Anda di halaman 1dari 40

MAKALAH

PENGARUH ISLAM DALAM PERKEMBANGAN SENI


DAN BUDAYA DI INDONESIA

Dosen Pengampu:
Sri Joko Pamungkas, M.Pd.I

Disusun oleh:

M Dandi Prayogo 190104001


Muaiqib Maulana 190104003
Latief Yanuar Hammami 190104010
Iqbal Nurfaiz Zaki 190204029
Syahrul Pambudi 190204031

PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK LISTRIK


JURUSAN TEKNIK ELEKTRONIKA
POLITEKNIK NEGERI CILACAP
2022
ABSTRAK

Islam datang ke Indonesia sejak abad ke tujuh Masehi memiliki pengaruh


besar terhadap transformasi seni dan budaya setempat. Dari kebudayaan yang
sebelumnya banyak dipengaruhi oleh agama Hindu terutama didasarkan pada dua
karya besar dari India yaitu Ramayana dan Mahabharata menuju kepada
kebudayaan baru yang dipengaruhi oleh nilai-nilai Islam. Kedatangan Islam yang
menggunakan cara damai cenderung lebih mudah diterima oleh masyarakat
Indonesia, dengan cara Islam yang datang dengan damai dan tidak memaksakan
pengaruh dan budayanya, maka secara perlahan perkembangan Islam di Indonesia
dapat berkembang pesat. Perkembangan Islam di Indonesia yang pesat juga
mempengaruhi arsitektur. Seni bangunan dan arsitektur Islam di Indonesia bersifat
unik dan akulturatif. Dalam makalah ini, akan dibahas analisis dari paparan materi
dan paparan dalil terkait pengaruh Islam dalam perkembangan seni dan budaya di
Indonesia khususnya di bidang arsitektur.

i
DAFTAR ISI

ABSTRAK...............................................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

KATA PENGANTAR..........................................................................................iii

BAB 1. PENDAHULUAN.....................................................................................1

A. Latar Belakang..........................................................................................1

B. Rumusan Masalah.....................................................................................2

C. Tujuan Pembahasan...................................................................................2

BAB 2. PEMBAHASAN........................................................................................3

A. Paparan Materi..........................................................................................3

B. Paparan Dalil/Teori.................................................................................14

C. Analisis....................................................................................................16

BAB 3. PENUTUP................................................................................................25

A. Kesimpulan..............................................................................................25

B. Saran........................................................................................................25

C. Penutup....................................................................................................26

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................27

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Alloh Subhanahu Wa Ta'ala atas


segala rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai.
Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang
telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun
materinya. Kami sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh
lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Bagi
kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami.
Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Cilacap, 28 April 2022


Penyusun

iii
BAB 1. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Islam merupakan salah satu agama yang masuk dan berkembang di
Indonesia. Islam masuk dimulai dari daerah pesisir pantai, kemudian diteruskan
ke daerah pedalaman oleh para ulama atau penyebar ajaran Islam. Islam
berkembang dengan pesat di Indonesia, sehingga bukan hal yang asing bagi kita
jika melihat di media massa bahwa Indonesia merupakan salah satu negara yang
memiliki penganut agama Islam terbesar di dunia.
Jauh sebelum masuknya Islam di Indonesia, masyarakat Indonesia sudah
memiliki banyak budaya yang berkembang akibat pengaruh kebudayaan nenek
moyang yaitu Animisme dan Dinamisme serta Hindu dan Budha yang lebih
dahulu berkembang dari pada Islam. Masuk dan berkembangnya islam di
Indonesia telah membawa perubahan dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat
Indonesia. Pengaruh tersebut tidak hanya terbatas pada bidang spiritual dan cara
berfikir saja, tetapi juga dalam wujud kreativitas budaya yang dilakukan oleh
masyarakat. Islam telah memberikan corak tersendiri dalam perkembangan seni
dan budaya di Indonesia terutama dalam seni bangunan, Islam telah berhasil
memadukan seni bangunan tradisional dengan budaya Islam sehingga
menghasilkan bentuk-bentuk seni arsitektur Islam Indonesia yang berbeda dengan
negeri-negeri Islam lainnya.
Arsitektur Islam adalah ilmu seni dalam perencanaan dan perancangan
bangunan yang didasarkan pada nilai-nilai Islam yang bersumber dari Al-Qur’an
sebagai sumber segala ilmu pengetahuan, sehingga dalam pembangunan arsitektur
tidak bertentanngan dengan prinsip tauhid, ketentuan syariah dan ketentuan nilai-
nilai akhlakul karimah karena salah satu nilai yang ada di dalam arsitektur adalah
hubungan yang harmonis antara manusia, lingkungan dan pencipta-Nya[1].
Meskipun bangunan arsitektur muslim di berbagai negara diciptakan dengan
tujuan yang sama yaitu memperbaiki peradaban umat Islam dan sebagai ekspresi
penyerahan diri kepada Allah, namun takaran bentuk arsitektur Islam yang
dilandasi oleh kesamaan tujuan dan nilai-nilai islam itu tidak hadir dalam
representasi bentuk fisik yang sama, melainkan dalam bentuk yang beragam.
Dalam Islam, arsitektur sendiri merupakan bagian dari karya seni yang tidak
1
terlepas dari

2
keindahan yang merujuk pada kebesaran Alloh sebagai Sang Maha Pencipta.
Dengan ini, arsitektur Islam juga mempengaruhi kemajuan serta kemunduran
peradaban dunia.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, terdapat beberapa permasalahan yang
akan dibahas pada makalah ini. Adapun masalah-masalah tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana perkembangan seni dan budaya di Indonesia?
2. Bagaimana kontribusi islam dalam perkembangan seni arsitektur di
Indonesia?

C. Tujuan Pembahasan
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui perkembangan seni dan budaya di Indonesia
2. Mengetahui tentang pengetahuan dasar tentang seni arsitektur
3. Mengetahui dasar akulturasi serta perkembangan seni dalam peradaban
islam.
4. Mengetahui kontribusi islam dalam perkembangan seni arsitektur di
Indonesia

3
BAB 2. PEMBAHASAN

A. Paparan Materi
Perkembangan Seni Budaya Islam di Indonesia
Kesenian Islam Indonesia sebenarnya sangat minim bila dibandingkan
dengan kesenian Islam di Negara lain. Hal ini disebabkan Islam masuk ke
Indonesia dengan jalan damai sehingga seni Islam harus menyesuaikan diri
dengan kebudayaan lama, dan Nusantara adalah negeri yang merupakan jalur
perdagangan internasional, sehingga penduduknya lebih mementingkan masalah
perdagangan daripada kesenian. Walaupun demikian, Islam datang ke nusantara
membawa tamaddun (kemajuan) dan kecerdasan[2].
Kesenian-kesenian Islam yang ada di Indonesia adalah sebagai berikut;
1. Batu Nisan
Kebudayaan Islam dalam bidang seni mula-mula masuk ke
Indonesia dalam bentuk batu nisan. Di Pasai masih dijumpai batu nisan
makam Sultan Malik al-Saleh yang wafat tahun 1292. Hal yang dapat
dicermati pada batu nisan ini dan merupakan indikator Persia yakni aksara
yang dipahatkan pada batu nisan merupakan aksara shulus yang cirinya
berbentuk segitiga pada bagian ujung. Gaya aksara jenis ini berkembang di
Persia sebagai suatu karyaseni kaligrafi. Batu nisan Sultan Malik as-Saleh
terdiri dari pualam putih yang di ukir dengan tulisan Arab yang sangat
indah berisikan ayat al-Qur`an dan keterangan tentang orang yang
dimakamkan serta hari dan tahun wafatnya. Makam-makam yang serupa
dijumpai pula di Jawa, seperti makam Maulana Malik Ibrahim di Gresik.
Indikator Persia lain ditemukan pada batu nisan Na‘ina Husam al-
Din berupa kutipan syair yang ditulis penyair kenamaan Persia, Syaikh
Muslih al-din Sa‘di (1193-1292 Masehi). Ditulis dalam bahasa Persia
dengan aksara Arab. Batu nisan ini bentuknya indah dengan hiasan pohon
yang distilir (disamarkan) dan hiasan-hiasan kaligrafi yang berisikan
kutipan syair Persia dan kutipan al‘Quran II: 256 ayat Kursi. Terkadang
nisan-nisan ini juga dipahat•kan di atasnya kalimat-kalimat bernafaskan

4
sufi, misalnya “Sesungguhnya dunia ini fana, dunia ini tidaklah kekal,
sesungguhnya dunia ini ibarat sarang laba-laba”, dan lain sebagainya.
Meskipun pada umumnya nisan yang kebanyakan dipesan dari
gujarat ini bercorak persia, namun bentuk-bentuk nisan kemudian hari
tidak selalu demikian. Pengaruh kebudayaan setempat sering
mempengaruhi, sehingga ada yang bentuknya teratai, keris, atau bentuk
gunungan seperti gunungan pewayangan. Namun, kebudayaan nisan ini
tidak berkembang lebih lanjut.
2. Perkembangan Aksara dan Seni Sastra (Kesusastraan)
Masuknya agama dan budaya Islam di Indonesia sangat
berpengaruh terhadap perkembangan seni aksara dan seni sastra di
Nusantara. Aksara dan seni sastra Islam pada awal perkembangannya
banyak dijumpai di wilayah sekitar selat Malaka dan Pulau Jawa,
walaupun jumlah karya sastra dan bentuknya sangat terbatas.
a. Aksara masa awal Islam
Tersebarnya agama Islam ke Indonesia maka berpengaruh
terhadap bidang aksara atau tulisan, yaitu masyarakat mulai
mengenal tulisan Arab, bahkan berkembang tulisan Arab Melayu.
Di samping itu juga, huruf Arab berkembang menjadi seni kaligrafi
yang banyak digunakan sebagai motif hiasan ataupun ukiran.
Penulis aksara-aksara (huruf-huruf) Arab di Indonesia,
biasanya dipadukan dengan seni jawa yang dimiliki oleh bangsa
Indonesia. Huruf-huruf Arab yang tertulis dengan sangat indah itu
disebut dengan seni kaligrafi (seni Khat). Seperti juga jenis karya
seni rupa Islam lainnya, perkembangan seni kaligrafi Arab di
Indonesia kurang begitu pesat, apalagi dibandingkan dengan
negara- negara lain. Pernah pada awal kedatangannya digunakan
untuk mengukir nama dan menulis ayat al-Qur’an di makam-
makam terkenal, seperti makam wali Maulana Malik Ibrahim di
Gresik dan makam Raja Pasai. Di makam itu ditulis dengan huruf
Arab yang Indah, seperti nama, hari, dan tahun wafat serta ayat-
ayat al-Qur’an. Namun, kelanjutan seni kaligrafi tidak terlalu
berkembang karena
5
penerapan kaligrafi Arab sebagai hiasan sangat terbatas. Hal ini
disebabkan oleh hal-hal sebab berikut:
- Penggunaan seni kaligrafi Arab sebagai hiasan di Indonesia
masih sangat terbatas.
- Bangunan-bangunan kuno pada permulaan berdirinya
Kerajaan Islam kurang memberi peluang bagi penerapan
seni kaligrafi.
- Bangunan masjid-masjid kuno seperti masjid Banten,
Cirebon, Demak dan Kudus kurang memperhatikan
penggunaan Seni Kaligrafi Arab.
Seni Kaligrafi hadir dengan kondisi yang kurang
menguntungkan, tetapi dapat dikatakan tetap ada perkembangan,
ini bisa dilihat dari kitab-kitab bacaan yang agak berkembang di
Aceh dan kerajaan-kerajaan Islam lain yang ulamanya banyak
menulis kitab-kitab agama. Ini bersamaan dengan berkembangnya
seni sastra Islam berupa sya’ir-sya’ir dan penulisan kitab-kitab
keagamaan. Selain itu juga karena seni kaligrafi tetap diperlukan
untuk berbagai macam keperluan seperti:
- Untuk hiasan pada bangunan-bangunan masjid.
- Untuk motif hiasan batik.
- Untuk hiasan pada keramik.
- Untuk hiasan pada keris.
- Untuk hiasan pada batu nisan dan,
- Untuk hiasan pada dinding rumah
Sampai saat sekarang seni kaligrafi berkembang di
Indonesia, terutama dalam seni ukir. Seni ukir kaligrafi ini
dikembangkan oleh masyarakat dari Jepara.
b. Seni sastra awal masa Islam
Sebagaimana halnya Hindu-Buddha, Islam pun memberi
pengaruh terhadap seni sastra nusantara. Sastra yang dipengaruhi
Islam ini terutama berkembang di daerah sekitar Selat Malaka
(daerah melayu) dan Jawa. Di sekitar Selat Malaka merupakan

6
perkembangan baru, sementara di Jawa merupakan kembangan dari
sastra Hindu-Buddha.
Seni sastra yang berkembang pada awal periode Islam
adalah seni sastra yang berasal dari perpaduan sastra pengaruh
Hindu – Budha dan sastra Islam yang banyak mendapat pengaruh
Persia. Dengan demikian wujud akulturasi dalam seni sastra
tersebut terlihat dari tulisan/ aksara yang dipergunakan yaitu
menggunakan huruf Arab Melayu (Arab Gundul) dan isi ceritanya
juga ada yang mengambil hasil sastra yang berkembang pada
jaman Hindu.
Seni sastra zaman Islam yang berkembang di Indonesia
yang mendapat pengaruh dari Persia, seperti cerita-cerita tentang
Amir Hamzah, Kalilah dan Dimnah, Bayan Budiman, Kisah 1001
malam (alf lailah wa lailah), dan Abu Nawas. Hampir semua cerita
salinan itu dinamakan hikayat dan dimulai dengan nama Alloh dan
shalawat nabi. Kebanyakan hikayat ini tidak diketahui penyalinnya.
Sementara seni sastra yang masih dipengaruhi oleh kebudayaan
Hindu-Budha seperti Hikayat Pandawa Lima, Hikayat Sri Rama.
Selain itu, kesusastraan Islam Indonesia adalah syair, di antara yang
terkenal adalah syair sufi yang dikarang oleh Hamzah Fansuri,
seperti syair perahu. Syair lain sama saja, tidak diketahui
pengarangnya.
Karya-karya sastra bentuk prosa dari Persia sampai
pengaruhnya kepada kesusasteraan Indonesia misalnya kitab
Menak yang ditulis dalam bahasa dan aksara Jawa yang semula
ceritera dari Persia. Dalam bahasa Melayu menjadi Hikayat Amir
Hamzah. Kitab Menak pada dasarnya serupa dengan kitab Panji,
perbedaannya terletak pada tokoh-tokoh pemerannya. Ceritera-
ceritera Menak dalam arti Hikayat Amir Hamzah, biasanya
ditampilkan pula dalam pertun•jukan wayang golek yang konon
diciptakan oleh Sunan Kudus, wayang kulit diciptakan oleh Sunan
Kalijaga, dan wayang gedog diciptakan oleh Sunan Giri. Ceritera
Menak jumlahnya tidak
7
sedikit, misalnya kitab Rengganis yang banyak digemari oleh
masyarakat Sasak di Lombok dan Palembang.
Hasil kesusastraan lain yang mendapat pengaruh Syi‘ah
adalah Kisah Muhammad Hanafiah, mengisahkan pertem•puran
Hassan dan Husein, anak-anak Khalifah Ali, di medan perang
Karbala. Ditulis dan diterjemah•kan dalam bahasa Melayu pada
sekitar abad ke-15 Masehi. Hikayat Amir Hamzah, merupakan
kisah roman melegenda berdasarkan tokoh Hamzah ibn Abd. Al-
Mutalib, paman Nabi Muhammad S.A.W. Kisah roman ini ditulis
oleh Hamzah Fansuri, seorang ulama Melayu penganut
tasawwuf.Mir‘at al-Mu‘minin (Cerminan jiwa insan setia) yang
ditulis oleh Shamsuddin as-Sumatrani, seorang penasehat spiritual
Sultan Iskandar Muda, murid dan penerus Hamzah Fansuri.
Para sastrawan Islam melakukan penggubahan-
penggubahan baru terhadap Mahabarata, Ramayana, dan
Pancatantra. Hasil gubahan ini misalnya Hikayat Pandawa Lima,
Hikayat Perang Pandawa Jaya, Hikayat Seri Rama, Hikayat
Maharaja Rawana, Hikayat Panjatanderan, Hikayat Panji Kuda
Sumirang, Hikayat Cekel Waning pati, Hikayat Panji Wila kusuma,
Cerita wayang kinudang, Sya’ir Panji Sumirang. Saduran-saduran
tadi sebagian tertulis dalam tembang atau dalam gancaran. Di Jawa,
muncul sastra-sastra lama yang dipengaruhi Islam semisal
Bratayuda, Serat Rama, Arjuna Sasrabahu.
Bentuk seni sastra yang berkembang adalah:
a. Hikayat yaitu cerita atau dongeng yang berpangkal dari
peristiwa atau tokoh sejarah. Sering berisi keajaiban atau
peristiwa yang tidak masuk akal. Terkadang juga berisi
tokoh sejarah atau berkisar kepada suatu peristiwa yang
sungguh terjadi. Hikayat ditulis dalam bentuk gancaran
(karangan bebas atau prosa). Contoh hikayat yang terkenal
yaitu Hikayat 1001 Malam, Hikayat Amir Hamzah, Hikayat
Pandawa Lima, Hikayat Abu Nawas, Hikayat Hang Tuah,

8
Hikayat Bayan Budiman, Hikayat Sri Rama, Hikayat Jauhar
Manikam, Hikayat si Miskin (Hikayat Marakarma), Hikayat
Bakhtiar,
b. Babad yakni kisah rekaan pujangga keraton sering dianggap
sebagai peristiwa sejarahdi melayu sering disebut salasilah
dan tambo. Contohnya Babad Tanah Jawi (Jawa Kuno),
Babad Giyanti, Sejarah Hasanudin, Salasilah perak, Sejarah
Banten Rante-rante, Babad Cirebon dan lain-lain.
c. Suluk adalah kitab-kitab yang berisi ajaran tasawuf yang
bersifat panteisme.Beberapa contoh dari kitab suluk seperti
Suluk Sukarsa, dan Suluk Malang Sumirang.
d. Primbon yaitu kitab bercorak kegaiban dan berisi ramalan-
ramalan, penentuan-penentuan hari baik dan buruk, serta
pemberian-pemberian makna kepada suatu kejadian.
e. Bentuk kesusastraan disebut kitab karena isinya ajaran-
ajaran moral dan tuntunan hidup sesuai dengan syari’at dan
adat, misalnya kitab manik maya, Kitab Anbiya, Kitab Taj
al-Salatin, Bustan al-Salatin.
Dibandingkan seni sastra zaman Hindu, hasil-hasil seni
sastra zaman Islam tidak terlalu banyak yang sampai kepada kita.
Hal ini disebabkan seni sastra daerah belum mampu sebagai tempat
menyimpan, mengabadikan, melangsungkan dan meneruskan hasil-
hasil karya karangan sastra zaman Islam kepada kita.
3. Seni Bagunan (Arsitektur)
Seni bangunan yang bercorak Islami jarang sekali dijumpai di
Indonesia. Hampir tidak ada bangunan Islam di Indonesia yang
menunjukkan keagungan Islam yang setaraf dengan bangunan bersejarah
yang ada di negara Islam lainnya. Disamping itu, Indonesia tidak memiliki
satu corak tersendiri seperti Ottoman Style, India style dan Syiro Egypt
style, meskipun Islam telah lima abad ada di Indonesia.
Model bangunan Islam pada saat itu masih sangat kental dengan
aplikasi, bahkan peniruan model bangunan Hindu Budha. Hal ini dapat

9
dilihat pada model-model masjid dan beberapa perlengkapannya, seperti:
menara masjid, atap tumpang dan beduk raksasa yang semuanya adalah
mengaplikasi bentuk budaya Hindu dan Budha.
Pasca kemerdekaan, Indonesia dapat berhubungan dengan bangsa
yang lain, maka sedikit demi sedikit unsur-unsur lama dapat dihilangkan.
Atap tumpang yang sangat identik dengan bangunan hindu Budha
dimodifikasi dengan kubah dari masjid timur tengah atau India, misalnya
Masjid Kutaraja yang didirikan oleh Belanda tahun 1878. Selain itu,
masjid- masjid di Indonesia dalam perkembangannya banyak meniru
model-model masjid Negara Islam lainnya. Seperti Masjid Syuhada yang
ada di yogyakarta yang menyerupai Taj Mahal India, masjid Istiqlal yang
menyerupai ottoman style yang ada di Byzantium dan masjid Al-Tien (di
TMII) yang meniru model bangunan India.
4. Seni Ukir
Tradisi Islam tidak menggambarkan bentuk manusia atau hewan.
Dalam sebuah riwayat disebutkan, Berkata Said ibn Hasan: “Ketika saya
bersama dengan Ibn Abbas datang seorang laki-laki, ia berkata: “Hai Ibn
Abbas, aku hidup dari kerajinan tanganku, membuat arca seperti ini.” Lalu
Ibn Abbas menjawab, “Tidak aku katakan kepadamu kecuali apa yang
telah ku dengar dari Rasulullah saw. Beliau bersabda, “Siapa yang telah
melukis sebuah gambar maka dia akan disiksa Tuhan sampai dia dapat
memberinya nyawa, tetapi selamnya dia tidak akan mungkin memberinya
nyawa.” Hadits di atas secara eksplisit melarang melukis apapun yang
menyerupai makhluk yang hidup, apalagi manusia.
Pada masa-masa awal Islam di Indonesia, ternyata larangan ini
diikuti, meskipun di Persi dan India hal itu tidak dihiraukan. Oleh sebab
itu, ketika Islam baru datang ke Indonesia, terutama ke Jawa, ada kehati-
hatian para penyiar agama. Banyak candi-candi besar, -termasuk candi
Borobudur- ditimbun dengan tanah (baru kemudian pada zaman Belanda
ditemukan dan di gali kembali) supaya tidak mengganggu para muallaf.
Kesenian ukir harus disamarkan, sehingga seni ukir dan seni
patung menjadi terbatas kepada seni ukir hias saja. Untuk seni ukir
hias, orang
10
mengambil pola-polaberupa daun-daun, bunga-bunga, bukit-bukit,
pemandangan, garis-garis geometri, dan huruf Arab. Pola ini kerap
digunakan untuk menyamarkan lukisan makhluk hidup (biasanya
binatang), bahkan juga untuk gambar manusia. Menghias masjid pun ada
larangan, cukup tulisan-tulisan yang mengingatkan manusia kepada Alloh
dan Nabi serta firman-firman-Nya. Salah satu masjid yang dihiasi dengan
ukiran- ukiran adalah Masjid Mantingan dekat Jepara berupa pigura-pigura
yang tidak diketahui dari mana asalnya (pigura-pigura itu kini dipasangkan
pada tembok-tembok masjid).
Ukiran ataupun hiasan, selain ditemukan di masjid juga ditemukan
pada gapura-gapura atau pada pintu dan tiang. Gapura-gapura banyak
dihiasi dengan pahatan-pahatan indah, seperti gapura di Tembayat (Klaten)
yang dibuat oleh Sultan Agung Mataram (1633), sedangkan hiasan yang
mewah terdapat pada gapura di Sendang duwur yang polanya terutama
berupa gunung-gunung karang, didukung oleh sayap-sayap yang melebar
melingkupi seluruh pintu gerbangnya, dibawah sayap sebelah kanan
tampak ada sebuah pola yang mengandung makna berupa sebuah pintu
bersayap.

Kontribusi Islam Dalam Perkembangan Seni Arsitektur di Indonesia


Agama Islam di Indonesia merupakan agama yang dianut oleh mayoritas
penduduknya. Pengaruh Islam terhadap arsitektur di Indonesia sangat banyak, dan
hal tersebut dapat dilihat dari bangunannya, contohnya seperti pada rumah adat
Betawi yang memiliki teras yang lebar dan balai yang luas. Teras dan balai
merupakan peninggalan peradaban Islam di Indonesia pada masa itu dan hal
tersebut umumnnya digunakan untuk tempat berkumpul untuk kegiatan yang
berhubungan dengan ajaran umat Islam seperti untuk mengaji, berceramah, dan
lainnya[3].
Terdapat beberapa teori yang menjelaskan bagaimana proses masuknya
Islam ke Indonesia, seperti teori Gujarat yang dimana Islam masuk ke Indonesia
melalui India dan hal tersebut diperkirakan terjadi pada abad ke-12; kemudian
teori kedua, teori Arab, yang dimana Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-7
oleh para pedagang yang berasal dari Arab; kemudian terdapat juga teori Persia

11
yang

12
menjelaskan Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-13 Masehi dan teori Cina
yang menjelaskan bagaimana masuknya Islam ke Indonesia pada abad ke-9
Masehi.
Peninggalan murni dari arsitektur Islam di Indonesia adalah Masjid, yang
umumnya digunakan untuk tempat beribadah bagi umat Islam, selain itu Masjid
juga digunakan untuk kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan pengajaran dan
pembinaan agama Islam. Masjid memiliki nuansana Islami dan Timur Tengah.
Perkembangan Masjid sendiri dipengaruhi oleh tiga kebudayaan yaitu kebudayaan
Romawi, kebudayaan Persia, dan kebudayaan Arab Jahiliyah.
Kebudayaan Romawi berkembang pada sekitar tahun 142 sebelum masehi
hingga 550 masehi, arsitektur bangsa Romawi merupakan arsitektur Yunani yang
mengalami pembaharuan dan pengembangan. Bangsa Romawi mengagumi
arsitektur Yunani dan beberapa ciri khas dari arsitektur Yunani mereka adopsi dan
dikembangkan kembali. Berakhirnya kebudayaan Romawi, dilanjutkan dengan
kebudayaan baru yang terjadi sekitar pada tahun 550 masehi hingga 1453 masehi
yaitu kebudayaan Byzantium dengan pusatnya terletak di Konstantinopel. Banyak
patung-patung yang didirikan selain itu yaitu Gereja berkubah, salah satunya
Hagia Sophia di Istanbul, Turki.
Kebudayaan Persia dimulai dari kebudayaan Mesopotamia, Babilonia,
Assiria dan Sassanid. Bangsa Persia awalnya menyembah api sehingga di setiap
tempat beribadah selalu dinyalakan api. Salah satu peninggalan kebudayaan Persia
adalah reruntuhan istana di Babilonia. Kebudayaan Persia dengan kebudayaan
Romawi selalu bersaing sehingga pada tahun 541 hingga 561 terjadi peperangan
besar yang berakhir perdamaian yang dimana mengakibatan bangsa Romawi perlu
membayar upeti setiap tahunnya, namun persaingan tersebut tetap terjadi dan hal
tersebut menyebabkan kemunduran dari kebudayaan Persia dan juga kebudayaan
Romawi.
Kebudayaan Arab Jahiliyah, pada masa ini orang Arab telah terbagi
menjadi beberapa suku yang dimana antara satu suku dengan lainnya saling
bersaing. Hejaz, salah satu daerah Arab, merupakan daerah yang berdaulat yang
dimana tidak pernah dijajah oleh kerajaan Persia ataupun kerajaan Romawi dan
ditempat ini juga merupakan letaknya bangunan suci umat agama Muslim,
Ka’bah.
13
Perkembangan awal dari kebudayaan dan arsitektur Islam terjadi pada saat
proses Islamisasi, dan sebelum Islam masuk ke Indonesia, agama Hindu, Buddha
serta agama lokal, Kapitayan sudah tertanam pada kebudayaan Jawa. Dikarenakan
perdagangan yang terjadi antara bangsa Arab, Cina, Champa, India, dan Persia
mempengaruhi perubahan dari kebudayaan tersebut. Contoh dari masjid tertua di
daerah Jawa adalah Masjid Demak yang didirkan pada tahun 1479 dan Masjid
Cirebon yang dikonstruksi pada tahun 1500.
Ciri-ciri umum dari kedua masjid ini yaitu:
- Memiliki denah dengan bentuk persegi
- Memiliki bentuk atap bertingkat
- Memiliki 4 kolom utama (soko guru) yang digunakan untuk menyangga
atap
- Tembok qibla yang membentang hingga ke bagian luar yang membentuk
miḥrāb
- Adanya serambi ataupun teras
- Adanya halaman yang dibatasi oleh pagar
Pada Masjid Demak, mimbarnya dibentuk dari pahatan kayu dengan gaya
Jawa. Penggunaan makara tampak dari bagian depan. Pada Masjid Cirebon juga
ditemukan penggunaan makara dalam bentuk di bagian atas suatu lengkungan.
Pada permukaan kayu terdapat pahatan flora dan daun. Ornamen dekorasi juga
dijumpai pada kolom dan tiang yang menyangga konstruksi Masjid. Bagian yang
tersisa pada miḥrāb dari Masjid Demak menampilkan corak matahari Majapahit,
sementara itu pada Masjid Cirebon, bagian yang tersisa tersebut dibatasi oleh dua
kolom dengan bentuk lotus diatasnya yang juga kemudian dikombinasikan dengan
motif geometri. Terdapat juga sebuah ukiran medali batu yang terletak diantara
kedua kolom. Kemudian terdapat ukiran lotus tiga dimensi yang menggantung
dari bagian tersisa dari plafon. Kemudian pada pintu Masjid Demak, terdapat
hiasan daun yang menyerupai suatu mahkluk dan adanya sebuah bejana yang
berasal dari Champa. Pada Masjid Cirebon, lotus menjadi dekorasi yang
menghiasi pintu utama dari masjid tersebut dan pada bagian kiri dan kanan pintu
didekorasi oleh motif geometri.

14
Ornamen pada masjid lama, merupakan perpaduan dari kebudayaan yang
telah ada yaitu Hindu-Buddha dengan agama Islam. Terdapat beberapa dekorasi
serta simbol yang menggambarkan kebudayaan sebelum Islam masuk ke
Indonesia pada masjid-masjid tersebut seperti makara berwujud kala dan tunas
lotus. Sebagai masjid terdahulu, Masjid Demak menjadi contoh untuk Masjid
lainnya di Nusantara hingga ke abad 19.
Salah satu contoh akulturasi dari kebudayaan Islam dengan kebudayaan
lainnya yaitu Masjid yang terletak di jalan Tamblong nomor 27 Bandung yaitu
Masjid Lautze 2 atau yang sering disebut sebagai Masjid Cina ini didirikan oleh
Haji Karim Oey di tahun 1997. Masjid ini memiliki ukuran 7 x 6 menter dan
berbentuk menyerupai kelenteng. Ekseterior serta interior didominasi oleh warna
merah. Ornamen kubah terbuat dari potongan kayu juga menggunakan warna
merah serta terdapat papan nama dari masjid ini yang mengarah ke arah pintu, hal
ini menunjukkan bahwa bangunan ini adalah masjid. Masjid ini dibangun
menyerupai kelenteng dengan tujuan agar etnis Tionghua yang beragama Islam
dapat merasa nyaman dengan suasana masjid tersebut. Nama masjid ini diambil
dari salah satu jalan di Jakarta yaitu Lautze yang kemudian menjadi tempat Lautze
1. Dinding depan masjid ini dihiasi dengan ornamen berwarna kuning dan merah,
kemudian terdapat lengkungan besar berwarna merah sebagai gerbang pintu
masuk menuju masjid.
Kubah merupakan salah satu ciri aristektur Islam. Penggunaan kubah pada
masjid di Indonesia dimulai sejak awal abad ke-20 yaitu karena pengaruh dari
budaya Timur Tengah serta India. Kubah sendiri merupakan bagian bangunan
yang merupakan hasil dari akulturasi dari arsitektur Islam dengan Barat melalui
seni arsitektur Byzantium. Dikarenakan kubah memiliki peranan penting pada
arsitektur masjid, maka pada Masjid Lautze juga terdapat sebuah kubah berwarna
merah, yang merupakan perpaduan dari budaya Arab, yang dimana kubah kayu
berbentuk bawang sebagai symbol yang mewakili universalitas dari Islam.
Bagian terpenting lainnya lainnya, yaitu terdapat miḥrāb. Umumnya,
Masjid di Indonesia menghadap ke arah Timur dan miḥrāb menghadap ke arah
sebaliknya, yaitu Barat. Masjid ini juga mencerminkan kebudayaan Islam yang
dimana arahnya menghadap ke arah Masjidil Haram, Mekkah.

15
Kemudian terdapat unsur dekoratif, pada Masjid Lautze 2, beberapa unsur
dekoratif tersebut seperti pada bagian miḥrāb, mimbar, dan ornamen terdapat
tulisan dengan huruf Arab dengan warna merah yang terbuat dari kayu, hal ini
menujukkan adanya unsur budaya Arab walaupun masjid ini memiliki wujud
seperti kelenteng dan adanya ciri khas dari budaya Tionghua; kemudian di depan
pintu masjid, terdapat ornamen Tionghua yang menyerupai motif batu bata
berwarna merah dan kuning keemasaan yang terbuat dari kayu; selain itu juga
terdapat ornamen Surat Al-Ikhlas yang ditulis dengan menggunakan Hànzì;
kemudian, warna merah yang umum ditemukan pada arsitektur Tionghua juga
terlihat pada masjid ini ang dimana didominasi dengan warna merah, hal ini
menunjukkan adanya akulturasi dari kebudayaan Tionghua dan bukan menjadi
simbol dari suatu kepercayaan; dan terakhir, penggunaan unsur kayu pada
bangunan masjid seperti pada penyangga dan ornamen, yang menunjukkan ciri
umum dari arsitektur Tionghua.

B. Paparan Dalil/Teori

16
17
18
C. Analisis
Q. S. Al-A’Raf ayat 74
Kaum Samud juga diingatkan dengan nikmat-nikmat Alloh agar mereka
patuh dan taat kepada-Nya. Dan ingatlah nikmat-nikmat dan kebaikan Alloh
kepadamu ketika Dia menjadikan kamu khalifah-khalifah yang berkuasa setelah
kebinasaan kaum 'Ad dan menempatkan kamu di tempat yang memudahkan kamu
melakukan aktivitas di bumi, yakni di Negeri Hijr, daerah yang strategis untuk
tempat tinggal. Di tempat yang datar yakni di daratan rendahnya, kamu dirikan
istana-istana, bangunan yang besar, luas, dan indah sebagai tempat tinggal ketika
musim panas. Dan di dataran tinggi, bukit-bukit, dan bebatuannya kamu pahat dan
lubangi sehingga menjadi rumah-rumah untuk kamu diami pada musim dingin.
Maka ingatlah nikmat-nikmat Allah, yang telah diberikan kepadamu supaya kamu
bersyukur, dan janganlah kamu membuat kerusakan di bumi dengan
mempersekutukan Allah, berbuat maksiat, dan mengabaikan dakwah rasul-Nya.
Sesudah Nabi Saleh mengajak kaumnya menyembah Alloh dan menasihati
mereka agar berbuat baik kepada unta itu, mulailah Nabi Saleh mengingatkan
mereka kepada nikmat-nikmat Alloh yang mereka peroleh antara lain mereka
diberi kekuasaan dan kekuatan untuk memakmurkan bumi ini sebagai pengganti
kaum 'Ad. Mereka diberi oleh Alloh kecakapan dan kesanggupan membuat istana-
istana dan pengetahuan membuat bahan-bahan bangunan seperti batu bata, kapur,
genteng dan keahlian serta ketabahan dalam memahat bukit-bukit dan gunung-
19
gunung, untuk dijadikan rumah kediaman dan tempat tinggal mereka pada musim
dingin. Menjadikan bukit dan gunung sebagai bungalow untuk menghindarkan
bahaya

20
hujan dan dingin. Mereka baru keluar dari bukit itu pada musim-musim lain untuk
bertani dan pekerjaan-pekerjaan yang lain. Nabi Saleh menyeru mereka agar
mengingat nikmat-nikmat Alloh tersebut agar mereka bersyukur kepada-Nya,
dengan hanya menyembah kepada-Nya dan meninggalkan perbuatan-perbuatan
yang merusak di atas bumi ini antara lain perbuatan yang tidak diridai oleh Alloh
berupa kekufuran, kemusyrikan dan kezaliman.

Q. S. Al-Kahf ayat 21
Dan demikian pula sebagai tanda kekuasaan Kami, Kami perlihatkan,
yakni kami pertemukan penduduk negeri dengan mereka, agar mereka
mengetahui, bahwa janji Alloh tentang kebangkitan sesudah kematian kiamat itu
benar, dan bahwa kedatangan hari Kiamat tidak ada keraguan padanya. Ketika
mereka penduduk negeri itu berselisih tentang urusan mereka, yakni tentang siapa
sebenarnya pemuda-pemuda itu dan berapa lama mereka tertidur di dalam gua,
maka mereka bersepakat untuk mengabadikan peristiwa ini, mereka berkata,
"Dirikanlah sebuah bangunan di atas gua yang menjadi tempat persembunyian
mereka, tidak usah kita persoalkan siapa mereka dan berapa lama mereka tertidur
di dalam gua, Tuhan mereka lebih mengetahui tentang mereka, siapa mereka dan
bagaimana keadaannya baik lahir maupun batin. Orang yang berkuasa atas urusan
mereka, yakni penguasa dari penduduk negeri itu berkata, "Kami pasti akan
mendirikan sebuah bangunan untuk mengabadikan peristiwa ini berupa rumah
ibadah, yang kami bangun di atasnya, yakni di atas gua itu.
Dalam ayat ini, dijelaskan keadaan mereka selanjutnya. Setelah Tamlikha
pergi ke kota untuk berbelanja dengan membawa uang perak dari kawan-
kawannya, ia melihat suasana kota Ephesus yang jauh berbeda dari apa yang
diperkirakan. Saat datang ke kota itu, dia menemukan rakyatnya sudah beriman
kepada Tuhan Yang Maha Esa. Namun demikian, di antara rakyatnya ada beriman
penuh kepada kejadian hari kiamat, dan ada yang masih ragu. Ada yang
mengatakan kiamat itu dengan roh saja, ada pula yang mengatakan kiamat itu
dengan roh dan jasad.
Sebagaimana Alloh membangkitkan Ashhabul Kahf itu dari tidurnya,
supaya saling bertanya satu sama lain tentang diri mereka, sehingga keimanan
mereka bertambah sempurna, demikian pulalah Tuhan mempertemukan penduduk

21
kota itu dengan Ashhabul Kahf, ketika mereka berselisih tentang masalah hari

22
kiamat. Dengan peristiwa Ashhabul Kahf, perselisihan mereka akan lenyap dan
keimanan mereka kepada kekuasaan Tuhan akan menjadi sempurna. Mereka
yakin bahwa hari kiamat itu benar-benar akan terjadi dan manusia akan
dibangkitkan dari kubur dengan tubuh dan rohnya, seperti kebangkitan Ashhabul
Kahf itu.
Menurut riwayat Israiliyat, pangkal pertemuan mereka dengan Tamlikha
terjadi ketika dia mengeluarkan uang peraknya untuk membayar harga makanan
yang dibelinya. Pada uang perak itu terdapat gambar raja Decyanus. Penjual
bahan makanan itu menjadi heran dan kaget. Ia lalu membawa mata uang logam
tersebut kepada pejabat di kota itu, Tamlikha ditanya dan diperiksa. Akhir dari
pemeriksaan itu adalah pengakuan tamlikha mengenai siapa dirinya dan
menunjukkan gua tempat mereka bersembunyi. Peristiwa ini menimbulkan
kegemparan dalam masyarakat. Rakyat dan raja menyaksikan kejadian luar
biasa yang membawa mereka kepada keyakinan akan terjadinya hari
kebangkitan. Golongan yang sebelumnya ragu terhadap hari kiamat, dengan
kesaksian mereka terhadap peristiwa ini, berubah menjadi beriman dengan iman
yang sempurna bahwa Alloh swt kuasa menghidupkan orang yang sudah mati,
dan mengembalikan jasad mereka sebagaimana bentuk semula ketika roh itu
meninggalkan jasad. Maka dalam ayat ini, Alloh swt menyatakan bahwa
dipertemukannya Ashhabul Kahf dengan penduduk kota Ephesus itu supaya
mereka mengetahui dengan yakin bahwa janji Alloh itu benar dan kedatangan
hari kiamat (hari kebangkitan) tidak diragukan lagi. Setelah pertemuan antara
raja dan pemuka masyarakat dengan Ashhabul
Kahf itu berakhir, maka Ashhabul Kahf kembali ke tempat pembaringanya. Pada
waktu itulah, Alloh swt mencabut roh mereka untuk diangkat ke sisi-Nya.
Kemudian raja dan para pemuka masyarakat itu mengadakan musyawarah.
Sebagian dari mereka berkata kepada yang lain, "Dirikanlah sebuah bangunan
besar sebagai peringatan di dekat mulut gua itu." Orang yang berkuasa di antara
mereka berkata, "Kami benar-benar akan mem-bangun sebuah tempat ibadah di
dekat mulut gua mereka." Kedua pihak ingin memuliakan Ashhabul Kahf itu,
tetapi mereka berbeda pendapat tentang caranya. Satu pihak menghendaki
mendirikan sebuah bangunan besar, sedang pihak yang lainnya ingin mendirikan
sebuah masjid untuk tempat beribadah bagi mereka. Tentang apakah
23
penduduk Ephesus

24
mendirikan sebuah bangunan untuk peringatan atau mereka mendirikan sebuah
masjid untuk tempat beribadah di atas gua itu hanya Alloh yang mengetahuinya.
Membangun masjid dekat kuburan tidak dilarang oleh agama. Tetapi
agama sangat melarang menjadikan kuburan sebagai tempat ibadah, sebagaimana
sabda Rasulullah saw: Alloh mengutuk orang Yahudi dan Nasrani yang
menjadikan kuburan Nabi mereka menjadi tempat ibadah". (Riwayat al-Bukhari
dari 'aisyah dan 'Abdullah bin 'Abbas)
Islam sangat melarang umatnya menjadikan kuburan sebagai tempat
beribadah untuk memuliakan orang-orang yang dikubur itu. Bahkan sebagian
ulama, seperti Ibnu Hajar dalam kitabnya az-Zawajir memandang perbuatan itu
sebagai dosa besar, berdasarkan hadis-hadis yang disebutkan. Dalam sejarah
terbukti kuburan para nabi atau wali yang dibangun dalam tempat ibadah
cenderung membawa orang kepada penghormatan yang berlebih-lebihan terhadap
kuburan itu. Hal ini membuka peluang terjadinya perbuatan syirik.

Q. S. An-Naml ayat 44
Kejutan berikutnya yang ingin diperlihatkan oleh Nabi Sulaiman kepada
Balqis adalah ketika Balqis diajak untuk melihat seisi istana Nabi Sulaiman yang
megah dan indah, untuk memperlihatkan istana-nya yang lebih hebat dari istana
Balqia di Yaman. Dikatakan kepadanya Balqis, “Masuklah ke dalam istana.” yang
di dalamnya ada lantai yang berlapis kaca yang sangat bening, sehingga terlihat
jelas apa yang ada di bawahnya. Maka ketika Ratu Balqis melihat lantai istana itu,
dia terkecoh. Dikiranya dia akan memasuki kolam air yang besar, dan oleh karena
itu disingkapkannya penutup kedua betisnya agar tidak basah oleh air kolam itu.
Melihat kejadian cukup menggelikan itu, Nabi Sulaiman berkata, “Sesungguhnya
ini bukanlah kolam air yang kau sangka, tapi hanyalah lantai istana yang dilapisi
kaca.” Pada akhirnya Balqis mengakui semua kehebatan Nabi Sulaiman, dan apa
yang dia lihat adalah betul-betul mencerminkan kekuasaan Alloh Zat yang patut
disembah. Dia Balqis berkata, dengan penuh kesadaran dan keyakinan yang
mantap “Ya Tuhanku, Zat yang memiliki dan mengurusiku! Sungguh, aku telah
berbuat zalim terhadap diriku karena telah menyembah selain Alloh yaitu
matahari yang tidak mempunyai kekuatan apa pun dan tidak bisa memberi
perlindungan kepada penyembahnya jika mereka berada dalam keadaan bahaya."

25
Sebagai puncak dari

26
pengakuan keislamannya, Ratu Balqis berkata, "Aku berserah diri bersama
Sulaiman kepada Allah, Tuhan seluruh alam.” Dialah pemilik, pemelihara,
mengurus, alam seluruh. Dialah Tuhan Yang wajib disembah."
Menurut satu riwayat, setelah Nabi Sulaiman mengetahui dari Alloh akan
kedatangan Ratu Balqis ke negerinya, maka ia memerintahkan kaumnya membuat
suatu istana yang besar dan indah. Lantainya terbuat dari kaca yang mengkilap
yang mudah memantulkan cahaya. Di bawah lantai kaca itu, terdapat kolam yang
berisikan macam-macam ikan, dan air kolam itu seakan-akan mengalir seperti
sungai.
Pada waktu kedatangan Ratu Balqis, Nabi Sulaiman menerimanya di
istana yang baru itu dan mempersilakannya masuk. Ratu Balqis heran dan terkejut
waktu memasuki istana Sulaiman itu. Menurut penglihatannya, ada sungai yang
terbentang yang harus dilaluinya untuk menemui Sulaiman. Oleh karena itu, ia
menyingkapkan kainnya, sehingga tampaklah kedua betisnya. Melihat yang
demikian itu Sulaiman berkata, "Apa yang kau lihat itu bukanlah air atau sungai,
tetapi lantai kaca yang di bawahnya ada air mengalir." Mendengar ucapan
Sulaiman itu Ratu Balqis segera menurunkan kainnya dan mengakui dalam hati
bahwa istana Sulaiman lebih besar dan lebih bagus dari istananya.
Kemudian Nabi Sulaiman mengajak Balqis agar menganut agama Islam,
dan menerangkan kesesatan menyembah matahari. Seruan Sulaiman itu diterima
dengan baik oleh Balqis. Ia menyesali kekafirannya selama ini karena dengan
demikian berarti dia berbuat aniaya kepada dirinya sendiri. Balqis juga
menyatakan bahwa dia bersedia berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah,
Tuhan seluruh alam. Kepada-Nya dia beribadah dengan seikhlas-ikhlasnya.

HR. Ibnu Majah no. 738


Mafhash qathaah dalam hadits artinya lubang yang dipakai burung
menaruh telurnya dan menderum di tempat tesebut. Dan qathah adalah sejenis
burung.
Ibnu Hajar dalam Al-Fath (1: 545) menyatakan,

27
“Maksud dari “siapa yang membangun masjid” digunakan isim nakirah
yang menunjukkan keumuman, sehingga maksud hadits adalah siapa yang
membangun masjid besar maupun kecil. Dalam riwayat Anas yang dikeluarkan
oleh Tirmidzi yang mendukung yang menyatakan dengan masjid kecil atau
besar.”
Masih melanjutkan penjelasan Ibnu Hajar, yang diterangkan dalam hadits
di atas adalah cuma bahasa hiperbolis. Karena tak mungkin tempat burung
menaruh telur dan menderum yang seukuran itu dijadikan tempat shalat. Ada
riwayat Jabir semakin memperkuat hal ini.
Sebagian ulama lainnya menafsirkan hadits tersebut secara tekstual.
Maksudnya, siapa membangun masjid dengan menambah bagian kecil saja yang
dibutuhkan, tambahan tersebut seukuran tempat burung bertelur; atau bisa jadi
caranya, para jama’ah bekerja sama untuk membangun masjid dan setiap orang
punya bagian kecil seukuran tempat burung bertelur; ini semua masuk dalam
istilah membangun masjid. Karena bentuk akhirnya adalah suatu masjid dalam
benak kita, yaitu tempat untuk kita shalat.
Berarti penjelasan Ibnu Hajar di atas menunjukkan bahwa jika ada yang
menyumbang satu sak semen saja atau bahkan menyumbang satu bata saja, sudah
mendapatkan pahala untuk membangun masjid

HR. Bukhari no. 450 dan Muslim no. 533


Kata Imam Nawawi rahimahullah, maksud akan dibangun baginya semisal
itu di surga ada dua tafsiran:
Petama, Alloh akan membangunkan semisal itu dengan bangunan yang
disebut bait (rumah). Namun sifatnya dalam hal luasnya dan lainnya, tentu punya
keutamaan tersendiri. Bangunan di surga tentu tidak pernah dilihat oleh mata, tak
pernah didengar oleh telinga, dan tak pernah terbetik dalam hati akan indahnya.
Kedua, Keutamaan bangunan yang diperoleh di surga dibanding dengan
rumah di surga lainnya adalah seperti keutamaan masjid di dunia dibanding
dengan rumah-rumah di dunia. (Syarh Shahih Muslim, 5: 14)[8].

Al-Baqoroh ayat 114


Dan siapakah yang lebih zalim, berdosa, memusuhi Allah, dan menentang
perintah-Nya daripada orang yang melarang di dalam masjid-masjid Alloh untuk

28
beribadah dan menyebut nama-Nya, dan berusaha merobohkannya dengan

29
menghentikan syiar-syiar agama di dalamnya, merusak kesucian agama yang
menyebabkan mereka melupakan Penciptanya, menyebarkan kemungkaran di
masyarakat, dan membuat kerusakan di bumi? Mereka tidak pantas memasukinya
kecuali dengan rasa takut, tunduk, taat, dan patuh kepada Allah. Mereka mendapat
kehinaan di dunia sebagai akibat dari kezaliman mereka, dan di akhirat mendapat
azab yang berat dalam neraka Jahanam yang merupakan tempat menetap yang
paling hina. Ayat ini Alloh turunkan sebagai jawaban atas sikap kaum kafir
Mekah yang mela rang Nabi Muhammad salat di Masjidilharam.
Di antara tindakan orang yang paling zalim ialah:
1. Menghalang-halangi orang menyebut nama Alloh di dalam masjid-masjid-
Nya. Termasuk di dalamnya menghalang-halangi segala perbuatan yang
berhubungan dengan urusan agama, seperti mempelajari dan mengamalkan
agama, iktikaf ), salat, zikir dan sebagainya.
2. Merobohkan masjid-masjid Alloh (tempat ibadah). Termasuk di dalamnya
perbuatan, usaha, atau tindakan yang bertujuan untuk merusak,
merobohkan, serta menghalang-halangi pendirian masjid dan sebagainya.
Kedua macam perbuatan itu merupakan perbuatan zalim, karena
mengakibatkan hilangnya syiar agama Allah. Para mufasir sependapat bahwa ayat
di atas mengisyaratkan "tindakan yang umum" dan "tindakan yang khusus".
"Tindakan yang umum" ialah segala macam tindakan yang berhubungan
dengan menghalang-halangi manusia beribadah di dalam masjid dan tindakan
merobohkan masjid-masjid Alloh (tempat ibadah). "Tindakan yang khusus" ialah
bahwa ayat di atas diturunkan untuk menjelaskan atau mengisyaratkan bahwa
telah terjadi suatu peristiwa dalam sejarah yang sifatnya sama dengan sifat-sifat
tindakan atau perbuatan yang disebut di dalam ayat. Para mufasir berbeda
pendapat tentang peristiwa yang dimaksud oleh ayat ini.
Pendapat pertama: Ayat di atas mengisyaratkan tindakan orang-orang
musyrik Mekah yang menghalang-halangi keinginan Rasulullah saw beserta para
sahabatnya yang hendak mengerjakan ibadah umrah pada bulan Zulhijah tahun ke
6 Hijri (bulan Maret 628 M). Sikap kaum Musyrik itu akhirnya melahirkan
Perjanjian Hudaibiah ). Timbulnya keinginan itu kembali karena dalam Perjanjian
Hudaibiah Nabi Muhammad saw dan para sahabat dibolehkan memasuki kota

30
Mekah pada tahun setelah perjanjian itu ditanda-tangani. Tindakan mereka inilah
yang dimaksud Alloh dengan menghalang-halangi manusia menyebut nama Alloh
di dalam Masjidilharam dan usaha merobohkan masjid.
Pendapat golongan pertama ini selanjutnya menegaskan bahwa pada
lanjutan ayat terdapat perkataan:
Mereka itu tidak pantas memasukinya kecuali dengan rasa takut (kepada Allah)
(QS. Al-Baqarah : 114)
Ayat ini menggambarkan bahwa akan tiba saatnya kaum Muslimin
memasuki kota Mekah dengan aman dan tenteram dan orang musyrik Mekah akan
memasuki Masjidilharam dengan penuh rasa takut. Hal ini terbukti di kemudian
hari dengan terjadinya pembebasan kota Mekah oleh kaum Muslimin dan orang
musyrik Mekah meninggalkan agama mereka dan masuk agama Islam.
Pendapat kedua: Ayat di atas mengisyaratkan tindakan raja Titus (70 M)
dari bangsa Romawi, anak dari kaisar Vespacianus, yang menghancurkan Haikal
Sulaiman dan tempat-tempat ibadah orang-orang Yahudi dan Nasrani di
Yerusalem.
Tindakan orang musyrik Mekah menghalang-halangi Rasulullah saw dan
kaum Muslimin memasuki kota Mekah untuk melaksanakan ibadah umrah dan
tindakan raja Titus menghancurkan Baitulmakdis, termasuk di dalam "tindakan
yang umum". Sedang yang dimaksud "tindakan khusus" yang sesuai dengan ayat
ini ialah pendapat kedua karena adanya perkataan "merobohkan masjid" Alloh di
dalam ayat. Kaum musyrik Mekah tidak pernah merobohkan Masjid Alloh dalam
arti yang sebenarnya; mereka hanya mengotori Baitullah dan menghalangi kaum
Muslim beribadah. Sedang Titus dan tentaranya benar-benar telah merobohkan
Baitullah di Yerusalem dan membunuh orang-orang yang beribadah kepada Allah.
Lanjutan ayat menerangkan sifat-sifat yang harus dilakukan oleh manusia
ketika memasuki masjid Allah, dengan tunduk, patuh dan memurnikan
ketaatannya hanya kepada Alloh semata. Dari ayat ini dapat dipahami bahwa
manusia dilarang memasuki masjid Alloh dengan sikap-angkuh dan ria ). Dilarang
memasuki masjid orang yang bermaksud menghalangi manusia beribadah di
dalamnya, dan orang- orang yang bermaksud merusak atau merobohkannya.

31
Pada akhir ayat, Alloh mengancam orang yang melakukan tindakan-
tindakan di atas dengan kehinaan di dunia dan azab yang pedih di akhirat.
Kehinaan di dunia mungkin berupa malapetaka, kehancuran dan segala macam
kehinaan baik yang langsung atau tidak langsung dirasakan oleh manusia. Bentuk
azab di akhirat hanya Alloh yang lebih mengetahuinya.
Alloh melarang manusia melakukan segala macam tindakan yang
berhubungan dengan menghalang-halangi manusia berdoa, salat, iktikaf,
mempelajari agama, beribadah dan perbuatan-perbuatan yang lain dalam
menegakkan syiar agama Alloh di dalam masjid-masjid-Nya serta usaha merusak
dan merobohkannya.
Perbuatan itu zalim dalam pandangan Allah, karena langsung atau tidak
langsung berakibat lenyapnya agama Alloh di bumi. Perbuatan itu demikian
zalimnya sehingga Alloh mengancam para pelakunya dengan kehinaan di dunia
dan azab yang pedih di akhirat. Yang diperintahkan Alloh ialah agar manusia
memakmurkan masjid-masjid Allah, mendirikan dan memeliharanya dengan baik,
masuk ke dalamnya dengan rasa tunduk dan berserah diri kepada Allah.

32
BAB 3. PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dari permasalahan diatas tentang pengaruh islam
dalam perkembangan seni dan budaya di indonesia, dapat disimpulkan bahwa :
1. Dalam proses masuknya seni dan budaya islam ke indonesia terbagi
menjadi 3 bagian yaitu teori Gujarat yang dimana budaya Islam masuk ke
Indonesia melalui India dan hal tersebut diperkirakan terjadi pada abad ke-
12. kemudian terdapat juga teori Persia yang menjelaskan budaya Islam
masuk ke Indonesia pada abad ke-13 Masehi dan teori Cina yang
menjelaskan bagaimana masuknya budaya Islam ke Indonesia pada abad
ke-9 Masehi.
2. Masuknya seni dan budaya islam ke indonesia memiliki perkembangan
yang sangat pesat. Dikarenakan budaya islam lebih mudah diterima
masyarakat karena tidak adanya unsur pemaksaan dalam penyebarannya.
akan tetapi banyak kesenian islam yang mengalami akulturasi budaya
dengan agama hindu dan budha. seperti seni ukir yang pembuatannya
dilarang untuk melukiskan manusia dan hewan lalu dalam islam diubah
dalam bentuk kaligrafi. dan juga masjid lama yang arsitekturnya yang
masih kaya dengan ukiran ukiran yang khas.
3. Walaupun budaya islam memiliki perkembangan yang amat pesat tetapi
banyak kesenian islam yang tidak sampai kepada kita. dikarenakan seni
sastra daerah belum mampu memuat sebagai tempat menyimpan,
mengabadikan, melangsungkan dan meneruskan hasil-hasil karya
karangan sastra zaman Islam kepada kita.

B. Saran
Terdapat banyak ragam dan jenis kesenian dan budaya islam di indonesia.
akan tetapi pada masa kini masyarakat kurang tertarik akan budaya maupun
kesenian tersebut. hanya kebudayaan yang sudah turun temurun saja yang masih
digunakan oleh masyarakat seperti batu nisan maupun ukiran dimasjid. tetapi,
seperti kesenian kaligrafi dan sastra sastra islam hampir kurang diminati oleh
masyarakat. bahkan, untuk sastra sastra islam banyak khalayak umum khususnya
33
anak anak muda jaman sekarang yang tidak mengetahuinya. oleh karena itu, kita

34
sebagai umat muslim khususnya, harus terus ikut berpartisipasi dalam
mengembangkan dan melestarikan budaya budaya tersebut. pelestarian ini sangat
diperlukan karena sudah sangat minimnya pengajaran yang diberikan disekolah
tentang sastra sasra islam tersebut. karena banyak juga kandungan dan pengajaran
yang bisa didapatkan dari sastra sastra islam ini. akan tetapi dalam pelestarian dan
penyebarannya harus sesuai dengan akidah yang ada dan tanpa adanya unsur
pemaksaan.

C. Penutup
Kami panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT karena dengan berkat
dan rahmat-Nya kami semua dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya. Dan tidak lupa terhadap semua anggota kelompok yang berperan besar
dalam penyusunan artikel ini dengan baik, dan atas kerjasamanya kami ucapkan
terima kasih. Semoga apa yang telah kami paparkan tentang kontribusi Islam di
bidang seni budaya dapat bermanfaat bagi pembaca dan menyadarkan kita dalam
kegiatan yang berhubungan dengan seni budaya Islam.

35
DAFTAR PUSTAKA

[1] media neliti, “arsitektur islam seni ruang dalam peradaban islam.”
https://media.neliti.com/media/publications/23726-ID-arsitektur-islam-
seni-ruang-dalam-peradaban-islam.pdf.
[2] “Perkembangan Seni Budaya Islam di Indonesia.”
https://tenscience2history.wordpress.com/2014/05/19/perkembangan-seni-
budaya-islam-di-indonesia/.
[3] Binus, “Pengaruh Agama Islam Terhadap Arsitektur Indonesia – Himpunan
Mahasiswa Arsitektur,” [Online]. Available: https://student-
activity.binus.ac.id/himars/2021/09/28/pengaruh-agama-islam-terhadap-
arsitektur-indonesia/.
[4] kalam, “QS. Al-A’raf Ayat 74.” https://kalam.sindonews.com/ayat/74/7/al-
araf-ayat-74.
[5] Kalam, “QS. Al-Kahf Ayat 21,” [Online]. Available:
https://kalam.sindonews.com/ayat/21/18/al-kahf-ayat-21.
[6] Kalam, “QS. An-Naml Ayat 44,” [Online]. Available:
https://kalam.sindonews.com/ayat/44/27/an-naml-ayat-44.
[7] Kalam, “QS. Al-Baqarah Ayat 114,” [Online]. Available:
https://kalam.sindonews.com/ayat/114/2/al-baqarah-ayat-114.
[8] S. N. 2 C. Utara, “KEUTAMAAN MEMBANGUN MASJID WALAU
HANYA MENYUMBANG SATU BATA.”
https://sman2cikut.sch.id/wp/editorial/keutmaan-membangun-masjid-
walau-hanya-satu-bata/.

36

Anda mungkin juga menyukai