Anda di halaman 1dari 27

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Kajian Teori

2.1.1. Modul Pembelajaran

2.1.1.1. Pengertian Modul

Pengertian modul meliputi beberapa pendapat di antaranya :

A. Dalam buku Pedoman Umum Pengembangan Bahan Ajar yang

diterbitkan oleh Diknas (2004), modul diartikan sebagai sebuah

buku yang ditulis dengan tujuan agar peserta didik dapat

belajar secara mandiri atau dengan bimbingan guru.

B. Dalam kamus besar bahasa Indonesia juga ditentukan

pengertian modul adalah komponen dari sistem yang berdiri

sendiri, tetapi menunjang program dari sistem itu, unit kecil

dari satu pelajaran yang dapat beroperasi sendiri, kegiatan

program belajar mengajar yang dapat dipelajari oleh murid,

kegiatan program belajar mengajar yang dapat dipelajari oleh

murid dengan bantuan yang minimal dari guru pembimbing

(Pusat Bahasa Depdiknas).

C. Modul adalah jenis kesatuan kegiatan belajar yang terencana,

dirancang untuk membantu peserta didik secara individual

dalam mencapai tujuan-tujuan belajarnya (Sukirman,2012).

D. Sementara itu, Suherman (2010) mengatakan bahwa modul

adalah suatu program pembelajaran terkecil yang dapat

dipelajari oleh peserta didik secara perorangan (self

11
12

instructional), setelah peserta menyelesaikan satu satuan dalam

modul, selanjutnya peserta dapat melangkah maju dan

mempelajari satuan modul berikutnya. Sedangkan modul

pembelajaran sebagaimana yang dikembangkan di Indonesia,

merupakan suatu paket bahan pembelajaran (learning

materials) yang memuat deskripsi tentang tujuan pembelajaran,

lembaran petunjuk pengajar atau instruksi yang menjelaskan

cara mengajar yang efisien, bahan bacaan bagi peserta, dan

alat-alat evaluasi pembelajaran (Prastowo, 2011).

Dari beberapa pandangan ahli di atas dapat disimpulkan

bahwa modul pada dasarnya adalah sebuah bahan ajar yang

disusun secara sistematis dengan bahasa yang mudah dipahami

oleh peserta didik, agar mereka dapat belajar sendiri (mandiri)

dengan bantuan atau bimbingan yang minimal dari pendidik

untuk mencapai tujuan-tujuan belajarnya. Kemudian dengan

modul, peserta didik juga dapat mengukur sendiri tingkat

penguasaan mereka terhadap materi yang dibahas pada setiap

satu satuan modul.

2.1.1.2 Pembelajaran Menggunakan Modul

Belajar merupakan salah satu faktor penting dan berpengaruh

dalam pembentukan pribadi dan perilaku individu, bahkan bagian

terbesar perkembangan individu berlangsung melalui kegiatan

belajar. Guru merupakan pencipta kondisi belajar yang didesain

secara sengaja, sistematis dan berkesinambungan. Siswa sebagai


13

subjek pembelajaran yang menikmati kondisi belajar yang diciptakan

guru. Perpaduan keduanya akan melahirkan interaksi edukatif

dengan memanfaatkan bahan ajar sebagai mediumnya. Adapun guru

dan siswa dalam kegiatan pembelajaran saling mempengaruhi dan

memberi masukan. Oleh karena itu, kegiatan pembelajaran harus

merupakan aktivitas yang hidup, sarat dengan nilai, dan memiliki

tujuan.

2.1.1.3 Tujuan Penulisan Modul

Tujuan penulisan modul ini untuk meningkat efisiensi dan

efektivitas pembelajaran. Sehingga memperoleh dalam penyampaian

materi dan juga mempermudah siswa dalam memahami materi yang

ingin disampaikan. Menurut Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu

Pendidik dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan

Nasional (2008), penulisan modul mempunyai tujuan sebagai

berikut:

1. Memperjelas dan mempermudah penyajian pesan agar tidak

terlalu bersifat verbal.

2. Mengatasi keterbatasan waktu, ruang, dan daya indera, baik

peserta belajar maupun pengajar/instruktur.

3. Dapat digunakan secara tepat dan bervariasi, seperti untuk

meningkatkan motivasi dan gairah belajar,

mengambangkan kemampuan dalam berinteraksi langsung

dengan lingkungan dan sumber belajar lainnya yang


14

memungkinkan pelajar untuk belajar mandiri sesuai

kemampuan dan minatnya.

4. Memungkinkan pelajar dapat mengukur atau mengevaluasi

sendiri hasil belajarnya.

Sementara menurut Prastowo (2011: 108) tujuan penyusunan

modul, antara lain :

1. Agar peserta didik dapat belajar secara mandiri tanpa atau

dengan bimbingan pendidik;

2. Agar peran pendidik tidak terlalu dominan dan otoriter

dalam kegiatan pembelajaran;

3. Melatih kejujuran peserta didik;

4. Mengakomodasi berbagai tingkat dan kecepatan belajar

peserta didik;

5. Agar peserta didik mampu mengukur sendiri tingkat

penguasaan yang telah dipelajari.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan

bahwa penulisan modul harus tepat dan bervariasi, seperti untuk

meningkatkan motivasi dan gairah belajar, mengambangkan

kemampuan dalam berinteraksi langsung dengan lingkungan dan

sumber belajar lainnya yang memungkinkan pelajar untuk belajar

mandiri sesuai kemampuan dan minatnya.


15

2.1.1.4 Karakteristik Modul Pembelajaran

Ahmd Rivai & Nana Sudjana (2013: 133), menyatakan bahwa

modul pembelajaran mempunyai beberapa karakteristik tertentu

yaitu:

1) Berbentuk unit pengajaran terkecil dan lengkap.

2) Berisi tujuan kegiatan yang dirancang secara sistematis.

3) Berisi tujuan belajar yang dirumuskan secara jelas dan

khusus.

4) Memungkinkan peserta didik belajar mandiri.

5) Merupakan realisasi perbedaan individual.

Sementara menurut Daryanto (2013: 9), untuk menghasilkan

modul yang mampu meningkatkan motivasi belajar, pengembangan

modul harus memperhatikan karakteristik yang diperlukan sebagai

modul, yaitu: 1) Self instruction; 2) Self contained; 3) Stand alone

(berdiri sendiri); 4) Adaptif; dan 5) User friendly.

1) Self Instruction,

Merupakan karakteristik penting dalam modul, dengan

karakter tersebut memungkinkan seseorang belajar secara

mandiri dan tidak tergantung pada pihak lain. Untuk

memenuhi karakter Self Instruction, maka modul harus :

a) Memuat tujuan pembelajaran yang jelas, dan dapat

menggambarkan pencapaian Standar Kompetensi dan

Kompetensi Dasar.
16

b) Memuat materi pembelajaran yang dikemas dalam

unit-unit kegiatan yang kecil/spesifik, sehingga

memudahkan dipelajari secara tuntas;

c) Tersedia contoh dan ilustrasi yang mendukung

kejelasan pemaparan materi pembelajaran;

d) Terdapat soal-soal latihan, tugas dan sejenisnya

yang memungkinkan untuk mengukur penguasaan peserta

didik;

e) Kontekstual, yaitu materi yang disajikan terkait

dengan suasana, tugas atau konteks kegiatan dan

lingkungan peserta didik;

f) Menggunakan bahasa yang sederhana dan

komunikatif,

g) Terdapat rangkuman materi pembelajaran;

h) Terdapat instrumen penilaian, yang memungkinkan

peserta didik melakukan penilaian mandiri (self

assessment);

i) Terdapat umpan balik atas penilaian peserta didik,

sehingga peserta didik mengetahui tingkat penguasaan

materi;

j) Terdapat informasi tentang rujukan/

pengayaan/referensi yang mendukung materi

pembelajaran dimaksud.
17

2) Self Contained

Modul dikatakan self contained bila seluruh materi

pembelajaran yang dibutuhkan termuat dalam modul tersebut.

Tujuan dari konsep ini adalah memberikan kesempatan peserta

didik mempelajari materi pembelajaran secara tuntas, karena

materi belajar dikemas ke dalam satu kesatuan yang utuh.

3) Berdiri Sendiri (Stand Alone)

Stand alone atau berdiri sendiri merupakan karakteristik

modul yang tidak tergantung pada bahan ajar/media lain, atau

tidak harus digunakan bersama-sama dengan bahan ajar/media

lain. Dengan menggunakan modul, peserta didik tidak perlu

bahan ajar yang lain untuk mempelajari dan atau mengerjakan

tugas pada modul tersebut. Jika peserta didik masih

menggunakan dan bergantung pada bahan ajar lain selain

modul yang digunakan, maka bahan tersebut tidak

dikategorikan sebagai modul yang berdiri sendiri

4) Adaptif

Modul hendaknya memiliki daya adaptasi yang tinggi

terhadap ilmu dan teknologi. Dikatakan adaptif jika modul

tersebut dapat menyesuaikan perkembangan ilmu pengetahuan

dan teknologi, serta fleksibel/luwes digunakan di berbagai

perangkat keras.
18

5) Bersahabat/Akrab (User Friendly)

Modul hendaknya juga memenuhi user friendly atau

bersahabat/akrab dengan pemakainya. Setiap instruksi dan

paparan informasi yang tampilan bersifat membantu dan

bersahabat dengan pemakaiannya, termasuk kemudahan

pemakai dalam merespon dan mengakses sesuai dengan

keinginan. Penggunaan bahasa yang sederhana, mudah

dimengerti, serta menggunakan istilah yang umum digunakan,

yang umum digunakan, merupakan salah satu bentuk user

friendly.

Sesuai karakteristik dalam penulisan modul yang dijelaskan

oleh para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa karakteristik

sebuah modul adalah jelas dan mudah dipahami, memuat uraian

materi pembelajaran secara lengkap dan utuh, memiliki sumber

yang jelas, memuat tujuan pembelajaran, dan dapat digunakan

belajar secara mandiri.

2.1.1.5 Prinsip Pengembangan Modul

Di dalam pengembangan modul, terdapat sejumlah prinsip yang

perlu diperhatikan. Modul harus dikembangkan atas dasar hasil

analisis kebutuhan dan kondisi. Perlu diketahui dengan pasti materi

belajar apa saja yang perlu disusun menjadi modul, berapa jumlah

modul yang perlu dilakukan, siapa yang akan menggunakan, sumber

daya apa saja yang diperlukan dan telah tersedia untuk mendukung

penggunaan modul, dan hal-hal lain yang dinilai perlu. Selanjutnya,


19

dikembangkan desain modul yang dinilai paling sesuai dengan

berbagi data dan informasi objektif yang diperlukan dari analisis

kebutuhan dan kondisi. Bentuk, struktur dan komponen modul

seperti apa yang dapat memenuhi berbagai kebutuhan dan kondisi

yang ada.

2.1.1.6 Elemen Mutu Modul

Menurut untuk menghasilkan modul pembelajaran yang

mampu menghadirkan pembelajaran yang bersifat efektif dan

efisien. Modul perlu dirancang dan dikembangkan dengan

memperhatikan beberapa elemen yang mensyaratkan yaitu: format,

organisasi, daya tarik, ukuran huruf, spasi kosong dan konsistensi.

1) Format

Beberapa hal yang perlu diperhatikan terkait dengan

format modul adalah sebagai berikut:

a) Gunakan format kolom yang proporsional.

Penggunaan kolom tunggal atau multi harus sesuai

dengan bentuk dan ukuran kertas yang digunakan.

Jika menggunakan kolom multi, hendaknya jarak dan

perbandingan antar kolom secara proporsional.

b) Gunakan format kertas (vertikal atau horizontal)

yang tepat. Penggunaan format kertas secara vertikal

atau horizontal harus memperhatikan tata letak dan

format pengetikan.
20

c) Gunakan tanda-tanda (icon) yang mudah ditangkap

dan bertujuan untuk menekankan pada hal-hal yang

dianggap penting dan khusus. Tanda icon dapat

berupa gambar, cetak tebal, cetak miring atau

lainnya.

2) Organisasi

a) Menampilkan peta konsep yang menggambarkan

cakupan materi yang akan dibahas dalam modul.

b) Isi materi pembelajaran dengan urutan dan susunan

yang memudahkan para peserta didik memahami

materi pembelajaran.

c) Susun dan tempatkan naskah, gambar dan ilustrasi

agar informasi mudah dimengerti oleh peserta didik.

d) Penyusunan antar bab, unit dan antar paragraf

dengan susunan dan alur yang mudah dipahami oleh

para peserta didik.

e) Penyusunan antar judul, subjudul dan urain yang

mudah diikuti oleh para peserta didik.

3) Daya Tarik

Daya tarik modul dapat ditempatkan di beberapa bagian

seperti:

a) Bagian sampul (cover) depan, dengan

mengkombinasikan warna, gambar (ilustrasi), bentuk

dan ukuran huruf yang serasi.


21

b) Bagian isi modul dengan menempatkan rangsangan-

rangsangan berupa gambar atau ilustrasi, pencetakan

huruf tebal, garis miring, garis bawah atau warna dari

teks.

c) Tugas dan latihan dikemas sedemikian rupa sehingga

terlihat menarik.

4) Bentuk dan Ukuran Huruf

Persyaratan bentuk dan ukuran huruf pada modul adalah:

a) Gunakan bentuk dan ukuran huruf yang mudah

dibaca sesuai dengan karakteristik umum peserta

didik.

b) Gunakan perbandingan huruf yang proporsional

antara judul, sub judul dan isi materi.

c) Menghindari penggunaan huruf kapital untuk seluruh

teks, karena dapat membuat proses membaca

menjadi sulit.

5) Ruang (spasi kosong)

Gunakan spasi atau ruang kosong tanpa naskah atau

gambar untuk menambah kontras penampilan modul. Spasi

kosong dapat berfungsi untuk menambahkan catatan penting

dan memberikan kesempatan jeda kepada proporsional.

Penempatan ruang kosong dapat dilakukan di beberapa tempat

seperti.

a) Ruangan sekitar judul bab dan sub bab.


22

b) Batas tepi (margin), batas tepi yang luas memaksa

perhatian para peserta didik untuk masuk ke tengah-

tengah halaman.

c) Spasi antar kolom, semakin lebar kolomnya semakin

luas spasi di antaranya.

d) Pergantian antar paragraf dan dimulai dengan huruf

kapital.

e) Pergantian antar bab atau bagian.

f) Gunakan bentuk dan huruf secara konsisten dari

halaman ke halaman. Usahakan agar tidak

menggabungkan beberapa cetakan dengan bentuk

dan ukuran huruf yang terlalu banyak variasi.

g) Gunakan jarak spasi konsisten. Jarak antara judul

dengan baris pertama, antara judul dengan teks

utama. Jarak baris atau spasi yang tidak sama sering

dianggap buruk, tidak rapi.

h) Gunakan tata letak pengetikan yang konsisten, baik

pengetikan maupun margin/batas-batas pengetikan.

6) Konsistensi

a) Bentuk dan huruf secara konsisten dari halaman ke

halaman.

b) Jarak spasi konsisten.

c) Tata letak pengetikan yang konsisten.


23

2.1.1.7 Metode Pengembangan Modul

Dalam menghasilkan modul yang baik, menarik dan memiliki

materi yang dapat menghasilkan pembelajaran yang efektif dan

efisien perlu adanya rambu-rambu dalam menyusun modul. Ada

beberapa metode yang dikemukakan dalam pengembangan modul

pembelajaran. Secara garis besar menurut Daryanto (2013: 16),

mengemukakan beberapa langkah dalam penyusunan modul sebagai

berikut:

1) Analisis Kebutuhan Modul

Analisis kebutuhan modul merupakan tindakan

menganalisis silabus dengan tujuan mencari informasi yang

dibutuhkan para peserta didik yang akan digunakan untuk

menyusun sebuah modul pembelajaran. Informasi dalam hal

ini adalah kompetensi dasar dan kegiatan pembelajaran adalah

materi dasar. Tujuan analisis kebutuhan modul adalah untuk

menetapkan jumlah dan judul modul yang harus dijabarkan

dalam beberapa pertemuan. Langkah dalam analisis kebutuhan

modul adalah:

a. Menetapkan kompetensi yang akan dipelajari dan

dituliskan pada modul.

b. Mengidentifikasi dan menentukan ruang lingkup

dari kompetensi di atas.

c. Mengidentifikasi pengetahuan, keterampilan serta

sikap yang dijadikan syarat.


24

d. Menentukan judul dari modul yang akan dibuat.

e. Seluruh rangkaian analisis modul dilakukan pada

awal pengembangan modul.

2) Penyusunan Draft

Penyusunan Draft ialah menyusun serta

mengorganisasikan secara sistematis materi pembelajaran

yang akan ditulis. Penyusunan draft modul bisa dilakukan

dengan cara:

a. Menentukan judul modul.

b. Menentukan tujuan akhir yang merupakan

kemampuan yang dicapai oleh siswa setelah

menggunakan modul.

c. Menentukan tujuan antara yang merupakan

kemampuan spesifik untuk mendukung tujuan

akhir.

d. Menentukan garis besar dari isi modul

e. Mengembangkan materi yang ada pada garis

besar modul.

f. Memeriksa ulang draft yang dibuat.

Dalam menyusun sebuah draft sesuai langkah di atas,

maka draft yang telah dibuat minimal menghasilkan:

a. Judul dari modul yang akan dibuat. Judul ini

harus memberikan gambaran materi di

dalamnya.
25

b. Kompetensi ataupun sub kompetensi yang akan

dicapai.

c. Tujuan modul yang meliputi tujuan akhir dan

tujuan antara yang akan dicapai oleh siswa.

d. Materi pembelajaran yang harus dipelajari dan

dikuasai oleh siswa.

e. Prosedur ataupun kegiatan yang akan dilakukan

oleh siswa dalam mempelajari modul.

f. Soal, latihan, permasalahan atau tugas yang

harus serta dikerjakan oleh siswa sesuai

instruksinya.

g. Evaluasi yang digunakan untuk mengukur

sejauh mana kemampuan siswa menguasai

modul.

h. Kunci jawaban dari soal, latihan, permasalahan

atau tugas.

3) Uji Coba

Uji coba pada langkah ini bermaksud uji coba draft

modul secara terbatas agar bisa diketahui keterlaksanaan serta

manfaat modul secara terbatas agar bisa diketahui digunakan

siswa. Secara umum, uji coba draft modul bertujuan untuk:

a. Agar mengetahui kemampuan serta kemudahan

siswa dalam menggunakan modul yang akan

dibuat.
26

b. Cara mengetahui efisiensi waktu untuk belajar

dengan modul.

c. Agar mengetahui efektivitas modul dalam

membantu siswa mempelajari mata pelajaran.

Dalam melaksanakan uji coba modul, langkah-langkah

yang harus dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Menyiapkan serta menggandakan draft dari

modul yang akan dilakukan uji coba.

b. Menyusun instrumen yang mendukung uji coba.

c. Membagikan draft modul serta instrumennya

kepada para siswa.

d. Menginformasikan kepada siswa tentang tujuan

uji coba dan prosedur apa yang harus dilakukan

siswa.

e. Mengumpulkan kembali draft modul serta

instrumen uji coba telah di uji cobakan.

f. Memproses serta membuat kesimpulan dari

hasil pengumpulan masukan yang diperoleh

melalui instrumen.

4) Validasi

Validasi merupakan proses untuk menguji kesesuaian

modul dengan kompetensi yang menjadi target belajar. Validasi

dapat dilakukan dengan cara meminta bantuan ahli yang

menguasai kompetensi yang dipelajari. Validasi modul


27

meliputi: isi materi yang divalidasi oleh ahli industri, tata

bahasa yang divalidasi oleh ahli bahasa, serta penggunaan

metode instruksi yang divalidasi oleh ahli metode instruksional.

Berikut langkah yang bisa dilakukan untuk memvalidasi

modul:

a. Menyiapkan serta menggandakan draft modul

yang akan divalidasi sesuai jumlah ahli

validasi.

b. Menyusun instrumen untuk validasi.

c. Membagikan draft modul beserta instrumen

validasi kepada para ahli.

d. Menginformasikan tentang tujuan diadakannya

validasi serta kegiatan yang harus dilakukan

oleh ahli validasi.

e. Memproses serta membuat kesimpulan dari

hasil pengumpulan masukan yang diperoleh

melalui instrumen validasi.

5) Revisi

Revisi merupakan proses perbaikan untuk

menyempurnakan modul setelah dilakukan uji coba serta

validasi draft modul. Agar mutu dari modul bisa meningkatkan

modul perlu ditinjau ulang dan diperbaiki.

Aspek-aspek perbaikannya bisa meliputi:

a. Pengorganisasian materi yang akan dipelajari.


28

b. Penggunaan metode instruksi.

c. Penggunaan tata bahasa.

d. Pengorganisasian tata tulis serta desain

Sementara itu Nasution (2008), mengemukakan beberapa

langkah dalam menyusun modul:

1) Merumuskan secara jelas dan spesifik

sejumlah tujuan yang akan diamati dan

diukur.

2) Tujuan yang telah dirumuskan tadi

menentukan langkah yang akan diikuti dalam

modul.

3) Membuat tes diagnostik untuk mengukur latar

belakang, pengetahuan, serta kemampuan

yang dimilikinya sebagai sarana untuk

menempuh modul tersebut.

4) Menyusun alasan bahwa modul ini sangat

penting bagi siswa.

5) Merencanakan kegiatan belajar siswa agar

kompetensi yang terdapat dalam tujuan bisa

tercapai. Bagian merencana kegiatan

merupakan bagian inti dari proses

penyusunan, karena sangat erat kaitannya

dalam proses belajar siswa.


29

6) Menyediakan daftar referensi agar siswa bisa

memperoleh informasi tambahan jika suatu

saat diperlukan.

2.1.2 Hakikat Pembelajaran Gambar Teknik

2.1.2.1 Hakikat Pembelajaran

Istilah pembelajaran merupakan perkembangan dari istilah pengajaran,

dan istilah belajar-mengajar yang dapat kita perdebatkan, atau kita abaikan

saja yang penting makna dari ketiganya. Pembelajaran adalah suatu upaya

yang dilakukan oleh seseorang (guru atau yang lain) untuk membelajarkan

siswa yang belajar. Pada pendidikan formal (sekolah), pembelajaran

merupakan tugas yang dibebankan kepada guru, karena guru merupakan

tenaga profesional yang dipersiapkan untuk itu.

Pembelajaran di sekolah semakin berkembang, dari pengajaran yang

bersifat tradisional sampai pembelajaran dengan sistem modern. Kegiatan

pembelajaran bukan lagi sekedar kegiatan mengajar (pengajaran) yang

mengabaikan kegiatan belajar, yaitu sekedar menyiapkan pengajaran dan

melaksanakan prosedur mengajar dalam pembelajaran tatap muka. Akan

tetapi kegiatan pembelajaran lebih kompleks lagi dan dilaksanakan dengan

pola-pola pembelajaran yang bervariasi.

Berdasarkan pola-pola pembelajaran tersebut di atas maka

membelajarkan itu tidak hanya sekedar mengajar (seperti pola satu),

karena membelajarkan yang berhasil harus memberikan banyak perlakuan

kepada siswa. Peran guru dalam pembelajaran lebih dari sekedar sebagai

pengajar (informan belaka, akan tetapi guru harus memiliki multi peran
30

dalam pembelajaran. Dan agar pola pembelajaran yang diterapkan juga

dapat bervariasi, maka bahan pembelajarannya harus dipersiapkan secara

bervariasi juga.

2.1.2.2 Gambar Teknik

Menurut Takeshi & Sugiarto, (2013). “Gambar merupakan media

untuk menyatakan tujuan seseorang. Oleh karena itu gambar kerap juga

disebut sebagai “Bahasa teknik” atau “Bahasa untuk sarana teknik”

Gambar teknik adalah ungkapan suatu buah pikiran dalam bentuk gambar

atau lukisan mengenai suatu skema, cara kerja, proses, konstruksi,

petunjuk dan lain-lain”.

Pendapat lainnya gambar teknik adalah gambar yang bertujuan untuk

menyampaikan maksud dari pembuat gambar secara obyektif, gambar

jenis ini menggunakan simbol-simbol yang dapat diterima secara

internasional. Simbol tersebut sudah diterangkan dalam sebuah standar

yang dapat diterima di seluruh dunia, yaitu standar ISO atau pun standar

yang dikeluarkan dari suatu Negara tertentu (Juhana, 2012:12).

Fachzeichnen VSSM-Normen, (1997:12). “Gambar teknik adalah

bentuk gagasan konstruksi garis. Melalui suatu gambar teknik, kita

melimpahkan pemikiran ke dalam gambar, untuk menunjang gambaran

atau untuk membuat orang lain memahami informasi tersebut. Sesuai

dengan kebutuhan, gambar teknik lebih mudah dipahami secara umum

atau dapat dibaca oleh orang teknik bahasa gambar”.

Maka pengertian gambar teknik adalah suatu alat komunikasi atau

media antara perencana dengan pelaksana dalam bentuk Bahasa gambar


31

yang dituangkan secara praktis, jelas, mudah dimengerti oleh kedua belah

pihak tersebut

2.2. Kajian Produk yang Dikembangkan

Produk yang akan dikembangkan ini berupa produk media pembelajaran

yaitu modul AutoCAD pada mata pelajaran Gambar Teknik kelas X Kompetensi

Keahlian Desain Pemodelan dan Informasi Bangunan SMK Negeri 1 Stabat.

Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and

Development). Model pengembangan yang digunakan adalah model desain

instruksional ADDIE yang terdiri ata: (1) analysis; (2) design; (3) development &

implementation; dan (4) evaluation. Tahap pengujian kelayakan produk dilakukan

penelitian oleh ahli materi, ahli media, dan ahli bahasa.

Pembuatan dan pengembangan media pembelajaran Gambar Teknik pada

modul AutoCAD diharapkan dapat mempermudah dan meringankan guru dalam

mengajar dan memotivasi siswa dalam belajar mandiri. Pengembangan modul

AutoCAD dapat memudahkan siswa dalam belajar dan memahami materi gambar

kerja 2D menggunakan perangkat lunak. Dibantu software AutoCAD yang

mempercepat siswa mengerjakan tugas yang diberikan guru.

Kekuatan dari penelitian ini adalah produk yang dihasilkan setelah

dilakukannya penelitian pengembangan modul AutoCAD dapat bermanfaat untuk

siswa dan bertanggung jawab terhadap kegiatan belajarnya sendiri, meningkatkan

hasil belajar siswa, pembelajaran dengan modul sangat menghargai perbedaan

individu sehingga siswa dapat belajar sesuai dengan tingkat kemampuannya, maka

pembelajaran semakin efektif dan efisien.


32

2.3. Model Pengembangan Produk Yang Digunakan

Desain pengembangan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

model ADDIE. ADDIE adalah akronim untuk menganalisis, desain,

mengembangkan, melaksanakan, dan evaluasi (Branch,2009:2). Model ADDIE

dikembangkan sebagai model pembelajaran yang inovatif. Hal ini karena model

ADDIE dapat memberikan proses belajar yang sistematis, efektif yang dikemas

dalam proses pembelajaran.

Model desain sistem pembelajaran ADDIE merupakan model pembelajaran

yang memiliki komponen-komponen yang meliputi analisis kebutuhan sesuai

dengan masalah yang ditemui, menentukan strategi pembelajaran, memproduksi

program dan bahan ajar kemudian melaksanakan program pembelajaran tersebut

dan yang terakhir yaitu melakukan evaluasi program pembelajaran dan evaluasi

hasil belajar (Pribadi,2014:127).

Branch (2009:3) juga mengemukakan Model ADDIE sebagai proses

mendasar untuk menciptakan sumber belajar yang efektif. Model ADDIE memiliki

desain yang memudahkan aktif, multifungsi terletak pada pendekatan inspirasional

untuk belajar. Dalam pengembangannya model ADDIE digunakan prosedur umum

yang terkait dengan desain instruksional.


33

Analyze

Implement Evaluate Design


ation

Developm
ent

Gambar 2.1. Tahapan Model ADDIE


(Sumber. Anglada,2007)

Tahapan model ADDIE menurut Syafiatun, dkk (2019) adalah sebagai

berikut :

a) Analysis Stage. Proses analisis adalah tahap pra-perencanaan

yang mengidentifikasi kebutuhan pengembangan produk sesuai

dengan tujuan dari tujuan pembelajaran dan siswa. Pada tahap

ini juga mengidentifikasi konten atau materi pembelajaran,

lingkungan belajar dan strategi penyampaian dalam

pembelajaran dengan mendistribusikan kuesioner kepada

validator.

b) Design Stage, Proses desain dilakukan setelah data analisis

diperoleh, kemudian rancangan produk dirancang sesuai dengan

konsep yang diilustrasikan dalam fase analisis. Desain produk

disesuaikan dengan hasil yang diperoleh pada tahap analisis

sehingga menghasilkan produk baru.


34

c) Development Stage, Proses pengembangan dilakukan setelah

desain produk baru selesai. Kemudian validasi dilakukan dengan

cara penilaian ahli. Produk dinilai oleh beberapa validator yang

dianggap ahli di bidang produk yang akan dikembangkan

melalui lembar instrumen.

d) Implementation Stage, Tahap implementasi dilakukan dengan

menggunakan produk baru yang valid dalam pembelajaran atau

lingkungan nyata. Pada tahap ini dimulai dengan tes

pengetahuan awal siswa sebelum menggunakan produk dan

pada akhir penggunaan produk dan pada akhir penggunaan

produk diuji tingkat penguasaan pengetahuan dan keterampilan

melalui tes tertulis dan penilaian masing-masing siswa melalui

lembar instrumen yang divalidasi. Proses implementasi juga

melihat pada pencapaian tujuan pengembangan produk,

interaksi antara siswa dan umpan balik penggunaan produk.

e) Evaluation Stage, Tahap evaluasi dilakukan setelah semua data

implementasi telah dikumpulkan untuk mengukur pencapaian

tujuan pengembangan produk tersebut kemudian dilakukan

analisis statistik.

2.4. Penelitian yang Relevan

1. Penelitian skripsi yang dilakukan oleh Pahlevi (2012) yang berjudul

Pengembangan Modul Untuk Meningkatkan Prestasi Siswa Pada Mata

Diklat Menginterpretasikan Gambar Teknik Di SMK Muhammadiyah

01 Paguyuban Brebes. Penelitian ini bertujuan untuk : (1) mengetahui


35

proses pengembangan modul, (2) mengetahui kelayakan dan (3)

mengetahui keefektifan modul gambar teknik, yang telah dibuat untuk

mendukung pembelajaran pada mata pelajaran gambar teknik. Metode

yang digunakan dalam penelitian adalah penelitian pengembangan.

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan angket dan

soal tes.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) proses pengembangan

modul pembelajaran dilakukan dalam 4 tahapan utama yaitu

menganalisis kebutuhan, merancang dan membuat modul, pengujian

kelayakan serta pengujian keefektifan modul; (2) pengujian kelayakan

didapatkan nilai persentase rata-rata 88% dengan kriteria sangat; dan

(3) pengujian keefektifan dilakukan dengan membandingkan nilai post

test kelas eksperimen dengan nilai post test kelas kontrol didapatkan

hasil nilai thitung = 3,70 dengan kesimpulan penggunaan modul yang

dikembangkan efektif digunakan untuk mendukung pembelajaran pada

mata diklat menginterpretasikan gambar teknik.

2. Penelitian skripsi yang dilakukan Sanny Rahmadani Siregar (2020)

yang berjudul “Pengembangan media pembelajaran modul AutoCAD

pada mata pelajaran aplikasi perangkat lunak dan perancangan interior

gedung kelas XI DPIB di SMK Negeri 1 Percut Sei Tuan”. Penelitian

ini bertujuan untuk: (1) mengembangkan media pembelajaran modul

AutoCAD pada mata pelajaran aplikasi perangkat lunak dan

perancangan interior gedung kelas XI di SMK Negeri 1 Percut Sei

Tuan; (2) mengetahui tingkat validitas media pembelajaran yang


36

dikembangkan sebagai media pembelajaran bagi siswa. Penelitian ini

menggunakan metode penelitian pengembangan model ADDIE,

meliputi tahap analyze (analisis), desain (perancangan), development

(pengembangan), implementation (implementasi), evaluation (evaluasi).

Instrumen yang digunakan berupa angket. Angket digunakan untuk

menguji kelayakan media modul melalui validasi ahli media, ahli

materi, dan ahli bahasa, dan penilaian modul juga dilakukan oleh

pengguna. Hasil pengujian kelayakan oleh ahli media mendapat skor

83,38% dengan kategori baik, ahli materi 91,11% dengan kategori baik,

dan hasil pengujian kelayakan oleh ahli bahasa mendapat skor 93,33%

dengan kategori sangat baik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

modul pembelajaran AutoCAD layak digunakan siswa kelas XI di SMK

Negeri 1 Percut Sei Tuan.

3. Penelitian jurnal oleh Izzati, dkk pada tahun 2015 dengan judul

“pengembangan modul pembelajaran matematika bermuatan emotional

quotient pada pokok bahasan himpunan di MTs Negeri Cirebon 1”.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan modul dalam

bentuk modul pembelajaran matematika bermuatan emotional quotient

pada pokok bahasan himpunan. Metode penelitian yang digunakan

adalah metode penelitian dan pengembangan. Adapun desain penelitian

ini adalah penyederhanaan langkah-langkah Sugiyono dan langkah-

langkah Metode ADDIE dengan cara menggabungkan keduanya, yaitu

analisis potensi masalah, pengumpulan data, desain produk, validasi

desain, revisi desain, uji coba produk, revisi produk, evaluasi, dan
37

kesimpulan. Aspek penelitian didapatkan dari studi pendahuluan yang

dibagi menjadi dua hal, yaitu kelayakan produk dan respon siswa. Pada

tingkat kelayakan produk meliputi aspek isi, sistematika, bahasa,

kegrafikan, muatan pendukung, dan muatan emotional quotient.

Sedangkan respon siswa meliputi aspek perhatian, ketertarikan,

keyakinan, dan kepuasan.

Hasil uji kelayakan berdasarkan aspek-aspek modul diperoleh

angka dengan rata-rata sebesar 91% dalam kriteria sangat layak.

Sedangkan uji keefektifan diperoleh dari evaluasi berupa tes, dengan

pencapaian keberhasilan sebesar 88% dan angket respon siswa

diperoleh angka 75,9% dalam kriteria baik. Kesimpulan menunjukkan

bahwa kualitas modul pembelajaran bermuatan emotional quotient

layak dan efektif untuk digunakan dalam proses pembelajaran.

Anda mungkin juga menyukai