Anda di halaman 1dari 2

Nama : Adinda Faustinasari (175120401111019)

Muhammad Rendy Anwar (175120401111020)


Kelas : B.IHI.1
Resume Pengantar Sosiologi Minggu ke-10: Birokrasi dan Organisasi Sosial

A. Birokrasi

Birokrasi berasal dari kata bureau yang berarti meja atau kantor; dan kata kratia (cratein) yang berarti
pemerintah. Pada mulanya, istilah ini digunakan untuk menunjuk pada suatu sistematika kegiatan kerja yang diatur atau
diperintah oleh suatu kantor melalui kegiatan-kegiatan administrasi (Ernawan, 1988). Dalam konsep bahasa Inggris
secara umum, birokrasi disebut dengan civil service. Selain itu juga sering disebut dengan public sector, public service
atau public administration.

Birokrasi berdasarkan definisi yang dikemukakan oleh beberapa ahli adalah suatu sistem kontrol dalam organisasi
yang dirancang berdasarkan aturan-aturan yang rasional dan sistematis, dan bertujuan untuk mengkoordinasi dan
mengarahkan aktivitas-aktivitas kerja individu dalam rangka penyelesaian tugas-tugas administrasi berskala besar
(disarikan dari Blau & Meyer, 1971; Coser & Rosenberg, 1976; Mouzelis, dalam Setiwan,1998).

Sementara itu, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, birokrasi didefinisikan sebagai :

1. Sistem pemerintahan yang dijalankan oleh pegawai pemerintah karena telah berpegang pada hirarki dan jenjang
jabatan
2. Cara bekerja atau susunan pekerjaan yang serba lamban, serta menurut tata aturan (adat dan sebagainya) yang
banyak liku-likunya dan sebagainya.
Berbicara soal birokrasi, tidak bisa lepas dari konsep yang digagas Max Weber, sosiolog ternama asal Jerman, dalam
karyanya The Theory of Economy and Social Organization, yang dikenal melalui ideal type (tipe ideal) birokrasi
modern. Model ini yang sering diadopsi dalam berbagai rujukan birokrasi berbagai negara, termasuk di Indonesia,
walaupun dalam penerapan tidak sepenuhnya bisa dilakukan. Weber membangun konsep birokrasi berdasar teori sistem
kewarganegaraan yang dikembangkannya. Ada tiga jenis kewenangan yang berbeda. Kewenangan tradisional
(traditional authority) mendasarkan legitimasi kewenangan pada tradisi yang diwariskan antar generasi. Kewenangan
kharismatik (charismatic authority) mempunyai legitimasi kewenangan dari kualitas pribadi dan yang tinggi dan bersifat
supranatural. Dan, kewenangan legal-rasional (legal-rational authority) mempunyai legitimasi kewenangan yang
bersumber pada peraturan perundang-undangan.

Dalam analisis Weber, organisasi tipe ideal yang dapat menjamin efisiensi yang tinggi harus mendasarkan pada
otoritas legal-rasional., Weber mengemukakan konsepnya tentang the ideal type of bureaucracy dengan merumuskan
ciri-ciri pokok organisasi birokrasi yang lebih sesuai dengan masyarakat modern, yaitu: A hierarchical system of
authority (sistem kewenangan yang hierakis), A systematic division of labour (pembagian kerja yang sistematis), A
clear specification of duties for anyone working in it (spesifikasi tugas yang jelas), A Clear systematic diciplinary codes
and procedures (kode etik disiplin dan prosedur yang jelas serta sistematis), The control of operation through a
consistent system of abstrac rules (kontrol operasi melalui sistem aturan yang berlaku secara konsisten), A consistent
applications of general rules to specific cases (aplikasi kaidah-kaidah umum kehal-hal pesifik dengan konsisten), The
selection of employees on the basic of objectively determined qualification (seleksi pegawai yang didasarkan pada
kualifikasi standar yang objektif), and A system of promotion on the basis of seniority or merit, or both (sistem promosi
berdasarkan senioritas atau jasa, atau keduanya).

B. Organisasi Sosial
Organisasi sosial adalah perkumpulan sosial yang dibentuk oleh masyarakat, baik yang berbadan hukum
maupun yang tidak berbadan hukum, yang berfungsi sebagai sarana partisipasi masyarakat dalam pembangunan
bangsa dan negara. Sebagai makhluk yang selalu hidup bersama-sama, manusia membentuk organisasi sosial untuk
mencapai tujuan-tujuan tertentu yang tidak dapat mereka capai sendiri.

Ada beberapa syarat yang diperlukan dalam mengatur hubungan antar anggota dalam sebuah organisasi sosial:
a. Setiap anggota hidup dalam suasana harmonis meskipun memiliki kehidupan yang berbeda.
b. Adanya kekuasaan atau otoritas yang bersifat memaksa dalam pelaksanaan hubungan antaranggota.
c. Memiliki ukuran yang tetap dalam tata hubungan sosial yang dapat diterima oleh anggota-anggota kelompok.
d. Adanya pengaturan dan penyusunan individu-individu dalam kelompok dan lapisan sosial tertentu yang
menggambarkan adanya koordinasi dan subordinasi.

Menurut Berelson dan Steiner(1964:55) sebuah organisasi memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1. Formalitas, merupakan organisasi sosial yang menunjuk kepada adanya perumusan tertulis daripada
peratutan-peraturan, ketetapan-ketetapan, prosedur, kebijaksanaan, tujuan, strategi, dan seterusnya.
2. Hierarkhi, merupakan ciri organisasi yang menunjuk pada adanya suatu pola kekuasaan dan wewenang yang
berbentuk piramida, artinya ada orang-orang tertentu yang memiliki kedudukan dan kekuasaan serta
wewenang yang lebih tinggi daripada anggota biasa pada organisasi tersebut.
3. Besarnya dan Kompleksnya, dalam hal ini pada umumnya organisasi sosial memiliki banyak anggota
sehingga hubungan sosial antar anggota adalah tidak langsung (impersonal), gejala ini biasanya dikenal
dengan gejala birokrasi.
4. Lamanya (duration), menunjuk pada diri bahwa eksistensi suatu organisasi lebih lama daripada keanggotaan
orang-orang dalam organisasi itu.

Secara garis besar organisasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu organisasi formal dan organisasi
informal. Pembagian tersebut tergantung pada tingkat atau derajat mereka terstruktur. Namun dalam kenyataannya
tidak ada sebuah organisasi formal maupun informal yang sempurna.

Organisasi formal/ resmi adalah organisasi yang dibentuk oleh sekumpulan orang atau masyarakat yang
memiliki suatu struktur yang terumuskan dengan baik, yang menerangkan hubungan-hubungan otoritasnya,
kekuasaan, akuntabilitas dan tanggung jawabnya, serta memiliki kekuatan hukum. Struktur yang ada juga
menerangkan bagaimana bentuk saluran-saluran melalui apa komunikasi berlangsung. Kemudian menunjukkan
tugas-tugas terspesifikasi bagi masing-masing anggotanya. Hierarki sasaran organisasi formal dinyatakan secara
eksplisit. Status, prestise, imbalan, pangkat dan jabatan, serta prasarat lainya terurutkan dengan baik dan terkendali.
Selain itu organisasi formal tahan lama dan mereka terencana dan mengingat bahwa ditekankan mereka beraturan,
maka mereka relatif bersifat tidak fleksibel. Contoh organisasi formal dalah perusahaan besar, badan-badan
pemerintah, dan universitas-universitas. Organisasi formal memiliki ciri-ciri khusus, yaitu terdapat pola komunitas
yang relatif mapan, disiplin kerja yang diatur secara resmi, pengorganisasian yang jelas, kekhususan keahlian, dan
tujuan yang terencana dengan jelas.

Sedangkan pada organisasi informal, keanggotaan dapat dicapai baik secara sadar maupun tidak sadar, dan
kerap kali sulit untuk menentukan waktu eksak seseorang menjadi anggota organisasi tersebut. Sifat eksak hubungan
antar anggota dan bahkan tujuan organisasi yang bersangkutan tidak terspesifikasi. Contoh organisasi informal
adalah pertemuan tidak resmi seperti makan malam bersama. Organisasi informal dapat dialihkan menjadi
organisasi formal apabila hubungan didalamnya dan kegiatan yang dilakukan terstruktur dan terumuskan. Adapun
ciri-ciri organisasi informal, yaitu hubungannya bersifat informal, anggotanya berjumlah relatif kecil, pembentukan
organisasinya didasarkan atas kepentingan bersama, adanya kegemaran yang relatif sama di luar organisasi, dan
disiplin kerjanya didasarkan atas kesadaran pribadi.
Selain itu, organisasi juga dibedakan menjadi organisasi primer dan organisasi sekunder menurut Hicks:
Organisasi Primer, organisasi semacam ini menuntut keterlibatan secara lengkap, pribadi dan emosional
anggotanya. Mereka berlandaskan ekspektasi rimbal balik dan bukan pada kewajiban yang dirumuskan dengan
eksak. Contoh dari organisasi semacam ini adalah keluarga-keluarga tertentu. Sedangkan organisasi sekunder
memuat hubungan yang bersifat intelektual, rasional, dan kontraktual. Organisasi seperti ini tidak bertujuan
memberikan kepuasan batiniyah, tapi mereka memiliki anggota karena dapat menyediakan alat-alat berupa gaji
ataupun imbalan kepada anggotanya. Sebagai contoh organisasi ini adalah kontrak kerjasama antara majikan dengan
calon karyawannya dimana harus saling setuju mengenai seberapa besar pembayaran gajinya.

Anda mungkin juga menyukai