Anda di halaman 1dari 59

MODUL - 5

BIROKRASI
By. Kelompok 1 - PIAN
PERSONIL ~>

01 - AFDEL ROZI
02 - ANDRE BAGUS HARDYANSYAH
04 - ARIEF SETIAWAN WAHYUDIANANTO
07 - DIANA AFIFAH
08 - ELIGIUS UROPMABIN
09 - ELON BRELIANA AZHARI
11 - FRANSISKA DAMAYANTI
21 - MUHAMMAD FAJAR
24 - NOFRIMA DEVITA
Apa yg ada di fikiranmu
tentang birokrasi ?
Birokrasi ialah salah satu bentuk organisasi
belaka, dimana penerapannya dikaitkan
dengan tujuan yang hendak dicapai
-Max Weber-
Ngapain sih harus belajar modul terkait
birokrasi ini ?
Secara Umum Secara Khusus
• Dapat menjelaskan demokrasi • Definisi Birokrasi
sebagai suatu fenomena sosial • Rumusan birokrasi
• Tipe-tipe birokrasi
• Hubungan birokrasi dengan
aspek lain
• Peranan birokrasi
• Kesalahpahaman birokrasi
• Analisis penyelewengan tujuan
Pengertian Birokrasi

Birokrasi adalah satu istilah yang disalahpahami oleh kalangan masyarakat. Ia


adalah satu-satunya muara bagi segala macam ketidakpuasan orang terhadap
keburukan dan kelemahan organisasi pemerintah. Kita mungkin
menjadi biasa, ketika setiap kali orang mengidentikkan birokrasi dengan
ketidakbecusan, kelambanan, kekakuan dan kecurangan yang berlangsung di
kalangan pemerintah.
Birokrasi dimaksudkan sebagai satu sistem otorita yang ditetapkan secara
rasional oleh berbagai peraturan. Birokrasi dimaksudkan untuk mengorganisasi
secara teratur, suatu pekerjaan yang harus dilakukan oleh orang banyak.
Pendapat mengenai Birokrasi

Ahli Pendapat
Fritz M. Marx Birokrasi merupakan tipe organisasi yang dipergunakan pemerintah modern untuk
pelaksanaan tugas-tugas yang bersifat spesialisasi, dilaksanakan dalam sistem
administrasi dan khususnya oleh aparatur pemerintah
Ferrel Heady Organisasi birokratik disusun sebagai satu hierarki otorita yang begitu terperinci,
yang mengatasi pembagian kerja dan juga telah amat diperinci.
Peter A. Blau Birokrasi merupakan sebuah tipe dari suatu organisasi yang dimaksudkan untuk
mencapai tugas-tugas administratif yang besar, dengan cara mengoordinasikan
Charles H. Page
secara sistematik pekerjaan dari banyak orang. Dari definisi Blau dan Page ini
menunjukkan bahwa birokrasi tidak hanya dikenal dalam organisasi pemerintah
saja, tetapi juga pada semua organisasi-organisasi besar, seperti militer dan
organisasi-organisasi niaga.
Dennnis Wrong Birokrasi merupakan organisasi yang dibentuk sepenuhnya untuk mencapai satu
tujuan tertentu dari berbagai aneka
Lahirnya Birokrasi

Pertambahan penduduk dan perkembangan pemerintahan yang bercorak


sentralistis ikut menyemangati lahirnya birokrasi pemerintah, sebagaimana
ditunjukkan di masa pemerintahan monarki absolut di Eropa. Selanjutnya, unit-
unit produksi yang besar yang dituntut oleh teknologi mesin telah mendorong
lahirnya birokratisasi di kalangan ekonomi. Kebutuhan akan administrasi
terpusat guna menanggapi ledakan penduduk telah merangsang penerapan
bentuk-bentuk birokrasi dalam bidang keuangan, agama, kemasyarakatan,
pendidikan, kesehatan dan hiburan.
Contoh Birokrasi
Pandangan terhadap Birokrasi

Terhadap berbagai pandangan buruk terhadap birokrasi, Weber


menyayangkan adanya kesalahpahaman tersebut. Genius ilmu sosial ini bahkan
menyalahkan pandangan-pandangan yang terlampau melebih-lebihkan faktor
rasionalitas dan efisiensi birokrasi. Cacat-cacat birokrasi, yang terungkap dalam
istilah pita merah (red tape) dan hukum Parkinson tidaklah tepat untuk
dilekatkan dalam analisinya karena :
1. birokrasi memang sering kali tidak efisien, lamban dan kaku;
2. kebanyakan aktivitas birokrasi tidak cocok dengan kondisi modern sebab aktivitas ini
dilaksanakan sedemikian buruknya oleh organisasi-organisasi birokratik.
Kebanyakan ahli-ahli ilmu sosial mendefinisikan birokrasi dalam satu arah yang
dimaksudkan untuk mengidentifikasi fenomena organisasi yang besar dan kompleks. Lepas
dari segala macam konotasi, penggunaan konsep birokrasi sebenarnya bebas-nilai.
Pembahasan terhadap birokrasi bukan atas dasar sikap heroik atau sikap benci, melainkan
untuk mengidentifikasi birokrasi itu sebagai satu bentuk organisasi sosial dengan
karakteristiknya yang teratur.
Menurut Ferrel Heady, kekaburan dalam teori birokrasi berasal dari perbedaan
pendekatan dalam menggambarkan karakteristik birokrasi dan kegagalan kita untuk
menangkap adanya perbedaan cara pendekatan itu. Heady menunjukkan adanya tiga macam
pendekatan dalam merumuskan birokrasi.
1) Pendekatan Struktural

Pendekatan struktural adalah kecenderungan yang paling dominan. Rumusan


yang paling bermakna diberikan oleh Victor Thomson, yang menganggap birokrasi
sebagai satu susunan yang terdiri dari hierarki otorita dan pembagian kerja yang
amat terperinci
2) Pendekatan Behavioral (Perilaku)

Kecenderungan kedua ini sering kali dipahami bermaksud untuk menambahkan karakteristik
behavioral pada karakteristik struktural dari birokrasi.
Carl Joachim Freidrich menekankan arti pentingnya objektivitas, pemisahan, ketepatan dan
konsistensi yang dikaitkan dengan ukuran fungsional dari pejabat administrasi.
Merton dan beberapa penulis lainnya menekankan kecenderungan disfungsionalpatologis dalam
perilaku birokrat, yang menyebabkan terjadinya frustrasi dalam mewujudkan sasaran-sasaran
organisasi. Hal ini termasuk antara lain kekakuan, keengganan mendelegasikan otorita, penuh
dengan rahasia dan menutup diri.
Jika Merton menggunakan istilah dysfunction maka Michael Crozier mengajukan the malady of
bureaucracy, untuk menunjukkan ketidaktepatan adaptasi yang berhubungan dengan
pengembangan aspek-aspek kemanusiaan di dalam organisasi.
Pendekatan kedua, acap kali diidentifikasikan dengan proses birokratisasi.
3) Pendekatan Pencapaian Tujuan

Birokrasi dalam pengertian pencapaian tujuan organisasi. Dalam pemikiran


demikian, birokrasi sebagai suatu organisasi yang memaksimalkan efisiensi
dalam administrasi atau satu metode pelembagaan perilaku sosial yang
terorganisasi dalam kerangka usaha mencapai efisiensi administrasi.
Kesimpulan KB 1 – Pengertian Birokrasi

Ketiga cara merumuskan birokrasi di atas, masing-masing mempunyai kelebihan. Bahkan


kadangkala orang merasa sulit untuk memilih salah satu dari ketiga cara perumusan itu. Profil
struktur ini, diharapkan dapat dipergunakan untuk melakukan karakterisasi, terutama guna
memenuhi tujuan-tujuan perbandingan.
Salah satu keuntungan pokok dalam cara perumusan struktural, adalah memungkinkan
kita untuk memperhatikan semua pola perilaku yang secara nyata ditemukan dalam birokrasi.
Pola perilaku ini acap kali lebih dikenal dengan istilah perilaku birokratik. Pendekatan
behavioral atau perilaku pada birokrasi pertama-tama haruslah menjawab persoalan, apakah
yang membedakan satu birokrasi dari birokrasi lainnya. Dan ini secara teoritismelibatkan
pembicaraan mengenai tipe-tipe birokrasi.
TIPE IDEAL BIROKRASI DARI MAX WEBER

• Birokrasi senantiasa diasosiasikan dengan Weber.


• Max Weber (1864-1920), seorang sosiolog dan intelektual Jerman, dipandang sebagai
bapak dari model birokratik yang banyak ditelaah dalam teori organisasi.
• Dalam banyak karyanya, Weber nampak dipengaruhi oleh teori Kant dan Hegel.
• Sering semasa hidupnya Weber menulis teori-teori Marx, tetapi ia juga sering berdebat
tentang Hegel dengan para ahli sejarah dan ahli-ahli ilmu pengetahuan lain.
• Salah satu karya Weber yang paling terkenal adalah birokrasi.
BIROKRASI

Menurut Weber, birokrasi mendasarkan diri pada hubungan antara kewenangan


menempatkan dan mengangkat pegawai bawahan dengan menentukan tugas dan kewajiban
masing-masing, dan perintah dilakukan secara tertulis; ada pengaturan mengenai hubungan
kewenangan; dan promosi kepegawaian didasarkan atas aturan-aturan tertentu.
• Ralp C. Chandler dan Jack C. Plano mengamati bahwa teori yang dikembangkan oleh
Max Weber amat mirip dengan model-model klasik yang diajukan oleh Henry Fayol,
Luther Gullick dan Lyndall Urwick.
• Tetapi, karyakarya Weber tidak banyak diketahui sampai tahun 1946-1947. Penerjemahan
karya-karya Weber oleh H.H. Gerth, C. Wriht. Mills, A.M. Hendersonn dan Talcott
Parsons, baru dimulai pada tahun-tahun tersebut.
• Weber memusatkan perhatiannya pada pertanyaan: mengapa orang merasa wajib untuk mematuhi
perintah tanpa melakukan penilaian kaitan dirinya dengan nilai dari perintah tersebut. Fokus ini
merupakan salah satu bagian dari perhatian Weber pada organisasi kemasyarakatan, pada
umumnya, dan peranan negara pada khususnya.
• Ia sebenarnya ingin kekuasaan yang sah (legitimate power). Ia mengatakan bahwa kepercayaan
bawahan terhadap legitimasi akan menghasilkan kestabilan pola kepatuhan dan perintah dalam
sistem organisasi.
• Otorita tidak dapat bergantung pada ajakan kepentingan bawahan dan perhitungan untung rugi
pribadi, atau pada motif suka atau benci. Itulah sebabnya dikatakan bahwa tidak ada satu pun
otorita yang tergantung pada motif-motif ideal.
TIGA TIPE IDEAL DARI OTORITA:

• Otorita Tradisional
• Otorita Kharismatik
• Otorita Legal-rasional
A. OTORITA TRADISIONAL

• Otorita tradisional meletakkan dasar-dasar legitimasi pada pola pengawasan sebagaimana


dipraktekkan di masa lampau dan yang kini masih berlaku.
• Legitimasi amat dikaitkan dengan kewajiban penduduk untuk menyerahkan loyalitas
pribadinya kepada siapa yang menjadi kepalanya. Perubahan tidak diperkenankan oleh
preseden
B. OTORITA KHARISMATIK

• Otorita ini timbul karena penghambaan seseorang kepada individu yang memiliki hal-hal
yang tidak biasa. Individu yang dipatuhi itu misalnya mempunyai sikap heroik,
berwibawa, serta ciri-ciri lain yang menonjol.
• Penguasa ini dan para komandonya selalu dipatuhi oleh para pengikutnya, karena
penghambaan diri, bukan karena hukum memaksanya untuk patuh.
• Menurut Weber, otorita kharismatik dan tradisional bertanggung jawab hampir atas semua
aktivitas organisasi sebelum dunia mengenal revolusi industri.
C. OTORITA LEGAL-RASIONAL

• Otorita ini didasarkan atas aturan yang bersifat tidak pribadi yang ditetapkan secara legal.
Otorita legal-rasional didasarkan atas aturan-aturan yang pasti yang telah dikembangkan
masyarakat.
• Intisari dari otorita legal-rasional adalah birokrasi.
• Menurut Weber, otorita ini amat sejajar dengan prinsip yang dikembangkan dalam teori
organisasi klasik. Keduanya sama-sama memberikan tekanan pada arti efisiensi,
keteraturan administrasi, dan menetapkan yurisdiksi wilayah tanggung jawab secara pasti
dan resmi.
C. OTORITA LEGAL-RASIONAL

Kemiripan otorita legal-rasional dan teori organisasi klasik ditentukan dalam hal-hal berikut
:
• Otorita untuk memerintah.
• Prinsip-prinsip dari hierarki perkantoran dan jenjang tingkatan otorita yang terbangun
dalam sistem superior dan subordinasi.
• Birokrasi rasional seharusnya terdiri dari orang-orang yang bekerja sepenuh waktu,
digaji, diangkat secara karier melalui latihan keahlian, dipilih berdasarkan kualifikasi
teknis.
• Mengurangi perbedaan manusiawi.
C. OTORITA LEGAL-RASIONAL

• Kelemahan teori Weber :


a. Tidak mengakui adanya konflik antara otorita yang telah dibangun secara hirarkis.
b. Tidak mudahnya menghubungkan proses birokrasi dan modernisasi di kalangan negara
berkembang.
KARAKTERISTIK
BIROKRASI
KEGIATAN BELAJAR 3
Setiap aktivitas yang memerlukan koordinasi ketat terhadap
kegiatan-kegiatan yang melibatkan sejumlah besar orang dan
sangat terspesialisasi, maka bentuk organisasi yang harus
diambil tiada lain adalah organisasi birokratik.

Contoh:
- Pajak yang berhasil dikumpulkan oleh Pemerintah dari
puluhan juta penduduk.
- Perusahaan Dirgantara Indonesia yang mampu
mengkoordinasikan semua aktivitasnya meskipun
memiliki beraneka ragam peralatan dan keahlian.
Menurut Dennis H. Wrong, setiap organisasi
birokratik memiliki ciri struktural utama:

01 Pembagian tugas 02 Hierarki otorita

Peraturan dan Hubungan impersonal


03 ketentuan yang
terperinci
04 di antara anggota
organisasi
Ciri Pertama

• Dalam ciri pertama, ada tiga elemen yang


menetapkan otorita birokratik: aktivitas yang
teratur, otorita untuk memberi komando, dan
metodologi.

• Dalam bidang ekonomi, manajemen birokrasi


juga ditetapkan.

• Birokrasi sepenuhnya dikembangkan dalam


komunitas politik dan menjadi ciri negara-negara
modern.
Contoh birokrasi dalam bidang ekonomi

Kemenko
Kementerian
Bidang KPK
Keuangan
Perekonomian
Contoh birokrasi dalam bidang lain
• Bidang Sosial : Komisi Perlindungan Anak Indonesia,
Kementerian Sosial
• Bidang Penyiaran: Komisi Penyiaran Indonesia (KPI)
• Bidang Politik: Komisi Pemilihan Umum (KPU)
Ciri Kedua
● Dalam setiap organisasi pasti ada dua kelompok orang, yaitu
kelompok superior/pemimpin/penguasa, dan kelompok kedua
yakni subordinasi/yang dipimpin/yang dikuasai.
● Intinya setiap organisasi ada pengurus dan anggota.
● Hubungannya adalah yang lebih tinggi akan memberi perintah
kepada yang lebih rendah, dan yang lebih rendah akan
memberikan laporan pekerjaan atas perintah yang diterima.
● Prinsip hierarki berlaku baik dalam otorita publik maupun
privat.
Ciri Ketiga

• Dalam kehidupan organisasi modern, dipisahkan antara kehidupan pribadi


dengan kehidupan kantor.
• Maka perlu dipahami bahwa uang dan milik negara tidak boleh dicampur
dengan uang dan milik pribadi.
• Berlaku untuk organisasi pemerintah maupun nonpemerintah.
• Menurut Weber, yang paling konsisten melaksanakan pemisahan kantor dari
rumah tangga, kepentingan publik dari kepentingan privat, dan aktivitas
organisasi dari aktivitas pribadi adalah organisasi-organisasi niaga.
Karakteristik Birokrasi menurut Max Weber:

1. Terdapat prinsip yang pasti dan


wilayah yurisdiksi yang resmi, yang 2. Terdapat prinsip hierarki 3. Manajemen didasarkan atas
pada umumnya diatur dengan dan tingkat otorita yang dokumen-dokumen yang
hukum atau peraturan-peraturan mengatur sistem. dipelihara dalam bentuk aslinya.
administrasi.

4. Terdapat spesialisasi dan 5. Aktivitas organisasi


6. Berlakunya aturan-aturan
pengembangan pekerja melalui menuntut kapasitas anggota
main mengenai manajemen.
latihan keahlian. secara penuh.
Dua Pandangan dalam Merumuskan
Birokrasi (S.N. Eisenstadt)

PERTAMA KEDUA
Merumuskan birokrasi
terutama sebagai satu alat, Merumuskan birokrasi
atau satu mekanisme yang terutama sebagai satu
diciptakan untuk instrumen kekuasaan, untuk
keberhasilan efisiensi, melaksanakan pengendalian
implementasi dan tujuan- atas rakyat dan semua
tujuan tertentu. Birokrasi bidang kehidupan, serta
disini semata-mata untuk melangsungkan
dipandang sebagai satu ekspansi kekuasaan baik
ikhtisar dari rasionalitas dan untuk kepentingan birokrasi
efisiensi pelaksanaan itu sendiri maupun demi
pencapaian tujuan dan kepentingan tuannya.
pemberian pelayanan.
7 HAL PENTING YANG PERLU DIPERHATIKAN UNTUK
MENGEMBANGKAN ORGANISASI BIROKRATIK (S.N. EISENSTADT):

1. Berkembang proses diferensiasi secara ekstensif antara tipe-tipe peranan utama


dan faktor kelembagaan (ekonomi, politik, agama, dst).
2. Peranan-peranan sosial yang paling penting dialokasikan tidak berdasarkan
kriteria keanggotaan dalam kelompok partikularistik (sedarah atau seteritorial),
tetapi sebaliknya lebih didasarkan atas kriteria universalistik dan prestasi, atau
berdasarkan kriteria keanggotaan dalam kelompok yang longgar seperti
kelompok profesional, keagamaan, keahlian, dsb.
3. Ada pertumbuhan kelompok-kelompok (ekonomi, budaya, agama, sosial) yang
secara fungsional bersifat spesifik, dimana kelompok-kelompok ini tidak
dibelenggu oleh kelompok-kelompok partikularistik.
4. Definisi komunitas tidaklah identik dengan kelompok partikularistik,
sebagaimana nampak dalam definisi kebudayaan Hellenik untuk Byzantium dan
kebudayaan Confusius untuk negeri Cina.
7 HAL PENTING YANG PERLU DIPERHATIKAN UNTUK
MENGEMBANGKAN ORGANISASI BIROKRATIK (S.N. EISENSTADT):

5. Kelompok-kelompok dan strata-strata yang utama dalam masyarakat


mengembangkan, mendorong dan berusaha untuk melaksanakan berbagai
macam tujuan yang berbeda (politik, ekonomi, dan sosial). Tujuan-tujuan tersebut
tidak dapat diselenggarakan di dalam kerangka terbatas yang didasarkan atas
eksistensi kelompok-kelompok partikularistik.
6. Pertumbuhan diferensiasi dalam struktur sosial membuat kompleksitas semua
bidang kehidupan, misalnya, menyebabkan meningkatnya interdependensi
antarkelompok dan tumbuhnya kesukaran dalam menjamin penyediaan sumber
dan layanan.
7. Perkembangan-perkembangan ini menghasilkan “mengambang bebas”. Artinya
sumber-sumber ekonomi dan manusiawi terjaring oleh komitmen untuk
memberikan dukungan politik yang tidak satupun berkaitan dengan kelompok
askriptif-partikularistik.
PENTINGNYA BIROKRASI

Menurut Robert Presthus memperlihatkan pernanan birokrasi dalam pembuatan keputusan,


yang dalam hal-hal yang ia sebut sebagai:
1. Pembentukan peraturan di bawah peraturan perundang-undangan (delegated legislation).
Peraturan delegasi (delegated legislation) adalah bentuk peraturan perundang-undangan
yang memungkinkan ketentuan dalam bentuk undang-undang (Act of Parliament) untuk
diberlakukan atau dirubah tanpa parlemen harus menghasilkan undang-undang baru.
Undang-undang memberi kekuasaan untuk membuat aturan-aturan yang lebih rinci dan
detail dengan sarana delegated legislation, karena undang-undang seringkali memuat
kerangka kerja yang sangat luas.
Menurut A’an Efendi dan Freddy Poernomo menyebutkan bahwa peraturan delegasi atau
yang biasa disebut delegated legislation memiliki unsur-unsur antara lain:
a. Delegated legislation adalah peraturan yang mengikat secara umum;
b. Dibuat oleh orang atau badan diluar parlemen;
c. Orang atau badan di luar parlemen itu diberikan kewenangan yang tegas oleh undang-
undang untuk membuat delegated legislation; dan

d. Isi delegated legislation adalah melengkapi atau mengembangkan isi undang-undang.


2. Pemrakarsa kebijaksanaan (bureaucracy’s role in initiating policy). Peranan birokrasi
yang kedua muncul karena hanya birokrasilah yang mempunyai pengetahuan teknis. Ini
yang oleh Robert Presthus disebut sebagai peranan kritis birokrasi dalam permulaan
(pemprakasa) kebijakan (a critical role in initiating policy). Adanya kelompok-kelompok
penekan dalam birokrasi, juga menyebabkan birokrasi dapat memainkan peranan untuk
merekomendasikan dan melaksanakan kebijakan publik. Jadi secara singkat birokrasi
pemerintah memiliki peran sebagai inisiator dalam merancang program-program bagi
kepentingan publik.
3. Hasrat internal birokrasi untuk memperoleh kekuasaan, keamanan dan kepatuhan
(bureaucracy’s internal drive for power security, and loyality) menunjukkan jangkauan
pengaruh birokrasi, yaitu ada rangsangan kekuatan (power), keamanan (security), dan
kesetiaan (loyality). Hal ini perlu diketahui bahwa telah lama biro atau departemen-
departemen amat termotivasi untuk menjalankan fungsi-fungsi layanan, berdasarkan
suatu struktur tertentu. Persoalan yang ada adalah kadang-kadang pejabat meyakini
dirinya sendiri sedang memainkan peran perwakilan, meskipun yang mereka kerjakan
lebih diorientasikan kepada kepentingan senidiri. Terdapat peleburan antara artikulasi
kepentingan pribadi dan dinas-dinas publik, yang memberikan andil pada kepentingan
fungsional. Keamanan dan pertumbuhan merupakan tujuan-tujuan umum, dan keduanya
diuntungkan oleh perluasan program dan pelayanan dalam berbagai sektor.
Wallace S. Sayre, dalam Bureaucracies : Some Contrasts in System, membahas tiga
pertanyaan pokok mengenai birokrasi:

1. Bagaimana para birokrat dipilih?

2. Apakah peranan birokrat dalam pembuatan keputusan?

3. Bagaimana birokrat diperintah?


Kelemahan dan
Problema dalam
Birokrasi

A. STANDAR EFESIENSI
FUNGSIONAL
Merupakan hal yang
Dipergunakan untuk
harus ditetapkan oleh
mengukur tingkat
birokrasi baik yang
pencapaian efesiensi
telah berjalan secara
secara fungsional.
rasional dan efesien
maupun tidak. Bagaimana cara
membuat standar
efesiensi yang
diberlakukan secara
fungsional itu ?
B.Penekanan Yang Berlebihan Terhadap Rasionalitas, Impersonalitas & Hierarki

Dalam pemikiran Weber, setiap organisasi berlaku aturan-aturan formal secara nyata akan
mengendalikan perilaku anggota-anggota organisasi yang berarti mengesampingkan struktur
informal. Para analis birokrasi melontarkan kritik terhadaop konsep weber tersebut yang
dipandang memberi tekanan berlebihan terhadap rasionalitas, impersonalitas, dan hierarki dalam
hubungan-hubungan sosial birokratik.

Arnold Brecht, dalam artikelnya How Bureaucracies Develop and Fumction, Ada 2 konsep
Weber, yakni :

1.Regulations, untuk  2. Poor Organisation/


menunjukkan peningkatan organisasi melarat, untuk
aturan-aturan yang harus menyatakan bahwa organisasi
dipatuhi, yaitu mengatur tata birokratik gagal untuk
cara pertanggung jawaban menjalankan fungsi
kepada pimpinan koordinasi.
C. PENYELEWENGAN
TUJUAN
Tanda- tanda dari organisasi yang tidak sehat
adalah:

1. Penyelewangan tujuan
2. Kelakukan yang berlebihan
3. Pita Merah
4. Perlakuan tidak berpribadi
5. Penolakan secara tidak masuk akal terhadap perubahan

Merton menyebutkan penyakit-penyakit ini dengan


Bureaucratic Dysfunctions dan mencirikannya dengan istilah
trained incapacity.
Adapun yang dimaksud dengan Penyelewangan Tujuan
adalah:

Kecenderungan birokrasi untuk setia dan patuh kepada


peraturan yang dipandang sebagai tujuan dirinya
sendiri, menjadikan metode dan prosedur birokratik
sebagai preseden bagi tujuan orgnisasi.
Untuk meminimalisir Penyelewangan Tujuan dibutuhkan
Kedisiplinan dalam menerapkan peraturan-peraturan organisasi.

Dalam rangka untuk menjamin disiplin, pemimpin


birokrasi menyemangati sentimen penghambatan
sepenuhnya kepada tugas dan penolakan aktivitas rutin
yang sering kali lebih menggelora daripada yang
dibutuhkan secara teknis.
Sambungan

Kelemahan dan Problema dalam Birokrasi

D. PITA MERAH (RED TAPE)

Pita merah adalah suatu istilah yang dimaksudkan untuk


menunjukan adanya prosedur-prosedur birokratik yang
mempunyai ciri ketaatan mekanis pada peraturan, formalitas
yang berkelebihan dan lebih banyak memperhatikan hal-hal
yang rutin dan komplikasi sejumlah informasi eksternal yang
mengakibatkan panjangnya penundaan dan kemandekan.
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Pita Merah adalah istilah yang menunjuk kepada


peraturan yang berlebihan atau penerapan terhadap aturan
resmi yang kaku yang dianggap mengurangi produktivitas dan
menyebabkan penundaan pengambilan keputusan. Hal ini
biasanya menunjuk ke pemerintah, perusahaan, dan organisasi
besar lainnya.

Pita merah biasanya termasuk kegiatan seperti mengisi


dokumen, mendapatkan lisensi, harus melewati beberapa orang
atau komite untuk menyetujui sebuah keputusan yang
menyebabkan kegiatan seseorang menjadi lebih lambat, sulit,
atau keduanya.
Konsep Pita Merah memberikan ekspresi negatif.

Herbert Haufman (seorang cendekiawan politik) menjelaskan:


Pita merah digunakan dalam pengertian negatif, karena sering
kali dipakai dalam sinonim istilah-istilah prosedur, peraturan
dan regulasi.
Dari 4 kelemahan yang telah diuraikan, maka
problema yang muncul adalah persoalan eksistensi
birokrasi, apakah birokrasi masih dibutuhkan?
Untuk menjawab persoalan ini dikemukakan tiga
pandangan:
1. Robert Presthus: Is bureaucracy neccessary?
Birokrasi tetap diperlukan, karena ternyata birokrasi
merupakan satu bentuk organisasi yang amat adaptif
terhadap program-program yang berbeda.
2. S.N. Jha : Birokrasi sistem perwakilan (Representative
bureaucracy)

Usaha untuk memperbaiki penampilan birokrasi diajukan


dalam bentuk teori birokrasi sistem perwakilan. Asumsi yang
dipergunakan adalah bahwa birokrat dipengaruhi oleh
pandangan nilai-nilai kelompok sosial dari mana ia berasal.
Birokrasi sistem perwakilan secara konseptual amat
merangsang, tetapi tidak mungkin diterapkan.

Konsep ini mendapat kritikan tajam, karena tidak


realistis, tidak jelas kriteria keperwakilan, bersifat
emosional, dan mengabaikan peranan pendidikan.
3. Warren Bennis : Will organization men fit the
new organization?
Kondisi organisasi 25 tahun mendatang akan
ditentukan oleh faktor-faktor berikut:
4. Lingkungan
5. Karakteristik penduduk
6. Nilai kerja
7. Sifat tugas dan tujuannya
8. Struktur organisasi
9. Motivasi
Dari pernyataan Bennis, dapat kita simpulkan
bahwa jika kita tidak bisa menyesuaikan /
mencocokan diri dengan 6 hal diatas maka ada
dua hal yang dapat mengancam berakhirnya
birokrasi:
1. Ketidakmampuan birokrasi untuk
menyesuaikan konflik mengenai tujuan
pribadi dan organisasi
2. Revolusi ilmu dan teknologi
RESOURCE

BMP ADPU 4130 PENGANTAR ILMU ADMINISTRASI NEGARA

Anda mungkin juga menyukai