Anda di halaman 1dari 26

TUGAS MATA KULIAH TEORI ADMINISTRASI PUBLIK

NAMA : RENER BRANCHO KARWUR, S.STP


KELAS : C

JUDUL BUKU :
“TEORI ADMINISTRASI PUBLIK”
Penulis :
Dr. Harbani Pasolong, M.Si

BAB 1. PENDAHULUAN

A. Beberapa Konsep
Administrasi Publik dimaksudkan untuk lebih memahami hubungan pemerintah dengan
publik serta meningkatkan responsibilitas kebijakan terhadap berbagai kebutuhan publik, dan
juga melembagakan praktik managerial agar terbiasa melaksanakan suatu kegiatan dengan
efektif, efisien dan rasional.
Secara etimologi Administrasi berasal dari bahasa latin (Yunani) yang terdiri atas dua
kata, yaitu “ad” dan “ministrate” yang berarti “to serve” yang dalam bahasa Indonesia berarti
melayani dan atau memenuhi titik selanjutnya, menurut Dimock & Dimock ( 1978: 15), kata
administrasi berasal dari kata “ad” dan “minister” yang berarti juga “to serve”. Jadi, dapat
dipahami bahwa yang dimaksud Administrasi adalah suatu proses pelayanan atau peraturan.
- Definisi Administrasi
Menurut S. P. Siagian (2004:2), mendefinisikan administrasi sebagai keseluruhan proses
kerja sama antara dua orang manusia atau lebih yang didasarkan atas rasionalitas tertentu
mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. The Liang Gie (1993:9), mendefinisikan
administrasi adalah kegiatan Terhadap pekerjaan yang dilakukan oleh sekelompok orang di
dalam kerja sama mencapai tujuan tertentu.
- Dimensi Karakteristik Administrasi terdiri atas:
1. efisien berarti bahwa tujuan (motive) daripada administrasi adalah untuk mencapai
hasil secara efektif dan efisien dengan kata lain bahwa pencapaian tujuan administrasi
dengan hasil yang berdaya berhasil guna (efektif) dan berdaya guna (efisien)
2. efektivitas pada dasarnya berasal dari kata efek dan digunakan dalam istilah ini sebagai
hubungan sebab akibat efektivitas dapat dipandang sebagai suatu sebab dari variabel
lain titik efektivitas berarti bahwa tujuan yang telah direncanakan sebelumnya dapat
tercapai atau dengan kata sasaran tercapai karena adanya proses kegiatan

1
3. Rasional berarti bahwa tujuan yang telah dicapai bermanfaat untuk maksud yang
berguna tetapi tentu saja yang dilakukan dengan sadar atau disengaja
- Dimensi Unsur-unsur Administrasi
1. Adanya tujuan atau sasaran yang ditentukan Sebelum melaksanakan suatu pekerjaan
2. Adanya kerjasama baik sekelompok orang atau lembaga pemerintah maupun lembaga
swasta
3. Adanya Sarana yang digunakan oleh sekelompok atau dalam melaksanakan tujuan yang
hendak dicapai
- Definisi Publik
Menurut Syafi’ie dkk (1999:18), mengatakan bahwa publik adalah sejumlah manusia yang
memiliki kebersamaan berpikir, perasaan, harapan, sikap dan tindakan yang benar dan baik
berdasarkan nilai-nilai norma yang mereka miliki.
- Definisi Administrasi Publik
Chandler & plano dalam Keban (2004:3), mengatakan bahwa Administrasi publik adalah proses
dimana sumber daya dan personil publik diorganisir dan dikoordinasikan memformulasikan,
mengimplementasikan, dan mengelola keputusan-keputusan dalam kebijakan publik.
Administrasi Publik juga berarti Kerjasama yang dilakukan oleh sekelompok orang atau lembaga
dalam melaksanakan tugas-tugas pemerintahan dalam memenuhi kebutuhan publik secara
efisien dan efektif.

B. Teori Administrasi Publik


Teori Administrasi Publik menjelaskan upaya-upaya untuk mendefinisikan fungsi
universal yang dilakukan para pimpinan dengan asas-asas yang menyusun praktik
kepemimpinan yang baik.
Penyumbang utama Teori Administrasi ialah seorang industrialis Perancis bernama
Henry Fayol. karena itu, setiap pemikiran tentang administrasi dan manajemen selalu diawali
dari pemikiran Henry Fayol (1841-1925), dan Frederick Winslow Taylor (1856-1916). Henry
Fayol disebut sebagai bapak administrasi (father of modern operational theory), sedangkan
Taylor disebut sebagai bapak manajemen ilmiah (father of scientific management).
Selanjutnya Herbert A. Simon (2004:26), mengatakan teori administrasi pada
hakekatnya menyangkut batas-batas aspek perilaku manusia yang rasional dan yang tidak
rasional. Jadi dapat dikatakan bahwa Teori Administrasi Publik adalah serangkaian konsep yang

2
berhubungan dengan kepublikan yang telah diuji kebenarannya melalui riset dalam hal
pencapaian tujuan secara efisien dan efektif.

C. Peran Admnistrasi Publik


Peran Administrasi Publik dalam suatu negara sangat vital. Hal ini dapat dilihat dari
pendapat Karl Polangi dalam Keban (2004:15) mengatakan bahwa kondisi ekonomi suatu
negara sangat bergantung kepada dinamika administrasi publik.
Selanjutnya Frederick A. Cleveland dalam Keban menjelaskan bahwa peran Administrasi
Publik sangat vital dalam membantu memberdayakan masyarakat dan menciptakan demokrasi.
Menurut beliau, Administrasi Publik diadakan untuk memberikan pelayanan publik dan
manfaatnya dapat dirasakan masyarakat setelah pemerintah meningkatkan profesionalisme
nya, menerapkan teknik efisiensi dan efektivitas, dan lebih menguntungkan bagi pemerintah
manakala dapat mencerahkan masyarakat untuk menerima dan menjalankan sebagian dari
tanggung jawab Administrasi Publik tersebut titik peranan Administrasi Publik pada dasarnya
untuk mencapai tujuan secara efisien dan efektif.
oleh karena itu, Setiap kegiatan dalam administrasi publik diupayakan tercapainya
tujuan sesuai dengan yang direncanakan dan mengandung rasio terbaik antara input dan
output.

D. Ruang Lingkup Administrasi Publik


Untuk menjelaskan secara garis besar ruang kingkup teoritis Administrasi Publik, maka
dapat dilihat dari isu-isu yang dibahas oleh buku teks Administrasi Publik yang populer dapat
dijadikan rujukan. Asumsinya, isu yang dibahs dalam buku teks tersebut tentunya masih bersifat
kontemporer untuk diperhatikan, baik oleh para teoritis maupun para praktisi Administrasi
Publik.
Nicholas Henry (1995), memberikan rujukan tentang ruang lingkup administrasi publik
yang dapat dilihat dari topik-topik yang dibahas selain perkembangan ilmu administrasi publik
itu sendiri, antara lain:
- Organisasi publik, pada berkenaan Dengan model-model organisasi dan perilaku
birokrasi
- Manajemen publik yaitu, berkenaan dengan sistem dan Ilmu manajemen, evaluasi
program dan produktivitas, anggaran publik dan manajemen sumber daya manusia

3
- Implementasi yaitu yang menyangkut pendekatan terhadapKebijakan publik dan
implementasinya, privatisasi, administrasi antar pemerintahan dan etika birokrasi
Dapat dipahami bahwa aspek yang paling penting dalam menentukan ruang lingkup
administrasi publik yaitu kepentingan publik.

BAB 2. SEJARAH PERKEMBANGAN ADMINISTRASI PUBLIK

A. Sejarah Perkembangan Administrasi Publik


Pada dasarnya dapat ditelusuri melalui berbagai literatur yang membahas tentang
Administrasi Publik. Literatur yang membahas sejarah Administrasi Publik yaitu karya pertama
Woodrow Wilson (1886) yang berjuduk “the study of administration” merupakan tonggak
perkembangan awal pemikiran Administrasi Publik. Kemudian dilanjutkan oleh E. N. Gladen
berjudul “ A History Of Public Administration” yang terbit tahun 1972.
Literatur tersebut membahas tentang praktik administrasi dan peranan pegawai tata
usaham manajer tingktak menengah pada jaman kuno khususnya di Mesir dan dunia Timur.
Pada waktu itu birokrasi sudah melakukan skandal korupsi birokrasi yang berbelit-belit.

B. Paradigma Administrasi Publik


Pada dasarnya suatu ilmu dapat ditelusuri melalui perubahan paradigmanya. Oleh
karena perubahan paradigma mempengaruhi perkembangan ilmu yang berlaku pada saat itu.
Pengertian Paradigma menurut Thomas Kuhn (1993), yaitu beliau memberikan rujukan kepada
kita melalui karnyanya yang berjudul Peran Paradigma dalam Revolusi Sains. (The Strukture of
Scientific Revolution) bahwa “paradigma merupakan suatu cara pandang, nilai-nilai, metode-
metode, prinsip dasar atau cara memecahkan suatu masalah, yang dianut suatu masyarakat
ilmiah pada suatu masa tertentu”.
G. Frederickson (1984:27-30) mengemukakan enam paradigma administrasi publik yaitu
sebagai berikut :
Paradigma pertama, birokrasi klasik. Fokus pengamatan paradigma ini adalah struktur
organisasi dan fungsi prinsip-prinsip manajemen, sedangkan yang menjadi lokus adalah berbagai
jenis organisasi baik pemerintahan maupun bisnis.
Paradigma kedua, birokrasi neo-klasik. Lokus paradigma ini adalah keputusan yang di
hasilkan oleh birokrasi pemerintaha, sedangkan fokusnya adalah proses pengambilan keputusan

4
dengan perhatian khusus kepada penerapan ilmu perilaku, ilmu manajemen, analisa sistem dan
penelitian operasi.
Paradigma ketiga, kelembagaan. Fokus perhatian paradigma ini terletak pada
pemahaman mengenai perilaku organisasi yang dipandang juga sebagai suatu organisasi yang
kompleks.
Paradigma keempat, hubungan kemanusiaan. Inti yang mendasari paradigma ini adalah
keikutsertaan dalam pengambilankeputusan, minimasi perbedaan dan status dan hubungan
antar pribadi, keterbukaan, aktualisasi diri dan optimasi tingkat kepuasan, fokus dari paradigma
ini adalah dimensi-dimensi kemanusiaan dan aspek sosial dalam tiap jenis organisasi ataupun
birokrasi.
Paradigma kelima, pilihan publik. Fokus dari administrasi negara menurut paradigma ini
tak lepas dari politik. Sedangkan fokusnya adalah pilihan-pilihan untuk melayani kepentingan
publik akan barang dan jasa yang harus diberikan oleh sejumlah organisasi yang kompleks.
Paradigma keenam, administrasi negara baru. Fokus meliputi usaha untuk
mengorganisasikan, menggambarkan, mendesain, ataupun membuat organisasi dapat berjalan
kearah dan dengan mewujudkan nilai-nilai kemanusiaan secara maksimal yang dilaksanakan
dengan menggambarkan sistem desentralisasi dan organisasi-organisasi demokratis yang
responsif dan mengundang partisipasi serta dapat memberikan secara merata jasa-jasa yang
diperlukan masyarakat.
Administrasi Publik tidak akan pernah dapat melepaskan diri dari dampak yang
ditimbulkan oleh perkembangan-perkembangan lingkungan yang ada, khususnya yang
diakibatkan oleh kemajuan tekhnologi dan informasi. Untuk itu, Administrasi Publik dituntut
untuk senantiasa dapat menyesuaikan diri dan juga paradigma yang dianutnya sehingga tetap
berkesesuaian dan sejalan dengan perubahan lingkungan yang ada disekelilingnya, serta tentu
saja dengan tuntutan masyarakatnya yang dipengaruhi oleh perkembangan lingkungan tersebut.

BAB 3. KEBIJAKAN PUBLIK

A. Konsep Kebijakan dan Kebijaksanaanya


- Definisi “Kebijakan” dan “Kebijaksanaan”
Kebijakan merupakan suatu hasil analisis yang mendalam terhadap berbagai alternatif yang
bermuara kepada keputusan tentang alternatif terbaik. Sedangkan Kebijaksanaan selalu

5
mengandung makna melanggar segala sesuatu yang pernah ditetapkan karena alasan
tertentu, berkenaan dengan suatu keputusan yang memperbolehkan sesuatu yang
sebenarnya dilarang berdasarkan alasan-alasan terentu seperti pertimbangan kemanusiaan,
keadaan gawat dan lain-lain.
- Definisi Kebijakan Publik
Definisi Publik dapat dikatakan bahwa:
1. Kebijakan Publik dibuat oleh Pemerintah yang berupa tindakan-tindakan Pemerintah
2. Kebijakan Publik harus berorientasi kepada kepentingan Publik
3. Kebijakan Publik adalah tindakan pemilihan alternatif untuk dilaksanakan atau tidak
dilaksanakan oleh pemerintah demi kepentingan publik
- Jenis-jenis Kebijakan Publik
1. Kebijakan bersifat Makro, yaitu kebijakan atau peraturan yang bersifat umum
2. Kebijakan bersiat Meso, yaitu kebijakan yang bersifat menengah atay memperjelas
pelaksanaanya, seperti kebijakan peraturan Menteri, Peraturan Gubernur, Peraturan
Bupati dan Peraturan Walikota.
3. Kebijakan bersifat Mikro, yaitu kebijakan yang mengatur pelaksanaan dan implementasi
dari kebijakan diatasnya, seperti kebijakan yang dikeluarkan oleh aparat publik dibawah
Menteri, Gubernur, Bupati dan Walikota.

B. Proses Kebijakan Publik


- Menurut Dunn (1994) Dalam rangka memecahkan suatu masalah-masalah publik, maka
proses perumusan kebijakan yang dapat dibahas yaitu Analisis Kebijakan, Pengesahan
Kebijakan, Implementasi kebijakan dan Evaluasi kebijakan.

BAB 4. TEORI BIROKRASI

A. Konsep Birokrasi
Definisi dari Birokrasi merupakan lembaga pemerintah yang menjalankan tugas
pelayanan pemerintah baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah. Birokrasi pemerintah
dewasa ini, dimana para pejabat memainkan ungsi dan peran dengan menggunakan kekuasaan
yaitu: jabatan, kekuasaan dan legitimasi untuk mewjudkan pemerintahan yang efisien dan
efekti, dengan objek pemerintahan masa kini.

6
B. Teori Birokrasi
Pendekatan birokrasi dalam studi administrasi dipelopori oleh Max Weber (1864-1920),
yang dikenal sebagai bapak sosiologi modern. Meskipun demikian pandangan Weber
mempunyai pengaruh pada ahli sosiologi dan politik, namun konsep birokrasinya dapat
dikatakan masih baru dipergunakan dalam studi administrasi. Menurut Max Weber birokrasi
merupakan ciri pola organisasi yang strukturnya dibuat sedemikian rupa sehingga secara
maximal dapat memanfaatkan tenaga ahli. Organisasi harus diatur secara rasional, impersonal
dan bebas dari sikap prasangka. Weber juga memandang birokrasi sebagai unsur pokok dalam
rasionalisasi dunia modern, yang baginya jauh lebih penting dari seluruh proses sosial.
Birokrasi dimaksudkan sebagai satu sistem otorita yang ditetapkan secara rasional dalam
berbagai peraturan untuk mengorganisasi secara teratur, bersifat spesialisasi, hirarkis dan
terebolisasi.

C. Teori Osborne
Menurut David Osborn dan Ted Gaebler (2000) dalam bukunya yang berjudul
“Reinventing Goverment” terdapat sepuluh prinsip yang merupakan komponen paradigma baru
administrasi publik atau birokrasi pemerintah yang memiliki semangat kewirausahaan yang
disesuaikan dengan perkembangan lingkungan strategis. Dalam beberapa tahun terakhir ini
berkembang paradigma baru dalam administrasi publik yang difokuskan untuk menghasikan
“high quality public goods and services”. Pembaharuan adalah penggantian sistem yang
birokratis menjadi site yang bersifat wirausaha. Pembaharuan tidak hanya memperbaiki
efektivitas saat ini tetap pembaharuan menciptakan organisasi-organisasi yang mampu
memperbaiki efektivitasnya di masa mendatang, pada saat lingkungannya berubah. Dengan
demikian dalam usaha pembaharuan administrasi publik diperlukan birokrasi pemerintah yang
memiliki semangat kewirausahaan.

D. Struktur Birokrasi
Struktur adalah kerangka organisasi yang merupakan visualisasi dari tugas, ungsi, gari
wewenang dan tanggung jawab, jabatan dan jumlah pejabat serta batas-batas formal dalam hal
apa organisasi itu beroperasi. Gibson (1997:9) mengatakan bahwa struktur organisasi adalah

7
pola formal mengelompokan orang dan pekerjaan. Oleh karena itu, struktur organisasi
berpengaru terhadap perilaku individu dan kelompok yang mencakup satu organisasi. Secara
umum struktur Birokrasi dapat disimpulkan bahwa pemilihan struktur birokrasi sebaiknya
berorientasi pada kebutuhan birokrasi publik yaitu berpedoman pada visi, misi, sasaran, tujuan,
serta fungsi dan tugas yang dilaksanakannya dalam konteks terciptanya birokrasi yang efekti dal
efisien. Penempatan seseorang dalam struktur birokrasi harus didsarkan pada profesionalisme
bukan didasarkan pada pertimbangan lain.

BAB 5. MANAJEMEN PUBLIK

A. Konsep Manajemen Publik


Pada dasarnya managemen publik, yaitu manajemen instansi pemerintah. Jadi
manajemen publik adalah sebagaimana mengatur kepentingan publik atau orang banyak.
Berdasarkan pendapat Overman mengemukakan bahwa manajemen publik dan kebijakan publik
merupakan dua bidang administrasi publik yang tumpang tindih. Tapi untuk membedakan
keduanya secara jelas maka dapat dikemukakan bahwa kebijakan publik merefleksikan sistem
otak dan saraf, sementara manajemen publik mempresentasikan sistem jantung dan sirkulasi
dalam tubuh manusia. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa manajemen publik merupakan
proses menggerakan SDM dan non SDM sesuai perintah kebijakan publik.

B. Paradigma Manajemen
Menurut Chung dan Megginson (1981), Perkembangan managemen publik paling tidak
dipengaruhi oleh beberapa pandangan yaitu, managemen normatif, menagemen deskripti
managemen stratejik dan managemen publik.
- Managemen normatif menggambarkan apa sebaiknya dilakukan oleh seorang manajer
dalam manajemen
- Manajemen deskriptif menggambarkan apa yang kenyataannya yang dilakukan oleh
menajer ketika menjalankan tugasnya
- Manajemen stratejik menggambarkan suatu cara memimpin organisasi untuk mencapai
misi, tujuan dan sasaran
- Managemen Publik menggambarkan apa yang sebaiknya dilakukan dan senyatanya
pernah dilakukan oleh para manajer publik di instansi pemerintah

8
C. Fungsi-fungsi Manajemen
- Fungsi Manajemen Kebijakan
Dalam proses kebijakan, seorang manajer secara aktif terlibat dalam penentuan program-
program dan proyek-proyek yang diusulkan untuk ditangani dalam tahun anggaran tertentu.
Tidak hanya menyarankan apa rencana yang akan diimpleentasikan di masa mendatang,
tetapi juga bagaimana proses pengambilan keputusan terhadap suatu program atau proyek
=
- Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia
Menurut Stoner DKK (2003:68) mengatakan bahwa fungsi manajemen ini berhubungan
dengan rekrutmen, penempatan, pelatihan dan pengembangan organisasi. Selanjutnya
Keban (2004:100) mengatakan bahwa dalam manajemen SDM perlu diperhatikan jumlah,
jenis kualitas, dan distribusi dan utilitasi SDM yang bekerja dalam organisasi.
- Fungsi Manajemen Keuangan
Tugas utama dalam bidang ini adalah bagaimana mencari dana, merencanakan dan
mengalokasikan sesuai dengan kebutuhan yang ada, memanfaatkannya secara optimal, dan
mengendalikan penggunaannya sesuai rencana.
- Fungsi Manajemen Informasi
Bila ingin memberikan yang terbaik kepada masyarakat, maka kita harus memiliki informasi
tentang bagaimana data tentang pelayanan pada masa lampau, atau bagaimana pelayanan
serupa di berikan oleh organisasi pelayanan lain. Oleh karena itu, jenis, intensitas, kualitas
dan penyajian, dan pemanfaatan data dan informasi harus menjadi pusat perhatian pertama
dalam unit yang seringkali dikenal dengan unit data atau unit pengolahan data.
- Fungsi Manajemen Hubungan Luar
Tujuan mengelola hubungan tersebut adalah terbentuknya suatu network yang sangat
dimana semua berlebih dapat merasakan kepuasan bersama.

BAB 6. TEORI KEPEMIMPINAN

A. Konsep Kepemimpinan

9
Konsep kepemimpinan pada dasarnya berasal dari kata “pimpin” yang artinya bimbing
atau tuntun. Dari kata “pimpin” melahirkan kata kerja “memimpin” yang artinya membimbing
atau menuntun dan kata benda “pemimpin” yaitu orang yang berfungsi memimpin, atau orang
yang membimbing atau menuntun. Sedangkan kepemimpinan yaitu kemampuan seseorang
dalam mempengaruhi orang lain dalam mencapai tujuan. Pada dasarnya keberhasilan seorang
pemimpin tergantung pada kemampuannya mempengaruhi pihak lain. Kunci menuju sukses
dalam usaa apa saja adala kemampuan memimpin orang lain secara sukses.

B. Tipe Kepemimpinan
Tipe kepemimpinan dari berbagai literatur yang membahas tentang terbagi dalam
berbagai perspektif, yaitu:
- Tipe Kepemimpinan Otokrasi yaitu pemimpin yang dalam mengambil keputusan
dipusatkan pada pemimpin. Dalam hal ini pemimpin bebas untuk menentukan kebijakan
dan menyusun, mendefinisikan atau modifikasi tugas-tugas sesuai keinginannya.
- Tipe Demokratik yaitu pemimpin yang senang menerima kritikan, saran dan pendapat
dari bawahan, selalu bekerja sama dengan bawahan, siap berkompetisi dengan
bawahannya, memberdayakan bawahan dengan ikut dalam mengambil keputusan dan
semua keputusan dan kebijakan didasarkan pada hasil prosesi demokrasi.
- Tipe Karismatik yaitu pemimpin yang memiliki daya tarik yang tinggi, kekuatan energi
yang luar biasa, dan wibawa yang alami. Sehingga ia memiliki pengikut tanpa
dimobilisasi.
- Tipe Laissez Faire yaitu pemimpin yang memberikan kebebasan kepada bawahannya
untuk bertindak tanpa diperintahkan.
- Tipe Paternalistik pada umumnya terdapat pada masyarakat yang masih tradisionalis
dan agraris, pemimpin yang paternalistik dapat diliat dari rasa hormat yang tinggi
kepada orang tua atau seseorang yang dituakan. Orang tua atau orang yang dituakan
dihormati karena perilakunya dapat dijadika teladan atau panutan oleh orang lain.

C. Gaya Kepemimpinan
Stoner (1996:165), mengatakan bahwa gaya kepemimpinan adalah berbagai pola
tingkah laku yang disukai oleh pemimpin dalam proses mengarahkan dan mempengaruhi
pekerja. Adapun beberapa gaya kepemimpinan dapat dilihat sebagai berikut:

10
1. Gaya otokratis, yaitu gaya kepemimpinan otoritarian dapat pula disebut tukang
cerita biasanya merasa bahwa mereka mengetahui apa yang mereka inginkan dan
cenderung mengekspresikan kebutuhan-kebutuhan tersebut dalam bentuk
perintah-perintah langsung kepada bawahan.
2. Gaya demokratik, yaitu gaya kepemimpinan yang dikenal pula sebagai gaya
partisipatif. Gaya ini berasumsi bahwa para anggota organisasi yang diambil bagian
secara pribadi dalam proses pengambilan keputusan akan lebih memungkinkan
sebagai suatu akibat mempunyai komitmen yang jauh lebih besar pada sasaran dan
tujuan organisasi.
3. Gaya Laissez Faire, yaitu gaya kepemimpinan kendali bebas, tapi bukan berarti tidak
adanya sama sekali pimpinan. Gaya ini berasumsi bahwa suatu tugas disajikan
kepada kelompok yang bisasanya menentukan teknik-teknik mereka sendiri guna
mencapai tujuan tersebut dalam rangka mencapai sasaran-sasaran dan kebijakan
organisasi.

D. Teori-teori Kepemimpinan
Teori kepemimpinan merupakan generalisasi dari perilaku pemimpin dan konsep
kepemimpinannya dengan menitikberatkan pada latar belakang historis, sebab musabab,
munculnya kepemimpinan, sifat-sifat utama kepemimpinan. Teori dasar munculnya
kepemimpinan menurut Siagian (2004), Anoraga (1995) terbagi 3 yaitu:
1. Teori genetik menjelaskan bahwa pimpinan tidak dibangun, tetapi seorang akan
menjadi pemimpin karena bakat yang dimiliki luarbiasa, atau dengan kata lain
seorang menjadi pemimpin karena memang ditakdirkan menjadi pemimpin.
2. Teori sosial menjelaskan bahwa pimpinan harus dibangun atau dibentuk, tidak
begitu saja muncul atau ditakdirkan. Jadi seorang menjadi pemimpin karena melalui
proses pendidikan dan pelatihan yang cukup mendukung.
3. Teori ekologis menjelaskan bahwa merupakan gabungan dari teori genetik dan teori
sosial. Teori ini berasumsi bahwa seseorang sukses menjadi pemimpin, jika sejak
lahir sudah mempunyai bakat-bakat kepemimpinan, kemudian dikembangkan
melalui pendidikan dan pengalaman serta disesuaikan dengan lingkungan.

BAB 7. PELAYANAN PUBLIK

11
A. Konsep Pelayanan
Definisi pelayanan publik menurut UUD Pelayanan publik No. 25 Tahun 2009 adalah
sebagai kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuan kebutuhan pelayanan sesuai
peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa atau
pelayanan administrasi disediakan oleh pelayanan publik. Sedangkan yang dimaksud dengan
penyelenggaraan pelayanan publik adalah setiap institusi penyelenggara negara, korporasi,
lembaga independen yang dibentuk berdasarkan undang-undang kegiatan publik, dan badan
hukum lain yang dibentuk semata-mata untuk kegiatan pelayanan publik.

B. Kualitas Pelayanan Publik


Kualitas pada dasarnya merupakan kata yang menyandang arti relatif karena bersiat
abstrak, kualitas dapat digunakan untuk menilai atau menentukan tingkat penyesuaian suatu hal
terhadap persyaratan atau spesifikasinya. Dengan demikian, untuk menentukan kualitas
diperlukan indikator. Pelayanan berkualitas atau pelayanan prima yang berorientasi pada
pelanggan sangat bergantung pada kepuasan pelanggan. Bagaimanaoun performa suatu
organisasi tetapi kalau tidak sesuai dengan keinginan pelanggan atau tidak memuaskan, citra
kinerja organisasi tersebut akan dinilai tetap tidak bagus. Oleh karena itu pertama-tama penting
untuk mengetahui kualitas pelayanan dari perspektif pelanggan, selain agar organisasi itu
bertahan juga agar kinerjanya dapat ditingkatkan lagi. Organisasi publik dalam memberikan
pelayanan kepada publik juga berusaha untuk memenuhi keinginan atau kepuasan
warga/masyarakat.

C. Kepuasan Pelanggan
Menurut Lukman (2000:119) menyatakan bahwa kepuasan sebagaimana tingkat
perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja/hasil yang dirasakan dengan harapannya.
Kepuasan masyarakat teradap organisasi publik sangat penting karena adanya hubungan
kepercayaan masyarakat. Semakin baik kepemerintahan dan kualitas pelayanan yang diberikan,
maka semakin tinggi kepercayaan masyarakat.

BAB 8. ADMINISTRASI KEPEGAWAIAN NEGARA

A. Sistem Administrasi Kepegawaian Masyarakat

12
Sistem Kepegawaian negara yaitu bagaimana menerima pegawai sebagai input,
kemudian bagaimana mengembangkan pegawai sebagai proses, dan bagaimana kinerja pegawai
sebagai output organisasi. Pada dasarnya Admiministrasi kepegawaian negara merupakan salah
satu cabang dari pada administrasi negara yang membahas secara khusus mengenai persoalan
pegawai negara dan atau Pegawai Negeri Sipil. Oleh karena itulahlah, Manajemen PNS perlu
diatur secara menyeluruh dengan menerapkan norma, standar, dan prosedur yang seragam dan
tetap dalam menerapkan formasi, pengadaan, pengembanganm penetapan gaji dan program
kesejahteraan, serta pemberhentian yang merupakan unsur dalam manajemen PNS pusat
maupun PNS daerah.

B. Rekrutmen PNS
Eugene McKenna & Nic Beech (1995:119), mengatakan bahwa rekrutmen merupakan
proses penarikan sekelompok kandidat untuk mengisi posisi yang lowong sedangkan Edwin B.
Filippo (1992:152), mengatakan bahwa rekrutmen adalah proses mencari calon pegawai dan
merangsang mereka untuk melamar pekerjaan dalam organisasi bersangkutan.
Kegiatan rekrutmen PNS meliputi kegiatan perencanaan kebutuhan pegawai, analisis jabatan,
formasi dan pengadaan pegawai.
- Perencanaan PNS perlu bagi suatu organisasi agar organisasi tersebut tidak mengalami
hambatan dlam mencapai tujuannya dalam rangka menghadapi pengaru-pengaruh
perkembangan ilmu pengetauan dan teknologi. Perencanaan PNS dilaksanakan untuk
menunjang kegiatan operasional yang semakin meningkat dalam instansi.
- Manfaat perencanaan PNS yaitu dapat lebih diberdayakan atau lebih dioptimalkan
dalam melaksanakan suatu pekerjaan.
- Rencana kebutuhan PNS akan dapat dilaksanakan dengan tepat bila sebelumnya sudah
dilakukan analisis pekerjaan yang tepat pula dalam suatu instansi. Analisis pekerjaan
merupakan proses pengumpulan, mengkaji semua jenis pekerjaan yang terdapat dalam
suatu instansi. Dengan demikian analisis jabatan merupakan kegiatan kajian secara lebih
mendalam tentang setiap tugas atau pekerjaan sehingga tergambar pula persyaratan
yang diperlukan bagi PNS yang akan melaksanakan tugas tersebut.
- Uraian pekerjaan diartikan sebagai tugas yang di emban pegawai. Uraian pekerjaan
berisi berupa daftar tertulis tentang pekerjaan, kewajiban yang diaksanakan dan
tanggung jawab pelaksana.

13
- Manfaat uraian pekerjaan agar dapat memberi arahan tentang pengetahuan,
keterampilan dan pengalaman seseorang yang diperlukan untuk menjalankan pekerjaan
ketika mengikuti rekrutmen.
- Untuk menentukan persyaratan pekerjaan atau persyaratan pegawai ada faktor pribadi
yang perlu di perhatikan yaitu penampilan fisik, kemampuan diri, sikap dan perilaku,
minat dan kepribadian.
- Formasi adalah penentuan jumlah dan susunan PNS yang diperlukan untuk
melaksanakan tugas pokok yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang. Formasi
ditetapkan berdasarkan perkiraan beban kerja dalam jangka waktu tertentu dan
mempertimbangkan macam-macam pekerjaan, rutinitas pekerjaan, kealian yang
diperlukan untuk melaksanakan tugas dan al-hal lain yang mempengaruhi jumlah SDM
yang diperlukan.
- Pengadaan pegawai adalah proses kegiatan yang dilakukan ole suatu organisasi untuk
mendapatkan PNS yang mempunyai kemampuan untuk melaksanakan uraian pekerjaan
yang sudah ditentukan sebelumnya.
- Pelamar yang dinyatakan lulus ujian penyaringan/seleksi wajib menyerahkan
kelengkapan administrasi untuk diangkat menjadi CPNS disampaikan oleh pejabat
pembina kepegawaian kepada badan kepegawaian negara (BKN) untuk mendapatkan
Nomor Induk Pegawai (NIP) Negeri Sipil
- CPNS berhak atas gaji, mulai berlaku pada tanggal yang bersangkutan secara nyata
melaksanakan tugasnya dinyatakan dengan surat pernyataan oleh kepala kantor/satuan
organisasi yang bersangkutan.

C. Sistem penggajian
Payaman J Simanjuntak (1985:111), mengatakan bahwa sistem penggajian di Indonesia
pada umumnya mempergunakan gaji pokok yang didasarkan pada kepangkatan dan masa kerja.
Pangkat seseorang umumnya didasarkan pada tingkat pendidikan dan pengalaman kerja.
Dengan kata lain, penentuan gaji pokok didasarkan pada teori Human Capital, yaitu gaji atau
upah pegawai diberikan sebanding dengan tingkat pendidikan dan latihan yang dicapainya.
Dalam sitem penggajian PNS tersebut juga diberikan kenaikan gaji berkala, tunjangan gaji
berkala diberikan sekali setiap dua tahun bagi PNS yang memenuhi syarat.

14
D. Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan
Penilaian prestasi kerja pada dasarnya merupakan penilaian hasil kerja yang dicapai oleh
seorang pegawai, meliputi jumlah dan mutu yang dihasilkan sesuai standar yang telah
ditetapkan. Penilaian pelaksanaan pekerjaan PNS dilakukan berdasarkan UU No. 43 Tahun 1999
tentang perubahan atas UU No. 8 Tahun 1974 jo. PP 10 Tahun 1979 tentang penilaian
pelaksanaan pekerjaan PNS. Hasil penilaian hasil kerja tersebut merupakan informasi bagi
pimpinan organisasi untuk mengevaluasi perencanaan kerja dan program-program kerja yang
akan dilaksanakan.

E. Pangkat dan Jabatan


Kenaikan pangkat adalah penghargaan yang diberikan atas prestasi kerja dan
pengabdian PNS yang bersangkutan terhadap negara. Selain itu, kenaikan pangkat juga
dimaksudkan sebagai dorongan kepada PNS untuk lebih meningkatkan prestasi kerja dan
pengabdiannya. Seseorang yang telah menjadi PNS terbuka kesempatan untuk diangkat dalam
jabatan tertentu. Jabatan dalam lingkungan birokrasi pemerintah ialah jabatan karier.
Selanjutnya jabatan karier adalah jabatan dalam lingkungan pemerintah yang hanya diduduki
oleh PNS atau pegawai negeri yang berstatus sebagai PNS.

F. Pendidikan dan Latihan (Diklat PNS)


Pendidikan dan Pelatihan Jabatan PNS yang disebut Diklat adalah proses
penyelenggaraan belajar mengajar dalam rangka meningkatkan kemampuan PNS. Diklat adalah
suatu kegiatan yang dilakukan oleh instansi untuk meningkatkan mutu, pengembangan sikap,
perilaku, keterampilan, dan pengetahuan pegawai sesuai kebutuhan suatu organisasi.

G. Pemberhentian dan Pensiun PNS


- Pemberhentian dengan Hormat karena meninggal dunia, atas permintaan sendiri,
mencapai batas usia, perampingan organisasi pemerintahan atau tidak sehat secara
jasmani dan rohani sehingga tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai PNS
- Pemberhentian dengan Tidak Hormat karena dihukum penjara, melakukan pelanggaran
disiplin PNS tingkat berat
- Pemberhentian dan pemberian pensiun PNS serta pemberian pensiun janda/dudanya
dikemukakan bahwa pensiun merupakan jaminan hari tua dan juga merupakan salah

15
satu bentuk penghargaan atas jasa-jasanya selama bekerja dalam dinas pemerintah,
karena itu proses pemberhentian, pemberian pensiun dan bayarannya perlu diperlancar
agar pensiun PNS serta janda/dudanya dapat benar-benar diterima tepat waktu

BAB 9. MANAJEMEN KINERJA

A. Pengertian Manajemen Kinerja


Manajemen kinerja merupakan suatu metode untuk mengukur keberhasilan program
atau aktivitas yang dilakukan birokrasi pemerintah dalam mencapai hasil yang diharapkan oleh
publik. Adapun definisi Manajemen Kinerja adalah suatu pendkatan yang digunakan inyuk
memperbaiki kinerja berdasarkan proses yang berkelanjutan dalam penetapan sasaran kinerja
birokrasi yaitu mengumpulkan data, menganalisis, menelaah, mengukur kinerja, dan
melaporkan kinerja sebagai bahan untuk memperbaiki kinerja selanjutnya. Manajemen kinerja
juga adalah proses yang teratur untuk memperbaiki kinerja dengab tahap-tahap yang terencana
dengan baik. Proses perbaikan kinerja membutuhkan waktu yang cukup lama dengan proses
perubahan. Manajemen kinerja pada akhirya akan berdampak pada perbaikan budaya kinerja.
Budaya kineja merupakan produk dari kebiasaan-kebiasaan yang cukup lama, oleh karena
mengubahnya juga membutuhkan waktu yang cukup lama.

B. Konsep Kinerja
Konsep kinerja pada dasarnya dapat dilihat dari dua segi, yaitu kinerga pegawai dan
kinerja organisasi. Kinerja pegawai adalah hasil kerja perseorangan dalam suatu organisasi.
Sedangkan kinerja organisasi adalah totalitas hasil kinerja yang dicapai oleh suatu organisasi.
Kinerja pegawai dan kinerja organisasi memiliki keterkaitan yang erat. Tercapainya tujuan
organisasi tidak bisa lepas dari sumber daya yang dimiliki oleh organisasi yang digerakan atau
dijalankan pegawai yang berperan aktif sebagai pelaku dalam upaya mencapai tujuan organisasi
tersebut. Ada berbagai pendapat tentang kinerja, seperti dikemukakan oleh Rue dan Byars
(1981:375) mengatakan bahwa kinerja adalah sebagai tingkat pencapaian hasil. Sedangkan
Widodo (2006:78) mengatakan bahwa kinerja adalah melakukan suatu kegiatan dan
menyempurnakannya sesuai dengan tanggungjawabnya dengan hasil seperti yang diharapkan.

16
C. Indikator Kinerja
Indikator menurut LAN-RI (1999:7) adalah ukuran kuntitatif dan kualitatif yang
menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang menggambarkan tingkat
pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang ditetapkan dengan mempertimbangkan indikator
masukan (input), keluaran (output), hasil (outcome), manfaat (benefit) dan dampat (impact).
Penetapan indikator kerja merupakan proses identifikasi dan klasifikasi indikator kinerja melalui
sistem pengumpulan data dan pengelolaan data atau inormasi untuk menentukan kinerja
kegiatan, program, dan kebijakan. Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan
indikator kinerja, yaitu:
- Spesifik dan jelas
- Dapat terukur secara objektif baik bersiat kualitatif maupun kuantitatif
- Dapat menunjukan pencapaian keluaran, hasil, manfaat dan dampak
- Harus cukup fleksibel dan sensitif terhadap perubahan
- Efektif untuk dapat dikimpulkan, diolah dan dianalisis datanya secara efisien dan efektif

D. Pengukuran Kinerja
Untuk mengetahui kinerja organisasi maka setiap organisasi harus memiliki kriteria
keberhasilah berupa target-target tertentu yang hendak dicapai, dimana tingkat pencapaian
atas target tersebut didasarkan pada suatu konsep tertentu yang sudah teruji validitasnya dalam
melakukan pengukuran kinerja suatu organisasi. Menurut Robertson dalam Mahmudi (2010),
pengukuran kinerja didefinisikan sebagai suatu penilaian kemajuan pekerjaan terhadap tujuan
dan sasaran yang telah di tentukan sebelumnya, termasuk informasi atas efisiensi, penggunaan
sumberdaya dalam menghasilkan barang dan jasa, perbandingan hasil kegiatan dengan target,
dan efektifitas tindakan dalam mencapai tujuan.
Pengukuran kinerja adalah sebagai suatu metode atau alat yang digunakan untuk
menilai pencapaian pelaksanaan kegiatan berdasarkan rencana strategis sehingga dapat
diketahui kemajuan organisasi untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan
akuntabilitas. Jadi pada pengukuran kinerja pada dasarnya digunakan untuk penilaian atas
keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan kegiatan, program, dan kebijakan sesuai dengan
sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan dalam rangka mewujudkan misi dan visi instansi
pemerintah. Penilaian kinerja PNS di Indonesia tertuang dalam suatu datar yang lazim disebut
DP-3 (Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan). Berikut unsur-unsur yang dinilai dalam DP-3

17
yaitu Kesetiaan, Prestasi kerja, Tanggungjawab, Ketaatan, Kejujuran, Kerjasama, Prakarsa dan
Kepemimpinan.

E. Tujuan dan Manfaat Pengukuran Kerja


- Sebagai dasar untuk memberikan kompensasi kepada pegawai yang setimpal dengan
kinerjannya
- Sebagai dasar untuk melakukan promosi bagi pegawai yang memiliki kinerja yang baik
- Sebagai dasar untuk melakukan mutasi teradap pegawai yang kurang cocok dengan
pekerjaannya
- Sebagai dasar untuk melakukan demosi untuk pegawai yang kurang atau tidak memiliki
kinerja yang baik
- Sebagai dasar untuk melakukan pemberhentian pegawai yang tidak lagi mampu melakukan
pekerjaan
- Sebagai dasar memberikan Diklat terhadap pegawai, agar dapat meningkatkan kinerjanya
- Sebagai dasar untuk menerima pegawai baru yang sesuai dengan pekerjaan yang tersedia
- Sebagai dasar untuk mengetahui berhasil tidaknya suatu organisasi dalam melaksanakan
tujuan organisasi yang telah ditentukan

F. Kendala dalam Pengukuran Kinerja


Pengukuran kinerja pada sektor swasta bertumpu pada aspek inansial karena tujuannya adalah
mencari laba sehingga mudah diukur karena bersiat kuantitatif dan nyata. Namun kondisi ini
berbeda dengan organisasi sektor publik dalam menjalankan ungsinya adalah kepuasan yang
dirasakan oleh masyarakat atas penyediaan baradng dan jasa publik yang bersifat kualitatif.
Berikut adala beberapa kendala yang akan dihadapi dalam pengukuran kinerja organisasi sektor
publik:
- Tujuan organisasi bukan memaksimalkan laba. Tujuan sektor publik adalah peningkatan
pelayanan publik dan penyediaan barang publik
- Sifat output adala kualitatif. Output yang dihasilkan dari kegiatan organisasi publik pada
umumnya bersiat kualitatif, tidak berwujud dan tidak langsung dirasakan pada saat itu
sehinggan kinerja organisasi lebih sulit diukur
- Antara input dan output tidak mempunyai hubungan secara langsung

18
- Tidak beroperasi berdasarkan market force sehingga memerlukan instrumen pengganti
mekanisme pasar
- Berhubungan dengan kepuasan pelanggan. Organisasi sektor publik menyediakan jasa
pelayanan bagi masyarakat yang sangat heterogen, dengan demikian mengukur
kepuasan masyarakat yang mempunyai kebutuhan dan harapan yang beraneka ragam
adalah pekerjaan yang tidak mudah

G. Pendekatan Pengukuran Kinerja


Kinerja organisasi sektor publik yang bersifat multidimensional memiliki makna bahwa tidak ada
indikator tunggal yang dapat digunakan untuk menunjukan tingkat keberhasilan secara
komprehensi untuk semua jenis organisasi sektor publik, dengan begitu indikator kinerja yang
dipilih akan sangat bergantung pada aktor kritikal keberhasilan yang telah diidentifikasi.
Terdapat empat pendekatan pengukuran kinerja yang dapat diaplikasikan pada organisasi sektor
publik, yaitu:
- Analisis anggaran, pengukuran kinerja yang dilakukan dengan cara membandingkan
anggaran pengeluaran dengan realisasinya
- Analisis rasio laporan keuangan, merupakan alat yang digunakan untuk memahami
nmasalah dan peluang yang terdapat dalam laporan keuangan pada suatu periode
tertentu

H. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja


Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja suatu organisasi dapat disederhanakan menjadi dua
variabel yanitu variabel kemampuan dan variabel kemauan. Jika kedua variabel ini digabung
biasa disebut kematangan, untuk lebih jelasnya dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Variabel kemampuan, adalah suatu kapasitas individu untuk mengerjakan berbagai tugas
dalam suatu organisasi. Kemampuan pada umumnya didasarkan pada bakat yang dimiliki
seseorang.
2. Variabel Kemauan, atau motivasi adalah kesediaan untuk mengeluarkan tingkat upaya yang
tinggi untuk tujuan organisasi. Kemauan seseorang untuk melakukan pekerjaan karena
merasa aman. Oleh karena itu, keamanan pekerjaan pada dasarnya mempengaruhi
kemauan seseorang untuk melakukak pekerjaan

19
BAB 10. ETIKA ADMINISTRASI PUBLIK

A. Konsep Etika
Secara (Etimologik), etika berasal dari kata Yunani “Ethos” yang berarti watak kesusilaan
dan adat. Identik dengan perkataan moral yang berasal dari kata latin “Mos” yang bentuk
jamaknya “Mores” yang berarti juga adat atau cara hidup. Etika dan Moral sama artinya, tetapi
dalam pemakaian sehari-hari ada sedikit perbedaan.
Moral atau moralitas dipakai untuk perbuatan yang sedang dinilai, sedangkan etika
dipakai untuk pengkajian sistem nilai-nilai yang ada. Definisi etika menurut Bratawijaya
(1992:243), adalah ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak atau moral.
B. Etika Administrasi Publik
Etika merupakan bagian dari filsafat, nilai dan moral. Etika bersifat abstrak dan
berkenaan dengan persoalan “baik” dan buruk”. Sedangkan administrasi publik bersifat konkrit
dan harus mewujudkan apa yang diinginkan publik. Hal ini menimbulkan masalah yaitu
bagaimana menghubungkan gagasan administrasi seperti keteraturan, efisiensi, kemanfaatan,
dan kinerja yang dapat menerapkan etika dalam praktiknya. Bagaimana mewujudkan yang baik
dan menghindari yang buruk dalam melaksakan tugas dan tanggung jawab administrator.
Menurut Clandler & Plano (1988), dalam etika terdapat empat aliran utama yaitu:
1. Emprical Theory berpendapat bahwa etika diturunkan dari pengalaman manusia
dan persetujuan umum. Misalnya peperangan/penggunaan zat kimia tertentu yang
membahayakan manusia. Dalam konteks inni penilaian tentang baikn dan buruk
tidak terlepas atau terpisahkan dari fakta dan perbuatan yang dirasakan
2. Rational Theory berasumsi bahwa baik dan buruk sangat tergantung dari rationating
atau alasan dan logika yang melatarbelakangi suatu perbuatan, bukan pengalaman.
Dalam konteks ini, setiap situasi dilihat sebagai suatu yang unik dan membutuhkan
penerapan yang unik pula tentang baik atau buruk
3. Intuitive Theory berasumsi bahwa etika tidak harus berasal dari pengalaman dan
logika, tetapi dari manusia secara alamiah memiliki pemahaman tentang apa yang
benar dan salahm baik dan buruk. Teori ini menggunakan hukum moral atau
“natural moral law”

20
4. Relevation Theory berasumsi bahwa yang benar datau salah berasal dari kekuasaan
di atas manusia yaitu dari Tuhan (dalam berbagai kitab suci) menjadi rujukan utama
untuk memutuskan apa yang benar da apa yang salah
C. Implementasi Nilai-nilai Etika
Implementasi etika dan moral dalam praktik dapat dilihat dari kode etik yang dimiliki
oleh administrator publik. Kode etik di Indonesia masi terbatas pada beberapa kalangan seperti
ahli hukum dan kedokteran. Kode etik bagi kalangan profesi yang lain masi belum ada, meskipun
banyak yang berpendapat bahwa nilai-nilai agama dan etika moral pancasila sebenarnya sudah
cukup untuk menjadi rujukan dalam melaksanakan pekerjaan atau bertingkahlaku, dan yang
menjadi masalah sebenarnya adalah bagaimana implementasi nilai-nilai tersebut. Pendapat
tersebut tidak salah, tetapi harus diakui bahwa tidak adanya kode etik ini memberikan peluang
bagi para pemberi pelayanan untuk mengesampingkan kepentingan publik. Kehadiran kode etik
ini sendiri lebih berfungsi sebagai kontrol langsung sikap dan prilaku dalam bekerja, mengingat
tidak semua aspek dalam bekerja diatur secara lengkap melalui aturan atau tata tertib yang ada
dalam suatu organisasi pelayanan publik. Kode etik tidak hanya sekedar bacaan, tetapi juga
diimplementasikan dalam melakukan pekerjaan, dinilai tingkat inplementasinya melalui
mekanisme monitoring, kemudian dievaluasi dan diupayakan perbaikan melalui consensu.
Komitmen terhadap perbaikan etika ini perlu ditunjukan, agar publik mendapatkan kepercayaan
dari pihak pemberi pelayanan sungguh-sungguh akuntabel dalam melaksanakan kegiatan
pelayanan publik.
Etika administrasi publik yang dapat digunakan sebagai rujukan atau referensi bagi para
birokrasi publik dalam menjalankan tugas dan kewenangannya yaitu American Society For
Administration (ASPA), yang dikutip oleh Widodo (2006:70), yaitu sebagai berikut:
1. Pelayanan kepada masyarakat yaitu pelayanan diatas pelayanan kepada diri sendiri.
2. Rakyat yang berdaulat dan mereka yang bekerja dalam instansi pemerintah dan pada
akhirnya bertanggungjawab kepada rakyat.
3. Hukum mengatur semua tindakan dari instansi pemerintah. Dala artian bahwa semua
tindakan birokrasi seharusnya mengacu kepada kepentingan rakyat.
4. Manajemen yang efekti dan efisien merupakan dasar bagi birokrasi. Penyalahgunaan
pengaruh, penggelapan, pemborosan dan/atau peneyelewengan tidak dapat dibenarkan.
5. Sistem penilaian kecakapan, kesempatan yang sama, dan asas-asas itikad baik akan di
dukung, dijalankan dan dikembangkan.

21
6. Perlindungan terhadap kepercayaan rakyat sangant penting, konflik kepentingan,
penyuapan, hadiah atau favoritisme yang merendahkan jabatan publik untuk kepentingan
pribadi tidak diterima (tidak etis).
7. Pelayanan kepada masyarakat menuntut kepekaan khusus dengan ciri-ciri sifat keadilan,
keberanian, kejujuran, persamaan, kompetensi dan kasih sayang. Birokrasi publik harus
menghargai sifat-sifat tersebut secara arif dan bijak untuk melaksanakannya.
8. Hati nurani memegang peranan penting dalam memilih arah tindakan. Ini memerlukan
kesadaran akan makna ganda moral dalam kehidupan dan pengkajian tentang prioritas nilai
tujuan yang baik tidak pernah membenarkan cara yang tidak beretika.
9. Para administrator publik tidak hanya terlibat untuk mencegah hal yang tidak etis, tetapi
juga untuk mengusahakan hal yang etis melalui pelaksanaan tanggungjawab dengan penuh
semangat dan tepat pada waktunya.

Nilai etika tersebut diatas dapat digunakan sebagai rujukan bagi birokrat khususnya para
pemimpin dalam bersikap, bertindak, berprilaku, dalam merumuskan kebijakan dalam rangka
melaksanakan tugas pokok, fungsi, kewenangan dan tanggungjawabnya, sekaligus dapat
digunakan standar untuk menilai apakah sikap, tindakan, prilaku dan kebijakannya itu dinilai
baik apa buruk oleh publik.

BAB 11. GOOD GOVERNANCE


A. Konsep Good Governance
Pada dasarnya Governance tidak hanya berarti kepemerintahan suatu kegiatan, tetapi
juga mengandung arti pengurusan, pengolahan, pengarahan, dan pembinaan penyelenggaraan
pemerintahan. Governance sebagai terjemahan dari pemerintahan kemudian berkembang
menjadi populer dengan sebutan kepemerintahan, sedangkan pelaksanaan terbaiknya disebut
kepemerintahan yang baik atau lebih populer disebut Good Governance.
Menurut Ganie Rochman (2000:142) Governance adalah mekanisme pengelolaan
sumber daya ekonomi dan sosial yang melibatkan pengaruh sektor negara dan sektor
pemerintah dalam suatu kegiatan kolekti. Pinto dalam Widodo (2006:107), mengatakan bahwa
Governance adalah praktik penyelenggaraan kekuasaan dan kewenangan oleh pemerintah
dalam pengelolaan urusan pemerintahan secara umum dan pembangunan ekonomi pada
khususnya. Instilah public governance kemudian, private governance, corporate governance,
banking governance kemudian berkembang secara luas secara populer dalam berbagai bidang

22
kehidupan masyarakat dan bisnis. Sedangkan dalam praktik terbaiknya disebut Good
Governance yang disampaikan dalam PP No. 101 Tahun 2000 tentang diklat jabatan PNS.
Secara umum, Good Governance adalah pemerintahan yang baik. Dalam versi World
Bank, Good Governance adalah suatu penyelenggaraan manajemen pembangunan yang solid
dan bertanggungjawab yang sejalan dengan prinsip demokrasi dan pasar yang efisien,
penghindaran salah alokasi dana investasi dan pencegaha korupsi baik secara politik maupun
secara administratif menjalankan disiplin anggaran serta penciptaan legal dan Politician Frame
Work bagi tumbuhnya aktivitas usaha.

B. Perubahan Paradigma
Perubahan paradigma dari pengertian pemerintah antara lain dimana unsur kekuasaan
(power) dirubah menjadi unsur kewenangan (authority) yang bertugas melayani masyarakat
atau public service. Selanjutnya pengertian tersebut dalam Good Governance terdapat tiga
unsur terkait yaitu antara lain; pemerintah, swasta dan masyarakat yang hidup saling terkait
satu sama lain. Sedangkan paradigma sebelumnya rakyat merupakan sisi lain yang terpisah dari
pemerintah, berarti rakyat harus mengikuti kemauan pemerintah melalui aturan dan kebijakan
yang diambil. Walau tujuannya adalah sama yaitu ingin meningkatkan kesejahteraan rakyatnya,
serta ketertiban dalam masyarakatnya.

C. Prinsip-prinsip Good Governance


UNDP dalam Tjokroamidjoyo (2000:78-79) mengemukakan sebanyak 9 prinsip yaitu:
Partisipasi, aturan hukum, transparansi, responsif, berorientasi kesepakatan, berkeadilan, efektif
dan efisien, akuntabilitas, visi strategis.
Dari prinsi-prinsip yang dikemukakan, maka dapat dijelaskan bahwa untuk mencapai Good
Governance yang baik maka perlu:
1. Partisipasi masyarakat, semua warga masyarakat mempunyai suara dalam pengambilan
keputusan, baik secara langusng maupun melalui lembaga perwakilan sah yang mewakili
kepentingan mereka.
2. Tegaknya supremasi hukum, kerangka hukum harus adil dan diberlakukan tanpa pandang
bulu, termasuk di dalamnya hukum-hukum yang menyangkut hak asasi manusia.
3. Transparansi, transparansi di bangun atas dasar arus informasi yang bebas.

23
4. Peduli pada stakeholder, lembaga-lembaga dan seluruh proses pemerintahan harus
berusaha melayani semua pihak yang berkepentingan.
5. Berorientasi pada Konsensus, tata pemerintahan yang baik menjembatani kepentingan-
kepentingan yang berbeda demi terbangunnya suatu konsensus menyeluruh dan yang
terbaik bagi kelompok masyarakat dan terutama dalam kebijakan dan prosedur.
6. Kesetaraan, semua warga masyarakat mempunyai kesempatan memperbaiki atau
mempertahankan kesejahteraan mereka.
7. Efektifitas dan efisiensi, proses-proses pemerintahan dan lembaga-lembaga membuakan
hasil sesuai kebutuhan warga masyarakat dan dengan menggunakan sumber-sumber daya
yang ada seoptimal mungkin.
8. Akuntabilitas, para pengambil keputusan di pemerintah, sektor swasta dan organisasi-
organisasi masyarakat bertanggung jawab baik kepada masyarakat maupun kepada
lembaga-lembaga yang berkepentingan. Bentuk pertanggungjawaban tersebut tergantung
dari jenis organisasi yang bersangkutan.
9. Visi strategis, para pemimpin dan masyarakat memiliki perspektif yang luas dan jauh ke
depan atas tata pemerintahan yang baik dan pembangunan manusia, serta kepekaan untuk
mewujudkannya, harus memiliki pemahaman atas kompleksitas kesejahteraan, budaya dan
sosial yang menjadi dasar bagi perspektif tersebut.

D. Permasalahan SDM Menuju Good Governance


Beberapa permasalahan yang terkait dengan SDM dalam penyelenggaraan good
governance di Indonesia menurut derajad (2004) dalam Ambar adalah sebagai berikut:
1. permasalahan dalam birokrasi Indonesia ( feodal, dan lain-lain).
2. permasalahan PNS dalam birokrasi pemerintah  (besarnya  jumlah PNS,    rendahnya
kualitas  dan ketidaksesuaian  kompetensi yang dimiliki, dan lain-lain)
3. Permasalahan  global mengenai SDM.
Untuk menghadapi permasalahan diatas,  menurut derajad (2004) perlu ada
pembenahan melalui pendekatan  peningkatan profesionalisme yang berbasis pada
kompetensi, dilakukan repositioning betul peran SDM, identifikasi pengembangan
kemampuan, sehingga SDM dalam birokrasi pemerintah akan mampu menciptakan kinerja
yang tinggi.

24
Selanjutnya derajad (2004) menyebut bahwa ada beberapa nilai SDM yang perlu
dicapai sehingga birokrasi pemerintah akan menjadi lebih kompetitif, yaitu:
1.  hubungan proaktif antara strategi dan kompetensi
2.  bahwa setiap orang dapat dikembangkan potensinya
3.  sikap konsisten dalam pencapaian tujuan
4.  mengembangkan kepercayaan dan pembagian tugas
5.  adanya saluran komunikasi yang terbuka, serta
6.  partisipasi aktif.

E. Penyelenggaraan Pemerintahan (Governing)


Tujuan kebijakan publik tidak mudah Untuk dirumuskan bahwa lebih sering menjadi
bahan untuk disempurnakan ketidakpastian menjadi aturan dan bukan sebagai pengecualian
titik kegiatan dalam rangka kepemerintahan dapat didefinisikan sebagai proses interaksi
antara berbagai aktor dalam pemerintahan kelompok sasaran atau berbagai individu
masyarakat.
Sedangkan menurut offe ( 1985;  310) menyatakan bahwa "hasil dari tindakan
administratif dalam berbagai bidang adalah bukan merupakan hasil dari  berdasarkan 
peraturan perundang-undangan  yang ditetapkan sebelumnya, Tetapi lebih merupakan hasil
dari kegiatan produksi bersama (coproduction)  antara lembaga pemerintah dengan klien
masing-masing ".
penyelenggara pemerintah (governing) dalam masyarakat dewasa ini pada intinya
merupakan proses koordinasi, pengendalian (steering), pemengaruhan (influence) dan
penyeimbangan (balancing) dari setiap hubungan (interaksi)  tersebut artinya format
pemerintahan yang baru diperlukan untuk dapat memenuhi tuntutan perubahan pola
interaksi sosial politik antara pemerintah dan masyarakat.
Untuk  menghindari pola tradisional  seperti   top-down atau  pola pendekatan
aturan pusat dan daerah selama ini terjadi. Format interaksi antara pemerintah dengan
masyarakat dari semula "Sarwa negara” , atau pemerintahan (government) sebagai
paradigma klasik pemerintahan negara dan penyelenggaraan pembangunan maupun

25
pelayanan publik, telah bergeser menjadi format baru ke pemerintahan yang lebih dikenal
dengan istilah governance.

F. Government dalam Mewujudkan Good Governance (Tata kepemerintahan yang baik) pada
Era Otonomi Daerah
Sejak adanya gerakan reformasi tahun 1998, paradigma yang berkembang dalam
administrasi publik adalah tuntutan pelayanan yang lebih baik dari sebelumnya. tuntutan
akan pelayanan yang lebih baik  menjadi suatu kebutuhan yang harus dipenuhi oleh instansi
pemerintah penyelenggara pelayanan publik. tuntutan tersebut muncul seiring dengan
berkembangnya era reformasi dan otonomi daerah dan sejak tumbangnya kekuasaan rezim
orde baru Semil ( 2005;35 ).
Setelah 8 tahun berlalu, gaung tuntutan tersebut masih terus menggema, bahkan
berbagai peluang yang ada diperhitungkan agar terwujudnya Kondisi kehidupan berbangsa
dan bernegara yang lebih baik lagi. pendek kata seluruh elemen bangsa telah sepakat agar
kondisi masa lalu yang kurang dan tidak baik tidak terulang lagi. karenanya muncul istilah-
istilah ah, seperti E-Government dan Good Governance titik istilah ini muncul dalam rangka
mewujudkan Kondisi kehidupan bangsa yang lebih baik.
Salah satu upaya untuk mewujudkan tata pemerintahan yang baik adalah
mempercepat proses kerja serta modernisasi administrasi melalui otomatisasi di bidang
administrasi perkantoran modernisasi penyelenggaraan pelayanan kepada masyarakat
melalui e-government sebagai salah satu aplikasi dari teknologi informasi. Masalah utama
yang dihadapi dalam implementasi otonomi daerah adalah terbatasnya sarana dan
prasarana komunikasi informasi untuk mensosialisasikan berbagai kebijakan pemerintah
pusat dan pemerintah daerah kepada masyarakat agar proses penyelenggaraan
pemerintahan, pengelolaan pembangunan, dan pemberdayaan masyarakat dapat menjadi
lebih efektif efisien, transparan dan akuntabel. Oleh karena itu, dalam penyelenggaraan
pemerintahan menuju Good Governance serta dalam rangka mengakselerasi
penyelenggaraan otonomi daerah maka pengembangan dan implementasi e-government
merupakan alternatif yang strategis dalam rangka mengkomunikasikan informasi secara dua
arah antara pemerintah dengan masyarakat dan dunia usaha dan antar pemerintah itu
sendiri.

26

Anda mungkin juga menyukai