Anda di halaman 1dari 3

Jawaban Esay

2. Menurut Muhammad Sawir dalam buku Birokrasi Pelayanan Publik: Konsep, Teori, dan

Aplikasi (2020), secara etimologi, birokrasi diambil dari kata “bureau” dalam Bahasa
Prancis dan “kratos” dalam Bahasa Yunani. “Bureau” berarti meja tulis. Sedangkan
“kratos” artinya pemerintahan. Maka dapat disimpulkan jika birokrasi merupakan
sekumpulan orang yang bekerja di balik meja tulis, baik di perkantoran ataupun bidang
pemerintahan. Baca juga: Level Pemerintahan Terendah di Indonesia.

- Max Weber Dalam jurnal Manajemen Strategik Birokrasi dalam Era “Disruption”
(2018) karya Wawan Risnawan, dituliskan jika Max Weber mendefinisikan birokrasi
sebagai bentuk organisasi yang penerapannya sesuai atau berhubungan dengan tujuan
bersama yang ingin dicapai. Artinya birokrasi digunakan untuk mengorganisasikan
pekerjaan secara teratur.
- Fritz Morstein Marx Definisi birokrasi menurut Fritz Morstein Marx, adalah tipe
organisasi yang biasa digunakan pemerintahan modern untuk melaksanakan tugas yang
sifatnya spesialis, dilakukan oleh aparatur pemerintah dalam suatu sistem administrasi.
- Blau dan Page Dikutip dari buku Birokrasi (Kajian Konsep, Teori menuju Good
Governance) (2018) karya Muhammad, Blau dan Page menjelaskan birokrasi sebagai
tipe organisasi yang digunakan untuk menjalankan tugas administratif yang besar,
dengan cara mengoordinasikan pekerjaan banyak orang secara sistematis atau teratur.

Karakteristik birokrasi

Pekerjaannya sangat ketat dan berorientasi pada peraturan. Tugasnya bersifat spesialisasi
atau khusus atau spesifik. Biasanya bersifat kaku dan sederhana. Penyelenggaraannya
dilakukan secara resmi atau formal. Bersifat sentral atau terpusat. Biasanya tidak melanggar
ketentuan yang telah disepakati. Bentuknya terstruktur. Artinya memiliki susunan
organisasi yang jelas. Taat dan patuh terhadap peraturan atau ketentuan yang ada. Adanya
kewenangan hierarki secara vertikal. Terkadang prosedur pelayanannya berbelit-belit
sehingga menyulitkan proses pengambilan keputusan.
4. Dengan adanya sikap keterbukaan maka kita dapat mencari solusi dari suatu
permasalahan yang kita hadapi dan kita juga bebas mengeluarkan pendapat agar pendapat
satu dengan yang lain bisa di pertimbangkan untuk kemudian menjadi sebuah keputusan
yang sah.

Fungsi pertanggungjawaban (akuntabilitas, responsibilitas, dan responsivitas) sangat


menentukan keberlangsungan atau terwujudnya Good Governance karena Good
Governance mempunyai salah satu tujuan menciptakan pelaku pemerintahan atau lembaga
pemerintahan yang Bertanggung jawab atas tindakan dan tugas yang diberikan. Mengapa
demikian, karena Akuntabilitas, Responsibilitasi, responsivitas ini menuntut supaya Pelaku
roda pemerintahan terutama pada birokrasinya berperilaku baik dan bertanggung jawab atas
apa yang menjadi kewajibannya.

6. Model Birokrasi Patrimonialisme dan

Neopatrimonialisme

Menentukan sudut pendekatan yang harus dilakukan dalam memahami realitas birokrasi
merupakan sebuah kesulitan tersendiri. Apakah berbasis padapendekatan kultural ataukah
pada pendekatan struktural?. Teori-teori dari kedua pendekatan tersebut sudah cukup
tersedia dan memiliki keunggulannya masingmasing. Akan sulit bagi kita untuk
menentukan pendekatan yang terbaik, karena pada dasarnya kedua pendekatan tersebut
bukan merupakan zero sum game melainkan saling melengkapi satu sama lain. Oleh karena
itu, dalam uraian ini tidak dimaksudkan untuk membedah substantif teorinya, melainkan
hanya mencermati melalui kacamata yang dibangun dari penggabungan kedua

pendekatan tersebut. Sehingga diharapkan memperoleh suatu gambaran birokrasi sebagai


realitas sosial yang lebih utuh, melalui pendekatan kultural dan struktura. Pendekatan
Struktural Birokrasi: Model Ekonomi-Politik Tanpa mengurangi arti sumbangan
pendekatan kultural seperti yang diuraikan di atas, harus diakui bahwa pendekatan tersebut
kurang sempurna untuk memahami karakteristik birokrasi dan hubungannya dengan politik
di Indonesia. Pendekatan tersebut sangat lemah dalam menjelaskan bagaimana suatu
determinan budaya dapat memiliki daya tahan yang demikian ulet, atau bagaimana negara
mereproduksi suatu instrumen kultural sebagai alat "rezimentasi" yang melindungi dan
mengoper kepentingan-kepentingan elite.Kegagalan dalam memahami dinamika politik
dan ekonomi yang sangat nyatadalam birokrasi, dalam pendekatan kultural tersebut, adalah
karena terabaikannyaaspek dinamis negara dalam arti luas. Sebagai satu kesatuan ekonomi-
politik,negara tidak bisa mengelak dari pengaruh dinamika struktur ekonomi-politik yang
melingkupinya. Artinya, negara harus dipandang bukan sebagai suatu anasir yang statis dan
beroperasi di ruang hampa (Mas’oed, 2003). Ia tetap memiliki respons terhadap dinamika
objektif dalam negeri, bahkan pengaruh dari dunia internasional. Dinamika politik dan
ekonomi ini memang terabaikan dalam pendekatan kultural sebab ia memang bukan suatu
komponen inheren dalam konstruksi teori dan cara berpikir pendekatan ini. Berikut ini,
akan diuraikan secara singkat beberapa model studi birokrasi dalam pendekatan struktural
yang dikemukakan oleh para pengamat politik dan birokrasi, baik dari luar negeri
(Indonesianis) maupun dari dalam negeri, antara lain: Model Negara dan Birokrasi Pasca
Kolonial dari Anderson; Model Negara Otoritarian Birokratik Rente dari Arief Budiman;
Rent Capitalist State dari Tongoist; Bureaucratic Polity dari Karl D.Jackson; Bureaucratic
Authoritarian Regime dari King; Negara Birokratik Otoriter Korporatis dari Mochtar
Mas’oed; Bureaucratic Capiltalist State dari Richard Robison (Thaba, 1996).

Anda mungkin juga menyukai