Oleh :
Kelompok 4 (empat)
M.A
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI
MEDAN 2021
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa. karena dengan rahmat-
Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas Makalah ini tepat pada waktunya. Maksud dari
penyusunan tugas ini yaitu sebagai pelengkap mata kuliah Pendidikan Agama Islam, yang
menjadi salah satu komponen penilaian dan dapat dijadikan pegangan dalam proses belajar
Penulis menyadarai bahwa, tanpa bantuan dari berbagai pihak, tugas ini tidak akan
selesai dengan baik dan lancar. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada: 1) Ibu
Dr. Hapni Laila Siregar, S.Ag, M.A selaku dosen pengampu mata kuliah pendidikan agama
islam yang telah membimbing dan mengarahkan penulis. 2) Orang tua dan keluarga yang telah
memberikan dukungan material dan moral dalam penyelesaian tugas ini. 3) Teman-teman
sekalian yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas ini. Penulis menyadari bahwa tugas
ini masih jauh dari sempurna. Karena itu penulis mengharapkan adanya saran dan kritik yang
bersifat membangun demi perbaikan tugas yang akan datang. Harapan penulis semoga makalah
ini bermanfaat dan dapat memenuhi harapan berbagai pihak.
Anggota Kelompok
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................... ii
BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang............................................................................................................. 1
1.3 Tujuan.......................................................................................................................... 1
BAB II Pembahasan
3.1 Kesimpulan.................................................................................................................. 10
3,2 Saran.............................................................................................................................. 10
Daftar Pustaka.................................................................................................................... 11
iii
BAB I
PENDAHULUAN
3
BAB II
PEMBAHASAN
Seni yaitu penjelmaan rasa indah yang terkandung dalam jiwa manusia, dilahirkan
dengan perantaraan alat komunikasi ke dalam bentuk yang dapat ditangkap oleh indera
pendengar (seni suara), penglihatan (seni lukis), atau dilahirkan dengan perantaraan gerak (seni
tari, drama). Seni merupakan wujud yang terindra, dimana seni adalah sebuah benda atau
artefak yang dapat dirasa, dilihat dan didengar, seperti seni tari, seni musik dan seni yang lain.
Seni yang didengar adalah bidang seni yang menggunakan suara (vokal maupun instrumental)
sebagai medium pengutaraan, baik dengan alat-alat tunggal (biola, piano dan lain-lain) maupun
dengan alat majemuk seperti orkes simponi, band, juga lirik puisi berirama atau prosa yang
tidak berirama. Seni yang dilihat seperti seni lukis adalah bidang seni yang yang menggunakan
alat seperti kanvas, beragam warna-warni dan memiliki objek tertentu untuk di lukis.
Islam adalah agama yang diturunkan oleh Allah Swt kepada seluruh manusia yang
bersumber dari Al-Qur“an dan Sunnah. Islam adalah agama yang nyata dan sesuai dengan fitrah
manusia yang memilki cita rasa, kehendak, hawa nafsu, sifat, perasaan dan akal pikiran. Dalam
jiwa, perasaan, nurani dan keinginan manusia terbenam rasa suka akan keindahan, yang mana
keindahan tersebut adalah seni. Keindahan disini adalah sesuatu yang dapat menggeraka jiwa,
kemesraan, dapat menimbulkan keharuan, kesenangan bahkan juga bisa menimbulkan
kebencian, dendam dan lain-lain sebagainya.
Keindahan itu sebahagian dari seni. Ini bermakna Islam tidak menolak kesenian. Al-
Quran sendiri menerima kesenian manusia kepada keindahan dan kesenian sebagai salah satu
fitrah manusia semulajadi anugerah Allah kepada manusia. Seni membawa makna yang halus,
indah dan permai. Dari segi istilah, seni adalah sesuatu yang halus dan indah dan
menyenangkan hati serta perasaan manusia. Konsep kesenian mengikut perspektif Islam ialah
membimbing manusia ke arah konsep tauhid dan pengabdian diri kepada Allah. Seni dibentuk
untuk melahirkan manusia yang benar-benar baik dan beradab.
Motif seni bertuju kepada kebaikan dan berakhlak. Selain itu, seni juga seharusnya lahir
dari satu proses pendidikan bersifat positif dan tidak lari dari batas-batas syariat. Seni Islam
ialah seni yang bertitik tolak dari akidah Islam dan berpegang kepada doktrin tauhid yaitu
pengesaan Allah dan seterusnya direalisasikan dalam karya-karya seni. Ia tidak bertolak dari
akidah, syarak dan akhlak. Perbedaan di antara seni Islam dengan seni yang lain ialah niat atau
tujuan dan nilai
akhlak yang terkandung di dalam sesuatu hasil seni itu. Ini berbeda dengan keseniaan barat yang
2
sering mengenepikan persoalan akhlak dan kebenaran. Tujuan seni Islam ialah untuk Allah
karena ia memberi kesejahteraan kepada manusia. Dengan ini, seni Islam bukanlah seni untuk
seni dan bukan seni untuk sesuatu tetapi sekiranya pembentukan seni itu untuk tujuan
kemasyarakatan yang mulia, itu adalah bersesuaian dengan seni Islam. Kesenian Islam
dicetuskan dengan niat untuk mendapat keredaan Allah sedangkan kesenian yang tidak
berbentuk lslam diciptakan untuk tujuan takbur, riak, menaikkan nafsu syahwat, merusakkan
nilai syarak dan
akhlak.
Karya seni dikehendaki mengandungi nilai-nilai murni yang melambangkan akhlak, atau
paling tidak bersifat natural yaitu bebas daripada sifat negatif. Jika sekiranya terdapat nilai-nilai
negatif walaupun yang menciptakannya itu beragama Islam, maka ia terkeluar daripada kategori
seni Islam. Berbagai gambaran Al-Qur“an yang menceritakan begitu banyak keindahan, seperti
surga, istana dan bangunan-bangunan keagamaan kuno lainnya telah memberi inspirasi bagi
para kreator untuk mewujudkannya dalam dunia kekinian saat itu. Istana Nabi Sulaiman as,
mengilhami lahirnya berbagai tempat para khalifah atau pemerintahan muslim membentuk
pusat kewibawaan, istana dengan berbagai “wujud fasilitas ruang” di atas kebiasaan rakyat
biasa. Asmaasma Allah SWT, seperti al-Jamiil secara theologis sangat membenarkan para
kreator seni
Allah Swt menciptakan manusia dengan memberikan akal yang dapat menciptakan
sesuatu yang bisa disebut dengan seni atau budaya. Manusia juga diberikan rasa atau perasaan
untuk menghayati dan merasakan sesuatu. Akal manusia memiliki daya berpikir dan perasaan,
dengan akal manusia membentuk pengetahuan dengan konsep. Manusia juga diciptakan dengan
anggota tubuh yang lengkap, dimana akal dan anggota tubuh bisa menghasilkan bentuk-bentuk
yang menyenangkan yang bersifat estetika yaitu seni. Manusia adalah makhluk yang berbudaya.
Kesenian dan budaya lahir dari manusia merupakan manifestasi dari rasa keindahan dan
kesenangan kepada yang ada dalam diri manusia itu. Hasil kesenian dan kebudayaan tidak
disukai Islam yaitu kesenian dan kebudayaan yang dapat merusak iman dan bertentangan dengan
batas kesopanan yang diajarkan Islam.
Seni adalah sebahagian daripada kebudayaan. Din al-Islam meliputi agama kebudayaan,
maka dengan sendirinya kesenian merupakan sebahagian din al-Islam. Ia juga diturunkan untuk
menjawab fitrah, naluri atau keperluan asasi manusia yang mengarah kepada keselamatan dan
kesenangan. Firman Allah yang artinya “ Wahai anak-anak Adam, pakailah perhiasan kamu
ketika waktu sembahyang. Makanlah dan minumlah dan janganlah kamu berlebih-lebihan.
Sesungguhnya Allah tidak mengasih orang yang berlebih-lebihan. Katakanlah “siapakah yang
mengharamkan perhiasan Allah yang dikeluarkanNya untuk hambahambaNya dan rezeki yang
baik.” (al-A“raf, ayat 31-32).
3
2.2.2. Seni Suara
Islam memperrbolehkan mengubah dan melantunkan syair selama kata-kata dalam syair
tersebut tidak membawa manusia kepada kemaksiatan, kedurhakaan, penentangan terhadap
syariat Islam.
Nabi SAW tidak melarang dibuat hiburan yang berbentuk nyanyian pada suatu pesta
perkawinan dua hari raya. Hadis tersebut adalah :
“Dari Ibnu Abbas, ia berkata: Aisyah pernah mengawinkan salah seorang kerabatnya dari
Anshar, kemudian Rasulullah SAW datang dan bertanya: Apakah kamu akan hadiahkan
(nikahkan) seorang gadis itu? Mereka menjawab: Ya, Rasululllah SAW bertanya lagi:
Apakah kamu kirim bersamanya seorang penyanyi? Aisyah menjawab: Tidak. Kemudian
Rasulullah SAW Bersabda. “Sesungguhnya orang-orang Anshar adalah kaum perayu. Oleh
karena itu, alangkah baiknya kalau kamu kirim bersama dia itu, seorang yang mengatakan:
“Kami datang selanat datang kamu”. (riwayat Ibnu Majah)
Dalam suatu hadis juga diriwayatkan bahwa ada dua gadis yang memukul gendang dan
bernyanyi disamping Aisyah pada hari raya Idul Adha (Mina), sedang Nabi SAW, menutup
wajahnya dengan pakaiannya. Ketika Abu Bakar masuk ia melarangnya. Lalu, nabi SAW
membuka wajahnya dan berkata:
“Biarkan mereka itu hai Abu Bakar, sebab hari raya adalah hari raya. ” Hadis ini diriwayatkan
oleh Al-Bukhari dan Muslim.
Kedua hadis ini menunjukkan bahwa bernyanyi dan menabuh gendang pada hari raya
untuk bersenang-senang, seperti hari raya dan pesta perkawinan dibolehkan. Pada zaman
kegemilangan umat Islam, kahlifah-khalifah Umayah, Damaskus dan khalifah-khalifah
2
Abbasiyah di Baghdad adalah tempat berkumpulnya para penyanyi dan pemusik-pemusik yang
ulung di istananya dan diberikan gaji khusus.
Dari dalil-dalil yang dikemukakan di atas jelaslah bahwa Islam tidak melarang umatnya
mengembangkan bakat dalam bidang seni suara dan bermain musik. Namun, dikemukakan
ketentuan khusus yang harus dipenuhi oleh para penyanyi dan pemusik, baik dari segi
Dari Abu Hurairah ra., ia berkata, “Nabi SAW, bersabda, ‘sebenar-benar kalimat yang
diucapkan pujangga adalah syair syair yang diungkapkan oleh labid, ‘ketahuilah, setiap
sesuatu selain Allah adalah batil (binasa). Hampir saja Ummah bin Abi Shalt masuk Islam
karenanya.”
Syair adalah:
Syair adalah suatu ungkapan yang sengaja disusun untuk keseimbangan timbangan bait dan
qafiyah yang diungkapkan dari hasil imajinasi yang indah.
Dapat dipahami syair dalam tradisi bahasa arab adalah sebuah ekspresi yang
dituangkan ke dalam kata-kata indah. Pada asalnya syair tersebut tidaklah haram
dikumandangkan karena ia hanyalah sebuah gubahan dari keindahan seni bahasa untuk
mengungkapkan perasaan. Rasulullah SAW suka kepada salah satu syair Labid yang berbunyi:
Salah satu jenis bangunan yang dilahirkan dari rasa keagamaan dan spirit keislaman dari
umat islam adalah bangunan Masjid tempat peribadahan. Masjid-masjid itu pada umumnya
dibangun dengan bentuk yang indah dan megah. Hal itu lahir dari rasa cinta akan agama dan
mengagungkan Allah. Masjid adalah salah satu rumah tempat menyembah Allah yang maha
agung.
Demikian juga istana-istana sultan pada zaman pemerintahan Islam adalah merupakan
hasil seni bangunan umat Islam yang dijiwai spirit keislaman. Ini terbukti dengan bentuk
bangunan istana itu yang seakan —akan menyerupai Masjid dan atapnya yang berbentuk kubah
menunjukkan ikatan yang kuat dengan Masjid tempat mengabdi kepada Allah.
Terbentuknya seni dan arsitektur Islam di jazirah Arab sangat lambat. Proses tersebut
sangat evolutif (Anskersmit, 1997:2). Perkembangan seni dan arsitektur Arab Islam dapat
diamati pada imperium Umayyah dan Abbasiyah sebagai dua dinasti kekuasaan awal Islam.
Karena pada periode al-Khulafa arRasyidun, pengembangan hanya dilakukan oleh Utsman bin
Affan dengan memugar masjid Quba', masjid Nabawy, dan masjid al-Haram. 1. Dinasti
Umayyah Awal pembentukan dinasti Umayyah hanya memfokuskan pada pengembangan
wilayah (Ali Mufrodi, 1997: 80), sehingga seni dan arsitektur tidak nampak sebagai unsur
pendukung yang berarti dalam kesatuan imperiritas dinasti. Namun, perkembangan selanjutnya,
seni dan arsitektur mendapat perhatian di kalangan masyarakat. Seni rupa berkembang pada
seni ukir dan seni pahat. Seni ukir mulai menggunakan khat Arab sebagai motif ukiran/pahatan.
Banyak ayat Al-Qur'an, Hadis Nabi dan syair yang dipahat dan diukir pada tembok dinding
bangunan masjid, istana dan gedung pemerintahan. Jejak seni ukir masih didapatkan pada
dinding Qushair Amrah (Istana mungil Amrah), istana musim panas yang terletak di sebelah
timur Laut Mati. Istana tersebut dibangun oleh khalifah Walid bin Abdul Malik. Ada 7 (tujuh)
5
bangunan utama pada masa bani Umayyah, yakni Qubbah al-Sakhrah (kubah batu), istana
Musyatta, Qushair Amrah, istana Khirbat alMafjar, istana Qasr al-Hair al-Syarqi, istana Qasr al-
Hair al-Gharbi, dan masjid Umayyah.
Islam tidak melarang umatnya untuk mengembangkan bakatnya dalam bidang seni lukis,
ukiran dan pahatan selama hasil ciptanya itu tidak berupa patung-patung atau makhluk yang
menyerupai ciptaan Tuhan yang, mempunyai ruh seperti patung manusia, hewan untuk dipuja
atau dipajang sebagai kemegaha atau disanjung. Diantara hikmah adanya larangan membuat
patung-patung dan lukisan-lukisan tersebut adalah agar manusia tidak kembali kepada
penyembahan berhala dan mendewa-dewakan manusia atau makhluk lainnya. Sebab yang
demikian membawa kepada syrik.
Lukisan yang dilarang Islam adalah patung dan lukisan yang dibuat untuk diagungkan
dan dimaksud untuk menandingi ciptaan Allah dan untuk sesuatu yang tidak bermanfaat kecuali
hanya kesenangan belaka. Apabila ada perasaan si pembuat atau si pemilik bahwa patung atau
lukisan itu mempunyai keagungan maka ini sudah tentu berarti orang tersbut telah mensyirikkan
Tuhan.
Agar lebih jelas memberikan pemahaman disampaikan watak seni lukis Islam melalui
gambaran sebagai berikut: Pertama orang Islam sangat mencintai Al Qur'an, hal ini
mempengaruhi tumbuhnya kaligrafi. Keindahan dan pesona bahasa Qur'an membuat seniman
muslim bergairah menghadirkan kata-kata suci dalam bentuk tulisan indah (khat). Kedua, Islam
mempunyai komitmen besar terhadap sejarah, alam hanya menarik sebagai latar belakang
kehidupan manusia, sebab tanpa ada manusia alam tidak ada artinya. Ketiga, pelukis Islam tidak
memperhatikan perspektif, kecuali lukisan pada zaman Jahangir akhir abad 17 di India
dipengaruhi lukisan Belanda dan Belgia. Oleh karena itu dalam Islam jarang dijumpai lukisan
tiga dimensi, alasannya jauh dan dekat sama. Keempat, pelukis Islam menolak kegelapan,
lukisan mereka penuh limpahan cahaya dan warna cerah, tidak ada yang gelap dalam lukisan.
Gelap bukan esensi waktu dan ruang melainkan sesuatu yang ditambahkan untuk menegaskan
keberadaan cahaya terang. Apalagi kegelapan adalah lambang keputusasaan, kezaliman,
diskriminasi, dan egosentrisme. sedangkan Islam mengajurkan pemeluknya menolak
kesemuanya itu. Kelima, lukisan Islam ialah ekspresi gagasan dan perasaan tunggal yaitu
“cinta” Semua detail dan objek dibuat untuk menghasilkan nuansa halus. Maka lukisan Islam
cenderung bersifat sufistik, maksudnya setiap objek dalam alam dihadirkan sebagai manifestasi
dari ilmu dan cinta Tuhan yang tidak terhingga. Keenam, lukisan Islam merupakan ilustrasi
terhadap teks atau wacana, baik sastra, pengetahuan, dan sejarah. Fungsi seperti ini sama
dengan alam yang merupakan ilustrasi terhadap firman Allah. Ketujuh, setiap waktu seniman
muslim mendengar perintah “kun fayakun” dalam berbagai perubahan yang terjadi di
sekitarnya. Kedelapan, dunia ini adalah ayat-ayat-Nya atau logos dalam jazat zahir dan dalam
gerakan transubtansial yaitu perjalanan menuju substansi kehidupan. Kesadaran seorang
muslim berakar dari keinsyafan
8
bahwa antara kata-kata dan fakta atau kenyataan terhadap hubungan imbal balik dan saling
memberikan makna. Maka dalam lukisan Islam sering dihadirkan rangkaian kaligrafi berisi ayat
Al Qur'an, Hadist, pepatah, puisi, dan sebagainya.
Tidak saja ilmuan, seniman juga memiliki tanggungjawab untuk mengembangkan dan
mengajarkan seni yang diketahui dan dimilikinya. Ia juga bertanggungjawab bahwa eorang
seniman dengan seninya tidak akan mengajarkan kesenian yang justru menentang Allah AWT.
Seni adalah bagian kebutuhan manusia yang bertujuan untuk melembutkan perasaan dan
rasa kemanusiaan manusia. Rasa itu tiak hanya berhenti pada tatanan humanitas semata tetapi
juga harus mempertajam loyalitas dan kepekaan diri manusia kepada ketuhanan dan
teologisnya. Oleh sebab itu, seorang muslim akan aktif berkreasi sekaligus meresapu arti
kehidupan dan fungsi kesenian yang diembannya. Dengan demikian tugas seniman adalah
mengintegrasikan rasa kesenian manusia dengan rasa ketuhanannya. Semua itu harus berpadu di
dalam nuansa koridor syariat.
Seorang seniman dalam menciptakan karya seni perlu kebebasan dan kemerdekaan
dalam melahirkan imajinasinya. Kebebasan tentunya tidak lepas dari konteks budaya yang
melingkupinya. Penciptaan seni rupa tidak hanya mempertimbangkan aspek estetika saja tetapi
juga memperhatikan aspek etika sesuai dengan norma budaya yang berlaku dan agama tentunya.
Penciptaan seni tidak hanya menjawab kebebasan berekspresi saja tetapi juga memperhatikan
masyarakat pendukungnya. Sebagai ilustrasi seperti yang diunkapkan Engincer (1990)
menggambarkan perjalanan Muhammad menghasilkan tiga kebebasan, Pertama, pembebasan
sosio-kultural, masyarakat Arab dikenal sangat feodal dan paternal yang selalu melahirkan
penindasan. Terdapat dua klas sosial yaitu kelas terhormat yang selalu menindas dan kelas
budak dan orang miskin yang selalu tertindas. Islam melalui Muhammad tidak lagi mengenal
polarisasi kaya-miskin, lamah-kuat, penindas tertindas, dan seterusnya. Kedua, keadilan
ekonomi, sejak Qur'an diturunkan menekankan pemerataan dan keadilan untuk semua. Qur'an
menganjurkan orang yang berkecukupan menafkahkan sebagaian hartanya kepada fakir miskin
(Q.S.2:29). Ketiga, sikap toleransi kepada agama dan kepercayaan lain. Qur'an telah membuat
diktum secara tegas tidak ada pemaksaan dalam beragama, (QS.2:256) bagiku agamaku, bagimu
agamamu, dan Qur'an telah mengajarkan penghormatan kepada Nabi yang diturunkan Allah ke
dunia. Berangkat dari kebebasan itu seniman juga diberikan kebebasan untuk memilih meniti
karir sesuai dengan keyakinannya, dan harus saling menghormati, menghargai, dan toleransi
kepada sesama umat dan warga pelestari dan pengembang budaya.
0
khusus dengan seni lukis, seni khat dan seni geometri , pembicaraan estetika dilakukan antara
lain oleh Dust Muhammad, Arudi, Reza Abazi dan sebagainya. Estetika Islam yang
dikembangkan para sufi itu tidak hanya mempengaruhi karya sastra, tetapi juga arsitek, seni
musik gamelan, batik, seni ukir, atau seni rupa pada umumnya. Gema estetika Islam dapat
dirasakan pada karya Amir Hamzah, Danarto, Kuntowijoyo, pelukis Ahmad Sadali, AD Firous,
Amri Yahya, Amang Rachman, Oesman Efendy. Dalam tradisi Islam istilah yang digunakan
untuk keindahan estetik diambil dari Al Qur'an dan hadis yang berbunyi jamal (keindahan batin)
dan husn (keindahan zahir). Hadist yang berbunyi “Tuhan itu Maha Indah dan mencintai
keindahan” kata yang digunakan dalam hadis ini adalah jamal dan kata tersebut dikaitkan
dengan cinta.
Seni Islam mempunyai landasan pengetahuan yang di ilhami oleh nilai-nilai spiritual,
yang dalam pandangan para tokoh tradisional seni Islam di sebut dengan hikmah dan keraifan.
Salah satu pesan spiritual yang di sampaikan dalam seni Islam adalah kelugasannya dalam
menyampaikan esensi Islam yang jauh lebih mudah dicerna oleh pemikiran manusia dari pada
penjelasan yang bersifat ilmiah. Sebaris kaligrafi tradisional justru lebih mampu menjelaskan
karakter pesan Islam dibandingkan dengan ungkapan ilmiah para modernis dan aktifis. Orang
akan merasa tenang ketika duduk di atas karpet tradisional, memandang sebaris
kaligrafi,mendengarkan syair klasik dan tilawah al-Qur'an. Betapa ini adalah semacam
ketenangan psikologis yang mampu disampaikan oleh berbagai seni dalam Islam.
Seni Islam juga dapat berfungsi sebagai wahana kotemplasi pada manusia di saat ia
disibukkan dengan aktifitas hariannya. Adalah sifat manusia manakala ia disibukkan dalam
aktifitas duniawi, baik berkaitan dengan ekonomi, politik maupun yang lainnya cenderung
untuk melupakan Tuhan.33 Seni Islam adalah sarana yang mampu menembus ruang-ruang
kesibukan manusia dalam segala bentuknya yang membimbing kearah kesadaran akan
keberadaan Tuhan. Hal yang demikian inilah, bagi penulis yang dikatakan sebagai pesan
spiritual yang tersampaikan
dalam karya seni Islam. Walaupun demikian, tidak bisa kita pungkiri juga, bahwa kita sering
kali terjebak pada hal-hal formal (terikat pada bentuk). Dengan kata lain, seyogyanya melalui
karya
seni Islam, baik seni ruang maupun suara, pesan spiritual yang seharusnya terbaca oleh setiap
individu, justru hanya berhenti pada keindahan bentuk dari seni Islam tersebut. Hal yang
demikian itu, bagi penulis tidak ubahnya sebagai pola keberagamaan kita. Artinya, realitas-
empiris yang terdapat disekitar kita tersebut tidaklah mereduksi pemahaman bahwa seni Islam
mampu menyampaikan pesan spiritual terhadap setiap individu.
islam merupakan agama tauhid,dalam arti bahwa tauhid merupakan intisari ajaran islam yang
sekaligus merupakan esensi dari seluruh ajaran islam .Al-Faruqi menyatakan Dapat dipastikan
;
bahwa esensi dari seluruh peradaban islam adalah islam dan esensi dari islam adalah tauhid.
;
(al-faruqi,1982:18) ini menunjukkan bahwa kesenian dalam islam harus selaras dengan nilai-
nilai tauhid.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dalam tradisi Islam, seni adalah sarana ibadah. Semua bentuk ibadah adalah realisasi
tauhid, penyaksian dan pembuktian bahwa Allah itu satu. Sebagai yang satu, Allah itu adalah
maha indah. Keindahan-Nya tampak dalam berbagai bentuk dan objek-objek indah yang
merupakan karya-Nya serta merupakan pengenjawantahan dan sifatsifat dan asma-Nya.
Keindahan namanama-Nya serta sifat-sifat-Nya diringkas dalam sifat al-rahman (pengasih) dan
alrahim (penyayang) serta lebih jauh lagi diringkas dalam istilah cinta.
Kalbu seorang seniman Muslim yang dilimpahi cinta akan keindahan dan kebenaran
juga dapat merefleksikan keindahan dari nama-nama Sang Pencipta. Dari sinilah, dari yang satu
itu semua bentuk keindahan berasal. Islam ingin membawa penikmatnya melakukan perjalanan
batin dari yang banyak, yakni objek-objek visual yang kadangkadang menyerupai objek-objek
di alam syahadah dan kadang tak ada padanannya di alam syahadah karena merupakan ciptaan
citra
seniman menuju yang satu maka estetika Islam dapat dinamakan sebagai estetika kenaikan,
yaitu menuju yang satu. Karya seni Islam juga merupakan proyeksi zikir dan musyahadah,
penyaksian dan perenungan bahwa Allah itu satu. Yang banyak, yakni objek-objek visual yang
dihadirkan para seniman dalam karyakarya mereka tak lain dari tangga naik menuju Yang Satu.
3.2. Saran
Sebagai umat Islam untuk berkarya seni, menikmati karya diberikan beberapa tawaran
yang dapat dipahami atau dipilih untuk proses berkesenian. Islam sebenarnya tidak melarang
orang berkesenian, justru menganjurkan berseni untuk menuju kebaikan dan keindahan dunia
dan akhirat untuk mendekatkan diri kepada Sang pencipta. Sebagai seorang seniman muslim,
pendidik seni beribadahlah dengan seni yang kamu geluti selama ini jangan ada karaguan,
karena keraguan akan menyesatkan. Berseni secara Islami untuk ikut membangun budaya
keindahan, toleransi, kedamaian bersama dalam masyarakat yang multikultural.
3
DAFTAR PUSTAKA
Tim MPK Pendidikan Agama Islam UNIMED MEDAN . Islam Kaffah Pendidikan Agama Islam
untuk Perguruan Tinggi. Perdana Publishing
Wildan R. 2007. Seni dalam Perspektif Islam. Islam Futura. VI(2). 78-87
Martono. 2009. Mengenal Estetika Rupa dalam Pandangan Islam. 7(10) 58-68
Al-Faruqi.Isma il Raji 1982.Tajwid: its Implication for thought and life . Lahore:The
international of islamic Thought
http://repository.uin-malang.ac.id/297/1/04%20Arsitektur%20dan%20Seni.pdf
http://digilib.uinsby.ac.id/902/6/Bab%203.pdf
http://staffnew.uny.ac.id/upload/131662616/penelitian/ESTETIKA+ISLAM.pdf
https://umma.id/post/syair-dan-puisi-dalam-islam-273651?lang=id
https://id.wikipedia.org/wiki/Seni_rupa_Islam