(MAX WEBER)
A. Tipe Otoritas
Tindakan-tindakan sosial individu (dengan makna-makna yang berkaitan) membentuk
bangunan dasar untuk struktur-struktur sosial yang lebih besar. Dalam The Theory of Social
Economic Organization, Weber meletakan dasar ini dengan mengembangkan serangkaian
distingsi-distingsi tipologis yang bergerak dari tingkatan hubungan sosial ke tingkatan
keteraturan ekonomi dan sosial politik. Konsep legitimasi keteraturan sosial mendasari analisa
Weber mengenai institusi ekonomi, politik dan agama serta interpretasinya mengenai perubahan
sosial. Stabilitas keteraturan sosial yang absah tidak tergantung semata-mata pada kebiasaan saja
(artinya, uniformitas perilaku tidak diperkuat oleh sanksi eksternal) atau pada kepentingan
diri individu yang terlibat. Sebaliknya, itu didasarkan pada penerimaan individu akan norma-
norma atau peraturan-peraturan yang mendasari keteraturan itu sebagai sesuatu yang bisa
diterima atau diinginkan. Norma-norma atau peraturan-peraturan ini mungkin/bisa didasarkan
pada konvensi dan hukum. Pembedaan diantara keduanya adalah bahwa hukum diperkuat oleh
suatu badan khusus, sedangkan konvensi didukung oleh tanggapan masyarakat pada umumnya.
Weber menunjukan empat dasar legitimasi yang berbeda-beda, yang mencerminkan
tipologi tindakan sosial seperti berikut :
1. Karena tradisi; suatu kepercayaan akan legitimasi mengenai apa yang sudah selalu ada ;
2. Berdasarkan sikap-sikap efektual, terutama emosi, yang melegitimasi validitas mengenai apa
yang baru diungkapkan atau suatu model untuk ditiru;
3. Berdasarkan kepercayaan rasional akan suatu komitmen absolut dan terakhir;
4. Karena dibentuk dalam suatu cara yang diakui sebagai yang sah.
Hubungan sosial dalam berbagai tipe keteraturan sosial yang baru diperlihatkan itu
menunjukan keanekaragaman yang berbeda-beda. Weber mengidentifikasikan beberapa tipe
yang berbeda, tetapi dia khususnya tertarik pada hubungan yang muncul dalam organisasi dalam
suatu struktur otoritas yang mapan, artinya suatu struktur dimana individu-individu yang
diangkat, bertanggung jawab untuk mendukung keteraturan sosial itu. Hubungan seperti itu,
kalau tertutup untuk orang luar, kecuali kalau mereka diperbolehkan menurut peraturan, dapat
dilihat sebagai “kelompok yang berbadan hukum” (coorporate group). Kalau hubungan itu
bersifat asosiatif (rasional) dan bukan komunal (emosional), meliputi staf administratif dan
tunduk pada suatu tipe kegiatan tertentu yang terus-menerus, maka hubungan itu menunjukan
pada “organisasi yang berbadan hukum”. (Hubungan asosiatif didasarkan pada persetujuan
rasional; hubungan komunal meliputi perasaan subyektif).
Namun perhatian Weber yang utama adalah pada landasan keteraturan sosial yang absah.
Ini berarti bahwa keteraturan sosial dan pola-pola dominasi yang berhubungan dengan itu
diterima sebagai yang benar, baik oleh mereka yang tunduk pada suatu dominasi maupun mereka
yang dominan. Pola-pola dominasi mencerminkan terutama strukutur otoritas, bukan
struktur kekuasaan. Kekuasaan adalah kemampuan untuk melaksanakan kemauan seseorang
walaupun mendapat perlawanan; otoritas adalah hak untuk mempengaruhi karena didukung oleh
peraturan dan norma yang mendasari keteraturan sosial. Penggunaan otoritas tergantung pada
kerelaan pihak bawahan untuk patuh pada perintah orang yang memiliki otoritas. Tingkat
kerelaan ada macam-macam dalam situasi yang berbeda-beda. Tambahan pula, mereka yang
berasa dalam posisi otoritas biasanya mempuanyai struktur kepentingan untuk memperkuat
kepercayaan akan legitimasi.
Weber mengidentifikasi tiga dasar legitimasi yang utama dalam hubungan otoritas;
ketiganya dibuat berdasarkan tipologi tindakan sosial yang sudah kita lihat di atas. Masing-
masing tipe berhubungan dengan tipe struktur administratifnya sendiri dan dinamika sosialnya
sendiri yang khusus. Tipe-tipe ini, dalam hubungannya dengan struktur administratif terbagi
menjadi tiga otoritas yakni ototritas tradisional, karismatik dan legal rasional.
1. Otoritas tradisional
Otoritas tradisional adalah otoritas di mana legitimasi tokoh otoritas didasarkan sekitar
kustom. Legitimasi dan kekuatan untuk kontrol diturunkan dari masa lalu dan kekuatan ini dapat
dilaksanakan dengan cara yang cukup diktator. Ini adalah jenis otoritas dalam mana hak-hak
tradisional individu yang kuat dan dominan atau kelompok diterima atau setidaknya tidak
ditantang oleh individu bawahan.
Menurut Weber otoritas tradisional adalah sarana yang ketidaksetaraan yang diciptakan
dan dipelihara. Jika tidak ada yang menantang otoritas tradisional atau pemimpin kelompok
pemimpin akan tetap dominan. Juga baginya blok kekuasaan tradisional perkembangan rasional-
legal bentuk otoritas sudut pandang dia sangat parsial.
2. Otoritas Karismatik
Otoritas karismatik ada ketika kontrol orang lain didasarkan pada karakteristik pribadi
seseorang seperti keahlian etis heroik atau agama yang luar biasa. Pemimpin karismatik dipatuhi
karena orang merasa ikatan emosional yang kuat kepada mereka. Hitler Gandhi Napoleon dan
Julius Caesar semua pemimpin karismatik. Apakah kekuatan tersebut sebenarnya ada tidak
relevan fakta bahwa pengikut percaya bahwa kekuatan seperti itu ada adalah apa yang penting.
Weber menganggap karismatik menjadi pengemudi dan kekuatan kreatif yang melalui
otoritas tradisional serta peraturan yang ditetapkan. Satu-satunya dasar otoritas karismatik adalah
pengakuan atau penerimaan dari klaim pemimpin oleh pengikut. Otoritas karismatik bisa
menjadi revolusioner di alam menantang otoritas tradisional dan terkadang rasional-hukum. Tipe
otoritas ini dengan mudah bisa berubah menjadi otoritas tradisional di mana kekuasaan tersebut
dilakukan oleh mereka yang mengelilingi pemimpin karismatik.
Otoritas karismatik merupakan kebalikan dari kegiatan rutin dan merupakan keinginan
untuk gangguan dan perubahan tatanan sosial yang berlaku. Ini adalah bagian penting dari
dialektika antara kebutuhan manusia untuk struktur dan kebutuhan sama-sama manusia untuk
variasi dan inovasi dalam masyarakat. Otoritas karismatik berbeda dari otoritas rasional atau
tradisional karena berkembang bukan dari tatanan yang sudah mapan atau tradisi melainkan dari
kepercayaan khusus pemimpin karismatik dalam menginduksi pengikutnya kekuatan aneh dia
pameran dan kualitas unik yang dimilikinya. Menurut Weber sulit bagi para pemimpin
karismatik untuk mempertahankan otoritas mereka karena pengikut harus terus melegitimasi
otoritas ini. Ada kebutuhan bagi pemimpin karismatik untuk terus menunjukkan kinerja
kepemimpinan untuk pengikutnya agar memperkuat legitimasi kekuasaannya.
Weber membedakan birokrasi yang ditipikal-ideal dari birokrat yang tipikal-ideal. Dia
membayangkan birokrasi sebagai sturktur-struktur dan para birokrat sebagai posisi-posisi yang
ada didalam struktur-struktur itu. Weber tidak memberikan suatu psikologi sosial mengenai
organisasi atau mengenai para individu yang menghuni birokrasi itu, seperti yang dapat kita
harapkan ketika dia berorientasi tindakan atau seperti yang dapat dilakukan para interaksionis
simbolik modern.
Birokrasi yang tipikal-ideal adalah suatu tipe organisasi. Unit-unit dasarnya adalah jabatan-
jabatan yang di atur dengan cara hierarkis disertai aturan-aturan, fungsi-fungsi, dokumen-
dokumen tertulis dan alat-alat pemaksa. Semua itu, pada derajat yang bervariasi, adalah struktur-
struktur berskala besar yang menggambarkan arah pemikiran weber. Terutama, dia dapat
merumuskan suatu birokrasi tipikal-ideal yang berfokus pada pemikiran-pemikiran dan tindakan-
tindakan para individu yang ada didalam birokrasi. Ada suatu aliran pemikiran yang lengkap
dalam studi mengenai organisasi-organisasi yang berfokus secara seksama pada level tersebut
ketimbang pada struktur-struktur birokrasi.
Berikut ini adalah sifat-sifat utama birokrasi yang tipikal-ideal :
1. Suatu pengaturan fungsi resmi yang terus menerus diatur menurut peraturan
2. Suatu bidang keahlian, yang meliputi:
a) Bidang kewajiban melaksanakan fungsi yang sudah ditandai sebagai bagian dari pembagian
pekerjaan yang sistematis
b) Ketetapan mengenai otoritas yang perlu dimiliki seseorang yang menduduki suatu jabatan untuk
melaksanakan fungsi-fungsi ini
c) Bahwa alat paksaan yang perlu secara jelas dibatasi serta penggunaanya tunduk ada kondisi-
kondisi terbatas itu
d) Organisasi kepegawaian mengikuti prinsip hirarki; artinya pegawai rendahan berada dibawah
pengawasan dan mendapat super visi dari seseorang yang lebih tinggi
e) Peraturan-peraturan yang mengatur prilaku soeorang pegawai dapat merupakan peraturan atau
nrma yang bersifat tehnis. Dalam kedua hal itu, kalau penerapannya seluruhnya bersifat rasional,
maka (latihan) spesialisasi diharuskan
f) Dalam tipe rasional hal itu merupakan masalah prinsip bahwa para anggtoa staf administratif
harus sepenuhnya terpisah dari peilikan alat-alat produksi atau administrasi
3. Dalam hal tipe rasional itu, juga biasanya terjadi bahwa sama sekali tidak ada pemberian posisi
kpegawaiannya oleh seseorang yang sedang menduduki suatu jabatan.
4. Tindakan-tindakan, keputusan-keputusan dan eraturan-peraturan administratif dirumuskan dan
secara tertulis
Walaupun suatu organisasi birokrasi bisa memperlihatkan tingkatan rasionalitas dan daya
ramal (predictability) yang tinggi, tidak berarti bahwa setiap pegawai dalam organisasi itu akan
harus sadar bagaimana semua elemen yang berbeda-beda dalam organisasi itu saling
berhubungan untuk membentuk suatu sistem yang rasional. Orientasi subyektif pegawai itu
secara individual adalah konsentrasi pada tugasnya yang khusus, dan mungkin juga hubungan
tugas ini dengan tugas-tugas lainnya yang erat kaitannya.
Menurut David Beetham (1975), Weber memperhitungkan tiga elemen pokok dalam
konsep birokrasinya. Pertama, birokrasi dipandang sebagai instrumen teknis. Kedua, birokrasi
dipandang sebagai kekuatan yang independen dalam masyarakat, sepanjang birokrasi
mempunyai kecenderungan yang melekat pada penerapan fungsi sebagai instrumen fungsi
tersebut. Ketiga, pengembangan dari sikap ini karena birokrat tidak mampu memisahkan
perilaku mereka dari kepentingannya sebagai suatu kelompok partikular. Dengan demikian
birokrasi dapat keluar dari fungsinya yang tepat karena anggotanya cenderung datang dari klas
sosial yang partikuler tersebut.
Elemen kedua dan ketiga dari birokrasi Weber diatas, mengandung pandangan Weber
terhadap peranan politik dalam birokrasi. Ada faktor yang bisa mempengaruhi proses tipe ideal
birokrasi. Kehidupan birokrasi tampaknya sudah diperhitungkan tidak mungkin bisa dipisahkan
dari politik.
Adakah alternatif lain? Birokrasi adalah salah satu dari struktur-struktur rasional yang
memainkan peran yang kian penting di dalam masyarakat modern , tetapi orang mungkin
bertanya-tanya apakah ada alternatif untuk struktur birokratis. Jawaban Weber yang jelas dan
tegas ialah tidak ada alternatif yang mungkin: “Kebutuhan-kebutuhan administrasi massa
membuat birokrasi di masa kini benar-benar sangat diperlukan. Pilihanya hanya diantara
birokrasi dan kinerja amatir (dilettantiasm) di bidang administrasi”.
Meskipun kita dapat mengakui bahwa birokrasi adalah bagian intrinsik kapitalisme
modern, kita dapat bertanya apakah masyarakat sosialis mungkin berbeda. Mungkinkah
menciptakan suatu masyarakat sosialis tanpa birokrasi dan birokrat? Sekali lagi, Weber
menjawab dengan tegas “ bila orang-orang yang tunduk kepada birokratis berusaha mlepaskan
diri dari pengaruh para aparat birokratis yang ada, normalnya hal itu yang hanya mungkin
dengan menciptakan suatu organisasi sendiri yang sama tunduknya kepada proses birokratis”.
Sesungguhnya weber percaya bahwa dalam kasus sosialisme, kita malah akan melihat suatu
pertambhan, bukan pengurangan, birokratisasi. Jika sosialisme mencapi suatu tingkat efisiensi
yang sebanding dengan kapitalisme, “itu berarti pertambahan yang luar biasa dalam pentingnya
birokrat profesional”.
Dalam kapitalisme paling tidak para pemilik bukan birokrat sehingga mereka akan mampu
mengendalikan para birokrat, tetapi dalam sosialisme, para pemimpin level puncakpun adalah
para birokrat. Oleh karena itu, Weber percaya bahwa segala masalahnya “kapitalisme memberika
keasempatan-kesempatan terbaik untuk pelestarian kebebasan individu dan kepemimpinan
kreatif dalam suatu dunia birokratis”.
Sekali lagi kita memasuki tema utama dalam karya Weber” pandanganya bahwa tidak ada
sama sekali harapan untuk dunia yang lebih baik. Dalam pandangan Weber, para sosialis hanya
akan memperburuk keadaan dengan memperluas derajat birokrasi di dalam masyarakat. Weber
mencatat: “yang ada dihadapan kita bukanlah musim panas,tetapi malam kutub dengan
kegelapandan kesukaran akibat es, tidak soal kelompok mana yang sekarang menang secara
eksternal”.
Adakah Harapan? Secercah cahaya harapan di dalam karya Weber -an cahaya yang kecil
ialah bahwa para profesional yang berada di luar sistem birokratik dapat mengendalikannya
sampai batas tertentu. Di dalam kategori itu, Weber memasukan para politisi profesional,
ilmuwan, intelektual dan bahkan kaum kapitalis serta kepala tertinggi birokrasi. Conothnya,
Weber mengatakan bahwa para politisi seperti “harus menjadi kekuatan yang menandingi
dominasi birokratis”. Esainya yang terkenal “Politik sebagai Panggilan” (“Politics as a
Vocation”) pada dasarnya suatu permohonan untuk pengembangan para pemimpin politis dengan
seruan untuk melawan kekuasaan birokrasi dan para birokrat. Akan tetapi, pada akhirnya hal itu
tampak sebagai harapan yang agak lemah. Sesungguhnya, dapat diajukan alasan yang baik
bahwa profesional itu hanyalah aspek lain dari proses rasionalisasi dan bahwa pengembangan
mereka hanya bertindak menpercepat proses itu.
Dalam karya Weber “Gereja’ dan ‘Sekte’ di Amerika Utara: Suatu sketsa Sosio-Politis
Gerejawi” (1906/1985), Colin Loader dan Jeffrey Alexander (1985) melihat pratanda pemikiran
Weber akan diharapkan yang di berikan oleh etika tanggung jawab dalam menghadapi perluasan
birokrasi. Sekte-Sekte Amerika seperti praktik kaum Quaker, mempraktikan suatu etika
tanggung jawab dengan menggabungkan rasionalitas dan nilai-nilai yang lebih besar. Rogers
Brubaker mendefinisikan etika tanggung jawab sebagai “komitmen yang memihak kepada nilai-
nilai fundamental dengan analisis yang tidak memihak kepada alat-alat alternatif yang
mengejarnya”. Dia mempertentangkan hal itu dengan etika keyakinan, yaitu suatu pilihan
rasional atas alat-alat sudah ditetapkan dan aktor mengorientasikan “tindakannya kepada ralisasi
suatu nilai absolut atau tuntutan tidak bersyarat”.
Etika keyakinan sering mencangkup penarikan diri dari dunia rasional,sementara etika
tanggung jawabmelibatkan suatu perjuangan di dalam dunia untuk mencapai kemanusiaan yang
lebih besar. Etika tanggung jawab setidaknya memberikan setitik harapan dalam menghadapi
serangan gencar rasionalisasi dan birokratisasi.
ADMINISTRASI UMUM
(HANRY FAYOL)
Henri Fayol adalah seorang teoris manajemen atau administrasi yang lahir di Istanbul 1841.
Fayol adalah salah satu kontributor paling berpengaruh dalam konsep manajemen atau ilmu
administrasi modern.
Henri Fayol juga memberikan 3 Sumbangan Besar Pemikiran tentang Administrasi dan
manajemen;
1. Aktivitas Organisasi
2. Fungsi dan Tugas
3. Prinsip - Prinsip Administrasi dan Manajemen
Peninggalan Fayol yang paling terkenal adalah tentang lima fungsi utama manajemen,
yaitu ;
1. Perencanaan
2. Pengorganisasian
3. Pemberian Perintah
4. Pengkoordinasian
5. Pengontrolan
Fayol terkenal akan 14 Prinsip Manajemennya. Prinsip - prinsip manajemen adalah dasar
- dasar dan nilai yang menjadi inti dari keberhasilan sebuah manajemen. Prinsip umum
Manajemen menurut Henri Fayol terdiri dari ;
1. Pembagian Kerja
2. Wewenang dan Tanggung Jawab
3. Disiplin
4. Kesatuan Perintah
5. Kesatuan Pengarahan
6. Mengutamakan Kepentingan Organisasi
7. Penggajian Pegawai
8. Pemusatan
9. Hirarki
10. Ketertiban
11. Keadilan dan Kejujuran
12. Stabilitas Kondisi Karyawan
13. Inisiatif
14. Semangat Kesatuan