Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

TRADISI-TARDISI ISLAM DI INDONESIA:


CORAK ARSITEKTUR ISLAM DALAM TRADISI MELAYU

Diajukan Untuk Menyelesaikan Tugas Mata Kuliah Islam Dan Peradaban Melayu

Disusun oleh:
1. Nama : Julita Fortuna
Nim : 105200044
2. Nama : Ansari Romadhan Pane
Nim : 105200254
3. Nama : Diva Faturrahman
Nim : 105200277

Dosen Pembimbing:
Dwi Septiyanda, S.Pd., M.Ed

MAHASISWA SEMESTER III


PRODI ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS SYARIAH
UIN STS JAMBI
2021
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat serta salam selalu tercurahkan
kepada Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya penyusun mampu
menyelesaikan tugas makalah ini guna memenuhi tugas Mata Kuliah Islam Dan
Peradaban Melayu
Makalah ini disusun bagi para pembaca agar dapat memperluas ilmu yang
berkaitan tentang kewirausahaan, yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari
berbagai sumber informasi, referensi, dan berita. Semoga proposal ini dapat
memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran kepada
pembaca.
Kami mengucapkan terimakasih kepada teman atau pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan tugas ini sehingga mampu terselesaikan dengan tepat
waktu. Makalah ini jauh dari kata sempurna, kesalahan tentu ada di mana-mana oleh
karena itu kami mohon maaf yang sebesar besarnya kepada pembaca yang merasakan
ketidaknyamanan dengan kesalahan kami. Oleh karena itu kami membutuhkan kritik
dan sarannya dari pembaca agar di kemudian hari kami mampu membuat tulisan
makalah yang lebih baik lagi.

Jambi, 22 November 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................. i

DAFTAR ISI............................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1

A. Latar belakang ............................................................................................... 1


B. Rumusan masalah .......................................................................................... 2
C. Tujuan penulisan ............................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................... 3

A. Proses masuknya arsitektur islam di indonesia .............................................. 3


B. Jenis peninggalan arsitektur islam ................................................................. 4
C. Corak dan karakteristik arsitektur islam di kawasan melayu......................... 7

BAB III PENUTUP .................................................................................................. 11

A. Kesimpulan .................................................................................................... 11
B. Saran ............................................................................................................. 11

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kata arsitektur berasal dari yunani yaitu “architekton”, kata architekton sendiri
terbentuk dari dua kata yaitu :arkhe dan tetoon.Arkhe berarti yang asli, awal, utama,
otentik dan tektoon berarti stabil, kokoh, stabil statis.Jadi architektoon adalah
pembangunan utama atau bisa juga berarti tukang ahli bangunan. Arsitektur
merupakan bagian sistem tata nilai suatu masyarakat yang termanifestasi dengan
wujud bangunan dan struktur-struktur yang ada. Sejarah arsitektur masjid sangat erat
kaitannya dengan sejarah kesenian lainnya dan merupakan sebagian dari sejarah
kebudayaan.
Berkata tentang kebudayaan, maka tidak lepas dari unsur manusia. Berkata
tentang sejarah, maka yang dimaksud ialah keadaan yang telah lampau. Sejarah
arsitektur pada umumnya dari arsitektur Mesir purba dan Asia Tengah yang kemudian
menurun ke arsitektur Barat. Bangunan ini mempunyai saham yang cukup besar di
dalam pembentukan citra budaya bangsa.Pertumbuhan Islam di Indonesia didukung
oleh tradisi lama di satu pihak dan kebudayaan asing non Islamdi pihak lain.
Kekuasaan Islam yang timbul di pulau Jawa dan sebagian di Sumatera, sesuai dengan
kepentingan strategi politik dan kebudayaan lama yang berasal dari zaman Hindu
selama tidak bertentangan dengan asas ajaran Islam
.Demikian juga kekuasaan di daerah menjadi jajahan Majapahit, kebudayaan
setempat seperti yang selalu diperlihatkan di negara-negara Islam, Berlaku juga di
Indonesia. Sikap Islam ini tidak mendesak kebudayaan lama dan justru dikembangkan
dengan yang baru. Tidak sedikit karya-karya seni mengandung nilai budaya
Indonesia- Hindu masih terpelihara, bahkan mencapai bentuk klasiknyzaman Islam.
Sebuah konsep karya arsitektur yang lengkap bukan hanya berdasarkan pada
kalkula simatematis dari kebutuhan kuantitatif para pengguna, tetapi sekaligus
mengacu pada perkembangan cita kehidupan, tindakan, pola orang kikir, termasuk
pemahaman hari keagamaan. sebuah karya arsitektur barulah menjadi berarti ketika
fungsi-fungsi yangdikandungnya, baik fungsi fisik indrawi maupun fungsi
nonfisiknya dapat dikoordinasikan secara terpadu, dan tidak ditangkap secara
terpisah-pisah. Dengan demikian, maka semua hal baik erat antara gagasan-gagasan
kehidupan, perilaku masyarakat dan keduduantampilan benda budaya sekaligus dalam

1
sebuah sistem telah menjadi jelas posisi.Arsitektur Islam permainan kata-kata dapat
sablon keadaan suatu masyarakat Muslim, situasikemasyarakatannya, pemahaman
keagamaannya, di saat dan tempat di mana karya arsitekturmasjid tersebut berada.
Arsitektur Islam sebagai benda bentukan dengan sendirinya akan
bisamenuntun pada penjelasan tentang pola perilaku, kehendak, keinginan, dan
gagasan keagamaan masyarakat Muslim di sekeliling bangunan Islam
tersebut.Semakin banyak tampilan elemen bangunan diperhaikan akan semakin
banyak diperoleh terlampir darinya. Sedemikian jadi dapat disusun rangkaian acara
demi acara dibaliknya. Di akhir susunan tersebut dapat diperoleh gambaraan tidak
utuh kehidupan masyarakatdi balik penampilan karya arsitekturnya.Pada masa
Kerajaan di Indonesia, Islam untuk masuk di Jawa secara budaya, bukan dengan
paksaan. Dengan berbagai media pengiriman, Paham Islam berhasil menyebar segala
penjuru. ketika Islam masuk ke tanah Jawa, Islam muncul bersama nilai-nilai
agamayang dapat diterima oleh Masyarakat. Nilainilai Islam yang menempel pada
budaya Jawa memang seolah-olah telah menjadi kesatuan yang sulit terpisah dalam
berbagai bidang nilai Islam mampu memberikan pengaruhnya. dalam makalah ini
sedikit banyak akan diuraikan bagaimana sejarah arsitekur dalam Islam seiring
penyebaran Islam serta bentuk dan ciri khas Arsitektur Islam di Indonesia.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses masuknya Arsitektur Islam ke Indonesia?
2. Apa saja jenis peninggalan Arsitektur Islam di Indonesia?
3. Bagaimana karakteristik atau khas Arsitektur Islam di kawasan melayu
Indonesia?

C. Tujuan Penulisan
1. Agar mampu memaparkan bagaimana masuknya Arsitektur Islam ke Indonesia
2. Mengetahui Jenis-jenis peninggalan Arsitektur Islam di Indonesia
3. Mengetahui karakteristik atau khas Arsitektur Islam di kawasan melayu Indonesia

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. PROSES MASUKNYA ARSITEKTUR ISLAM DI INDONESIA


Sebelum islam masuk dan berkembang, Indonesia memiliki corak kebudayaan
yang dipengaruhi oleh agama Hindu dan Budha seperti yang terlampir sebelumnya.
Dengan masuknya Islam, Indonesia kembali mengalami proses akulturasi (proses
bercampurnya dua (lebih) kebudayaan karena percampuran bangsa-bangsa dan saling
mempengaruhi), yang melahirkan kebudayaan baru yaitu kebudayaan Islam
Indonesia. Masuknya Islam tersebut tidak berarti kebudayaan Hindu dan Budha
hilang. Ajaran Islam mulai masuk ke Indonesia sekitar abad Penyebaran awal Islam di
Nusantara dilakukan pedagang-pedagang Arab, Cina, India dan Parsi. Setelah itu,
proses penyebaran Islam dilakukan oleh kerajaan-kerajaan Islam Nusantara melalui
perkawinan, perdagangan dan peperangan.
Banyak masjid yang diagungkan di Indonesia tetap mempertahankan bentuk
asalnya yang menyerupai candi Hindu/Buddha bahkan pagoda Asia Timur, atau juga
menggunakan konstruksi dan ornamen bangunan khas daerah tempat masjid berada.
Pada perkembangan selanjutnya arsitektur masjid lebih banyak mengadopsi bentuk
dari Timur Tengah, seperti atap kubah bawang dan ornamen, yang memperkenalkan
Pemerintah Hindia Belanda. Kalau dilihat dari masa pembangunannya, masjid sangat
berpengaruh pada budaya yang masuk ke daerah itu. Masjid dulu, khususnya di
daerah pulau Jawa, memiliki bentuk yang hampir sama dengan candi Hindu – Budha.
Hal ini karena akulturasi budaya yang terjadi antara budaya setempat dengan budaya
luar.Antar daerah satu dengan yang lain biasanya juga terdapat perbedaan bentuk. Hal
ini juga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dan budaya setempat. Bentuk budaya
sebagai hasil dari proses akulturasi tersebut, tidak hanya bersifat kebendaan/materi,
tetapi juga menyangkut perilaku masyarakat Indonesia. Wujud akulturasi dalam seni
bangunan dapat terlihat di bangunan masjid, makam, istana.
Masjid Aceh merupakan salah satu masjid kuno di Indonesia. Atapnya
berbentuk tumpang yaitu atap yang bersusun semakin kecil dari tingkat paling atas
berbentuk limas. Jumlah atapnya ganjil 1, 3 atau 5. Dan biasanya ditambah dengan
kemuncak untuk memberi tekanan akan keruncingannya yang disebut dengan
Mustaka.Tidak dilengkapi dengan menara, seperti lazimnya bangunan masjid yang
ada di luar Indonesia atau yang ada sekarang, tetapi dilengkapi dengan kentongan atau

3
bedug untuk lagu adzan atau panggilan sholat. Bedug dan kentongan merupakan
budaya asli Indonesia.Letak masjid biasanya dekat dengan istana yaitu sebelah barat
alun-alun atau bahkan didirikan di tempat-tempat keramat yaitu di atas bukit atau
dekat dengan makam.Selain bangunan masjid sebagai wujud akulturasi kebudyaan
Islam, juga terlihat di bangunan makam. Ciri-ciri dari wujud akulturasi pada
bangunan makam terlihat dari: makam-makam kuno dibangun di atas bukit atau
tempat-tempat yang keramat. Makamnya terbuat dari bangunan batu yang disebut
dengan Jirat atau Kijing, nisannya juga terbuat dari batu.di atas jirat biasanya
didirikan rumah tersendiri yang disebut dengan cungkup atau kubba,dilengkapi
dengan tembok atau gapura yang menghubungkan antara makam dengan makam atau
kelompok-kelompok makam. Bentuk gapura tersebut ada yang berbentuk kori agung
(beratap dan berpintu) dan ada yang berbentuk candi bentar (tidak beratap dan tidak
berpintu).di dekat makam biasanya dibangun masjid, maka disebut masjid makam dan
biasanya makam tersebut adalah makam para wali atau raja. Contohnya masjid
makam Sendang Duwur.

B. JENIS PENINGGALAN ARSITEKTUR ISLAM


1. SENI BANGUNAN
a. Masjid
Bangunan masjid di Indonesia pada masa perkembangan Islam
memiliki bentuk yang unik, di mana atapnya selalu bersusun (tumpang).
Semakin ke atas, ukurannya semakin kecil dan jumlah atapnya biasanya ganjil.
Beberapa contoh peninggalan sejarah Islam di Indonesia yang berupa masjid
adalah sebagai berikut.
 Masjid Raya Baiturrahman
 Masjid Agung Demak
 Masjid Sang Cipta Rasa
 Masjid Sultan Ternate
 Masjid Agung Banten
 Masjid Kotagede
 Masjid Agung Surakarta

4
b. Makam
Peninggalan sejarah bercorak Islam dapat dijumpai dalam bentuk
makam para tokoh muslim. Berikut beberapa contohnya.
 Makam Sultan Malik Al-Saleh dari Kerajaan Samudera Pasai
 Makam Iskandar Muda dari Kerajaan Aceh Darussalam
 Makam Sunan Kalijaga
 Makam Sunan Gunung Jati
 Makam Sultan Baabullah
 Makam Fatimah Binti Maimun

c. Keraton
Keraton merupakan pusat pemerintahan yang sekaligus menjadi
tempat tinggal raja beserta keluarganya. Pada masa kekuasaan kerajaan-
kerajaan Islam, banyak didirikan keraton yang umumny menghadap ke utara.
Misalnya Keraton Demak, Keraton Kasepuhan dan Kanoman di Cirebon,
Keraton Surosowan di Banten, dan Keraton Surakarta.

2. Seni Rupa
a. Kaligrafi
Kaligrafi merupakan seni melukis indah. Seni lukis di Indonesia
sebenarnya sudah mengalami perkembangan sebelum Islam masuk ke
nusantara. Seni kaligrafi yang berkembang saat penyebaran Islam di nusantara
biasanya berupa tulisan indah dalam bahasa Arab yang diukir pada sebuah
batu atau kayu. Seni tersebut banyak dituangkan pada hiasan masjid dan
makam. Beberapa seni kaligrafi peninggalan sejarah Islam di Indonesia adalah
Kaligrafi Maulana Malik Ibrahim, Kaligrafi Makam Sunan Giri, Kaligrafi
Makam Sunan Gunung Jati, Kaligrafi Makam Ratu Nahrsiyah Samudra Pasai,
dan Kaligrafi Makam Fatimah Binti Maimun di Gresik.

5
3. Seni Sastra
a. Suluk
Suluk adalah karya sastra berupa kitab-kitab dan isinya menjelaskan
soal tasawuf. Kitab-kitab suluk merupakan karya sastra Islam tertua di
Indonesia. Contoh suluk antara lain sebaga berikut.
 Suluk Sukarsa
 Suluk Wujil
 Suluk Malang Sumirang

b. Syair
Syair adalah karya sastra berupa sajak-sajak yang dalam satu bait
terdiri dari empat baris, dan tiap barisnya berakhir dengan bunyi yang sama.
Misalnya syair Sidang Fakir karya Hamzah Fansuri.

c. Hikayat
Hikayat adalah karya sastra yang berisi cerita sejarah ataupun dongeng.
Beberapa hikayat yang terkenal antara lain, Hikayat Iskandar Zulkarnain,
Hikayat Raja-Raja Pasai, Hikayat Khaidir, dan Hikayat 1001 Malam.

d. Babad
Babad berisi cerita sejarah, yang biasanya berisi campuran antara fakta, mitos,
dan kepercayaan. Contoh babad adalah Babad Tanah Jawi, Babad Cirebon,
Babad Pajajaran, Babad Mataram, dan Babad Surakarta.

4. Seni Pertunjukkan
Terdapat berbagai bentuk kesenian pertunjukan yang bercorak Islam di
Indonesia. Beberapa contohnya adalah sebagai berikut.
 Seni gamelan
 Wayang
 Permainan debus
 Saudati (tarian dari Aceh)

6
C. CORAK DAN KARAKTERISTIK ARSITEKTUR ISLAM DI KAWASAN
MELAYU
Bentuk umum dari arsitektur Melayu merupakan rumah panggung dan
memanjang, yang tidak berbeda jauh dengan suku-suku lainnya terutama karena
digunakan sebagai adaptasi hidup di kawasan tropis kepulauan yang berawa-rawa dan
berhutan lebat. Bentuk panggung diperlukan untuk mengatasi risiko banjir dan hewan
buas di pesisir dan rimba, sementara bentuk memanjang diperlukan untuk perluasan,
mengatasi kebutuhan sosial dan keamanan sehingga seluruh keluarga dapat hidup
dalam satu rumah yang berjejer memanjang Karakteristik lainnya dari rumah Melayu
mencakuplah atap berlapis (bisa sampai tiga lapis) dengan teritisan lebar, tiang
(kolom) bulat dan tanpa loteng. Di tambah dengan penggunaan kayu sebagai bahan
utama, konstruksi semacam ini merupakan hasil evolusi dari adaptasi di lingkungan
hidup rawa dan pesisir yang berupaya menjaga agar rumah tetap dingin dalam iklim
tropis yang panas dan memaksimalkan pencahayaan alami.
Di sisi lain, Islam bukanlah suatu kelompok etnik. Ia merupakan satu dari
sedikit agama di dunia yang bersifat universal (selain Buddha dan Kristen), dalam
artian menyebar melintasi batas-batas suku yang menjadi sumber asli dari agama
tersebut. Seperti halnya arsitektur Buddha yang tidak berasosiasi dengan arsitektur
India dan arsitektur Kristen yang tidak berasosiasi dengan arsitektur Israel, begitu
pula, arsitektur Islam tidak berasosiasi dengan arsitektur Arab. Karena tidak adanya
asosiasi dengan arsitektur suku, maka sebenarnya arsitektur Islam tidak memiliki
bentuk standar.
Dengan kata lain, arsitektur Islam tidak memiliki suatu landasan proporsi yang
baku. Lalu dimana kemudian letak karakter Islam jika bahkan mesjid dan bangunan
khas Islam saja, termasuk kuburan, memiliki kebebasan desain yang begitu besar?
Karakter Islam terletak pada simbolisasi yang ada dalam elemen-elemen rumah,
termasuk aspek arsitektonik, bukan pada bentuk bangunan. Ia hanya hadir dalam
elemen minor dari arsitektur lokal. Sungguh demikian, eksistensi elemen minor ini
memiliki makna yang sangat besar bagi arsitektur lokal karena mencerminkan
keyakinan hidup yang dipegang oleh penghuninya.

7
1. Pengaruh Islam dalam Arsitektur Melayu
a. Langgam Moorish
Dari berbagai langgam Arsitektur yang ada dalam Islam (arsitektur
Islam terbagi menjadi 4 langgam yang terkenal, yaitu langgam Moorish yang
berpusat di Spanyol, langgam Ottoman yang berpusat di Turki dan Mesir,
langgam Persia yang berpusat di Iran dan semenanjung Arab, dan langgam
Mughal yang berpusat di India), langgam Moorish adalah langgam yang
paling banyak diadopsi oleh arsitektur Melayu. Langgam ini, walaupun
begitu, sulit diterapkan pada bangunan Melayu karena akan segera
menggantikan elemen-elemen seperti jendela dengan bukaan datar atau atap
bertingkat yang merupakan ciri khas rumah Melayu. Langgam ini memiliki
ciri khas pada bukaan jendela yang melengkung (setengah lingkaran) pada
bagian atasnya, yang tidak pernah ditemukan pada bangunan Melayu asli.
Walau demikian, langgam Moorish telah banyak diadopsi pada eksterior
rumah adat, seperti pada Rumah Melayu di Asahan dan interior dan eksterior
istana Maimun di Deli. Langgam Moorish juga temukan pada bentuk bukaan
jendela bangunan Lembaga Adat Melayu Riau (LAMRI) Kabupaten Siak.

b. Pola Geometris Dasar


Bentuk lain yang menunjukkan pengaruh Islam adalah penggunaan
pola geometris dasar dalam ornamen atap, lantai, atau dinding. Pola geometris
menjadi elemen Islami karena ajaran Islam mengutamakan bentuk-bentuk non
hidup. Seperti dilihat pada gambar interior istana Maimun, bagian langit-
langit dihiasi dengan pola geometris lingkaran. Contoh lain adalah rumah adat
Pelalawan yang menggunakan pola geometrik di pagar beranda (teras) rumah
ketimbang pola asli Melayu yang hanya berupa pagar biasa. Motif geometrik
merupakan salah satu dari lima motif ukiran Melayu. Motif geometrik
umumnya berbentuk bulatan atau segitiga yang disusun berderet. Kadangkala,
motif ini diperluas dengan menambahkan sulur-sulur tumbuhan.

c. Simbolisasi Rukun Islam


Simbolisasi lima rukun Islam dalam rumah Melayu, atau rumah
manapun, akan sulit jika diaplikasikan pada tiang karena berjumlah ganjil
sementara bangunan berbentuk petak. Walau begitu, simbolisme masih

8
mungkin diterapkan dalam bentuk jumlah anak tangga. Malahan, terdapat
sejumlah angka yang melambangkan makna tertentu dalam Islam, selain
sebagai penentu tinggi bangunan. Tiga makna yang paling umum adalah:
anak tangga tunggal berarti keesaan Allah, anak tangga empat berarti empat
sahabat Nabi (Abu Bakar, Umar, Usman, dan Ali), sementara anak tangga
lima berarti rukun Islam. Anak tangga enam dapat saja dibuat dan
melambangkan rukun Iman atau anak tangga tujuh untuk melambangkan
tujuh lapis langit atau tujuh tingkat surga, tetapi ini jarang digunakan.

d. Kaligrafi
Elemen yang paling mudah diterapkan dalam rumah Melayu yang
mencerminkan pengaruh Islam adalah kaligrafi. Fleksibilitas kaligrafi yang
tinggi memungkinkan elemen ini diterapkan dalam banyak tempat, mulai dari
kamar, ruang tamu, hingga eksterior. Motif seni khat (kaligrafi) merupakan
salah satu dari lima jenis motif ukiran kayu Melayu, selain motif flora (sulur,
daun, tampuk manggis, teratai, keladi, dan bunga sukun), motif fauna8 (ayam
berlaga, badak mudik, dan itik pulang petang. Motif benda hidup seperti ini
secara perlahan-lahan mulai disingkirkan dalam ukiran kayu Melayu karena
masyarakat mulai menyadari ketidaksesuaiannya dengan ajaran Islam), motif
angkasa (awan larat, bintang, matahari, bulan, dan bukit bukau), dan motif
geometri (yang juga telah disebutkan sebelumnya sebagai salah satu motif
yang dipengaruhi Islam). Warna kaligraf dapat berupa warna kayu atau putih,
biru, hijau, kuning, emas, atau perak. Kaligrafi biasanya ditempatkan di pintu
rumah atau di bagian tengah perabungan, yang melambangkan lembah
kehidupan yang kadang penuh dengan berbagai cobaan.

e. Kubah
Bentuk kubah adalah bentuk umum dari atap mesjid di Indonesia.
Mesjid Melayu dengan kubah pertama adalah mesjid Penyengat (1832 M) di
pulau Penyengat Tanjungpinang, yang menyatukan langgam Melayu dengan
langgam Rajput, Mughal, dan Usmaniah. Prototipe bangunan campuran
Melayu dengan bentuk kubah dapat diamati pada Mesjid Jami Al Usmani
Kesultanan Deli. Elemen Melayu yang masih dipertahankan pada mesjid ini

9
adalah penggunaan warna-warna khas Melayu (kuning dan hijau) pada bagian
luar dan dalam dinding mesjid.

f. Halaman
Halaman yang luas bukanlah karakter dari rumah Melayu karena ruang
terbuka sebenarnya telah tersedia di bagian dalam rumah. Berbagai peradaban
juga memiliki bagian halaman yang luas sebagai karakteristik. Rumah-rumah
vernakular di Amerika Serikat maupun Madura memiliki halaman yang luas.
Walau begitu, halaman luas memiliki makna khusus bagi Islam. Halaman
yang luas mencerminkan kemungkinan untuk melakukan sholat berjamaah
dalam jumlah besar dan memperluas fungsi. Rumah juga dapat berfungsi
menjadi mesjid dalam sholat berjamaah jika memang letak mesjid jauh atau
tidak mencukupi. Kehadiran halaman luas pada arsitektur Melayu dapat
ditemukan pada Balai Kota Penang.

g. Kiblat
Masalah kiblat dalam arsitektur tradisional Melayu selalu diaplikasikan
pada penempatan toilet atau kamar mandi. Hal ini merupakan prinsip desain
unik dari Islam yang melarang posisi toilet menghadap atau membelakangi
kiblat. Selain itu, untuk menjamin kebersihan, toilet harus berada di bagian
sudut rumah. Prinsip desain ini sudah tertanam kuat dalam peradaban muslim
Melayu. Tetapi sungguh demikian, ia bukan merupakan asli Melayu,
khususnya bagi Melayu di Kalimantan. Di Pontianak dan Sambas, rumah-
rumah Melayu sebagian menggunakan toilet terapung karena berada di tepian
sungai-sungai besar yang banyak ditemukan di Kalimantan. Orientasi dari
toilet ini dibangun sejajar sungai untuk tujuan praktis, agar orang di tepi jalan
tidak langsung dapat melihat orang yang ada di dalam toilet. Toilet yang
terapung ini akan sulit ditempatkan agar berlawanan dengan arah kiblat.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Upaya menyatukan Melayu dan Islam dalam khazanah arsitektur merupakan
suatu upaya yang relatif fleksibel, mengingat Melayu adalah suatu karakteristik
arsitektur yang tegas dan kontekstual, sementara Islam adalah agama universal
dengan ekspresi arsitektur yang bebas, sejauh dengan batas-batas tersendiri.
Sepanjang sejarah kontak antara Melayu dan Islam, pengaruh yang muncul
adalah pengaruh Islam dalam desain arsitektur Melayu. Walau begitu, perlu
dipisahkan antara elemen yang mengandung ajaran Islam dengan elemen yang
mengandung budaya umum Islam. Bentuk bukaan jendela dengan bagian atas
melengkung (Moorish) dan kubah adalah bentuk budaya umum dari negeri asal Islam,
khususnya Timur Tengah. Sementara itu, bentuk geometris, simbolisasi bilangan-
bilangan pada anak tangga, kaligrafi, halaman yang luas, dan kiblat adalah bentuk
ajaran Islam yang diaplikasikan ke dalam arsitektur.
Bangunan terlihat megah karena kubah dan bukaan jendela yang melengkung,
walaupun ini hanya suatu budaya. Seandainya Islam lahir bukan di Timur Tengah,
mungkin elemen-elemen seperti ini tidak menjadi ciri khas Islam. Untuk mendesain
suatu bangunan yang bernafaskan Islam, kita semestinya lebih menonjolkan
penggunaan elemen-elemen yang mencerminkan ajaran Islam. Arsitektur Melayu
sesungguhnya telah mengadopsi hal ini dalam berbagai bentuk, contohnya
penggunaan pola geometris, simbolisasi anak tangga, kaligrafi (khususnya abjad
Jawi), halaman yang luas, dan orientasi bangunan pada arah kiblat.

B. Saran
Adapun sejumlah hal yang perlu kami sampaikan sebagai saran dalam
makalah ini yaitu rajinlah dalam membaca agar pengetahuan dan wawasan kita dapat
meluas khususnya mengenai hal yang menyangkut semua aspek yang terdapat pada
prodi Ilmu Pemerintahan. Bagaimana pun juga, kami tetap mengharapkan saran dan
kritik dari pembaca makalah kami yang sifatnya membangun demi kesempurnaan
makalah berikutnya.

11
DAFTAR PUSTAKA

file:///C:/Users/adepratama/Downloads/Arsitektur%20Melayu.pdf

http://abulyatama.ac.id/?p=5964

https://www.academia.edu/7962838/Arsitektur_Islam_di_Indonesia

http://repostory.um-palembang.ac.id

https://www.kompas.com/stori/read/2021/05/01/172816979/peninggalan-

sejarahislam-di-indonesia?page=4

12

Anda mungkin juga menyukai