Anda di halaman 1dari 8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA TERKAIT

A.Modul

1. Pengertian Modul

Modul merupakan bagian dari jenis bahan ajar yang digunakan dalam membantu proses
belajar bagi peserta didik. Modul dapat berupa buku tertentu yang harus dipelajari siswa
secara mandiri tanpa atau dengan bimbingan pendidik. Modul adalah sarana pembelajaran
dalam sistem tertulis atau sistem tertulis, tersusun bahan pembelajaran, metode, tujuan
pembelajaran berdasarkan kompetensi dasar atau indikator pencapaian kompetensi, kegiatan
swadaya dan membekali siswa untuk menguji diri melalui soal-soal latihan yang disajikan
dalam modul. . Modul merupakan salah satu bahan ajar cetak yang dirancang untuk dipelajari
secara mandiri oleh peserta pembelajaran karena modul dilengkapi dengan petunjuk
pembelajaran sendiri. Dalam hal ini, peserta didik dapat melakukan kegiatan belajarnya
sendiri tanpa kehadiran pengajaran secara langsung.

Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa setiap proses pembelajaran selalu
menggunakan bahan ajar bagi peserta didik dalam penelitian ini fokus pada pengembangan
bahan modul. Modul adalah salah satu program pengajaran pada suatu unit pembahasan yang
sengaja disusun secara sistematis, operasional dan terarah untuk digunakan oleh peserta
didik.

2. Fungsi Modul

Sistem pengajaran modul dikembangkan untuk mengatasi kelemahan sistem pengajaran


tradisional. Modul merupakan media yang efektif untuk digunakan dan memiliki fungsi
dalam kegiatan pembelajaran, seperti fungsi modul sebagai berikut:

a) Bahan Mandiri

Penggunaan modul dalam proses pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan kemampuan


siswa belajar sendiri dan mandiri tanpa kehadiran guru sebagai pendidik.

b) Menggantikan Fungsi Pendidikan.


Modul sebagai bahan ajar harus mampu menjelaskan materi pembelajaran dengan baik dan
mudah dipahami oleh peserta didik sesuai dengan kemampuan usia peserta didik sesuai
dengan jenjangnya.

c) Alat Evaluasi

Dengan modul peserta didik dapat mengukur dan menilai sendiri penguasaan materi yang
dipelajari di sekolah. 3. Karakteristik Modul

Untuk menghasilkan modul yang baik, penyusunannya harus sesuai dengan kriteria yang
ditetapkan oleh Depdiknas (2008) sebagai berikut:

a) Instruksi Diri

Itu bisa dengan leluasa berpartisipasi dalam peserta mandiri. Melalui modul, satu atau peserta
belajar untuk mampu memicu diri mereka sendiri, tanpa tergantung pada pihak lain.

b) Mandiri

Seluruh materi pembelajaran dari satu unit kompetensi atau sub tendeten berada dalam satu
modul yang utuh. Maksud dari konsep ini adalah untuk memberikan kesempatan
berpartisipasi dalam pembelajaran materi pembelajaran karena materi tersebut dikemas dalam
suatu kesatuan serikat pekerja. Jika harus parsial atau pengajuan pemisahan dari salah satu
standar kompetensi kasus harus dilakukan dengan hati-hati dan memperhatikan kompleksitas
kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta.

c) Berdiri Sendiri

Modul yang dikembangkan tidak bergantung pada media lain atau tidak boleh digunakan
bersama-sama dengan media pembelajaran lainnya. Jika masih menggunakan dan
mengandalkan media lain selain modul yang digunakan, media tersebut tidak kamus sebagai
media yang berdiri sendiri.

d) Adopsi

Modul harus memiliki daya adaptif yang tinggi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi. Dikatakan adaptif jika modul dapat menyesuaikan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan

teknologi, serta fleksibel digunakan. Modul adaptif adalah jika isi materi pembelajaran dapat
digunakan sampai waktu tertentu.
e) Ramah pengguna; Modul harus ramah dengan pemakainya. Setiap petunjuk dan tampilan
informasi yang muncul bersifat membantu dan bersahabat dengan pemakainya, termasuk
penggunaan pengguna yang merespon, mengakses keinginan. Sederhana, penggunaan bahasa
yang mudah digunakan, dan penggunaan istilah yang umum digunakan adalah salah satu
pengguna biasa. Ada juga gambar gambar dan format penyajiannya disesuaikan dengan
selera para peserta.

Kelima karakteristik modul di atas menjadi cetakan bagi modul dan tim validasi dalam
menetapkan dan mengevaluasi apakah modul tersebut baik atau tidak.

3. Prinsip Menulis Modul

Modul merupakan media pembelajaran yang dapat bekerja sama dengan guru atau pelatih
pada pembelajaran tatap muka. Oleh karena itu, penulisan modul perlu didasarkan pada
prinsip-prinsip pembelajaran dan bagaimana guru atau pelatih mengajar dan peserta didik
menerima pelajaran. Berikut diuraikan prinsip-prinsip penulisan modul berdasarkan prinsip-
prinsip pembelajaran. Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku yang disebabkan
oleh rangsangan atau stimulus dari lingkungan. Terkait dengan hal tersebut, penulisan modul
dilakukan dengan prinsip-prinsip sebagai berikut:

Peserta didik belajar diberikan secara jelas hasil belajar yang menjadi tujuan pembelajaran
sehingga mereka dapat mempersiapkan harapan dan dapat menimbang diri sendiri apakah
telah mencapai tujuan atau belum mencapainya selama pembelajaran penggunaan modul.

a) Belajar peserta didik perlu diuji untuk dapat menentukan apakah mereka telah mencapai
tujuan pembelajaran. Untuk itu, dalam menulis modul, tes perlu diintegrasikan ke dalam
pembelajaran untuk dapat memeriksa ketidaksesuaian tujuan pembelajaran dan memberikan
umpan balik yang sesuai.

b) Bahan ajar perlu dipilah sedemikian rupa sehingga memudahkan peserta didik untuk
mempelajarinya. Urutan bahan ajar dari yang mudah ke yang sulit, dari yang diketahui ke
yang tidak diketahui, dari pengetahuan ke penerapannya.

c) Peserta didik perlu memberikan umpan balik sehingga mereka dapat memantau proses
pembelajaran dan mendapatkan perbaikan bila diperlukan. Misalnya dengan memberikan
kriteria hasil tes yang dilakukan secara mandiri.

4. Prosedur Modul
Beberapa penyebab umum kegiatan atau langkah-langkah kegiatan dalam proses penyusunan
modul sebagai berikut:

sebuah. Analisis Modul

Kebutuhan dalam pembuatan modul langkah pertama yang dibutuhkan adalah kebutuhan
untuk analisis. Dalam analisis kebutuhan kajian kompetensi yang diharapkan peserta DDIK.
Dalam analisis kebutuhan, langkah-langkah berikut dapat dilakukan:

1) Menetapkan kompetensi yang telah dirumuskan pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran


(RPP) atau Silabus.

2) mengidentifikasi dan menentukan ruang lingkup unit kompetensi atau bagian dari
kompetensi utama.

3) mengidentifikasi dan menentukan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperlukan.

4) Menentukan judul modul yang akan dikompilasi.

B. Penyusunan Draf Modul

Setelah kebutuhan kebutuhan selesai, dilanjutkan dengan penyusunan naskah atau draft
modul. Tahap ini sebenarnya merupakan kegiatan pemilihan, penyiapan dan
pengorganisasian materi pembelajaran, meliputi judul media, judul bab, sub bab, materi
pembelajaran yang meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap yang perlu dikuasai oleh
pembaca, dan perpustakaan. Rancangan disusun secara sistematis dalam satu kesatuan
sehingga hasil modul prototipe siap untuk diuji.

C. Mencoba

Setelah dilakukan perbaikan dan penyempurnaan sesuai saran dan masukan tim ahli, modul
tersebut dianggap layak untuk uji coba lapangan. Uji coba pertama dilakukan kepada peserta
didik dalam kelompok terbatas, misalnya 5-10 siswa. Uji coba kedua dilaksanakan pada
kelompok siswa (kelas besar).

Selama uji coba, diperlukan masukan dari rekan atau tim dan meminta masukan dari peserta
didik untuk mengetahui persepsi mereka terhadap modul yang digunakan. Semua data dan
input dikumpulkan dan bahan untuk penyempurnaan modul.

D. Validasi
Validasi adalah proses persetujuan permintaan atau perkiraan terhadap pendamping modul
dengan kebutuhan. Untuk mendapatkan pengakuan kesesuaian, maka perlu dilakukan validasi
dengan melibatkan praktisi yang ahli sesuai dengan bidang terkait dalam modul. Validasi
modul bertujuan untuk mendapatkan pengakuan atau kesan modul pengaduan dengan
kebutuhan sehingga modul tersebut layak dan sesuai dalam pembelajaran. Validasi modul
meliputi: materi isi atau substansi modul, penggunaan bahasa, penggunaan metode ilegal dan
tampilan tengah modul.

e. Revisi dan Produksi

Masukan yang diperoleh dari pengamat dan pendapat peserta didik sangat berharga bagi
pengembang modul karena dengan masukan tersebut dilakukan perbaikan terhadap media
yang dibuat. Setelah disempurnakan, modul dapat diproduksi untuk diterapkan dalam proses
pembelajaran atau didistribusikan kepada pengguna lain.

B. Pembelajaran Bahasa Inggris

Bahasa adalah alat yang digunakan semua manusia untuk berkomunikasi satu sama lain.
Bahasa juga digunakan untuk menyampaikan informasi, ide, konsep, atau perasaan, dengan
kata-kata yang berfungsi sebagai alat. Bahasa lebih dari sekedar mengungkapkan ide. Namun,
ada juga masalah makna kata. Bahasa tidak hanya menjelaskan. sesuatu, tetapi juga sebagai
alat untuk mengekspresikan identitas seseorang dan hubungan status sosial. Kemampuan
berkomunikasi dalam bahasa Inggris sangat berharga di dunia global saat ini. Sangat penting
bagi orang untuk berinteraksi satu sama lain, terutama di tempat-tempat di mana. Hampir
setiap hari, orang berbicara dalam bahasa Inggris. Banyak orang yang memanfaatkan bahasa
Inggris sebagai media komunikasi dan memudahkan masyarakat dari berbagai negara yang
datang untuk berinteraksi dan berkomunikasi. Sebagai bahasa internasional, bahasa Inggris
juga diajarkan di Indonesia baik di lembaga formal maupun nonformal.

Dalam aspek “apa yang harus diajari”, pendekatan komunikatif menekankan pentingnya
fungsi bahasa daripada hanya terpaku pada alfabet dan kosa kata, yang prinsipnya adalah
melatih para sarjana agar cocok menggunakan bahasa yang baik di lingkungan yang penuh
warna dan untuk tujuan yang penuh warna. serupa dengan komunikasi. Adapun aspek "Cara
mendidik", pendekatan komunikatif hampir berafiliasi dengan gagasan bahwa literasi bahasa
dapat membantu diri sendiri untuk lebih memahami bahasa yang dipelajari serta berbagai
paparan bahasa yang digunakan dalam pembukaan yang penuh warna untuk mengembangkan
kapasitas dan kemampuan para sarjana. Menjadikan kemampuan komunikatif sebagai bagian
dari bimbingan belajar bahasa dan dengan mengakui kemandirian bahasa dan komunikasi.

Berbagai pendekatan untuk bimbingan belajar dan literasi dapat tercakup dalam materi tes.
Perlengkapan diberi nama dengan tepat sehingga adil bagi para juru kampanye dari semua
latar belakang dan lingkungan bimbingan belajar. Pengetahuan tentang pendekatan
komunikatif dan pendekatan lain untuk bimbingan belajar diharapkan, seperti keakraban
dengan bahasa umum dari bimbingan belajar bahasa Inggris. Jadi berdasarkan pendapat
Larsen, dapat disimpulkan bahwa tujuan pengajaran bahasa komunikatif adalah untuk
memberikan kebebasan kepada pecandu bahasa atau sarjana bahasa untuk menggunakan
bahasa dalam komunikasi.

Saat ini banyak mata pelajaran non-agama, seperti matematika, bahasa, fisika yang
penyajiannya tidak tersentuh oleh nilai-nilai agama. Berbagai mata pelajaran disajikan guru
kepada siswa dengan rintangan logika. Melewati logika dan sama sekali tidak menyinggung
betapa dia adalah hasil ciptaan dan kehendak Tuhan, dia adalah praktik yang terjadi di
lembaga-lembaga pendidikan di negara-negara sekuler, di mana agama dianggap sebagai
urusan individu yang tidak sedikit kewajiban untuk memasukkannya. dalam pendidikan
kependidikan. Padahal jelas negara Indonesia bukanlah negara sekuler yang memisahkan
urusan agama dari campur tangan negara. Ketika dibuka undang-undang, maka perjumpaan
pendidikan adalah menjadi warga negara yang beriman dan bejek kepada Tuhan Yang Maha
Esa. Integrasi nilai-nilai ketuhanan dalam penyajian mata pelajaran apapun merupakan
bagian dari amanat undang-undang.

Pembelajaran bahasa Inggris merupakan mata pelajaran utama yang pasti diajarkan, mulai
dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Ia mengajarkan siswa atau siswa kemampuan
berbicara, baik aktif maupun pasif. Dia tidak hanya mengajarkan tata bahasa tetapi juga
mencakup penggunaan sosialnya di komunitas penutur asli. Oleh karena itu, para siswa
diperkenalkan dengan nilai-nilai sosial dari pidato sosial penutur bahasa Inggris. Selama ini
nilai-nilai tersebut tidak bertentangan dengan nilai-nilai Islam, tidak mengapa.

Namun, perbedaan budaya dan pemikiran yang tidak sesuai dengan ajaran Islam harus
dijelaskan kepada guru bahasa Inggris agar anak tidak meniru nilai-nilai begitu saja. Seluruh
proses pembelajaran tersebut menjadi sarana bagi terwujudnya penanaman nilai-nilai Islam
yang terintegrasi. Jika guru melakukan pendampingan pada saat melakukan transfer budaya,
diharapkan siswa lebih berhati-hati ketika berhadapan dengan TV atau internet sehingga
dapat melakukan filter dan tidak hanya meniru media seperti apa. Beberapa nilai tersebut
sangat berbahaya, seperti ikhtilat yang saat ini dianggap biasa padahal dalam hal agama
dilarang.

C. Penelitian Sebelumnya

Penelitian pengembangan model pembelajaran model ini bukanlah yang pertama karena
penelitian sebelumnya dengan materi pelajaran sudah banyak dilakukan oleh para sarjana.
Berdasarkan penelusuran hasil penelitian sebelumnya, posisi penelitian ini mungkin
berlanjut, menyempurnakan, atau membahas tidak seimbang. Berikut beberapa hasil
penelitian terkait pengembangan modul:

Penelitian pertama yang relevan dengan penelitian ini adalah “PENGEMBANGAN MODUL
BERBASIS MODEL PEMBELAJARAN PEMECAHAN MASALAH PADA TEMA 6
SUBTEMA TUBUH MANUSIA KELAS V SD/MI”. Hasil validasi ahli materi kualitas isi isi
skor rata-rata 3 dengan kriteria baik, pada aspek cakupan tepat memperoleh skor rata-rata
3,56 dengan kriteria sangat baik, pada aspek Model pembelajaran Problem Solving
memperoleh nilai rata-rata 4 dengan kriteria sangat baik. Validasi ahli media pada ukuran
modul diperoleh skor rata-rata 3,61 dengan kriteria sangat baik, aspek desain sampul modul
memperoleh skor rata-rata 3,61 dengan kriteria sangat baik dan pada aspek desain isi modul
diperoleh nilai rata-rata 3,61 dengan kriteria sangat baik. skor 3,69 dengan kriteria sangat
baik. Validasi Ahli Bahasa pada aspek kebahasaan atau kebahasaan memperoleh skor rata-
rata 3,5 dengan kriteria sangat baik dan pada aspek ketepatan kata dan kalimat memperoleh
skor rata-rata 3,39 dengan kriteria sangat baik. Pada uji coba terbatas kelas IV pada
Kementerian Prestasi dengan nilai rata-rata 3,29 dengan kriteria sangat menarik dan respon
pendidik dengan skor 3,33 dengan kriteria sangat menarik. Metode yang digunakan adalah
Research and Development (RND).

Penelitian kedua yang relevan dengan penelitian ini adalah “PENGEMBANGAN MODUL
MATA PELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM BERBASIS KURIKULUM
2013 DI MTs ISMARIA AL-QUR’ANIYYAH BANDAR LAMPUNG”. Hasil validasi
dilakukan oleh ahli “ahli” dengan persentase skor 86,67%, oleh ahli media “pakar” dengan
persentase skor 88,57%, dan layak untuk digunakan dan dapat diujicobakan kepada peserta
didik dengan menyempurnakan produk sesuai saran yang diberikan. Dan respon peserta didik
setelah menggunakan sejarah budaya Islam pada kurikulum 2013 menunjukkan persentase
perolehan skor 87,1% dengan kriteria “sangat baik”. Metode yang digunakan adalah
Research and Development (RnD).

Penelitian ketiga yang relevan dengan penelitian ini adalah “PENGEMBANGAN MODUL
PEMBELAJARAN”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata validasi uji materi
katup diperoleh 86,25% (sangat baik), rata-rata penilaian penilaian uji ahli media diperoleh
86% (sangat baik) dan rata-rata angket kepraktisan media diperoleh 87,8%. Uji keefektifan
dengan posttest. Metode yang digunakan adalah Research and Development (RnD).

Kesimpulan penelitian pengembangan model berdasarkan model pembelajaran ini bukan


yang pertama tetapi melengkapi dan menyempurnakan penelitian-penelitian sebelumnya.
Maka peneliti berharap penelitian yang saya lakukan saat ini bermanfaat dan dapat
melengkapi atau menyempurnakan yang sudah ada, sehingga dapat bermanfaat bagi pendidik
peserta didik dalam proses pembelajaran dapat meningkatkan aktivitas dan partisipasi peserta
didik dalam proses pembelajaran, membangun interaksi yang sama positifnya sehingga untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan oleh pendidik dan peserta didik.

Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2013. Page 176.

Hamdani. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia, 2011. Page 110.

Rayandra Asyhar, Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran. Jakarta: Referensi, 2012. Page 154.

Andi Prastowo, Pembelajaran Bahan Ajar Tematik Tinjauan Teoritis dan Praktis. Jakarta: Kencana Prenamedia Group, 2014. Page 380.

Ibid, Page 182-186.

Surya Dharma, Penulisan Modul, (Jakarta: Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik Dan Tenaga Kependidikan

Departemen Pendidikan Nasional,

Ibid, Page 159-161

Anda mungkin juga menyukai