Abstract: A Teacher Burreaucracy Competence. Burreaucracy isue is not only in the field of government. It has
been broad in many fields, including in the field of education. In the school, an educator is apparatus of bureaucracy.
She/he is a bureacucrat. As a bureaucrat she/he has to recognize ideas, principles and how to carry out it in the
classroom. Shortly, a teacher need have competence of bureaucratizing to manage her/his classroom.
Keywords: bureaucracy, bureaucracy’s theories and principles, current isues of bureaucracy, and competence of
bureaucratizing
Abstrak: Kompetensi Berbirokrasi Seorang Guru.Isu berbirokrasi tidak hanya di bidang pemerintahan.
Sudah luas di berbagai bidang, termasuk di bidang pendidikan. Di sekolah, pendidik adalah aparat birokrasi. Dia
adalah seorang birokrat. Sebagai seorang birokrat, dia harus mengenali gagasan, prinsip dan cara melaksanakannya
di kelas. Seorang guru membutuhkan kompetensi birokratis untuk menage kelasnya.
Kata kunci: birokrasi, teori dan prinsip birokrasi, isyarat terkini birokrasi, dan kompetensi birokratisasi.
PENDAHULUAN PEMBAHASAN
Javier Pascual Salcedo berkata, “Birokrasi Sebagai titik tolak, sekilas wawasan
adalah seni mengubah yang tidak mungkin menjadi umum tentang birokrasi disajikan sebagai titik
mungkin.” Jargon Sacedo dapat diimplementasikan tolak memahami topik. Selanjutnya disajikan
secara positif jargon untuk mendorong setiap isu-isu strategis yang relevan dalam konteks
birokrat agar mengerahkan segala daya upaya dinamika pendidikan mutakhir. Muaranya
sehingga mencapai tujuan menyelenggarakan adalah implementasi birokrasi oleh guru dalam
sesuatu. Seperti dalam lapangan pendidikan, kapasitasnya sebagai aparat di suatu sekolah dan
penyelenggara berdaya upaya mengelola kelas yang menjadi tanggung jawabnya.
institusinya agar mencapai tujuan-tujuan
pendidikan nasional, regional, lokal, dan sekolah. Wawasan Umum tentang Birokrasi
Penyelenggara ibarat lokomotif yang menarik
Berdasarkan Kamus Webster’s (2008:151),
gerbong pendidikan sampai stasiun yang dituju.
birokrasi memunyai beberapa arti. Pertama,
Tanpa penyelenggara pendidikan akan stagnan dan
administrasi pemerintahan yang berwenang melalui
takberdaya.
kantor-kantor yang dijalankan staf resmi. Kedua,
Dalam artikel ini disajikan tinjauan
departemen dan para staf secara menyeluruh.
kepustakaan tentang konsep, isu-isu strategis dan
Selain itu, briokarsi juga berarti pemerintahan
implementasi birokrasi oleh guru dalam pendidikan.
yang ditandai penggabungan autoritas departemen,
Tinjauan ini disajikan untuk membagikan hasil
kantor, dinas dan bidang-bidangnya untuk
studi dan menyiarkan beberapa gagasan untuk mengoperasikan kaidah bersama demi mencapai
mengimplementasikan birokrasi. Lebih khusus tujuan-tujuan penyelenggaraannya. Selain itu,
bagi para guru yang menjadi ujung tombak birokrasi juga berarti sistem administratif yang
menyelenggarakan pendidikan dalam ruang kelas wajib mematuhi sejumlah prosedur demi kerja
yang dikelolanya. yang efektif.
1
2 Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Missio, Volume 9, Nomor 1, Januari 2017, hlm. 1-6
Sementara dalam KBBI (Depdiknas, 2013: 1. Deskripsi dan divisi tugas/pekerjaan dan
198), birokrasi berarti sistem pemerintahan yang kewenangan;
dijalankan oleh pegawai pemerintah yang berpegang 2. Struktur lembaga atau kepemimpinan secara
pada hierarki dan jenjang jabatan. Birokrasi juga hierarkis;
berarti cara bekerja atau susunan pekerjaan yang 3. Sistem penjaringan pegawai/aparat sesuai
serba lamban, serta menurut tata aturan (adat kebutuhan dan keakhlian spesial;
dsb.) yang banyak liku-likunya. Kedua arti dalam 4. Berprinsip bahwa tugas/kerja merupakan arena
KBBI menyiratkan berlangsungnya dinamika dan pengembangan karier atau kerja berjuruans;
komplikasi pemahaman birokrasi di Indonesia 5. Tugas dan kewenangan dilihat berdasarkan
sehingga timbul makna yang positif dan negatif. pisisi atau kedudukan bukan pada pribadi.
Dikatakan positif jika birokrasi diselenggarakan Model ini disebut rasional karena birokrasi
secara legal-rasional, bersitem yang jelas dan ajek diselenggarakan atas rasionalitas kriteria bukan
serta efektif dan efisien. Sebaliknya, dikatakan rasionalitas subjektivitas. Pertimbangan-
negatif jika birokrasi bersifat rumit, inkonsisten, pertimbangan yang digunakan didasarkan
stagnan, bertele-tele dan penuh manipulasi. pada rasionalitas elementer. Sebab, dunia
Berdasarkan kedua rujukan di atas ditemukan modern (dunia industri) dan kerja profesional
bahwa beberapa pengertian pertama menjurus menuntut berjalannya suatu sistem agar
kepada urusan pemerintahan, kepemimpinan, memperoleh capai-capain yang terencana
dan penyelenggaraan atau tata laksananya. dan terukur. Pribadi (person) dilihat sebagai
Sementara pengertian terakhir terbatas pada urusan pekerja, pelaku, dan ‘objek’ yang menjalankan
administratif. Untuk itu perlu dideskripsikan suatu sistem, bukan menjalankan kemauannya.
pemahaman generik yang lebih terbuka. Dalam Pribadi dinilai bukan pada kesiapaannya
artian bahwa pengertian yang dirumuskan tersebut melainkan keapaan dan kebagaimanaannya
terbuka atau mewadahi semua lembaga atau sistem dalam bergerak, menggerakkan, dan
kerja. digerakkan dalam dalam roda demokrasi.
Namun demikian, pengertian-pengertian di Ciri rasional dan instrumental model ini
atas memuat beberapa komponen, seperti institusi/ mendapat kritik. Secara umum dalam debat
lembaga, sistem, dan pimpinan berserta kaidah atau teoretis, teori Weber sebagai teori sosial dilihat
aturan mainnya. Komponen-komponen tersebut berciri intrumental. Akal dan kemampuan manusia
menjadi titik tolah pendefinisian birokrasi yang dipandang semata-mata sebagai alat yang sering
lebih komprehensif. Berdasarkan itu komponen- diperalat untuk mencapai tujuan. Tujuan yang
komponen tersebut dapatlah dirumuskan bahwa semula rasion tetapi pada akhirnya menghasilkan
birokrasi adalah sistem penyelenggaraan aktivitas mitos. Sebab, rasionalitas instrumental justru
dan pekerjaan dalam suatu lembaga oleh aparat- membuat manusia terbelenggu keserakahannnya
aparatnya di bawah pimpinan seseorang yang sendiri.
berwenang disertai hierarki dan distribusi Secara konkret dirumuskan bahwa model
wewenang yang diatur kaidah atau aturan main ini menempatkan manusia sebagai aparat birokrasi
tertentu. laksana manusia tak berjiwa. Sebab, manusia
Secara keilmuan, dalam sejarah muncul ditempatkan hanya sebagai pelaku dalam sistem
beberapa teori birokrasi beserta model yang industri laksana mesin raksasa. Setiap aparat
diturunkannya (dalam NN,TT:89-90), yaitu model digerakkan untuk menjalankan sistem sesuai
birokrasi rasional Weber dan model birokrasi kaidah atau norma yang berlaku di dalamnya.
berbasis personalitas Merton. Kedua model Tanpa dipertanyakan keadaban sistem tersebut.
dibangun di atas basis teoretis yang berbeda dan Segi inilah yang banyak diserang teori sosil karya
memunyai konsekuensi yang berlainan. Karl Marx, yang memandang pekerja atau aparat
Pertama model birokrasi rasional Weber. bagaikan buruh yang sekadar bekerja sesuai
Max Weber dikenal sebagai perumus dan bahkan kemauan tuan-tuan kapitalis. Kaum buruh semakin
pencetus teori birokrasi modern klasik. Dia dikenal miskin sementara kaum kapitalis semakin kaya.
sebagai peletak dasar teori ini. Beberapa elemen Itulah sebabnya Robert K. Merton
teorinya menjadi komponen-komponen dalam menekankan segi-segi personal dalam model
model yang diuraikan ini. Elemen-elemen tersebut birokrasinya. Menurut Merton birokrasi yang
adalah: rasional legal cenderung normatif sehingga
Dangku, Kompetensi Berbirokrasi Seorang Guru 3
karena seringkali terjadi manipulasi kegiatan guru sebagai perpanjangan tangan sekolah di
dan angka serta penyalahgunaan kewenangan. hadapan murid-murid dan masyarakat menentukan
Sementara clean governance, kepemimpinan dan citra baik atau buruk lembaganya. Apalagi di era
penyelenggaraannya yang bersih dapat diketahui. penegakan HAM, para guru harus menjadi orang
Transparansi dan akuntabilitas menjadi indeks- terdepan yang menghargai HAM.
indeks tata laksana birokrasi yang bersih. Perlu ditambahkan bahwa tuntutan konteks
Kompetensi Berbirokrasi Guru mewajibkan guru mengimplementasikan kapasitas
berbirokrasi. Hal yang paling relevan di sini
Sebagai implementasi wawasan tentang adalah bahwa guru dituntut memiliki sensitivitas
birokrasi dalam pendidikan, penulis menilik sosok terhadap kearifan lokal, local genius, di mana dia
guru. Sebab, sebagai bagian dari lembaga, guru mengimplementasikan kompetensi berbirokrasinya.
adalah aparat, pelaku birokrasi dalam batas-batas Seperti kata-kata kenabian Clifford Geertz, “Nilai-
kewenangannya. Tugas dan pekerjaan guru dalam nilai luhur kebudayaan suatu masyarakat tidak
dan di luar ruang kelas adalah perpanjangan tangan cukup berwibawa jika hanya direkam dan dicatat
birokrasi sekolah. Dalam kapasitas demikian dalam kitab ilmiah, tetapi akan berbuah manis jika
guru adalah ‘birokrat’ sekolah yang memunyai diimplementasikan dalam kehidupan mutakhir.”
kedudukan, fungsi, hak, dan tanggung jawab Demikian juga guru yang sensitif terhadah kearifan
terhadap lembaga abdiannya. budaya lokal. Dia berupaya melihat relasi inkarnatif
Berhubungan dengan wawasan birokrasi antara birokrasi dan kearifan lokal. Dia berupaya
harus dinyatakan secara tegas bahwa guru mencari titik temu prinsip-prinsip birokrasi dengan
yang profesional adalah guru yang memunyai nilai-nilai dalam budaya lokal. Sebaliknya, potensi
kompetensi birokratis. Dalam kata-kata lain, edukatif dan nilai-nilai didaktis kearifan lokal dapat
sebagai aparat birokrasi guru harus memunyai profil didayagunakan guru untuk mengelola birokrasi
guru yang birokratis (dalam arti positif). Sayang di kelasnya. Potensi dan nilai-nilai yang sama
sekali di Indonesia kata birokrasi dan turunannya, menjadi benih-benih yang dapat disemaikan dalam
birokratis, mengalami penurunan derajat semantik lahan hati peserta didik. Kontekstualisasi secara
dan bahkan mengalami pemburukan. Padahal demikian menjadikan birokrasi bukan lagi sebuah
birokrasi secara autentik bermakna luhur sebagai sistem paksaan atau sesuatu yang asing melainkan
sistem penyelenggaraan kegiatan secara rasional sesuatu yang dibutuhkan, mendarat dan berakar
dan normatif di bawah pimpinan seseorang. Dalam dalam konteks lokal.
kapasitas sebagai aparat suatu institusi pendidikan
guru tidak bisa menghindari urusan birokrasi. KESIMPULAN
Oleh karena itu dia harus memiliki kompetensi Dari paparan di atas dapat disimpulkan
berbirokrasi bahwa birokrasi merupakan cerminan pertumbuhan
Profil guru yang berkompetensi birokratis masyarakat modern yang dibangun di atas
dapat tampak dalam beberapa hal. Pertama, guru rasionalitas. Dunia modern menyelenggarakan
yang taat asas, yaitu patuh terhadap sistem dan suatu kegiatan atau pekerjaaan dengan dan dalam
kaidah kerja termasuk tertib administratif. Kedua, suatu sistem. Agar dapat dilaksanakan kegiatan
guru yang sanggup bekerja secara sinergis dan tersebut diatur, dikelola, dan diselenggarakan
harmonis karena bekerja sesuai porsi kewenangan dengan kaidah, asas, dan norma tertentu.
Secara eksplisit dirumuskan bahwa birokrasi
dan pemosisian diri secara tepat. Ketiga inisiatif
adalah sistem penyelenggaraan aktivitas dan
dan kreatif, yaitu bersikap responsif terhadap
pekerjaan dalam suatu lembaga oleh aparat-
kebutuhan dan melakukan sesuatu yang diperlukan
aparatnya di bawah pimpinan seseorang yang
tanpa menunggu instruksi dari atasan. Guru juga berwenang disertai hierarki dan distribusi
kreatif dan inovatif menciptakan peluang atau wewenang yang diatur kaidah atau aturan main
memprogramkan hal-hal yang produktif. Keempat, tertentu.
guru adalah pelayan publik. Dalam kapasitas Dalam sejarah keilmuan, birokrasi
demikian guru harus menampilkan profil guru dirumuskan dalam beberapa teori dan model. Di
yang familiar, hospital, dan bersahabat. Profil antara yang menonjol adalah model birokrasi
6 Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Missio, Volume 9, Nomor 1, Januari 2017, hlm. 1-6
rasional Weber dan model berbasis personalitas Beairsto, Bruce dan Ruohotie, P.1999. The
birokratis Merton. Kedua teori masing-masing Education od Educators: Enabling
mempunyai elemen dan mewujud dalam model. Professional Growth for Teachers and
Secara ringkas dinyatakan bahwa teori dan Administrators. Tampere-Finlandia:
model pertama menekankan struktur/sistem dan University of Tampere
fungsi, sedangkan model kedua menekankan
peran aktor dalam sebuah sistem birokrasi. Dalam Beairsto, Bruce. “Learning to Balance Bureaucracy
penyelenggaraan birokrasi kedua teori dan model and Community as an Education
harus dipadukan untuk mencapai keseimbangan. Administrator” dalam Beairsto, Bruce
Dalam konteks Indonesia, terdapat beberapa dan Ruohotie, P.1999. The Education od
isu problematis dalam penyelenggaraan birokrasi. Educators: Enabling Professional Growth
Autonomisasi dan desentralisasi, demokrasi, for Teachers and Administrators. Tampere-
independensi dan interdependensi, akses, dan Finlandia: University of Tampere
transparansi dan akuntabilitas adalah isu-isu Bridges, David (Penyunting). 2003. Education,
yang harus direspons dan direalisasikan dalam Autonomy and Democratic Citizenship.
penyelenggaraan birokrasi. Sebab, harapan London dan New York: Routledge, Taylor
good governence, kepemimpinan yang baik atau dan Francis Group
tata laksana birokrasi yang baik dapat terwujud
sejauh penyelenggara birokrasi mewujudkan isu- DEPDIKNAS. 2013. Kamus Besar Bahasa
isu tersebut. Sekolah atau lembaga pendidikan Indonesia Pusat Bahasa. Jakarta:
umumnya adalah suatu sistem birkorasi. Profil DEPDIKNAS dan Gramedia
sekolah yang sehat tercermin dari penyelenggaraan Houghton Mifflin Harcourt. 2008. Webster’s New
birokrasinya. College Dictionary. USA: Houghton Mifflin
Secara mikro dilihat peran guru sebagai Harcourt Publishing Company
aparat birokrasi di sekolah. Guru yang profesional
Martini, Rina. “Politisasi Birokrasi di Indonesia”
harus memunyai kompetensi birokratis (dalam arti
dalam http:www.rinamartini.birokarsi.
positif). Guru yang taat asas, berinisiatif, kratif,
diunduh Kamis 10 Maret 2016
dan inovatif adalah cerminan aparat birokrasi
yang kompeten. Selain itu, guru adalah pelayan NN. “Bureaucracy, Rasionalization, and
publik. Sebagai pelayan publik guru harus mampu Organization Theory” dalam https://www.
menampilkan profil yang familiar, hospital, dan unf.edu/~djaffee/Org%20Theory/chap5.pdf
bersahabat. Sebab, citra lembaga dapat baik atau diunduh Kamis 10 Maret 2016
buruk juga ditentukan oleh profil gurunya. Tim Dosen JTP FIP UM. 2005. Pengantar
Pendidikan. Malang:Laboratorium, TP FIP
DAFTAR RUJUKAN
UM
Baihaqy, Akhmad. Decentralization in Indonesia: Wringe, Colin. “In Defnce of Rational Autonomy as
The Possible Impact on Education an Educational Goal” dalam Bridges, David
(Schooling) and Human Resource (Penyunting). 2003. Education, Autonomy
Development for Local Regions. Jakarta and Democratic Citizenship. London dan
dan Singapura: LPEM FE UI dan Southeast New York: Routledge, Taylor dan Francis
Asian Studies Program, NUS Group