Anda di halaman 1dari 36

Uji kelayakan penerapan modul “konstruksi dan utilitas gedung siswa kelas

XI semester 2” pada Mata pelajaran konstruksi dan utilitas gedung Kelas XI

Kompetensi keahlian desain permodelan dan informasi bangunan

SMK N 1 Purworejo

Oleh:

Hendri Prasetiyo

16505241055

PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2020

i
Bab I Pendahuluan

A. Latar belakang masalah

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,

serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan

negara. Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting seperti yang

telah dijelaskan pada UU No.20 Tahun 2003, pasal 3 yang menyatakan:

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi

peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada

Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,

mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung

jawab” (UU NO. 20 Tahun 2003).

Suatu kegiatan belajar mengajar dapat dikatakan berhasil apabila

kualitas mutu lulusan yang dihasilkan kompeten dan sesuai dengan apa

yang diharapkan atau banyaknya lulusan yang masuk ke dalam dunia

kerja. Keberhasilan proses pembelajaran tidak hanya bergantung dengan

metode pembelajaran yang digunakan, akan tetapi dapat dipengaruhi oleh

faktor-faktor lain, seperti halnya sumber belajar dan media pembelajaran

yang digunakan.

1
Pendidikan saat ini adalah pendidikan yang menerapkan kurikulum

2013 revisi yang di mana dalam proses pembelajaran lebih mengedepankan

siswa sebagai pusat belajar mengajar atau lebih dikenal dengan istilah student

center. Pendidikan yang seperti ini menuntut siswa untuk dapat belajar

mandiri serta tidak memandang guru sebagai satu-satunya sumber belajar. Hal

tersebut dapat dilaksanakan apabila sumber belajar berupa tersedianya media

pembelajaran seperti modul pembelajaran yang ada harus memadai dan layak

sehingga dapat membantu siswa dalam belajar mandiri.

Modul merupakan bahan ajar yang disusun secara sistematis

dengan bahasa yang mudah dipahami oleh Peserta didik, sesuai usia dan

tingkat pengetahuan mereka agar mereka dapat belajar secara mandiri

dengan bimbingan minimal dari pendidik. Andi Prastowo (2012: 106),

Penggunaan modul dalam pembelajaran bertujuan agar pesta didik dapat

belajar mandiri tanpa atau dengan minimal dari pendidik, di dalam

pembelajaran, pendidik hanya sebagai fasilitator.

Sukiman (2011: 131), menyatakan bahwa modul adalah bagian

kesatuan belajar yang terencana yang dirancang untuk membantu peserta

didik secara individual dalam mencapai tujuan belajarnya. Peserta didik

yang memiliki kecepatan tinggi dalam belajar akan lebih cepat menguasai

materi. Sementara itu, peserta didik yang memiliki kecepatan rendah

dalam belajar bisa belajar lagi dengan mengulangi bagian-bagian yang

belum dipahami sampai paham.

2
Rudi Susilana dan Cepi Riyana (2008: 14), modul merupakan suatu

paket program yang disusun dalam satuan tertentu dan didesain sedemikian

rupa guna kepentingan belajar siswa. Satu paket modul biasanya memiliki

komponen petunjuk guru, lembaran kegiatan siswa, lembar kerja siswa, kunci

lembaran kerja, lembaran tes, dan kunci lembaran tes.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas definisi modul yaitu bahan

belajar mandiri, guna membantu siswa menguasai tujuan belajarnya, dan

paket program yang disusun dan didesain sedemikian rupa untuk

kepentingan belajar siswa.

Modul yang dikembangkan harus memiliki karakteristik yang

diperlukan sebagai modul agar mampu menghasilkan modul yang mampu

meningkatkan motivasi penggunaannya. Menurut Direktorat Pembinaan

Sekolah Menengah Kejuruan (2008: 4-7), modul yang akan dikembangkan

harus memperhatikan lima karakteristik sebuah modul yaitu self

instruction, self contained, stand alone, adaptif, dan user friendly.

1. Self Instruction, siswa dimungkinkan belajar secara mandiri dan

tidak tergantung pada pihak lain. Self Intruction dapat terpenuhi

jika modul tersebut: memuat tujuan pembelajaran yang jelas;

materi pembelajaran dikemas dalam unit-unit kegiatan yang

kecil/spesifik; ketersediaan contoh dan ilustrasi yang mendukung

kejelasan pemaparan materi pembelajaran; terdapat soal-soal

latihan, tugas dan sejenisnya; kontekstual; bahasanya sederhana

dan komunikatif; adanya rangkuman materi

3
pembelajaran; adanya instrumen penilaian mandiri (self

assessment); adanya umpan balik atas penilaian siswa; dan

adanya informasi tentang rujukan.

2. Self Contained, seluruh materi pembelajaran yang dibutuhkan

termuat dalam modul tersebut. Karakteristik ini memberikan

kesempatan kepada siswa untuk mempelajari materi

pembelajaran secara tuntas.

3. Stand Alone, modul yang dikembangkan tidak tergantung pada

bahan ajar lain atau tidak harus digunakan bersama-sama

dengan bahan ajar lain. Siswa tidak perlu bahan ajar lain untuk

mempelajari atau mengerjakan tugas pada modul tersebut.

4. Adaptif, modul tersebut dapat menyesuaikan perkembangan

ilmu pengetahuan dan teknologi, fleksibel/luwes digunakan di

berbagai perangkat keras (hardware). Modul yang adaptif

adalah jika modul tersebut dapat digunakan sampai kurun

waktu tertentu.

5. User Friendly (bersahabat/akrab), modul memiliki instruksi

dan paparan informasi bersifat sederhana, mudah dimengerti,

serta menggunakan istilah yang umum digunakan. Penggunaan

bahasa sederhana dan penggunaan istilah yang umum

digunakan merupakan salah satu bentuk user friendly.

Prosedur penulisan modul merupakan proses pengembangan modul

yang dilakukan secara sistematis. Penulisan modul dilakukan dengan

4
prosedur sebagai berikut (Sugiyono, 2015). (1) identifikasi masalah, (2)

pengumpulan data, (3) desain produk, (4) validasi desain, (5) revisi desain,

(6) uji coba produk, (7) revisi produk 1, (8) uji coba pemakaian, (9) revisi

produk 2 dan, (10) produk masal.

Adapun tujuan adanya pengembangan modul adalah untuk

mengembangkan sebuah media pembelajaran cetak untuk mempelajari

materi dan untuk membantu pendidik dalam menyampaikan materi

pembelajaran.

Dari hasil wawancara dengan guru Konstruksi Utilitas Gedung

Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Purworejo, diketahui bahwa

pembelajaran yang telah berjalan masihlah berpusat terhadap guru sebagai

sumber belajar. Hal itu terjadi dikarenakan belum adanya modul

pembelajaran Konstruksi Utilitas Gedung yang dapat digunakan guna

membantu proses pembelajaran, sehingga hasil belajar yang ada

bergantung pada tingkat pemahaman siswa masing-masing.

Oleh sebab itu diperlukan sebuah media pembelajaran modul yang

dapat digunakan siswa guna mempelajari materi pembelajaran secara mandiri,

serta sebuah media yang dapat membantu pendidik dalam menyampaikan

materi pembelajaran kepada siswa. Modul yang digunakan tersebut haruslah

modul yang layak. Berdasarkan pemikiran tersebut, maka perlu untuk

diadakannya penelitian dengan judul “Uji kelayakan modul “konstruksi

dan utilitas gedung siswa kelas XI semester 2” dalam

5
upaya pencapaian hasil belajar siswa pada mata pelajaran konstruksi

dan utilitas gedung Kompetensi keahlian desain permodelan dan

informasi bangunan di SMK N 1 Purworejo”.

B. Identifikasi masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat diidentifikasikan

masalahnya sebagai berikut:

1. Pembelajaran masih berpusat kepada guru sebagai sumber belajar

2. Pembelajaran jarang menggunakan media pembelajaran

3. Modul pembelajaran belum digunakan dalam pembelajaran Konstruksi

Utilitas Gedung(KUG)

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, penelitian ini dibatasi

pada “Uji kelayakan modul “konstruksi dan utilitas gedung siswa kelas XI

semester 2” pada mata pelajaran konstruksi dan utilitas gedung

Kompetensi keahlian desain permodelan dan informasi bangunan di SMK

N 1 Purworejo”.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah

dikemukakan di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini yaitu:

Bagaimanakah kelayakan modul Konstruksi Utilitas Gedung siswa kelas

XI semester 2 pada siswa kelas XI desain permodelan dan informasi

bangunan SMK N 1 Purworejo.

6
E. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu: Guna mengetahui

kelayakan modul pembelajaran Konstruksi Utilitas Gedung siswa kelas

XI semester 2 sebagai upaya pencapaian hasil belajar siswa kelas XI

DPIB di SMK N 1 Purworejo.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi yang

bermanfaat baik secara teoritis maupun praktis.

1. Secara Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi

perkembangan ilmu pengetahuan tentang media pembelajaran

khususnya modul serta bermanfaat guna pengembangan media

pembelajaran pada mata pelajaran KUG.

2. Secara Praktis

a. Bagi siswa

Bagi siswa, hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu siswa

dalam upaya pemilihan sumber belajar khususnya pada mata

pelajaran KUG.

b. Bagi guru

Bagi guru, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai

saran memilih media bantu ajar guna proses pembelajaran KUG

pada khususnya.

7
c. Bagi sekolah

Bagi sekolah, hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna guna

meningkatkan keefektifan proses belajar mengajar KUG pada

khususnya.

8
Bab II kajian Pustaka

A. Kajian Teori

1. Efektivitas pembelajaran

Menurut Nana Sudjana (1990: 50) “Efektivitas proses

pembelajaran berkenaan dengan jalan, upaya, teknik, dan strategi yang

digunakan dalam mencapai tujuan secara optimal, tepat, dan cepat”.

Efektivitas diartikan sebagai taraf tercapainya suatu tujuan. Suatu usaha

dapat dikatakan efektif bila usaha tersebut mencapai tujuannya. Dengan

demikian dapat dikatakan bahwa efektivitas lebih menunjukkan pada hasil

yang spesifik, yaitu efektivitas menunjukkan keberhasilan bagi segi

tercapai tidaknya sasaran yang telah diterapkan. Efektivitas belajar penting

untuk diukur agar diketahui sejauh mana tujuan yang ditetapkan telah

dicapai. Bagi guru efektivitas belajar siswa merupakan alat ukur untuk

menilai berhasil tidaknya proses belajar mengajar yang telah dilakukan,

sedangkan siswa berkepentingan untuk mengetahui efektivitasnya guna

mengukur sejauh mana siswa menguasai materi yang diajarkan oleh guru.

Seorang guru harus memperhatikan berbagai hal yang dapat

mempengaruhi pencapaian efektivitas belajar serta mengadakan evaluasi

setiap saat sehingga dapat mempengaruhi sejauh mana siswa telah mampu

menerima dan menguasai materi yang telah ditampilkan. Efektivitas

belajar adalah tingkat pencapaian tujuan pembelajaran. Pencapaian tujuan

tersebut berupa peningkatan pengetahuan dan keterampilan serta

pengembangan sikap melalui proses pembelajaran yang mendidik.

9
Efektivitas belajar mempunyai aspek-aspek sebagai berikut:

peningkatan pengetahuan, peningkatan keterampilan, peningkatan sikap,

peningkatan prestasi dan perilaku siswa. Pengukuran pencapaian secara

akurat itu sangat penting, karena guru tidak dapat membantu siswanya

secara efektif jika tidak mengetahui keterampilan dan pengetahuan yang

dikuasai siswanya dan pelajaran apa yang menjadi masalah bagi siswanya.

Pencapaian siswa itu dimaksudkan agar pengetahuan dan keterampilan

dapat dikuasai oleh siswa sebagai hasil pengalaman.

Menurut Winarno Surakhmad (1994: 80) faktor yang mempengaruhi

efektivitas belajar diantaranya adalah kemampuan guru dalam menggunakan

media pembelajaran. Penggunaan media pembelajaran dipengaruhi oleh

faktor tujuan, siswa, situasi, fasilitas dan pengajar itu sendiri. Semakin baik

dan semakin tepat penggunaan suatu metode dan media, maka akan semakin

efektif pula pencapaian tujuan yang telah ditetapkan, sehingga hasil belajar

siswa lebih baik dan mantap. Pembelajaran yang efektif ditentukan oleh

kemanfaatannya. Sebab, proses pembelajaran menunjukkan persentase

keterlibatan siswa yang tinggi dalam waktu yang tepat, sehingga pencapaian

tujuan diperoleh dengan sikap siswa yang baik. Dengan demikian dapat

dikatakan bahwa efektifitas proses tujuan pembelajaran tepat sasarannya

sesuai dengan tujuan yang ditetapkan.

2. Pembelajaran

Pembelajaran berasal dari kata belajar. Menurut Azhar Arsyad

(2007: 1), Belajar adalah proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap

10
orang sepanjang hidupnya. Proses belajar ini terjadi karena adanya

interaksi antara seseorang dengan lingkungannya, oleh karena itu belajar

dapat terjadi kapan saja dan di mana saja.

Menurut Jamil Suprihatiningrum (2013: 75), Pembelajaran

merupakan serangkaian yang melibatkan informasi dan lingkungan yang

disusun secara terencana untuk memudahkan siswa dalam belajar.

Lingkungan yang dimaksud tidak hanya berupa tempat ketika

pembelajaran itu berlangsung, tetapi juga metode, media, dan peralatan

yang diperlukan untuk menyampaikan informasi.

Sedangkan menurut Sudjana dalam Sugihartono, dkk (2007: 80),

pembelajaran merupakan setiap upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh

pendidik yang dapat menyebabkan peserta didik melakukan kegiatan

belajar.

Dari beberapa penjelasan pembelajaran yang telah di paparkan di

atas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan suatu

kegiatan interaksi antara siswa dengan guru dan sumber belajar. Salah satu

komponen pembelajaran yang memudahkan siswa dalam pembelajaran

adalah lingkungan yang salah satunya berupa media pembelajaran.

3. Media Pembelajaran

a. Pengertian media pembelajaran

Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak

dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar.

Medoe perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan.

11
Media pembelajaran adalah perantara atau perantara pesan dari

pengirim pesan ke penerima pesan.

Arief S Sadiman, dkk dalam bukunya yang berjudul “Media

Pendidikan” (2010: 6-7), Adapun batasan tentang media. Menurut

Asosiasi Teknologi dan Komunikasi Pendidikan (Association of

Education Communication Technology/AECT) di Amerika,

membatasi media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan

orang untuk menyalurkan pesan/ informasi.

Menurut Asosiasi Pendidikan Nasional (National Education

Association/NEA), media adalah bentuk-bentuk komunikasi baik

tercetak maupun audiovisual serta peralatannya. Media dapat

dimanipulasi, dapat dilihat, didengar dan dibaca. Apapun batasan yang

diberikan, ada persamaan di antara batasan tersebut yaitu bahwa media

adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan

dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran,

perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa

sehingga proses belajar terjadi.

Media dalam koteks pendidikan menurut Heinich dalam Azhar

Arsyad (2005: 3), menyebutkan bahwa media pembelajaran

merupakan pembawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan

instruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran.

Sedangkan menurut Latuheru (1993) dalam Azhar Arsyad (2005: 4),

media merupakan semua bentuk perantara yang digunakan oleh manusia

12
untuk menyampaikan atau menyebar ide, gagasan, atau pendapat

sehingga ide, gagasan atau pendapat yang dikemukakan itu sampai

kepada penerima yang dituju.

Sementara itu, menurut Gagne’ dan Briggs (1975) yang dikutip

Azhar Arsyad (2005: 4), media pembelajaran diartikan sebagai alat-

alat grafis, fotografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses,

dan menyusun kembali informasi visual atau variabel, dengan kata lain

media pembelajaran adalah komponen sumber belajar atau wahana

fisik yang mengandung materi pembelajaran di lingkungan pesta didik

yang dapat merangsang peserta didik untuk belajar.

b. Fungsi media pembelajaran

Fungsi media pembelajaran oleh Yudhi Munadi (2013: 37-48),

membagi menjadi beberapa fungsi yaitu sebagai berikut:

1) Fungsi media pembelajaran sebagai sumber belajar. Maksudnya

adalah media pembelajaran dapat menggantikan fungsi guru

sebagai sumber belajar yakni sebagai penyalur, penyampai,

penghubung, dan lain sebaginya.

2) fungsi semantik. Yakni media pembelajaran mampu menambah

pembendaharaan kata yang makna atau maksudnya benar-benar

bisa dipahami anak didik.

3) Fungsi manipulatif. Maksudnya adalah media pembelajaran

mampu mengatasi hambatan ruang dan waktu, kemudian juga

mengatasi keterbatasan Panca indra manusia.

13
4) Fungsi psikologis. Fungsi psikologis terbagi menjadi lima bagian

yaitu sebagai berikut:

a) Fungsi atensi, yaitu meningkatkan perhatian siswa terhadap

materi yang diajarkan.

b) Fungsi afektif, yaitu menggugah perasaan, emosi, serta tingkat

penerimaan ataupun penolakan dari siswa terhadap materi yang

diajarkan.

c) Fungsi kognitif, yaitu mampu memberikan persepsi,

mengingat, berpikir, kemudian mengembangkan gagasan dan

tanggapan yang dituangkan dalam kata-kata.

d) Fungsi imajinatif, yaitu media pembelajaran harus bisa

meningkatkan serta mengembangkan imajinasi yang dimiliki

oleh siswa.

e) Fungsi motivasi, yaitu melalui media pembelajaran guru dapat

memberikan motivasi bagi siswa dengan cara memberikan dan

menimbulkan harapan agar aktif dalam proses pembelajaran.

5) Fungsi sosio- kultural. Maksudnya adalah media pembelajaran

harus bisa mengatasi masalah adat, budaya, keyakinan, dan lain-

lain antara peserta didik dengan cara memberikan rangsangan yang

sama, menyamakan pengalaman, dan memberikan persepsi yang

sama.

14
Sedangkan menurut Levie dan Lentz (1982) yang dikutip Azhar

Arsyad (2015: 20-21), mengutarakan empat fungsi media

pembelajaran, khususnya media visual, yaitu:

1) Fungsi atensi, yakni menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk

berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna

visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran.

2) Fungsi afektif, yakni media visual dapat terlihat dari tingkat

kenikmatan siswa dalam belajar (membaca) teks yang bergambar.

3) Fungsi kognitif, yakni media visual atau gambar memperlancar

pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau

pesan yang terkandung dalam gambar.

4) Fungsi kompensatoris, yakni media pembelajaran berfungsi untuk

mengakomondasikan siswa yang lemah dan lambat menerima dan

memahami isi pelajaran yang disajikan dengan teks atau disajikan

dengan verbal.

c. Manfaat media pembelajaran

Menurut Sudjana dan Rivai yang dikutip Azhar Arsyad (2007: 28),

manfaat media pembelajaran dalam proses belajar siswa adalah:

1) Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat

menumbuhkan motivasi belajar.

2) Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat

lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkan menguasai dan

mencapai tujuan pembelajaran.

15
3) Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata

komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga

siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga apabila kalau

guru mengajar pada setiap jam pelajaran.

4) Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak

hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga melakukan aktivitas

lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan,

memerankan, dan lain-lain.

Sedangkan Arief S Sadiman, dkk., menjelaskan beberapa kegunaan

dari media pendidikan dalam proses belajar mengajar, yaitu:

1) Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis

(dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka).

2) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera.

3) Penggunaan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat

mengatasi sikap pasif anak didik.

4) Memberikan perangsangan, pengalaman, dan peresepsi yang sama.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan, manfaat media dalam

kegiatan pembelajaran yaitu:

1) Memperjelas penyajian materi yang dapat memudahkan siswa

dalam belajar.

2) Menarik minat belajar siswa sehingga dapat meningkatkan

motivasi belajar siswa.

16
3) Dapat mengatasi keterbatasan indra, ruang dan waktu.

4) Memudahkan siswa untuk dapat belajar mandiri.

4. Media bahan cetak

a. Pengertian media bahan cetak

Menurut Rudi Susilana dan Cepi Riyana dalam bukunya yang

berjudul Media Pembelajaran (2008: 14-15), Media bahan cetak adalah

media visual pembuatannya melalui proses pencetakan/Printing atau

ofset. Media bahan cetak ini menyajikan pesannya melalui huruf dan

gambar-gambar yang diilustrasikan untuk lebih memperjelas pesan

atau informasi yang disajikan.

b. Jenis media bahan cetak

Ada macam-macam bahan cetak di antaranya adalah sebagai

berikut:

1) Buku Teks, yaitu buku tentang suatu bidang studi atau ilmu

tertentu yang disusun untuk memudahkan para guru dan siswa

dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran.

2) Modul, yaitu suatu paket program yang disusun dalam bentuk

satuan tertentu dan didesain sedemikian rupa guna kepentingan

belajar siswa.

3) Bahan Pengajaran Terprogram, yaitu paket program pengajaran

individual, hampir sama dengan modul. Perbedaannya dengan

modul, bahan pengajaran terprogram ini disusun dalam topik-topik

kecil untuk setiap bingkai/halamannya.

17
c. Kelebihan media bahan cetak

1) Dapat menyajikan pesan atau informasi dalam jumlah yang banyak.

2) Pesan atau informasi dapat dipelajari oleh siswa sesuai dengan

kebutuhan, minat, dan kecepatan masing-masing.

3) Dapat dipelajari kapan dan Diana saja karena mudah dibawa.

4) Akan lebih menarik apabila dilengkapi dengan gambar dan warna.

5) Perbaikan atau revisi mudah dilakukan.

d. Kelemahan media bahan cetak

Menurut Azhar Arsyad (2015: 40-41), adapun keterbatasan media

cetakan, yaitu:

1) Sulit menampilkan gerak dalam halaman media cetakan.

2) Biaya percetakan akan mahal apabila ingin menampikan ilustrasi,

gambar, atau foto yang berwarna-warni.

3) Proses percetakan media sering kali memakan waktu beberapa hari.

4) Pembagian unit-unit pelajaran dalam media cetakan harus

dirancang sedemikian rupa sehingga tidak terlalu panjang dan

dapat membosankan siswa.

5) Jika tidak dirawat dengan baik, media cetakan cepat rusak atau

hilang.

5. Modul

a. Pengertian modul

Modul merupakan bahan ajar yang disusun secara sistematis dengan

bahasa yang mudah dipahami oleh Peserta didik, sesuai usia dan tingkat

18
pengetahuan mereka agar mereka dapat belajar secara mandiri dengan

bimbingan minimal dari pendidik. Andi Prastowo (2012: 106),

Penggunaan modul dalam pembelajaran bertujuan agar pesta didik

dapat belajar mandiri tanpa atau dengan minimal dari pendidik, di

dalam pembelajaran, pendidik hanya sebagai fasilitator.

Sukiman (2011: 131), menyatakan bahwa modul adalah bagian

kesatuan belajar yang terencana yang dirancang untuk membantu

peserta didik secara individual dalam mencapai tujuan belajarnya.

Peserta didik yang memiliki kecepatan tinggi dalam belajar akan lebih

cepat menguasai materi. Sementara itu, peserta didik yang memiliki

kecepatan rendah dalam belajar bisa belajar lagi dengan mengulangi

bagian-bagian yang belum dipahami sampai paham.

Rudi Susilana dan Cepi Riyana (2008: 14), modul merupakan suatu

paket program yang disusun dalam satuan tertentu dan didesain

sedemikian rupa guna kepentingan belajar siswa. Satu paket modul

biasanya memiliki komponen petunjuk guru, lembaran kegiatan siswa,

lembar kerja siswa, kunci lembaran kerja, lembaran tes, dan kunci

lembaran tes.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas definisi modul yaitu bahan

belajar mandiri, guna membantu siswa menguasai tujuan belajarnya,

dan paket program yang disusun dan didesain sedemikian rupa untuk

kepentingan belajar siswa.

19
b. Karakteristik modul

Modul yang dikembangkan harus memiliki karakteristik yang

diperlukan sebagai modul agar mampu menghasilkan modul yang

mampu meningkatkan motivasi penggunaannya. Menurut Direktorat

Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan (2008: 4-7), modul yang akan

dikembangkan harus memperhatikan lima karakteristik sebuah modul

yaitu self-instruction, self-contained, stand alone, adaptif, dan user

friendly.

1. Self Instruction, siswa dimungkinkan belajar secara mandiri

dan tidak tergantung pada pihak lain. Self Intruction dapat

terpenuhi jika modul tersebut: memuat tujuan pembelajaran

yang jelas; materi pembelajaran dikemas dalam unit-unit

kegiatan yang kecil/spesifik; ketersediaan contoh dan ilustrasi

yang mendukung kejelasan pemaparan materi pembelajaran;

terdapat soal-soal latihan, tugas dan sejenisnya; kontekstual;

bahasanya sederhana dan komunikatif; adanya rangkuman

materi pembelajaran; adanya instrumen penilaian mandiri (sel

assessment); adanya umpan balik atas penilaian siswa; dan

adanya informasi tentang rujukan.

2. Self Contained , seluruh materi pembelajaran yang dibutuhkan

termuat dalam modul tersebut. Karakteristik ini memberikan

kesempatan kepada siswa untuk mempelajari materi

pembelajaran secara tuntas.

20
3. Stand Alone, modul yang dikembangkan tidak tergantung pada

bahan ajar lain atau tidak harus digunakan bersama-sama

dengan bahan ajar lain. Siswa tidak perlu bahan ajar lain untuk

mempelajari atau mengerjakan tugas pada modul tersebut.

4. Adaptif, modul tersebut dapat menyesuaikan perkembangan

ilmu pengetahuan dan teknologi, fleksibel/luwes digunakan di

berbagai perangkat keras (hardware). Modul yang adaptif

adalah jika modul tersebut dapat digunakan sampai kurun

waktu tertentu.

5. User Friendly (bersahabat/akrab), modul memiliki instruksi dan

paparan informasi bersifat sederhana, mudah dimengerti, serta

menggunakan istilah yang umum digunakan. Penggunaan

bahasa sederhana dan penggunaan istilah yang umum

digunakan merupakan salah satu bentuk user friendly.

c. Kelebihan dan Kelemahan Modul Pembelajaran

Modul mempunyai kelebihan dan kelemahan sebagaimana yang

dikemukakan oleh Vembriarto (1981: 25). Kelebihan menggunakan

modul dalam proses belajar mengajar antara lain:

1) Mengatasi keterbatasan waktu, ruang, dan daya indera, baik siswa

maupun guru.

2) Dapat digunakan secara tepat dan bervariasi, seperti untuk

meningkatkan motivasi atau gairah belajar, mengembangkan

21
kemampuan dalam berinteraksi langsung dengan lingkungan

belajar.

3) Memungkinkan siswa dapat mengukur atau mengevaluasi sendiri

hasil belajarnya.

4) Siswa lebih aktif belajar.

5) Guru dapat berperan sebagai pembimbing, bukan semata-mata

sebagai pengajar.

6) Membiasakan siswa untuk percaya pada diri sendiri.

7) Adanya kompetisi yang sehat antar siswa.

8) Dapat meringankan beban guru.

9) Belajar lebih efektif, dan evaluasi perbaikan yang cukup berarti.

10) Sistem ini dapat menyerap perhatian anak sehingga pelajaran

menunjukkan lebih berhasil apabila dibandingkan dengan ceramah.

Kelemahan penggunaan modul dalam proses pembelajaran

sebagaimana yang dikemukakan oleh Vembriarto antara lain:

1) Kesukaran pada siswa tidak segera dibatasi.

2) Tidak semua siswa dapat belajar sendiri, melainkan membutuhkan

bantuan guru.

3) Tidak semua bahan dapat dimodulkan dan tidak semua guru

mengetahui cara pelaksanaan pembelajaran menggunakan modul.

4) Kesukaran penyiapan bahan dan memerlukan banyak biaya dalam

pembuatan modul.

22
5) Adanya kecenderungan siswa untuk tidak mempelajari modul

secara baik.

d. Sistematika modul

Menurut Surahman (2010: 2) yang dikutip oleh Andi Prastowo

(2011: 113- 114), sistematika modul mempunya urutan sebagai berikut:

1) Judul modul, Bagian ini berisi tentang nama modul dari suatu mata

kuliah tertentu.

2) Petunjuk umum, Bagian ini memuat penjelasan tentang langkah-

langkah yang akan ditempuh dalam pembelajaran, meliputi:

a) Kompetensi dasar.

b) Pokok bahasan.

c) Indikator pencapaian.

d) Referensi (diisi petunjuk pendidik tentang buku-buku referensi

yang dipergunakan).

e) Strategi pembelajaran (menjelaskan pendekatan, metode,

langkah yang dipergunakan dalam proses pembelajaran).

f) Lembar kegiatan pembelajaran.

g) Petunjuk bagi peserta didik untuk memahami langkah-langkah

dan materi pembelajaran.

h) Evaluasi

3) Materi modul, Bagian ini berisi penjelasan secara rinci tentang

materi yang di ajarkan pada setiap pembelajaran.

23
4) Evaluasi semester, Evaluasi ini terdiri atas evaluasi tengah semester

dan akhir semester dengan tujuan untuk mengukur kompetensi peserta

didik sesuai materi pembelajaran yang diberikan.

Sedangkan menurut, Direktorat tenaga ke pendidikan (2008: 21-

26), menjelaskan struktur penulisan suatu modul sering dibagi menjadi

tiga bagian yaitu bagian pembuka, bagian isi, dan bagian penutup.

1) Bagian pembuka, Bagian pembuka meliputi beberapa hal yaitu:

a) Judul modul menarik dan memberi gambaran tentang materi

yang dibahas dan menggambarkan isi materi.

b) Daftar isi menyajikan topik-topik yang akan dibahas.

c) Peta informasi berupa kaitan antara topik-topik yang dibahas.

d) Daftar tujuan kompetensi.

e) Tes awal.

2) Bagian inti, Bagian inti meliputi beberapa hal yaitu:

a) Pendahuluan/tinjauan umum materi.

b) Hubungan dengan materi atau pelajaran yang lain.

c) Uraian materi, Uraian materi merupakan penjelasan secara

terperinci tentang materi pembelajaran yang disampaikan

dalam modul. Apabila materi yang akan dituangkan cukup luas,

maka dapat dikembangkan ke dalam beberapa Kegiatan Belajar

(KB). Setiap KB memuat uraian materi, penugasan, dan

rangkuman. 3. Bagian Penutup:

3) Bagian penutup mencakup beberapa hal di dalamnya yaitu:

24
a) Glossary atau daftar istilah, Glossary berisikan definisi-definisi

konsep yang dibahas dalam modul. Definisi tersebut dibuat

ringkas dengan tujuan untuk mengingat kembali konsep yang

telah dipelajari.

b) Tes Akhir, Tes akhir merupakan latihan yang dapat pembelajar

kerjakan setelah mempelajari suatu bagian dalam modul. Aturan

umum untuk tes akhir ialah bahwa tes tersebut dapat dikerjakan

oleh pembelajar dalam waktu sekitar 20% dari waktu mempelajari

modul. Jadi, jika suatu modul dapat diselesaikan dalam tiga jam

maka tes akhir harus dapat dikerjakan oleh peserta belajar dalam

waktu sekitar setengah jam.

c) Indeks, Indeks memuat istilah-istilah penting dalam modul

serta halaman di mana istilah tersebut ditemukan. Indeks perlu

diberikan dalam modul supaya pembelajar mudah menemukan

topik yang ingin dipelajari. Indeks perlu mengandung kata

kunci yang kemungkinan pembelajar akan mencarinya.

e. Prosedur penulisan modul

Prosedur penulisan modul merupakan proses pengembangan modul

yang dilakukan secara sistematis. Adapun langkah-langkah yang

ditempuh menurut Sugiyono (2015) dalam penelitian dan pengembangan

modul yaitu: (1) identifikasi masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain

produk, (4) validasi desain, (5) revisi desain, (6) uji coba

25
produk, (7) revisi produk 1, (8) uji coba pemakaian, (9) revisi produk 2

dan, (10) produk masal.

1. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah dilakukan untuk mengetahui

permasalahan-permasalahan yang ada ketika kegiatan

pembelajaran berlangsung, khususnya pada mata pelajaran

TKFL Kelas XII di SMK Negeri 1 Seyegan. Kegiatan

identifikasi ini digunakan sebagai acuan untuk menemukan

gagasan dalam memecahkan masalah.

2. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi dalam proses

pembelajaran di kelas XII program studi TFL Kelas XII SMK

Negeri 1 Seyegan. Observasi dilakukan dengan cara wawancara

langsung kepada pendidik pengampu mata pelajaran TKFL.

Memperhatikan data-data yang berkaitan dengan pembelajaran

pada mata pelajaran TKFL yang ada disekolah (silabus,

kompetensi dasar, dan materi TKFL, memperhatikan prosedur

pembuatan modul yang akan digunakan sebagai acuan dalam

penyusunan dan desain modul, mencari sumber-sumber materi

yang akan digunakan untuk penelitian maupun untuk modul

pembelajaran dari beberapa referensi

3. Desain Produk

26
Desain produk, pada kegiatan ini dalam mendesain modul

pembelajaran TKFL, langkah-langkah yang digunakan antara

lain: (1) menentukan sampul modul, (2) kompetensi dan isi

materi pada modul sesuai dengan silabus yang digunakan, dan

(3) ukuran dan jenis dari modul.

4. Validasi Desain

Validasi desain merupakan kegiatan untuk menilai rancangan

produk yang telah di desain. Pada kegiatan ini validasi modul

dilakukan oleh beberapa ahli materi yaitu dosen dan guru

pengampu pada mata pelajaran TKFL untuk menilai muatan isi

pada modul serta kesesuaian isi modul dengan pembelajaran di

sekolah, dan ahli media yaitu dosen untuk menilai desain

penyajian pada modul. Validasi desain yang dilakukan ini

dengan menggunakan instrumen penelitian.

5. Revisi Desain

Setelah dilakukan validasi desain oleh para ahli maka langkah

selanjutnya yaitu melakukan revisi desain pada modul.

Kegiatan revisi ini merupakan kegiatan untuk memperbaiki

desain modul sesuai dengan masukan dan saran yang

disampaikan oleh beberapa ahli setelah melakukan validasi

desain. Dengan dilakukannya perbaikan ini diharapkan modul

yang akan dibuat lebih sesuai dengan modul yang dibutuhkan.

6. Uji Coba Produk

27
Kegiatan uji coba produk terbatas ini dilakukan untuk

menemukan kekurangan-kekurangan dari produk yang telah

dikembangkan. Uji coba terbatas dilakukan pada kelompok

kecil dengan jumlah siswa 3-6 orang.

7. Revisi Produk 1

Setelah dilakukannya uji coba terbatas pada beberapa siswa,

maka didapatkan saran-saran dan masukan. Berdasarkan saran

dan masukan tersebut dilakukan perbaikan pada bagian-bagian

yang memerlukan perbaikan. Sehingga modul yang

dikembangkan sudah merupakan desain model operasional

yang siap untuk dilakukan uji coba keterbacaan secara luas.

8. Uji coba pemakaian

Uji coba pemakaian dilakukan pada kelompok yang lebih

besar. Kegiatan uji coba pemakaian dilakukan di salah satu

kelas XII jurusan TFL 1 di SMK Negeri 1 Seyegan dengan

jumlah siswa 25 orang. Uji coba ini untuk melihat kelayakan

modul TKFL yang telah dikembangkan.

9. Revisi Produk 2

Setelah dilakukannya kegiatan uji coba pemakaian pada siswa,

maka didapatkannya saran dan masukan. Dari saran dan

masukan yang diberikan oleh siswa tersebut maka dilakukan

perbaikan pada bagian-bagian yang memerlukan perbaikan

berdasarkan saran dan masukan yang ada.

28
10. Produk Masal

Produk yang telah direvisi sesuai dengan saran dan masukan

pada saat kegiatan uji coba keterbacaan maka produk tersebut

siap digunakan dalam kegiatan pembelajaran yang

sesungguhnya dan sebagai sarana belajar mandiri bagi siswa

kelas XII Jurusan TFL SMK Negeri 1 Seyegan.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Beberapa penelitian yang relevan dalam penelitian ini antara lain:

1. Skripsi yang berjudul “Efektivitas Penggunaan Modul pembelajaran

Pendidikan Kewarganegaraan Untuk meningkatkan Hasil Belajar

Siswa Kelas VII SMP Negeri 5 Wates” merupakan karya Airuliana.

Hasil penelitian Airuliana menunjukkan bahwa hasil analisis data uji-t

pada kelas eksperimen t hitung 8,254 > t tabel 0,266 dalam signifikan

5%. Persamaannya terletak pada metode penelitian, dan hasil

kesimpulan bahwa pembelajaran menggunakan modul lebih efektif dan

lebih meningkatkan hasil belajar dibandingkan dengan tidak memakai

modul. Perbedaannya terletak pada hasil analisis data, subjek

penelitian, lokasi penelitian, modul pembelajaran yang di gunakan, dan

kelas pada sampel penelitian.

2. Skripsi yang berjudul “Penggunaan Modul Sebagai Upaya Meningkatkan

Kemandirian Belajar PKn Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Depok

Sleman” merupakan karya Tri Heni. Hasil penelitian Tri Heni

menunjukkan bahwa modul dapat meningkatkan kemandirian siswa

29
berdasarkan hasil perbandingan pada siklus pertama ke siklus ke dua.

Persamaannya terletak pada penggunaan modul belajar pada mata

pelajaran PKn. Perbedaannya terletak pada hasil kesimpulan, metode

penelitian, subjek pelitian, lokasi penelitian, modul pembelajaran yang

digunakan, dan kelas pada sampel penelitian.

C. Kerangka Berpikir

Proses belajar mengajar adalah proses komunikasi yang di

dalamnya terdapat berbagai kegiatan belajar, salah satunya adalah dengan

penyampaian media pembelajaran oleh guru. Guru sebagai pendidik dan

penyelenggara kegiatan pembelajaran di kelas harus dapat

mengoptimalkan kegiatan belajar. Pembelajaran merupakan suatu upaya

yang dilakukan dengan sengaja oleh pendidik untuk menyampaikan ilmu

pengetahuan dan menciptakan sistem lingkungan belajar mengajar dengan

berbagai media, sumber dan metode. Di mana dengan menggunakan

media, sumber, dan metode pembelajaran dimaksudkan agar siswa dapat

melakukan kegiatan belajar secara efektif dan efisien sehingga hasil

belajarnya dapat optimal. Agar dapat diperoleh hasil belajar yang optimal,

maka dalam proses pembelajaran diperlukan suatu media, sumber, dan

metode pembelajaran yang tepat.

Pembelajaran merupakan suatu proses di mana guru saling

berinteraksi. Guru harus mampu memberikan sajian yang menarik dalam

proses pembelajaran tersebut dan siswa pun aktif, kreatif, serta mandiri

dalam memahami sajian yang diberikan guru. Tujuan pembelajaran akan

30
terwujud apabila didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai seperti

halnya modul. Modul merupakan satu paket bahan ajar yang berkenaan

dengan satu unit bahan ajar yang berisi tujuan instruksional, materi pelajaran,

evaluasi, serta dipakai untuk jangka waktu tertentu. Keuntungan

menggunakan modul sebagai bahan ajar bagi siswa adalah adanya umpan

balik (feedback), penguasaan tuntas (mastery), tujuannya jelas, menimbulkan

motivasi yang kuat, pengajaran modul dapat disesuaikan dengan perbedaan

siswa (fleksibilitas), kerja sama dan pengajaran remedial. Sedangkan

keuntungan yang didapat guru dari penggunaan modul dalam proses

pembelajaran adalah timbulnya rasa puas, dapat memberikan bantuan

individual, mengadakan pengayaan, kebebasan dari rutinitas yang

membelenggunya selama ini, mencegah kemubaziran, meningkatkan profesi

keguruan dan evaluasi formatif. Selain itu, penggunaan modul dapat

mendorong siswa untuk lebih aktif, kreatif, dan mandiri dalam mempelajari

materi pelajaran. Dengan adanya tujuan yang jelas, sikap aktif, kreatif, dan

mandiri siswa. Peningkatan pemahaman materi pelajaran yang dialami siswa

diharapkan akan mampu meningkatkan hasil belajar.

31
Bab III metode penelitian

A. Jenis, Model atau Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research

and Development) yang berfokus pada tahap uji coba modul guna

mengetahui apakah modul yang diuji sudah layak atau belum.

Adapun menurut Sugiyono (2015: 297), metode penelitian dan

pengembangan (Research and Development) adalah sebuah metode

penelitian yang produk dari hasil penelitiannya apabila digunakan untuk

membantu melakukan pekerjaan maka pekerjaannya akan semakin

produktif, efektif dan efisien.

Prosedur pengembangan pada penelitian ini mengacu pada

langkah-langkah penelitian dan pengembangan dari Sugiyono (2015: 298-

311). Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian dan

pengembangan modul TKFL yaitu: (1) identifikasi masalah, (2)

pengumpulan data, (3) desain produk, (4) validasi desain, (5) revisi desain,

(6) uji coba produk, (7) revisi produk 1, (8) uji coba pemakaian, (9) revisi

produk 2 dan, (10) produk masal.

32
Potensi Desain Validasi
Pengumpulan
dan Produk Desain
data
masalah

Uji coba Revisi Uji coba Revisi


Pemakaian Produk Produk Desain

Revisi Produksi
Produk masal

Langkah-langkah metode Researth and Development menurut

Sugiyono (2009).

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian pengembangan modul pembelajaran Konstruksi Jalan dan

Jembatan direncanakan dilaksanakan pada:

Nama Sekolah : SMK Negeri 1 Purworejo

Alamat Sekolah : Jalan Tentara Pelajar Kotak Pos 127, Banyu Urip,

Purworejo

Waktu Penelitian : 2020

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI DPIB SMK N 1 Purworejo.

D. Metode Pengumpulan data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

yaitu: Pengumpulan data hasil belajar yang dilakukan dengan tes serta

33
penyebaran angket mengenai kelayakan modul “konstruksi dan utilitas

gedung siswa kelas XI semester 2”.

Tes adalah serentetan pertanyaan untuk mengukur keterampilan,

pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki individu. Tes

dilakukan sebelum dan sesudah perlakuan. Tes yang dimaksud adalah Pre-

Test (sebelum perlakuan modul) dan Post-Test (sesudah perlakuan modul).

Sedangkan angket adalah...

E. Teknik analisis data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian adalah

statistik deskriptif. Menurut Sugiyono (2010: 169) Statistik deskriptif

adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara

mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul

sebagaimana adanya tanpa maksud membuat kesimpulan yang berlaku

untuk umum atau generalisasi. Statistik deskriptif dapat digunakan bila

peneliti hanya ingin mendeskripsikan data sampel, dan tidak ingin

membuat kesimpulan yang berlaku untuk populasi di mana sampel

diambil. Statistik deskriptif mengacu pada transformasi data mentah ke

dalam suatu bentuk yang akan membuat pembaca lebih mudah memahami

dan menafsirkan maksud dari data atau angka yang ditampilkan. Kegunaan

utama statistik deskriptif ialah untuk menggambarkan jawaban-jawaban

observasi. Yang termasuk di dalamnya antara lain ialah distribusi

frekuensi, distribusi persen dan rata-rata (mean).

34
Daftar Pustaka

.(2003).UU No. 20 Tahun 2003 tentang Tentang sistem pendidikan nasional.

Arief S. Sadiman, dkk. (2010). Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan, dan

Pemanfaatannya. Jakarta: Rajawali Press.

Arsyad, Azhar. (2015). Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo persada.

Munadi, Yudhi. (2013). Media Pembelajaran: Sebuah Pendekatan Baru. Jakarta:

Referensi.

Prastowo, Andi. (2011). Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif.

Yogyakarta: Diva Press.

Rudi Susilana & Cepi Riyana. (2008). Media Pembelajaran. Bandung: CV

Wacana Prima.

Sugihartono, dkk. (2007). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.

Sugiyono. (2015). Metode penelitian pendidikan (Metode Penelitian Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.

Sukiman. (2011). Pengembangan media pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka

Insan Madani.

Suprihatiningrum, Jamil. (2013). Strategi Pembelajaran teori dan aplikasi.

Yogyakarta: AR-Ruzz.

35

Anda mungkin juga menyukai