AZAS-AZAS/FUNGSI =
MANAGEMENT Banyak yang sama
PERUMUSAN
ORGANISASI= WARGA
PENERAPAN
EVALUASIu
BIROKRASI P NEG
EMPOWERING
R
MANAGEMENT=
ADM ADMINISTER
O
S
INTERAKSI, TRANSAKSI
PROSES INTERRELASI,
TATA HUBUNGAN
INFORMASI PUBLIK
(KOMUNIKASI) S
ADM
KINERJA
KEBIJ. CITA2 &
NEG ADMINISTRATOR/LEADERSHIP PUBLIK TUJUAN
P NKRI
PROB. SOLVING
WIL . NEG R
O
BESCHIKING
REGELLING
S
NEGAR WARGA NEG
E
A S
PEM. NEG PEM
= GG
KONS- NEG
POSISI, PERAN, HAK & KEWAJIBAN
TITUSI
NEGARA PUBLIC ADMINISTRATION GUIDING VALUES AND PRINCIPLES
SPIRITUAL = ALINEA III (PENGAKUAN AKAN EKSISTENSI DAN KEMAHAKUASAAN ALLAH SWT
*) DIMENSI NILAI DLM PERJUANGAN MERUBAH NASIB BANGSA)
PEMBUKAAN KULTURAL = ALINEA IV (DASAR NEGARA, PALSAFAH BERNEGARA, PANDANGAN HIDUP BNGS
UUD’45 INSTITU-
SIONAL
= ALINEA IV (TUJUAN, BENTUK, DAN SISTEM PEMERINTAHAN NEGARA)
3
ADMINISTRASI
(Henry FAYOL/Perancis)
Administration Industrialle et Generale
Pendekatan analisanya : Administrative Management,
yaitu : suatu pendekatan dari pimpinan atas sampai ke
tingkat pimpinan yang terbawah
1) Pembagian pekerjaan
2) Kewenangan
3) Disiplin
4) Kesatuan Perintah
14 Prinsip Administrasi 5) Kesatuan arah/tujuan
6) Mendahulukan
kepentingan umum
7) Penggajian
8) Sentralisasi
9) Skala hirarkhi
10) Tata tertib
11) Keadialan
12) Stabilitas
13) Prakarsa
4
14) Solidaritas
MANAGEMENT
(F.W. TAYLOR/Amerika)
5
BIROKRASI
(MAX WEBER)
• Birokrasi t/d. dua akar kata, yaitu bureau (kain penutup meja) dan
cracy, ruler (pengatur). Weber mendefi-nisikan birokrasi sbg ” an
administrative body of appointed officials. Administrative body itulah
pihak yg dominan dlm hub dgn majikan/atasan dan yg diangkat disebut
buruh, bawahan atau pelayan.
Birokrasi sebagai tipe ideal sebuah organisasi yang bermula dari teori Max Weber
tentang konsep sosiologik rasionalisasi aktivitas kolektif. Weber dlm buku Guy
Peters (1984: 3) mendefinisikan birokrasi sebagai: ”organization with a pyramidal
structure of authority, which utilize the enforcement of universal and impersonal
rules to maintain that structure of authority, and which emphasize the non-
discretionery aspects of administration.
Karakteristik birokrasi/organisasi bertipe ideal:
> High degree of specialization;
> Hierarchical authority structure with limited areas of responsibility;
> Impersonality of relationships between organizational members;
> Recruitment of officials an the basis of ability and technical knowledge;
6
> Differentiation of private and official income and fortune and so on.
PARADIGMA OPA, NPM dan NPS
PARADIGMA (Pgd) OPA NPM = Reinventing Government NPS = Government is Us (King &
Pdg 1 (1900-1937) dikotomi antara melahirkan konsep GG Sivers, 1998)
politik dan administrasi negara. (enterpreneurial government). Joined up thinking and joined up
Pdg 2 (1938-1956) administrasi Reagan : government is not solution to action (Stewart et.al., 1999)
negara sebagai ilmu politik. our problem, govern-ment is the problem. Citizens First ! (Denhardt & Gray,
Pdg 3 (1970-sekarang) administrasi 1998)
sebagai ilmu administrasi publik. Paradigma NPM (1992 -2002) Paradigma NPS (2003- sekarang)
1) Politik harus memusatkan 1) Catalytic gov. (steering rather than rowing. 1) Serve rather than steer
perhatian pada kebijakan publik Services is rowing) 2) Seek the public interest
atau ekspresi kehendak rakyat, 2) Community owned (empowering rather than
serving) 3) Value citizenship over
admneg berkenaan dgn entrepreneurship
implementasinya. 3) Competitive gov. (injection competiition in
service delivery) 4) Think strategically, act
2) Penyatuan ilmu administrasi ne- 4) Mission’s driven not rule’s driven demokratically
gara dan i. politik (Morsten Marx) 5) Customer oriented (meeting the need of the 5) Serve citizen, not customers
3) Prinsip2 mgt dikembangkan se- customer, not bureaucracy)
cara ilmiah dan mendalam. Peri- 6) Result oriented (funding outcomes,not input) 6) Recognize that accountability is
laku organisasi, analis mgt, pene- 7) Enterprising gov (earning rather than not simple
rapan teknologi seperti metode spending) 7) Value people, not just
kuantitatif, analisis sistem, opera- 8) Anticipatory gov(prevention ratherthan cure) productivity.
sional research, econometry dsb 9) Decentralized gov (from hierarchy to
participation)
4) Adm publik dgn fokus pada teori 10) Market oriented (leveraging change through Note : Isues tentang justice, equity,
organisasi, teori manajemen dan the market) participation, and leadership yg
kebijakan publik, sedangkan Note : Birokrasi yg lamban, gemuk, boros, kurang diperhatikan dalam buku
locusnya kepentingan publik. inefisien, merosotnya kinerja yanlik. Reinventing gov.
7
Dari paradigma OPA, utk memba- Dari paradigma NPM, utk memba- Dari paradigma NPS, utk memba-
ngun/reformasi birokrasi : ngun/reformasi birokrasi diarahkan ngun/reformasi birokrasi, maka
1) Administrasi publik harus pada 6 dimensi kunci: birokrasi harus berubah
dipisahkan dari dunia politik 1) Productivity, bgmn pem meng orientasinya, yaitu :
(dikhotomi AP dgn politik). hasilkan lebih banyak dgn biaya 1) Dari paradigma constitutionalism
2) Tidak memberi peluang pada yg lebih sedikit. ke paradigma communitarianism
Administrator untuk 2) Marketization, bgmn pemerintah (Fox & Miller, 1995).
memperaktekkan sistem menggunakan insentif pasar agar 2) Dari institution-centric civil service
nepotisme dan spoil. hilang patologi/penyakit birokrasi ke model citizen-centric
3) Para legislator hanya 3) Service orientation, program yg governance (Prahalad, 2005).
merumuskan kebijakan nasional lebih responsif thdp kebutuhan 3) Perlu diterapkan pola citizen-
dan Administrator hanya warga masy. centered collaborative public
mengeksekusinya. 4) Decentralization, melimpahkan management (Cooper, at ell.,
4) Para Administrator selalu kewenangan kepada unit kerja 2006).
mengutamakan nilai efisiensi terdepan 4) Tidak ada tindakan birokrasi yang
dan ekonomis. 5) Policy, bgmn pememerintah memanipulasikan partisipasi
5) Para Administrator diangkat memperbaiki kapasitas masyarakat (Yang & Callahan,
berdasarkan kecocokan dan perumusan kebijakan. 2007).
kecakapannya. 6) Performance accountability,
6) Metode keilmuan menurut Taylor bgmn pem memperbaiki
harus menggeser metode rule kemampuannya utk memenuhi
of thumb. janjinya.
8
Hasil nyata : Hasil nyata : Hasil nyata:
1) Aturan yg jelas dan tegas dlm 1) Saving 1) Pemerintahan yang lebih
melaksanakan tugas. 2) Perbaikan proses demokratis;
2) Perilaku produktif, juga loyal 3) Perbaikan tkt efisiensi 2) Pemerintahan yang desentralistis
kpda pimpinan & organisasi. 4) Peningkatan efektivitas 3) Terbentuknya civil society
3) Perilaku yg impersonal & saklek. 5) Perbaikan sistem administrasi 4) Partisipasi masyarakat
4) Hub kekeluargaan dan kelompok seperti : peningkatan kapasitas, 5) Pemerintahan yg partisipatif,
sosial tidak mendapat tempat. fleksibilitas dan ketahanan transparan dan akuntabel
OPA menghadapi masalah (falla- NPM menuai kritik, karena : NPS juga menuai kritik, karena:
cies, pendapat yg keliru), yaitu: 1) Para elit birokrat cenderung 1) Hanya cocok untuk negara maju
1) Weber yakin bahwa sosok orga- berkompetisi utk kepentingan yang sudah mapan dan
nisasi birokrasi sangat ideal, pa- dirinya d/p.kepentingan umum; masyarakatnya sudah dewasa
dahal dlm perkembangannya bisa 2) Public chioce didominasi kepen- dalam berdemokrasi (tidak
berubah menjadi sangat kaku, tingan pribadi, shg konsep spt maunya menang sendiri)
ber-tele2 dan penuh red tape. public spirit & public service 2) Cocok untuk Negara Federal
2) Taylor sangat yakin hanya satu terabaikan. 3) Etika dlm pemerintahan sudah
cara terbaik utk melaksanakan 3) Tidak mendorong terjadinya mmbudaya dlm kehidupan masy..
tugas, padahal dlm perkem- proses demokrasi. 4) Sulit diterapkan pada sistem
bangan zaman banyak cara lain 4) Pemerataan dan keadilan sosial pemerintahan yang otoriterian
misalnya hasil rekayasa teknologi sulit terwujud sentralistis.
dan kemajuan ilmu pengetahuan. 5) Mengancam citizen selfgover- 5) Tidak banyak masyarakat yang
3) Wilson lebih cenderung melihat nance dan fungsi administrator miskin (powerless)
adm publik sbg kegiatan yg tidak sbg servant of public interest. 6) Banyak entitas sosial dan
bersifat politis, padahal dlm 6) Tidak hati2 akan meningkatkan pelayanan publik telah berubah
kenyataannya bersifat politis. korupsi dan orang2 miskin baru. menjadi entitas bisnis.
9
Pelajaran penting dari paradigma Pelajaran penting dari paradigma NPM Pelajaran penting dari paradigma
OPA adalah utk membangun adalah dlm membangun aparatur NPS adalah dlm membangun AN/
aparatur negara atau reformasi /reformasi birokrasi harus : reformasi birokrasi harus :
birokrasi diperlukan: 1) Memperhatikan mekanisme pasar. 1) Memperhatikan pelayanan kpd
1) Profesionalitas 2) Mendorong kompetisi dan kontrak masy sbg warga negara, bukan
2) Penggunaan prinsip keilmuan utk mencapai hasil sbg pelanggan.
3) Hubungan impersonal 3) Harus lebih responsif terhadap 2) Mengutamakan kepentingan
4) Penerapan aturan dan kebutuhan pelanggan. umum.
standarisasi secara tegas 4) Bersifat mengarahkan (steering) 3) Mengikut sertakan warga
5) Sikap yang netral d/p. menjalankan sendiri (rowing) masyarakat (masy tidak dijadikan
5) Harus melakukan deregulasi; penonton)
6) Perilaku yg mendorong/mendu-
kung terjadinya efisiensi dan 6) Memberdayakan oprator/pelaksana 4) Berfikir strategis dan bertindak
efektivitas sumberdaya (4M+T) demokratis.
7) Mengembangkan budaya
organisasi (corporate cultural) 5) Memperhatikan norma, nilai, dan
standard yg ada.
8) Innovatif dan berjiwa wirausaha;
6) Menghargai masyarakat d/p.
9) Pencapaian hasil ketimbang manajer wirausaha yg bertindak
budaya taat asas. seakan-akan uang adalah milik
10)Orientasi pada proses dan input. mereka.
PARADIGMA DAN PENDEKATAN PARADIGMA DAN PENDEKATAN PARADIGMA DAN PENDEKATAN
OPA LEBIH PAS/COCOK UNTUK NPM LEBIH PAS/COCOK UNTUK NPS LEBIH PAS/COCOK UNTUK
DEP/LEMBAGA YG MENANGANI DEP/LEMBAGA YG MENANGANI DEP/LEMBAGA YG MENANGANI
BIDANG/SEKTOR POLHUKAM BIDANG/SEKTOR PEREKONOMIAN BIDANG/SEKTOR KESRA 10
Bagaimana konsep governance dapat difahami?
Kata government dapat diartikan pemerintah (the governing body of
persons in a state) dan bisa juga diartikan pemerintahan (the political
direction and control exercised over the actions of the members,
citizens, or inhabitants of communities, societies, and states).
Kata governance menurut leksikografi diartikan juga sebagai government,
exercise of authority, control; method or system of government or management.
Baik government maupun governance berasal dari kata govern (memerintah, dari bhs
Latin: gubernare, Gerik: kybernan, to steer, mengemudi dsb-nya).
Governing itu terjadi dan terdapat di mana-mana dan kapan saja pada setiap bentuk
kehidupan sosial (fenomena sosial), termasuk kehidupan sosial khusus yang
oleh Aristoteles dikategorikan sebagai "polity" (pemerintahan).
Governing (dalam) "polity" disebut “openbaar bestuur”, demikian Soewargono (State-
of- the-art Ilmu Pemerintahan, 1993). Dari penggunaan kata itu menjadi istilah
teknis (technical term) lahirlah berbagai pengertian. Salah satu di antaranya
menyangkut hubungan antara government dengan governance, yang
diungkapkan oleh Dr. Leo Fonseka (1999:15) dalam Good Governance
. . . . while the term government indicates a political unit for the function of
policy making as distinguished from the administration of policies, the word
governance denotes an overall responsibility for both — the political and the
administrative functions. It also implies ensuring moral behaviour and ethical
conduct in the task of governing, i.e. the continuous ethical exercise of
authority on both the political and administrative units of governments.
11
Kutipan di atas menunjukkan bahwa kata governance (policy making, regulator,
mengatur dan administration, besturen, mengurus) lebih luas daripada
government (public policy making saja).
Selanjutnya, Leo Fonseka mengemukakan bahwa:
There are three main regimes involved in good governance, i.e. the State
Gov, the Civil Society, and the Private Sector. All three are critical for
sustaining human development. Since each has got its weaknesses and
strengths, a major objective of good governance is to promote highest
possible constructive interaction among them in order to minimize
individual weaknesses and utilize the strengths optimally. The intricate
intercourse between and among these three domains will indicate the
direction of the society's economic and social flight path. The more
integral, balanced and interdependent the three are the better it is for the
society.
PEMNEG
DUNIA MASY.
BISNIS MADANI
12
Governance disebut "good" (good governance) jika memenuhi syarat
di atas, dan sebaliknya "bad" jika tidak. Menurut Leo Fonseka,
- The State meletakkan dasar bagi equity, justice, dan peace, creating
a conducive political and legal environment for development ;
- Private Sector meletakkan dasar bagi economic growth, job opportu-
nities, income and development, and
-Civil Society meletakkan dasar bagi liberty, equality, responsibility,
and self-expression.
Konstruksi pemikiran ttg good governance di atas berada pada tataran axiologi (Ndraha
2003: xxxi). Penggalian konsep dan konstruksi pemikiran pada tingkat epistemologi
melahirkan teori tentang Tiga Subkultur Masyarakat (TSM) yang mampu menerangkan
gejala governance sebuah bangsa (negara). Teori TSM berawal dari pendekatan manusia &
lingkungannya thdp fenomena pemerintahan.
Human rights/HAM Dipenuhi sendiri (private choice)
&
Instincts/naluri Human Dipenuhi melalui pasar (public choice)
needs
Pemenuhan kebutuhan akan barang dan jasa layanan terbentur pada the law of scarcity
yang membentuk kesenjangan antara demand dengan supply.
Cara utk memenuhi kebutuhan dan memperkecil kesenjangan mendekati nol adalah
pengembangan setinggi mungkin nilai sumberdaya (SDM, SDA, SD buatan) atau
menghambat sebisa mungkin kemerosotan sumberdaya ybs.
13
TIGA SUB KULTUR DALAM MASYARAKAT
PENGEMBANGAN PECIPTAAN KEADILAN DAN KONTROL TERHADAP
NILAI SUMBERDAYA KEDAMAIAN KEKUASAAN (SKK)
SUBKULTUR SUBKULTUR SUBKULTUR
EKONOMI (SKE) KEKUASAAN (SKK) SOSIAL (SKS)
Karakteristik : Karateristik : Karakteristik :
>membeli semurah mungkin >berkuasa semudah mungkin >peduli, kesadaran, keberanian,
>menjual seuntung mungkin >mengg kekuasaan se-efektif mungkin >heroisme
>membuat sehemat mungkin >mempertangg.jawabkan penggunaan >budaya konsumeristik
jika dibiarkan jalan kekuasaan seformal mungkin, >collective action
semaunya, terjadi : jika dibiarkan jalan semaunya, terjadi : jika dibiarkan jalan semaunya,
1. seleksi alam 1. detournement de pouvoir terjadi :
2. strugle for life 2. abuse of power 1. civil disobedience
3. survival of the fittest 3. KKN 2. civil distrust
4. konflik 4. penindasan 3. anarki
5. ketidak adilan. 5. Pembohongan 4. terorism
5. perang saudara
untuk menciptakan keba- untuk mencegah dan mengurangi 6. revolusi
hagian (adil dan damai) penyalahgunaan kekuasaan/ untuk mencegah anarki, teror dan
diperlukan aturan dan untuk kewenangan, diperlukan kontrol sosial sebagainya ketiga subkultur harus
menegakkan aturan (social control,consumerim) berkembang selaras, seimbang,
diperlukan kekuasaan
serasi dan sinerjik, ceck & balance,
. manusia sebagai objek, sovereign loyal opposition.
public choice & dan sebagai konsumer (Definisi community development
private chioce
ECOSOC 1996). 14
PEMERINTAHAN YANG PROSES TRANS- PEMERINTAHAN YANG
OTORITERIAN DAN FORMASI DEMOKRATIS DAN
SENTRALISTIS SELAMA 20 THN DESENTRALISTIS
Ciri-ciri : Ciri-ciri :
1) Berdasarkan kekuasaan 1) Berdasarkan nilai2 dan
Penciptaan intrumen
belaka; prinsip2 demokrasi;
hukum sebagai dasar/
2) Kebebasan pers dan ber- 2) Kebebasan pers dan ber-
fondasi dan acuan dlm
kespresi dikontrol ketat; ekspresi ;
mengarahkan perubahan
3) Seluruh urusan/kewenang- 3) Tugas dan kewenangan
yang terencana dan
an pemerintahan dilaksa- pemerintahan terdesen-
gradual/bertahap.
nakan secara terpusat. tralisasi ke aparat ter-
depan
15
Menghormati hak asasi orang lain.
Mau mendengar dan menghargai pendapat orang
(tidak maunya menang sendiri).
Siap menang, tetapi juga siap kalah.
Taat aturan dan hukum.
Fair play (sportif)
Bertanggung-jawab atas semua perbuatan dan tidak
anarkis.
Adanya etika dlm penyelenggaraan pemerintahan
Adanya kebebasan pers dan kebebasan bereks-presi
yang bertanggung jawab.
16
Adanya kejelasan distribusi kewenangan antar tingkatan
pemerintahan
Kewenangan pelaksanaan urusan pemerintahan
terdesentralisasi kepada aparat terdepan.
Kelembagaan/organisasi berbentuk piramidal tegak.
Aparat terdepan diberi wewenang untuk mengambil
keputusan administrasi pemerintahan
Desentralisasi disertai dengan penyerahan Pegawai,
Pembiayaan/Anggaran dan Peralatan
Adanya perwakilan rakyat (DPRD) yang kapabel.
Pemerintah Pusat hanya berfungsi sebagai perumus
kebijakan nasional, pembinaan, fasilitasi, standardisasi
dqan supervisi.
17
Tiada yang abadi di dunia ini, kecuali
perubahan itu sendiri, dan
Tuhan tidak akan mengubah nasib suatu
kaum jika bukan kaum itu sendiri yang
mengubahnya.
18
Birokrasi pada awalnya dikembangkan oleh
pemerintah kolonial Belanda dengan maksud untuk
mengefektifkan jalannya pemerintahan kolonial di
Indonesia.