Anda di halaman 1dari 4

A.

Pengertian Birokrasi

Birokrasi secara Etimologis atau berdasarkan arti Bahasa ialah berasal dari kata Biro yang
berarti meja dan Kratein yang artinya pemerintahan jika digabung menjadi meja
pemerintahan.
Birokrasi menurut KKBI alias Kamus Besar Bahasa Indonesia versi online ialah
birokrasi/bi-ro-kra-si/ n 1 sistem pemerintahan yang dijalankan oleh pegawai pemerintah
karena telah berpegang pada hierarki dan jenjang jabatan; 2 cara bekerja atau susunan
pekerjaan yang serba lamban, serta menurut tata aturan (adat dan sebagainya) yang banyak
lika-likunya dan sebagainya;
Birokrasi adalah suatu bentuk organisasi yang penerapannya berhubungan dengan tujuan
yang hendak dicapai. Birokrasi ini dimaksudkan sebagai suatu sistem otorita yang ditetapkan
secara rasional oleh berbagai macam peraturan. Birokrasi ini dimaksudkan untuk
mengorganisasi secara teratur suatu pekerjaan yang harus dilakukan oleh orang banyak.

Menurut Max Weber pengertian Birokrasi adalah suatu bentuk organisasi yang penerapannya
berhubungan dengan tujuan yang hendak dicapai. Birokrasi juga memperkenalkan konsep-
konsep keadilan dan kesempatan yang sama sehingga memberikan efek mendalam kepada
suatu pekerjaan yang harus dilakukan oleh orang banyak. Bagi Max Weber istilah Birokrasi
tidak dapat dipisahkan dengan istilah rasionalitas.
Weber juga menyatakan Birokrasi itu sistem kekuasaan, di mana pemimpin (superordinat)
mempraktekan kontrol atas bawahan (subordinat). Sistem Birokrasi menekankan pada aspek
“disiplin”. Sebab itu, Weber juga memasukkan birokrasi sebagai sistem legal-rasional. Legal
oleh sebab tunduk pada aturan-aturan tertulis pada aturan dan dapat disimak oleh siapapun
juga. Rasional artinya dapat dipahami, dipelajari, dan jelas penjelasan sebab-akibatnya.

Pemikiran Birokrasi dari Max Weber dijadikan sebagai patokan yang melahirkan berbagai
pandangan mengenasi Birokrasi. Dalam pemikiran Max Weber, setiap aktivitas yang
menuntut koordinasi yang ketat terhadap kegiatan-kegiatan dari sejumlah besar orang dan
melibatkan keahlian-keahlian khusus, maka satu-satunya peluang yaitu dengan mengangkat
yaitu dengan mengangkat atau menggunakan organisasi birokratik. Alasan penting untuk
mengembangkan organisasi birokratik yaitu senantiasa didasarkan hanya pada keunggulan
teknis dibandingkan dengan bentuk organisasi lainnya.
Seiring dengan pertambahan penduduk dan perkembangan pemerintahan yang bercorak
sentralisasi, telah ikut menyemangati lahirnya birokrasi pemerintah, sebagaimana ditampilkan
pada masa pemerintahan monarki absolut di Eropa. Selanjutnya, unit-unit produksi yang
besar dituntut oleh teknologi mesin untuk mendorong lahirnya birokratisasi di kalangan
ekonomi. Kebutuhan pada administrasi terpusat untuk menanggapi ledakan penduduk, telah
merangsang penerapan bentuk-bentuk birokrasi dalam bidang keuangan, agama,
kemasyarakatan, pendidikan, kesehatan dan hiburan.

B. Jenis-Jenis Birokrasi Negara


Untuk mengetahui jenis-jenis birokrasi negara, dapat kiranya kita manfaatkan pemisahan
jenis birokrasi menurut ideal typhus Amerika Serikat. Ideal typhus tersebut lalu kita
komparasikan dengan apa yang ada di Indonesia.

Di Amerika Serikat, terdapat 4 jenis birokrasi yaitu: (1) The Cabinet Departments
(departemen-departemen di dalam kabinet), (2) Federal Agencies (agen-agen federal), (3)
federal Corporation (perusahaan-perusahaan federal milik federal), dan (4) Independent
Regulatory Agencies agen-agen pengaturan independen).

Departemen-departemen dalam kabinet terdiri atas beberapa lembaga birokrasi yang


dibedakan menurut tugasnya. Ada departemen tenaga kerja, departemen pertahanan, atau
departemen pendidikan. Tugas utama dari departemen-departemen ini adalah melaksanakan
kebijaksanaan umum yang telah digariskan oleh lembaga eksekutif maupun yudikatif.

Agen-agen federal yakni kepanjangan tangan dari lembaga kepresidenan. Ia dibentuk


berdasarkan pilihan dari presiden yang tengah memerintah, oleh sebab itu sifatnya lebih
politis ketimbang murni administratif. Organisasi NASA di sana merupakan salah satu contoh
dari agen-agen federal. Contoh dari birokrasi ini juga diposisikan oleh FBI (Federal Bureau
Investigation). Di Indonesia agen-agen seperti ini misalnya Badan Tenaga Atom Nasional
(Batan), Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan).

Korporasi-korporasi federal merupakan birokrasi yang memadukan antara posisinya sebagai


agen pemerintah sekaligus sebagai sebuah lembaga bisnis. Di Indonesia misalnya yang paling
endekati merupakan BUMN (Badan Usaha Milik Negara). Meskipun negara (eksekutif)
terkadang masih merupakan pihak yang paling menentukan dalam pengangkatan pejabatnya,
tetapi secara umum sebagai sebuah lembaga bisnis ia memiliki pengaruh untuk menentukan
jenis modal dan juga memutuskan apakah perusahaan akan melakukan pengembangan
organisasi atau sebaliknya, perampingan. Di Indonesia, contoh dari korporasi-korporasi milik
negara ini misalnya Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA), Garuda Indonesia Airways
(GIA), Perusahaan Listrik Negara (PNL) atau Bank Mandiri.

Agen-agen Pengaturan Independen, sebagai jenis birokrasi yang terakhir, merupakan


birokrasi yang dibentuk berdasarkan kebutuhan untuk menyelenggarakan regulasi ekonomi
terhadap dunia bisnis, di mana pelaksaan tersebut berkaitan secara langsung dengan
kesejahteraan masyarakat. Di Indonesia kini dibentuk Badan Penyehatan Perbankan Nasional
(BPPN) yang berfungsi untuk melakukan rekstrukturisasi kalangan bisnis tanah air yang di
masa lalu dianggap banyak merugikan keuangan negara, dan secara lebih jauh, kesejahteraan
masyarakat Indonesia akibat, katakanlah, ‘kredit-kredit macet’ mereka. Selain itu, contoh bisa
kita sebutkan misalnya Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Komisi Pemilihan Umum
(KPU), Komisi Pengawasan Persaingan Usaha (KPPU), Komisi Penyiaran Indonesia (KPI),
dan sejenisnya.

C.Tipe Ideal Birokrasi Menurut Max Webber


Sosiolog terkenal Max Weber mengemukakan konsep birokrasi, yang menyatakan
organisasi bergerak atas dasar rasionalitas. Tipe ideal birokrasi menurut Weber bukan
cerminan dari realitas, tetapi menggambarkan bagaimana seharusnya organisasi disusun dan
dirancang agar menjadi lebih efisien. Tipe ideal birokrasi Weber tersebut antara lain:
A. Ada pembagian tugas berdasarkan kemampuan tertentu. Maksudnya adalah mengelola
realita yang ada bahwa setiap manusia mempunyai kemampuan yang berbeda, begitu juga
dengan personil yang mempunyai kelebihan dalam satu hal namun kurang di hal yang lain.
Untuk itu organisasi harus dapat menempatkan personil di dalam bidang yang dikuasainya
untuk memberikan efisiensi terhadap sumber daya untuk mencapai tujuan. Contoh :
menempatkan anggota yang memiliki latar pendidikan intelijen di fungsi intelijen dan
menempatkan anggota yang merupakan lulusan Fakultas Kedokteran di Bid Dokkes.
B. Ada hierarki wewenang;
terdapat struktur organisasi dimana ada posisi atas dan bawah. Struktur yang di bawah
diawasi oleh yang lebih tinggi dan yang lebih tinggi berwenang mengawasi yang di
bawahnya. Hierarki ini sangat perlu agar sistem pengendalian dapat dilaksanakan sehingga
mengefiensi pelaksanaan tugas. Contoh : Dalam birokrasi di Polres Kapolres memimpin 2500
anggota polisi yang tersusun dalam sebuah struktur berjenjang dari atas ke bawah dimana
atasan mengawasi bawahannya. Posisi ini tentunya disertai perbedaan kewenangan yang telah
ditentukan sebelumnya, semakin ke atas posisinya maka kewenangan akan lebih besar.
C. Ada ketentuan-ketentuan yang berlaku sama di seluruh organisasi. Untuk suatu hal yang
sama, dalam kondisi dan waktu yang sama maka harus berlaku juga sebuah peraturan yang
sama di seluruh organisasi. Artinya ada peraturan yang harus ditaati oleh anggota organisasi
tanpa pengecualian. Dengan adanya peraturan yang egaliter maka pelaksanaan tugas dapat
lebih mudah diukur. Contoh : Dalam birokrasi Polri ada aturan mengenai kenaikan pangkat
anggota. Peraturan itu berlaku sama untuk seluruh anggota Polri di seluruh Indonesia.
D. Menjaga hubungan yang impersonal karena keputusan yang rasional hanya dapat dibuat
secara obyektif tanpa emosi. Dalam birokrasi administrator harus menjaga keputusannya agar
tetap objektif berdasarkan fakta secara objektif. Administrator harus dapat mengesampingkan
penilaian subjektif dalam mengambiil keputusan. Contoh : dalam menentukan arah
penyidikan suatu perkara kita harus mengacu pada kajian yuridis yang sebenarnya bukan
kepada sifat subjektif suka/tidak suka kepada pihak yang berperkara.
E. Pemilihan dan promosi pegawai didasarkan pada kemampuan, bukan pertimbangan-
pertimbangan yang irrelevant. Dalam memberikan promosi jabatan hendaknya menggunakan
standar yang jelas dan berlaku secara universal bagi seluruh personil dalam organisasi.
Dengan memanfaatkan rekam jejak prestasi dan hasil kinerjalah seharusnya seseorang
diangkat untuk menduduki posisi tertentu bukan berdasarkan pertimbangan subjektif atau
yang tidak ada kaitannya dengan pelaksanaan tugas. Contoh : Dalam memilih Kasat serse
pimpinan harus melihat bagaimana kompetensi calon yang diajukan dan memberikan jabatan
tersebut kepada orang yang paling cocok dari segi kemampuan dan karakter. Yang sering
terjadi dalam organisasi Polri adalah pemilihan jabatan didasarkan oleh subjektivitas
pimpinan tergantung pada kepentingan dan kedekatan

Anda mungkin juga menyukai