Anda di halaman 1dari 6

KOMPETENSI BERBIROKRASI SEORANG GURU

Yohanes Mariano Dangku


Universitas Negeri Malang

Abstract: A Teacher Burreaucracy Competence. Burreaucracy isue is not only in the field of government. It has
been broad in many fields, including in the field of education. In the school, an educator is apparatus of bureaucracy.
She/he is a bureacucrat. As a bureaucrat she/he has to recognize ideas, principles and how to carry out it in the
classroom. Shortly, a teacher need have competence of bureaucratizing to manage her/his classroom.

Keywords: bureaucracy, bureaucracy’s theories and principles, current isues of bureaucracy, and competence of
bureaucratizing

Abstrak: Kompetensi Berbirokrasi Seorang Guru.Isu berbirokrasi tidak hanya di bidang pemerintahan.
Sudah luas di berbagai bidang, termasuk di bidang pendidikan. Di sekolah, pendidik adalah aparat birokrasi. Dia
adalah seorang birokrat. Sebagai seorang birokrat, dia harus mengenali gagasan, prinsip dan cara melaksanakannya
di kelas. Seorang guru membutuhkan kompetensi birokratis untuk menage kelasnya.

Kata kunci: birokrasi, teori dan prinsip birokrasi, isyarat terkini birokrasi, dan kompetensi birokratisasi.

PENDAHULUAN PEMBAHASAN
Javier Pascual Salcedo berkata, “Birokrasi Sebagai titik tolak, sekilas wawasan
adalah seni mengubah yang tidak mungkin menjadi umum tentang birokrasi disajikan sebagai titik
mungkin.” Jargon Sacedo dapat diimplementasikan tolak memahami topik. Selanjutnya disajikan
secara positif jargon untuk mendorong setiap isu-isu strategis yang relevan dalam konteks
birokrat agar mengerahkan segala daya upaya dinamika pendidikan mutakhir. Muaranya
sehingga mencapai tujuan menyelenggarakan adalah implementasi birokrasi oleh guru dalam
sesuatu. Seperti dalam lapangan pendidikan, kapasitasnya sebagai aparat di suatu sekolah dan
penyelenggara berdaya upaya mengelola kelas yang menjadi tanggung jawabnya.
institusinya agar mencapai tujuan-tujuan
pendidikan nasional, regional, lokal, dan sekolah. Wawasan Umum tentang Birokrasi
Penyelenggara ibarat lokomotif yang menarik
Berdasarkan Kamus Webster’s (2008:151),
gerbong pendidikan sampai stasiun yang dituju.
birokrasi memunyai beberapa arti. Pertama,
Tanpa penyelenggara pendidikan akan stagnan dan
administrasi pemerintahan yang berwenang melalui
takberdaya.
kantor-kantor yang dijalankan staf resmi. Kedua,
Dalam artikel ini disajikan tinjauan
departemen dan para staf secara menyeluruh.
kepustakaan tentang konsep, isu-isu strategis dan
Selain itu, briokarsi juga berarti pemerintahan
implementasi birokrasi oleh guru dalam pendidikan.
yang ditandai penggabungan autoritas departemen,
Tinjauan ini disajikan untuk membagikan hasil
kantor, dinas dan bidang-bidangnya untuk
studi dan menyiarkan beberapa gagasan untuk mengoperasikan kaidah bersama demi mencapai
mengimplementasikan birokrasi. Lebih khusus tujuan-tujuan penyelenggaraannya. Selain itu,
bagi para guru yang menjadi ujung tombak birokrasi juga berarti sistem administratif yang
menyelenggarakan pendidikan dalam ruang kelas wajib mematuhi sejumlah prosedur demi kerja
yang dikelolanya. yang efektif.

1
2 Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Missio, Volume 9, Nomor 1, Januari 2017, hlm. 1-6

Sementara dalam KBBI (Depdiknas, 2013: 1. Deskripsi dan divisi tugas/pekerjaan dan
198), birokrasi berarti sistem pemerintahan yang kewenangan;
dijalankan oleh pegawai pemerintah yang berpegang 2. Struktur lembaga atau kepemimpinan secara
pada hierarki dan jenjang jabatan. Birokrasi juga hierarkis;
berarti cara bekerja atau susunan pekerjaan yang 3. Sistem penjaringan pegawai/aparat sesuai
serba lamban, serta menurut tata aturan (adat kebutuhan dan keakhlian spesial;
dsb.) yang banyak liku-likunya. Kedua arti dalam 4. Berprinsip bahwa tugas/kerja merupakan arena
KBBI menyiratkan berlangsungnya dinamika dan pengembangan karier atau kerja berjuruans;
komplikasi pemahaman birokrasi di Indonesia 5. Tugas dan kewenangan dilihat berdasarkan
sehingga timbul makna yang positif dan negatif. pisisi atau kedudukan bukan pada pribadi.
Dikatakan positif jika birokrasi diselenggarakan Model ini disebut rasional karena birokrasi
secara legal-rasional, bersitem yang jelas dan ajek diselenggarakan atas rasionalitas kriteria bukan
serta efektif dan efisien. Sebaliknya, dikatakan rasionalitas subjektivitas. Pertimbangan-
negatif jika birokrasi bersifat rumit, inkonsisten, pertimbangan yang digunakan didasarkan
stagnan, bertele-tele dan penuh manipulasi. pada rasionalitas elementer. Sebab, dunia
Berdasarkan kedua rujukan di atas ditemukan modern (dunia industri) dan kerja profesional
bahwa beberapa pengertian pertama menjurus menuntut berjalannya suatu sistem agar
kepada urusan pemerintahan, kepemimpinan, memperoleh capai-capain yang terencana
dan penyelenggaraan atau tata laksananya. dan terukur. Pribadi (person) dilihat sebagai
Sementara pengertian terakhir terbatas pada urusan pekerja, pelaku, dan ‘objek’ yang menjalankan
administratif. Untuk itu perlu dideskripsikan suatu sistem, bukan menjalankan kemauannya.
pemahaman generik yang lebih terbuka. Dalam Pribadi dinilai bukan pada kesiapaannya
artian bahwa pengertian yang dirumuskan tersebut melainkan keapaan dan kebagaimanaannya
terbuka atau mewadahi semua lembaga atau sistem dalam bergerak, menggerakkan, dan
kerja. digerakkan dalam dalam roda demokrasi.
Namun demikian, pengertian-pengertian di Ciri rasional dan instrumental model ini
atas memuat beberapa komponen, seperti institusi/ mendapat kritik. Secara umum dalam debat
lembaga, sistem, dan pimpinan berserta kaidah atau teoretis, teori Weber sebagai teori sosial dilihat
aturan mainnya. Komponen-komponen tersebut berciri intrumental. Akal dan kemampuan manusia
menjadi titik tolah pendefinisian birokrasi yang dipandang semata-mata sebagai alat yang sering
lebih komprehensif. Berdasarkan itu komponen- diperalat untuk mencapai tujuan. Tujuan yang
komponen tersebut dapatlah dirumuskan bahwa semula rasion tetapi pada akhirnya menghasilkan
birokrasi adalah sistem penyelenggaraan aktivitas mitos. Sebab, rasionalitas instrumental justru
dan pekerjaan dalam suatu lembaga oleh aparat- membuat manusia terbelenggu keserakahannnya
aparatnya di bawah pimpinan seseorang yang sendiri.
berwenang disertai hierarki dan distribusi Secara konkret dirumuskan bahwa model
wewenang yang diatur kaidah atau aturan main ini menempatkan manusia sebagai aparat birokrasi
tertentu. laksana manusia tak berjiwa. Sebab, manusia
Secara keilmuan, dalam sejarah muncul ditempatkan hanya sebagai pelaku dalam sistem
beberapa teori birokrasi beserta model yang industri laksana mesin raksasa. Setiap aparat
diturunkannya (dalam NN,TT:89-90), yaitu model digerakkan untuk menjalankan sistem sesuai
birokrasi rasional Weber dan model birokrasi kaidah atau norma yang berlaku di dalamnya.
berbasis personalitas Merton. Kedua model Tanpa dipertanyakan keadaban sistem tersebut.
dibangun di atas basis teoretis yang berbeda dan Segi inilah yang banyak diserang teori sosil karya
memunyai konsekuensi yang berlainan. Karl Marx, yang memandang pekerja atau aparat
Pertama model birokrasi rasional Weber. bagaikan buruh yang sekadar bekerja sesuai
Max Weber dikenal sebagai perumus dan bahkan kemauan tuan-tuan kapitalis. Kaum buruh semakin
pencetus teori birokrasi modern klasik. Dia dikenal miskin sementara kaum kapitalis semakin kaya.
sebagai peletak dasar teori ini. Beberapa elemen Itulah sebabnya Robert K. Merton
teorinya menjadi komponen-komponen dalam menekankan segi-segi personal dalam model
model yang diuraikan ini. Elemen-elemen tersebut birokrasinya. Menurut Merton birokrasi yang
adalah: rasional legal cenderung normatif sehingga
Dangku, Kompetensi Berbirokrasi Seorang Guru 3

membentuk perilaku yang ritualistik-formalistik. 6. Diselenggarakan dengan memberdayakan


Aparat atau pelaku birokrasi menjalankan sesuatu partisipasi masyarakat melalui peran serta
secara rutin dan mengikuti irama umum sehingga dalam penyelenggaraan dan pengendalian
mengurangi inisiatif, kreasi, motivasi, dan mutu layanan pendidikan.
independensi aparat. #
Seperti dalam sosiologi terdapat dinamika Beberapa Isu Srategis
hubungan antara individu dan masyarakat,
antara aktor dan struktur, atau antara pelaku dan Terdapat beberapa isu strategis yang
sistem demikian pun dalam penyelenggaraan layak diperhatikan dan dayaupayakan dalam
dan pelayanan birokrasi. Pengutamaan sistem penyelenggaraan birokrasi. Dikatakan strategis
atau struktur akan mengabaikan individu atau karena posisi isu-isu dapat berpengaruh dan
manusianya. Sebaliknya pengutamaan manusia bahkan menentukan keberhasilan penyelenggaraan
atau individu dapat mengacaukan sistem. Kedua birokrasi.
ekstrem ini mesti dipadukan atau integrasikan Pertama, autonomisasi dan desentralisasi.
untuk mencapai suatu sistem yang lebih seimbang, Autonomisasi dan desentralisasi sebenarnya kedua
produktif, dan manusiawi. proses yang bermuara sama, yaitu agar pelaku yang
Dalam dunia pendidikan perlu didayagunakan otonom dan penerima atau pemwujud kewenangan
sistem birokrasi yang seimbang (balance), sinergis, dapat melaksanakan kegiatannya. Dari satu sisi,
dan sinkron antara semua komponen. Seperti pihak atau unit kerja tertentu berusaha memproses
dinyatakan Beairsto (dalam Beairsto dan Ruohotie, suatu sistem kerja dan pengelolaan yang mandiri.
1999:1-47) mengintegrasikan dan mensinergikan Pihak atau unit kerja tersebut tidak bergantung pada
seluruh komponen birokrasi dalam suatu lembaga pihak yang lebih tinggi atau unit yang lebih besar.
merupakan sesuatu yang kritis dan bahkan krusial. Otonomisasi berusaha agar pihak atau unit kerja
Namun, pimpinan, misalnya kepala sekolah, tidak tersebut otonom, mengatur rumah tangga sendiri,
bisa menghindari tanggung jawab ini. sebaliknya membiayai sendiri, dan menciptakan peluang
pimpinan harus berdaya upaya sedemikian sendiri. Sementara desentralisasi merupakan upaya
sehingga ideal keseimbangan, sinergi, dan harmoni timbalik-balik pimpinan dan pihak bawahan atau
dapat diwujudkan. unit kerja tertentu agar berusaha menditribusi
Untuk mencapai tujuan yang kewenangan dan meniadakan ketergantungan pada
demikian dibutuhkan prinsip-prinsip umum pusat atau pimpinan. Bawahan atau unit kerja
menyelenggarakan pendidikan. Mbulu, dkk tertentu tidak memisahkan diri atau bertindak
(2005:141) memaparkan prinsip-prinsip semaunya melainkan upaya agar bawahan atau unit
menyelenggarakan pendidikan, yaitu: kerja tertentu itu dapat bekerja dan mengerjakan
1. Diselenggarakan secara demokratis, apa yang direncanakannya.
berkeadilan, dan inklusif dengan menunjung Mengikuti Wringe dalam artikelnya In
tinggi HAM dan nilai-nilai seperti keagamaan, Defence of Rational Autonomy as an Eduactional
kultural, dan kebhinekaan; Goal (dalam Bridges, 2003:115-125), pendidikan
2. Diselenggarakan sebagai satu kesatuan pada dasarnya bertujuan menghasilkan pribadi-
sistemik dengan sistem terbuka dan multi
pribadi yang autonom. Dalam mencapai itu
makna;
dibutuhkan situasi dan konteks penyelenggaraan
3. Diselenggarakan sebagai pembudayaan dan
pendidikan yang memungkinkan terbentuknya
pemberdayaan peserta didik yang berlangsung
pribadi sejenis itu. Wringe mengingatkan
seumur hidup;
pemahaman dan pelaksanaan ekstrem paham
4. Diselenggarakan dengan memberi keteladanan,
komuniter dalam pendidikan. Memang diakuinya
membangun kemauan, dan mengembangkan
bahwa komunitas dalam bingkai learning
kreativitas, inisiativitas, dan proaktivitas
community merupakan kondisi ideal pembentukan
peserta didik;
kewargaan akademik dan autonom. Namun,
5. Diselenggarakan dengan membudayakan
dihindari ketertenggelaman atau keterhanyutan
literasi yang komprehensif seperti berbicara,
dalam komuniterisme, yaitu demi komunitas
menyimak, membaca, menulis, dan bidang-
bidang keilmuan yang berguna bagi masyarakat individu, pribadi tenggelam, terhanyut sehingga
dan bangsa; kehilangan identitas atau jati dirinya.
4 Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Missio, Volume 9, Nomor 1, Januari 2017, hlm. 1-6

Lebih lanjut dinyatakan Wringer bahwa penyelenggaraan pendidikan adalah demokratis.


ideal pribadi autonom dibentuk melalui situasi dan Secara real dimaknai maksimalisasi partisipasi
konteks penyelenggaraan pendidikan. Birokrasi segenap elemen birokrasi dalam perencanaan,
pendidikan di sekolah hendaknya memungkinkan pelaksanaan, dan evaluasi kegiatan. Peningkatan
bertumbuhnya proses autonomi peserta didik. partisipasi dalam fase-fase ini menciptakan sense
Birokradi diselenggarakan untuk mememudahkan of belonging, rasa memiliki lembaga dan rasa
perkembangan peserta didik dan bukan memiliki setiap program yang dilaksanakan.
membuatnya melempem.
Sebaliknya, program yang top-down cenderung
Secara real dalam penyelenggaraan
sentral, hierarkis, dependen, dan bahkan otoriter.
birokrasi, pimpinan dan perangkat-perangkatnya
Ketiga, independensi dan interdependensi.
adalah pribadi-pribadi autonom. Agar kondisi dan
Terkait dengan otonom, desentral, dan demokratis,
semangat penghargaan terhadap autonomi pribadi
dalam birokrasi juga membuka peluang
dapat tercapai maka diperlukan penciptaan kondisi
independensi dan menggalakkan interdependensi.
yang demokratis, terbuka, agaliter, dan kesadaran
Kemandirian bawahan atau unit kerja lebih
kedudukan, peran, kewenangan, dan tanggung
kecil memungkinkan inisiatif, proaktivitas, dan
jawab. Penyelenggaraan birokrasi yang demikian
kreativitas dalam menyelenggarakan kegiatan
dapat mewarnai penyelenggaraan dan pengelolaan
atau membuat terobososan agar bisa berkontribusi
lembaga pendidikan secara meyeluruh.
kepada lembaga.
Menurut Bayhaqy (2004), autonomisasi
Namun oleh karena bawahan atau unit kerja
dan desentralisasi di Indonesia berhubungan
yang lebih kecil itu bukanlah bagian yang terpisah
dengan maksimalisasi peran daerah/lokal
dari sistem yang lebih besar maka perlu dibangun
dan distribusi kewenangan dari pusat/sentral
kesadaran dan semangat interdependensi. Bawahan
dalam menyelenggarakan pemerintahan atau
atau unit kerja tidak dapat beroperasi semaunya
kepemimpinan. Tujuan dasarnya adalah agar
dan tidak mampu menyelesaikan pekerjaan
pemerintah daeah atau lokal dapat merespons
bersama tanpa membangun kerja sama interseksi
perubahan dan menggalakkan pembangunan dengan
dan antaraseksi dalam sistem bersama.
inisiatif, kreasi, dan inovasi yang dibutuhkan.
Keempat, akses. Salah satu isu yang krusial
Pembaharuan tata laksana pemerintahan
adalah akses. Citra buruk birokrasi kebanyakan
yang demikian berdampak juga terhadap tata
berpusar pada isu ini. Sebab, pelayanan yang
laksana pendidikan. Pembangunan pendidikan juga
rumit, bertele-tele, dan kekaburan prosedur
harus dilaksanakan secara otonom dan desentral
serta ketidakajekan memberlakukan kaidah
agar daerah, lokal, dan sekolah mengadaptasikan
memperburuk citra birokrasi. Akibatnya birokrasi
dan mengontekstualisasikan desain pendidikan
memunyai konotasi negatif. Publik atau pihak-
nasional sampai di tingkat sekolah. Hemat
pihak yang membutuhkan layanan merasa
penulis inilah spirit, ruh yang ada dalam KTSP,
dipersulit, diperlama, dan dipingpong dari pintu ke
karena sekolah sebagai unit pelaksana pendidikan
pintu. Sebegitu parahnya citra buruk birokrasi di
jauh lebih memahami kondisi sekolah, peserta
Indonesi sehingga dibutuhkan reformasi birokrasi
didik, masyarakat, dan harapan atau kebutuhan
yang ditangani menteri tertentu.
masyarakat di daerah.
Dalam lembaga pendidikan, isu-isu ini
Namun, Baihaqy mengemukakan plus-
berhubungan langsung dengan pemimpin lembaga
minus terkait dengan implementasinya. Sebab,
pendidikan. Keberhasilan pemimpin diukur dari
ketersediaan kewenangan yang otonom dan
keberhasilan menggalakkan dan menggerakkan
desentral sering menempatkan para kepala sekolah
berlangsungnya penyelenggaraan birokrasi yang
dalam tempurung bentukannya. Outonomisasi dan
otonom dan desentral, demokratis, independen dan
desentralisasi tanpa kontrol akan membawa kepada
interdependen, dan perluasan akses.
overautonomisasi dan overdesentralisasi. Para
Kelima, transparansi dan akuntabilitas.
pengelola dan kepala sekolah atau pimpinan unit
Transparansi dan akuntabilitas semakin isu
bertindak laksana raja-raja kecil yang mengatur
sentral dalam penyelenggaraan birokrasi modern.
sesuka hatinya.
Publik berkebutuhan terhadap keterbukaan
Kedua, demokrasi. Sepertti dinyatakan dan keterukuran pengelolaan birokrasi dan
sebelumnya bahwa salah satu prinsip dalam pembiayaannya. Isu-isu ini menjadi sorotan
Dangku, Kompetensi Berbirokrasi Seorang Guru 5

karena seringkali terjadi manipulasi kegiatan guru sebagai perpanjangan tangan sekolah di
dan angka serta penyalahgunaan kewenangan. hadapan murid-murid dan masyarakat menentukan
Sementara clean governance, kepemimpinan dan citra baik atau buruk lembaganya. Apalagi di era
penyelenggaraannya yang bersih dapat diketahui. penegakan HAM, para guru harus menjadi orang
Transparansi dan akuntabilitas menjadi indeks- terdepan yang menghargai HAM.
indeks tata laksana birokrasi yang bersih. Perlu ditambahkan bahwa tuntutan konteks
Kompetensi Berbirokrasi Guru mewajibkan guru mengimplementasikan kapasitas
berbirokrasi. Hal yang paling relevan di sini
Sebagai implementasi wawasan tentang adalah bahwa guru dituntut memiliki sensitivitas
birokrasi dalam pendidikan, penulis menilik sosok terhadap kearifan lokal, local genius, di mana dia
guru. Sebab, sebagai bagian dari lembaga, guru mengimplementasikan kompetensi berbirokrasinya.
adalah aparat, pelaku birokrasi dalam batas-batas Seperti kata-kata kenabian Clifford Geertz, “Nilai-
kewenangannya. Tugas dan pekerjaan guru dalam nilai luhur kebudayaan suatu masyarakat tidak
dan di luar ruang kelas adalah perpanjangan tangan cukup berwibawa jika hanya direkam dan dicatat
birokrasi sekolah. Dalam kapasitas demikian dalam kitab ilmiah, tetapi akan berbuah manis jika
guru adalah ‘birokrat’ sekolah yang memunyai diimplementasikan dalam kehidupan mutakhir.”
kedudukan, fungsi, hak, dan tanggung jawab Demikian juga guru yang sensitif terhadah kearifan
terhadap lembaga abdiannya. budaya lokal. Dia berupaya melihat relasi inkarnatif
Berhubungan dengan wawasan birokrasi antara birokrasi dan kearifan lokal. Dia berupaya
harus dinyatakan secara tegas bahwa guru mencari titik temu prinsip-prinsip birokrasi dengan
yang profesional adalah guru yang memunyai nilai-nilai dalam budaya lokal. Sebaliknya, potensi
kompetensi birokratis. Dalam kata-kata lain, edukatif dan nilai-nilai didaktis kearifan lokal dapat
sebagai aparat birokrasi guru harus memunyai profil didayagunakan guru untuk mengelola birokrasi
guru yang birokratis (dalam arti positif). Sayang di kelasnya. Potensi dan nilai-nilai yang sama
sekali di Indonesia kata birokrasi dan turunannya, menjadi benih-benih yang dapat disemaikan dalam
birokratis, mengalami penurunan derajat semantik lahan hati peserta didik. Kontekstualisasi secara
dan bahkan mengalami pemburukan. Padahal demikian menjadikan birokrasi bukan lagi sebuah
birokrasi secara autentik bermakna luhur sebagai sistem paksaan atau sesuatu yang asing melainkan
sistem penyelenggaraan kegiatan secara rasional sesuatu yang dibutuhkan, mendarat dan berakar
dan normatif di bawah pimpinan seseorang. Dalam dalam konteks lokal.
kapasitas sebagai aparat suatu institusi pendidikan
guru tidak bisa menghindari urusan birokrasi. KESIMPULAN
Oleh karena itu dia harus memiliki kompetensi Dari paparan di atas dapat disimpulkan
berbirokrasi bahwa birokrasi merupakan cerminan pertumbuhan
Profil guru yang berkompetensi birokratis masyarakat modern yang dibangun di atas
dapat tampak dalam beberapa hal. Pertama, guru rasionalitas. Dunia modern menyelenggarakan
yang taat asas, yaitu patuh terhadap sistem dan suatu kegiatan atau pekerjaaan dengan dan dalam
kaidah kerja termasuk tertib administratif. Kedua, suatu sistem. Agar dapat dilaksanakan kegiatan
guru yang sanggup bekerja secara sinergis dan tersebut diatur, dikelola, dan diselenggarakan
harmonis karena bekerja sesuai porsi kewenangan dengan kaidah, asas, dan norma tertentu.
Secara eksplisit dirumuskan bahwa birokrasi
dan pemosisian diri secara tepat. Ketiga inisiatif
adalah sistem penyelenggaraan aktivitas dan
dan kreatif, yaitu bersikap responsif terhadap
pekerjaan dalam suatu lembaga oleh aparat-
kebutuhan dan melakukan sesuatu yang diperlukan
aparatnya di bawah pimpinan seseorang yang
tanpa menunggu instruksi dari atasan. Guru juga berwenang disertai hierarki dan distribusi
kreatif dan inovatif menciptakan peluang atau wewenang yang diatur kaidah atau aturan main
memprogramkan hal-hal yang produktif. Keempat, tertentu.
guru adalah pelayan publik. Dalam kapasitas Dalam sejarah keilmuan, birokrasi
demikian guru harus menampilkan profil guru dirumuskan dalam beberapa teori dan model. Di
yang familiar, hospital, dan bersahabat. Profil antara yang menonjol adalah model birokrasi
6 Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Missio, Volume 9, Nomor 1, Januari 2017, hlm. 1-6

rasional Weber dan model berbasis personalitas Beairsto, Bruce dan Ruohotie, P.1999. The
birokratis Merton. Kedua teori masing-masing Education od Educators: Enabling
mempunyai elemen dan mewujud dalam model. Professional Growth for Teachers and
Secara ringkas dinyatakan bahwa teori dan Administrators. Tampere-Finlandia:
model pertama menekankan struktur/sistem dan University of Tampere
fungsi, sedangkan model kedua menekankan
peran aktor dalam sebuah sistem birokrasi. Dalam Beairsto, Bruce. “Learning to Balance Bureaucracy
penyelenggaraan birokrasi kedua teori dan model and Community as an Education
harus dipadukan untuk mencapai keseimbangan. Administrator” dalam Beairsto, Bruce
Dalam konteks Indonesia, terdapat beberapa dan Ruohotie, P.1999. The Education od
isu problematis dalam penyelenggaraan birokrasi. Educators: Enabling Professional Growth
Autonomisasi dan desentralisasi, demokrasi, for Teachers and Administrators. Tampere-
independensi dan interdependensi, akses, dan Finlandia: University of Tampere
transparansi dan akuntabilitas adalah isu-isu Bridges, David (Penyunting). 2003. Education,
yang harus direspons dan direalisasikan dalam Autonomy and Democratic Citizenship.
penyelenggaraan birokrasi. Sebab, harapan London dan New York: Routledge, Taylor
good governence, kepemimpinan yang baik atau dan Francis Group
tata laksana birokrasi yang baik dapat terwujud
sejauh penyelenggara birokrasi mewujudkan isu- DEPDIKNAS. 2013. Kamus Besar Bahasa
isu tersebut. Sekolah atau lembaga pendidikan Indonesia Pusat Bahasa. Jakarta:
umumnya adalah suatu sistem birkorasi. Profil DEPDIKNAS dan Gramedia
sekolah yang sehat tercermin dari penyelenggaraan Houghton Mifflin Harcourt. 2008. Webster’s New
birokrasinya. College Dictionary. USA: Houghton Mifflin
Secara mikro dilihat peran guru sebagai Harcourt Publishing Company
aparat birokrasi di sekolah. Guru yang profesional
Martini, Rina. “Politisasi Birokrasi di Indonesia”
harus memunyai kompetensi birokratis (dalam arti
dalam http:www.rinamartini.birokarsi.
positif). Guru yang taat asas, berinisiatif, kratif,
diunduh Kamis 10 Maret 2016
dan inovatif adalah cerminan aparat birokrasi
yang kompeten. Selain itu, guru adalah pelayan NN. “Bureaucracy, Rasionalization, and
publik. Sebagai pelayan publik guru harus mampu Organization Theory” dalam https://www.
menampilkan profil yang familiar, hospital, dan unf.edu/~djaffee/Org%20Theory/chap5.pdf
bersahabat. Sebab, citra lembaga dapat baik atau diunduh Kamis 10 Maret 2016
buruk juga ditentukan oleh profil gurunya. Tim Dosen JTP FIP UM. 2005. Pengantar
Pendidikan. Malang:Laboratorium, TP FIP
DAFTAR RUJUKAN
UM
Baihaqy, Akhmad. Decentralization in Indonesia: Wringe, Colin. “In Defnce of Rational Autonomy as
The Possible Impact on Education an Educational Goal” dalam Bridges, David
(Schooling) and Human Resource (Penyunting). 2003. Education, Autonomy
Development for Local Regions. Jakarta and Democratic Citizenship. London dan
dan Singapura: LPEM FE UI dan Southeast New York: Routledge, Taylor dan Francis
Asian Studies Program, NUS Group

Anda mungkin juga menyukai