Anda di halaman 1dari 35

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Pada bab ini memuat beberapa sub bab, antara lain: (2.1) kajian teori, (2.2) penelitian

terdahulu yang relevan, dan (2.3) kerangka berpikir dalam melaksanakan penelitian. Berikut

penjelasan lebih rinci kajian pustaka dari masing-masing sub bab.

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Modul

2.1.1.1 Pengertian Modul

Dalam buku Pedoman Umum Pengembangan Bahan Ajar (2004) yang

diterbitkan oleh Diknas, modul diartikan sebagai sebuah buku yang ditulis dengan

tujuan agar peserta didik dapat belajar secara mandiri tanpa atau dengan bimbingan

guru. Dengan demikian, sebuah modul dapat dijadikan sebagai bahan ajar dengan

fungsi dapat menjelaskan sesuatu dengan bahasa yang mudah diterima peserta didik

sesuai dengan tingkat pengetahuan dan usianya.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), modul adalah kegiatan

program belajar mengajar yang dapat dipelajari oleh peserta didik dengan bantuan yang

minimal dari guru atau dosen pembimbing, meliputi perencanaan tujuan yang akan

dicapai secara jelas, penyediaan materi pelajaran, alat yang dibutuhkan dan alat untuk

penilai, serta pengukuran keberhasilan peserta didik dalam penyelesaian pelajaran. Jadi

modul memuat komponen-komponen pembelajaran yang jelas seperti perencanaan

tujuan, materi, dan penilaian agar peserta didik dapat secara mandiri menggunakannya.

Hal serupa juga dikemukakan oleh St. Vembriarto (1985) dalam buku yang

berjudul Pengantar Pengajaran Modul, modul adalah suatu unit program kegiatan

belajar mengajar terkecil yang secara terperinci menggariskan hal-hal seperti tujuan
instruksional umum, topik, tujuan instruksional khusus, pokok materi, kedudukan dan

fungsi satuan modul, peranan guru, alat dan sumber belajar, kegiatan belajar, lembaran

kerja, serta program evaluasi.

Sementara itu, Surahman (2010) mengatakan bahwa modul adalah satuan

program pembelajaran terkecil yang dapat dipelajari oleh peserta didik secara

perorangan (self instructional); setelah menyelesaikan satu satuan dalam modul,

selanjutnya peserta didik dapat melangkah maju dan mempelajari satuan modul

berikutnya.

Menurut Astuti, dkk (2018), modul merupakan salah satu bentuk bahan ajar

yang dikemas secara utuh dan sistematis, yang di dalamnya memuat seperangkat

pengalaman belajar yang terencana dan didesain untuk membantu siswa menguasai

tujuan belajar yang spesifik.

Selain itu, Oktaviana, dkk (2017) menyatakan bahwa modul adalah bahan ajar

yang tersaji dalam bentuk cetak yang berfungsi membantu siswa memahami materi

pembelajaran secara mandiri karena disusun sesuai dengan tujuan pembelajaran yang

akan dicapai. Sehingga, dengan menggunakan modul dalam kegiatan pembelajaran

siswa akan lebih mudah memahami materi pembelajaran karena telah disusun sesuai

dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dalam kegiatan pembelajaran.

Dari beberapa pandangan yang sudah disebutkan di atas, penulis menyimpulkan

bahwa modul adalah sebuah bahan ajar yang disusun secara sistematis sesuai dengan

karakteristik peserta didik, agar siswa dapat belajar dengan bantuan guru maupun

secara mandiri, sehingga mereka dapat menguasai materi serta mengerjakan penilaian

yang ada dengan baik. Kemudian setelah peserta didik menguasai suatu materi pada

satu satuan modul, mereka dapat melanjutkan materi pada satu satuan modul tingkat

berikutnya, dan begitu seterusnya sampai selesai, sehingga tujuan pembelajaran dapat
tercapai oleh peserta didik.

2.1.1.2 Fungsi Modul

Sebagai salah satu bentuk bahan ajar cetak, modul memiliki fungsi sebagai

berikut (Prastowo, 2017).

a. Bahan ajar mandiri

Modul dalam proses pembelajaran berfungsi meningkatkan kemampuan peserta

didik untuk belajar sendiri tanpa tergantung kepada kehadiran pendidik.

b. Pengganti fungsi pendidik

Modul sebagai bahan ajar mampu menjelaskan materi pembelajaran dengan

baik dan mudah dipahami oleh peserta didik sesuai tingkat pengetahuan dan

usia mereka. Jadi modul bisa berfungsi sebagai pengganti fungsi atau peran

pendidik.

c. Alat evaluasi

Dengan modul, peserta didik dapat mengukur dan menilai sendiri tingkat

penguasaannya terhadap materi yang telah dipelajari.

d. Bahan rujukan

Modul mengandung berbagai materi yang harus dipelajari oleh peserta didik

sebagai bahan rujukan mereka.

2.1.1.3 Tujuan Modul

Adapun tujuan penyusunan atau pembuatan modul antara lain sebagai berikut

(Prastowo, 2017).

a. Agar peserta didik dapat belajar secara mandiri tanpa atau dengan bimbingan

pendidik.

b. Agar peran pendidik tidak terlalu dominan dan otoriter dalam kegiatan

pembelajaran.
c. Melatih kejujuran peserta didik.

d. Mengakomodasi berbagai tingkat dan kecepatan belajar peserta didik.

e. Agar peserta didik mampu mengukur sendiri tingkat penguasaan materi yang

telah dipelajari.

2.1.1.4 Kegunaan Modul

Menurut Belawati, dkk (2003) dalam buku yang berjudul Pengembangan

Bahan Ajar, Andriani menyatakan kegunaan modul dalam proses pembelajaran antara

lain sebagai berikut.

a. Penyedia informasi dasar.

b. Bahan instruksi atau petunjuk bagi peserta didik.

c. Bahan pelengkap dengan ilustrasi dan foto yang komunikatif.

d. Menjadi petunjuk mengajar yang efektif bagi pendidik.

e. Menjadi bahan untuk berlatih bagi peserta didik dalam melaksanakan penilaian

sendiri (self assessment).

2.1.1.5 Karakteristik Modul

Setiap ragam bentuk bahan ajar pada umumnya memiliki sejumlah karakteristik

tertentu yang membedakannya dengan bentuk bahan ajar yang lain. Begitu pula dengan

modul, bahan ajar ini memiliki karakteristik tertentu. Menurut Nur Mohammad (2010)

dalam tulisannya berjudul Pengembangan Bahan Ajar, modul memiliki beberapa

karakteristik antara lain sebagai berikut:

a. Modul dirancang untuk sistem pembelajaran mandiri.

b. Merupakan program pembelajaran yang utuh dan sistematis.

c. Mengandung tujuan, bahan atau kegiatan, dan evaluasi.

d. Disajikan secara komunikatif (dua arah).

e. Diupayakan dapat mengganti beberapa peran pengajar.


f. Cakupan batasan terfokus dan terukur.

g. Mementingkan aktivitas belajar pemakai.

2.1.1.6 Jenis-Jenis Modul

2.1.1.6.1 Jenis-Jenis Modul Menurut Penggunanya

Dilihat dari penggunanya, modul terbagi menjadi dua macam yaitu:

a. Modul untuk peserta didik

Modul yang berisi kegiatan belajar yang dilakukan oleh peserta didik.

b. Modul untuk pendidik

Modul yang berisi petunjuk pendidik, tes akhir modul, dan kunci jawaban tes

akhir modul.

2.1.1.6.2 Jenis-Jenis Modul Menurut Tujuan Penyusunannya

Menurut Vembriarto (1985), modul dibedakan menjadi dua jenis yaitu sebagai

berikut.

a. Modul Inti

Modul inti adalah modul yang disusun dari kurikulum dasar, yang

merupakan tuntutan dari pendidikan dasar umum yang diperlukan oleh seluruh

warga negara Indonesia. Modul pengajaran ini merupakan hasil penyusunan

dari unit-unit program yang disusun menurut tingkat (kelas) dan bidang studi

(mata pelajaran). Adapun unit-unit program itu sendiri diperoleh dari hasil

penjabaran kurikulum dasar. Kurikulum dasar disusun guna memberikan

pendidikan dasar umum yang terdiri atas pengetahuan, keterampilan fisik dan

intelektual, serta sikap.

b. Modul Pengayaan

Modul pengayaan adalah modul hasil dari penyusunan unit-unit


program pengayaan yang berasal dari program pengayaan yang bersifat

memperluas (dimensi horisontal) dan atau memperdalam (dimensi vertikal)

program pendidikan dasar yang bersifat umum tersebut. Modul ini disusun

sebagai bagian dari usaha untuk mengakomodasi peserta didik yang telah

menyelesaikan dengan baik program pendidikan dasarnya mendahului teman-

temannya. Dengan adanya modul pengayaan ini, lembaga pendidikan tidak

akan menghambat peserta didik yang proses belajarnya cepat.

2.1.1.7 Unsur-Unsur Modul

Modul sebagai bahan ajar berisi beberapa unsur yaitu sebagai berikut

(Prastowo, 2017).

1. Judul

Bagian ini berisi identitas nama modul dari suatu mata pelajaran tertentu.

2. Petunjuk belajar

Bagian ini berisi petunjuk bagi pendidik maupun peserta didik. Di dalamnya

dijelaskan tentang bagaimana pendidik sebaiknya mengajarkan materi kepada

peserta didik dan bagaimana peserta didik sebaiknya mempelajari materi yang

ada dalam bahan ajar tersebut.

3. Kompetensi yang akan dicapai

Maksudnya adalah kompetensi atau tujuan yang akan dicapai oleh peserta didik

meliputi standar kompetensi, kompetensi dasar, maupun indikator pencapaian

hasil belajar yang harus dikuasai peserta didik.

4. Informasi pendukung

Informasi pendukung merupakan berbagai informasi tambahan yang dapat

melengkapi bahan ajar, sehingga peserta didik akan semakin mudah untuk
menguasai pengetahuan yang akan mereka peroleh, serta pengetahuan yang

diperoleh akan semakin komprehensif.

5. Latihan-latihan

Merupakan suatu bentuk tugas yang diberikan kepada peserta didik untuk

melatih kemampuan mereka setelah mempelajari bahan ajar, sehingga

kemampuan tersebut akan semakin terasah dan terkuasai secara matang.

6. Petunjuk kerja atau lembar kerja

Petunjuk kerja atau lembar kerja adalah satu lembar atau beberapa lembar

kertas berisi sejumlah langkah prosedural cara pelaksanaan aktivitas atau

kegiatan tertentu yang harus dilakukan oleh peserta didik berkaitan dengan

praktik dan lain sebagainya.

7. Evaluasi

Merupakan salah satu bagian dari proses penilaian yang terdapat sejumlah

pertanyaan yang ditujukan kepada peserta didik untuk mengukur seberapa jauh

penguasaan kompetensi yang berhasil mereka kuasai setelah mengikuti proses

pembelajaran, sehingga kita dapat mengetahui efektivitas bahan ajar yang kita

buat ataupun proses pembelajaran yang kita selenggarakan.

2.1.1.8 Langkah-Langkah Penyusunan Modul

Dalam menyusun sebuah modul, ada empat tahapan yang harus kita lakukan

yaitu analisis kurikulum, menentukan judul modul, pemberian kode modul, dan

penulisan modul (Andi Prastowo, 2015).

1. Analisis kurikulum

Tahap ini bertujuan untuk menentukan materi-materi mana yang memerlukan

bahan ajar. Dalam menentukan materi, analisis dilakukan dengan cara melihat

inti materi yang diajarkan serta kompetensi dan hasil belajar kritis yang harus
dimiliki oleh peserta didik.

2. Menentukan judul modul

Untuk menentukan judul modul, kita harus mengacu pada kompetensi-

kompetensi dasar atau materi pokok yang ada di dalam kurikulum.

3. Pemberian kode modul

Pemberian kode modul dilakukan untuk memudahkan kita dalam pengelolaan

modul. Pada umumnya, kode modul adalah angka-angka yang diberi makna.

4. Penulisan modul

Ada lima hal penting yang hendaknya kita jadikan acuan dalam proses

penulisan modul yaitu sebagai berikut:

a. Perumusan kompetensi dasar yang harus dikuasai

Kompetensi dasar diambil dari pedoman khusus kurikulum 2006 atau

kurikulum 2013.

b. Penentuan alat evaluasi atau penilaian

Yaitu sejumlah pertanyaan atau tes yang digunakan untuk mengetahui

tingkat keberhasilan peserta didik dalam menguasai suatu kompetensi dasar.

Evaluasi dapat langsung disusun setelah ditentukan kompetensi dasar yang

akan dicapai.

c. Penyusunan materi

Materi sangat tergantung pada kompetensi dasar yang akan dicapai. Untuk

penulisannya, materi modul tidak harus ditulis secara lengkap. Kita dapat

menunjukkan referensi yang digunakan agar peserta didik membaca lebih

jauh tentang materi tersebut. Tugas-tugas harus ditulis secara jelas dan tidak

membingungkan peserta didik. Kalimat yang disajikan sederhana, singkat,


jelas, dan efektif. Juga perlu penambahan gambar-gambar yang dapat

mendukung dan memperjelas isi materi.

d. Urutan pengajaran

Urutan pengajaran dapat diberikan dalam petunjuk menggunakan modul.

e. Struktur bahan ajar modul

Struktur modul dapat bervariasi, tergantung pada karakter materi yang

disajikan, ketersediaan sumber daya, dan kegiatan belajar yang bakal

dilaksanakan.

2.1.1.9 Pengembangan Modul

Kita seharusnya mampu mengembangkan modul menjadi bahan ajar yang

inovatif dan dibangun secara kreatif, sehingga modul mampu menjadi bahan ajar yang

menarik dan memotivasi peserta didik untuk belajar (Prastowo, 2015). Berkaitan

dengan hal tersebut, Rowntree menjelaskan ada sembilan aspek yang harus kita

perhatikan pada saat mengembangkan modul yaitu:

1. Membantu pembaca untuk menemukan cara mempelajari modul.

2. Menjelaskan hal-hal yang perlu pembaca persiapkan sebelum mempelajari

modul.

3. Menjelaskan hal-hal yang diharapkan dari pembaca setelah mereka selesai

mempelajari modul.

4. Memberi pengantar tentang cara pembaca menghadapi atau mempelajari modul.

5. Menyajikan materi sejelas mungkin, sehingga pembaca dapat mengaitkan

materi yang dipelajari dari modul dengan pengetahuan sebelumnya.

6. Memberi dukungan kepada pembaca agar berani mencoba segala langkah yang

dibutuhkan untuk memahami materi modul.

7. Melibatkan pembaca dalam latihan serta kegiatan yang akan membuat mereka
berinteraksi dengan materi yang sedang dipelajari.

8. Memberikan umpan balik (feedback) pada latihan dan kegiatan yang dilakukan

pembaca.

9. Membantu pembaca untuk meringkas dan merefleksikan apa yang sudah

mereka pelajari dari modul.

Di samping itu, Rowntree juga mengungkapkan empat tahapan dalam

pengembangan modul yaitu sebagai berikut (Prastowo, 2017).

1. Mengidentifikasi tujuan pembelajaran

2. Memformulasikan garis besar materi

3. Menuliskan materi

4. Menentukan format dan tata letaknya

a. Ukuran halaman dan format modul

b. Kolom dan margin

2.1.2 Hakikat Pembelajaran Matematika

Menurut Ruseffendi (1991), matematika adalah bahasa simbol; ilmu deduktif

yang tidak menerima pembuktian secara induktif; ilmu tentang pola keteraturan, dan

struktur yang terorganisasi, mulai dari unsur yang tidak didefinisikan ke unsur yang

didefinisikan, ke aksioma atau postulat, dan akhirnya ke dalil. Sedangkan hakikat

matematika menurut Soedjadi (2000) yaitu memiliki objek tujuan abstrak, bertumpu

pada kesepakatan, dan pola pikir yang deduktif.

Menurut Kesumawati (2008) pemahaman konsep merupakan salah satu


kecakapan atau kemahiran matematika yang diharapkan dapat tercapai dalam belajar

matematika yaitu dengan menunjukkan pemahaman konsep matematika yang

dipelajarinya, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau

algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah. Menurut

Nizarwati, dkk (2009), pemahaman konsep merupakan salah satu kecakapan atau

kemahiran matematika yang diharapkan dapat tercapai dalam belajar matematika.

Secara spesifik pemahaman konsep adalah mengerti benar tentang konsep matematika,

yaitu siswa dapat menerjemaahkan, menafsirkan, dan menyimpulkan suatu konsep

matematika berdasarkan pembentukan pengetahuanya sendiri, bukan sekedar

menghafal (Utari dkk, 2012: Suwangsih, dkk, 2018).

Konsep matematika tidak dipandang sebagai barang jadi yang hanya menjadi

bahan informasi untuk siswa. Namun, guru diharapkan merancang pembelajaran

matematika, sehingga memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada siswa

untuk berperan aktif dalam membangun konsep secara mandiri atau bersama-sama.

Siswa diharapkan dapat “menemukan kembali” (reinvention) akan konsep, aturan,

ataupun algoritma. Pembelajaran matematika yang demikian, akan dapat menimbulkan

rasa bangga, menumbuhkan minat dan percaya diri, serta memupuk dan

mengembangkan imajinasi dan kreativitas siswa.

2.1.3 Pemahaman Konsep Matematis

2.1.3.1 Pengertian Pemahaman Konsep Matematis

Menurut KBBI pemahaman didefinisikan sebagai proses perbuatan memahami

atau memahamkan. Dalam hal ini pemahaman dapat diartikan sebagai kemampuan

untuk memahami. Rosyada mengemukakan bahwa pemahaman adalah kemampuan

memahami apa yang sedang dikomunikasikan dan mampu untuk

mengimplementasikan ide tanpa harus mengaitkannya dengan ide lain dan tanpa harus
melihat ide itu secara mendalam.

Menurut Duffin & Simpson (2000), pemahaman konsep adalah kemampuan

siswa untuk menjelaskan konsep, menggunakan konsep pada berbagai situasi

yangberbeda, dan mengembangkan beberapa akibat dari adanya suatu konsep.

Siswa perlu memiliki pemahaman, terutama pemahaman konsep, karena

pemahaman konsep adalah aspek kunci dalam pembelajaran (Santrock, 2008).

Demikian pula, pemahaman matematis merupakan landasan penting untuk berpikir

dalam menyelesaikan persoalan-persoalan matematika maupun masalah kehidupan

nyata. Selain itu, kemampuan pemahaman matematis mendukung kemampuan

matematis lainnya seperti komunikasi, pemecahan masalah, penalaran, koneksi,

representasi, berpikir kritis, dan berpikir kreatif.

Selain itu, Ompusunggu, 2014 (dalam Wiharno, 2017) juga mengungkapkan

bahwa kemampuan pemahaman konsep merupakan kemampuan yang sangat penting

dalam pembelajaran matematika. Tanpa adanya pemahaman konsep dasar yang kuat

bagi peserta didik, maka peserta didik tidak akan mampu memahami konsep yang

diberikan.

2.1.3.2 Indikator Pemahaman Konsep Matematis

Menurut Sanjaya, indikator pemahaman konsep matematis di antaranya sebagai

berikut (Hendriana, dkk, 2018).

1. Mampu menerangkan secara verbal mengenai konsep yang dipelajarinya.

2. Mampu menyajikan situasi matematika ke dalam berbagai cara serta

mengetahui perbedaan dan kesamaannya.

3. Mampu mengklasifikasikan objek-objek berdasarkan dipenuhi atau tidaknya

persyaratan yang membentuk konsep tersebut.

4. Mampu menerapkan hubungan antar konsep dan prosedur.


5. Mampu memberikan contoh dan bukan contoh dari konsep yang dipelajari.

6. Mampu menerapkan konsep secara algoritma.

7. Mampu mengembangkan konsep yang telah dipelajari.

Peraturan Dirjen Dikdasmen Nomor 506/C/Kep/PP/2004, merinci indikator

pemahaman konsep matematis adalah mampu:

1. Menyatakan ulang sebuah konsep.

2. Mengklasifikasi objek tertentu sesuai dengan sifatnya.

3. Memberikan contoh dan bukan contoh dari suatu konsep.

4. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis.

5. Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup dari suatu konsep.

6. Menggunakan dan memanfaatkan serta memilih prosedur atau operasi tertentu.

7. Mengaplikasikan konsep atau algoritma dalam pemecahan masalah.

(Hendriana, dkk, 2018)

2.1.4 Bangun Ruang

2.1.4.1 Balok

Balok adalah bangun ruang yang dibentuk oleh tiga pasang persegi panjang dan

tiap persegi panjang mempunyai bentuk dan ukuran yang sama. Tiga pasang persegi

panjang itu merupakan sisi-sisi balok (Sumanto, 2008). Balok juga diartikan sebagai

bangun ruang yang dibatasi oleh enam buah persegi panjang yang kongruen (Sunardi,

dkk, 2005).
Perhatikan contoh gambar balok berikut ini.

Gambar 2.1 Balok

Sumber: Purnomosidi (2018)

Nama bangunnya adalah Balok KLMN.OPQR

Rusuknya adalah KL, LM, MN, NK, OP, PQ, QR, RO, PL, QM, RN, OK Sisinya

adalah KLMN, OPQR, KLPO, NMQR, LMQP, KNRO

Titik sudutnya adalah K, L, M, N, O, P, Q, R

Diagonal sisinya adalah LQ, MP, LO, PK, KR, NO, NQ, RM, KM, LN, OQ, PR

Diagonal ruangnya adalah LR, PN, MO, KQ

Bidang diagonalnya adalah LMRO, KPQN, OPMN, KLQR, KMQO, NLPR


Banyaknya masing-masing komponen balok dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 2.1 Komponen Balok

No Komponen Banyaknya
1 Rusuk 12
2 Sisi 6
3 Titik sudut 8
4 Diagonal sisi atau diagonal bidang 12
5 Diagonal ruang 4
6 Bidang diagonal 6

Keenam komponen pada tabel di atas sekaligus merupakan sifat-sifat balok.

Balok memiliki 12 rusuk, 6 sisi berbentuk persegi panjang, dan seterusnya. Ada satu

sifat lain yang menjadi ciri balok, yaitu memiliki 3 pasang bidang sejajar.

2.1.4.2 Kubus

Kubus merupakan bangun ruang yang dibentuk oleh enam persegi berukuran

sama yang merupakan sisi-sisi kubus tersebut. Pada kubus, semua rusuknya sama

panjang (Sumanto, 2008). Kubus juga diartikan sebagai bangun ruang yang dibatasi

oleh enam buah persegi yang kongruen (Sunardi, dkk, 2005).

Perhatikan contoh gambar kubus berikut ini.


Gambar 2.2 Kubus

Sumber: Purnomosidi (2018)

Nama bangunnya adalah kubus ABCD.EFGH

Rusuknya adalah AB, BC, CD, AD, EF, FG, GH, EH

Sisinya adalah ABCD, EFGH, ABFE, DCGH, BCGF, ADHE

Titik sudutnya adalah A, B, C, D, E, F, G, H

Diagonal sisinya adalah AF, BE, BG, CF, CH, DG, AH, DE, AC, BD, EG, FH

Diagonal ruangnya adalah HB, DF, AG, CE

Bidang diagonalnya adalah BCHE, AFGD, ABGH, CDEF, DBFH, ACGE

Banyaknya masing-masing komponen kubus dapat dilihat pada tabel di bawah

ini.

Tabel 2.2 Komponen Kubus

No Komponen Banyaknya
1 Rusuk 12
2 Sisi 6
3 Titik sudut 8
4 Diagonal sisi atau diagonal bidang 12
5 Diagonal ruang 4
6 Bidang diagonal 6

Berdasarkan komponen tersebut, kubus memiliki sifat yang mirip dengan balok.

Bedanya, sisi kubus berbentuk persegi dan 3 pasang bidang sejajarnya sama dan

sebangun.

2.1.4.3 Menghitung Volume Balok Menggunakan Kubus Satuan

Kubus satuan dapat digunakan untuk mengukur isi dari bangun balok atau kubus.

Banyaknya kubus satuan yang dapat diisikan ke balok atau kubus adalah isi dari balok

atau kubus tersebut dengan satuannya kubus satuan.

Gambar 2.3 Kubus Satuan

Sumber: Purnomosidi (2018)

Cara menentukan volume balok dengan kubus satuan, yaitu dengan memasukkan

kubus-kubus satuan dalam ruang balok transparan.

Gambar 2.4 Menghitung Volume Balok dengsan Kubus Satuan


Sumber: Purnomosidi (2018)

Balok transparan di atas setelah diisi dengan kubus satuan dapat dilihat pada

gambar di atas. Banyaknya kubus satuan yang mengisi balok transparan adalah 16

kubus satuan. Jadi, volume balok sama dengan 16 kubus satuan.

Cara menentukan volume balok dalam satuan kubus satuan, yaitu dengan

menghitung banyaknya kubus satuan yang dapat menempati ruang balok tersebut.

Perhatikan balok yang telah terisi kubus satuan berikut!

Gambar 2.5 Balok dengan Kubus Satuan

Sumber: Purnomosidi (2018)

Volume balok di atas adalah 30 kubus satuan. Panjangnya 5 kubus satuan,

lebarnya 3 kubus satuan, dan tingginya 2 kubus satuan.

Perhatikan beberapa balok berikut yang memuat kubus satuan!


Tabel 2.3 Balok dengan Kubus Satuan

Sumber: Purnomosidi (2018)

Berdasarkan tabel di atas, banyaknya kubus satuan dari balok adalah hasil

perkalian dari panjang, lebar, dan tinggi. Sehingga untuk menghitung volume balok

dapat dirumuskan sebagai berikut.

V=pxlxt

Keterangan:

V = Volume

p = panjang
l = lebar

t = tinggi

2.1.4.4 Menghitung Volume Kubus

Kubus adalah balok yang memiliki ukuran panjang, lebar, dan tinggi sama.

Kubus memiliki 6 sisi yang sama, sisi kubus berbentuk persegi. Volume kubus dapat

ditentukan dari volume balok.

Perhatikan balok di bawah ini!

Gambar 2.6 Balok dengan Tiga Kubus Satuan

Sumber: Purnomosidi (2018)

Jika dipandang sebagai balok, maka gambar di atas diketahui panjannya 3 kubus

satuan, lebarnya 3 kubus satuan, tingginya 3 kubus satuan. Menggunakan rumus

sebelumnya yaitu V = p x l x t, maka dapat dihitung V = 3 x 3 x 3 = 27 kubus satuan.

Jadi volume kubus di atas adalah 27 kubus satuan.

Gambar 2.7 Menghitung Volume Kubus


Sumber: Purnomosidi (2018)

Volume kubus dapat diperoleh dengan cara berikut. Volume kubus adalah hasil

kali panjang sisi dengan panjang sisi dan dikali dengan panjang sisi lagi. Secara

matematis dapat ditulis sebagai berikut.

Volume kubus = p x l x t = s x s x s = s3.

Jadi rumus volume kubus adalah sebagai berikut.

V=sxsxs atau V = s3

2.1.5 Pendekatan Inkuiri Terbimbing

2.1.5.1 Pengertian Inkuiri

Secara bahasa, inkuiri berasal dari kata inquiry yang merupakan kata dalam

bahasa Inggris yang berarti penyelidikan/meminta keterangan. Dalam konteks

penggunaan inkuiri sebagai metode belajar mengajar, siswa ditempatkan sebagai

subjek pembelajaran. Dalam metode ini, setiap peserta didik didorong untuk terlibat

aktif dalam proses belajar mengajar, salah satunya dengan secara aktif mengajukan

pertanyaan (Khoirul Anam, 2017).

W. Gulo dalam buku berjudul Pembelajaran Berbasis Inkuiri: Metode dan

Aplikasi mengungkapkan bahwa “Pembelajaran inkuiri berarti suatu rangkaian

kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk

mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka

dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri” (Anam, 2017).

Keterlibatan siswa dalam setiap proses belajar merupakan bagian penting dari

pengembangan kemampuan siswa itu sendiri. Dalam keterlibatan itu siswa cenderung
mengembangkan mental-intelektualnya, yakni untuk secara berani dan meyakinkan

menerima, menghayati, menelaah, dan mengajukan solusi atas masalah yang ada.

Dalam waktu yang bersamaan, siswa juga sedang berlatih mengembangkan emosi-

sosialnya, yang berindikasi pada kemampuannya memberikan respons atau keinginan

untuk berbuat sesuatu terutama berkaitan dengan permasalahan yang tersaji dalam

materi pelajaran.

Titik tekan pembelajaran berbasis inkuiri tidak lagi berpusat pada guru

(teacher-centered instruction), tetapi pada pengembangan nalar kritis siswa (student-

centered approach).Siswa diminta tidak hanya menerima, melainkan juga menelaah,

memilah, dan memberi respons atas materi pelajaran yang diberikan.

Lebih lanjut Sund (dalam Farida dan Agustina, 2017) mengemukakan bahwa

inkuiri baik untuk diterapkan pada peserta didik yang lebih tinggi tingkatannya. Dalam

pembelajaran inkuiri peserta didik melibatkan proses mental yang lebih tinggi

tingkatannya mulai dari merumuskan masalah, merancang eksperimen, melakukan

eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data, menyimpulkan data, dan

sebagainya. Konsep dasar pembelajaran inkuiri adalah pemahaman dibangun

berdasarkan pemahaman dan pengalaman yang telah diperoleh sebelumnya. Berikut ini

siklus dasar pembelajaran inkuiri yang disajikan pada gambar.

Gambar 2.8 Siklus Dasar Pembelajaran Inkuiri


2.1.5.2 Pembelajaran Inkuiri Terbimbing

Menurut Robert B.Sund, Leslie W. Trowbridge (dalam Cahyani, 2016)

menyatakan bahwa pembelajaran inkuiri terbimbing yaitu strategi pembelajaran inkuiri

yang dalam pelaksanaannya guru menyediakan bimbingan atau petunjuk cukup luas

kepada peserta didik. Strategi pembelajaran inkuiri bebas termodifikasi memiliki ciri

guru hanya memberikan permasalahan tersebut melalui pengamatan, percobaan, atau

prosedur penelitian untuk memperoleh jawaban. Disamping itu, guru merupakan

narasumber yang tugasnya hanya memberikan bantuan yang diperlukan untuk

menghindari kegagalan dalam pemecahan masalah. Jika peserta didik tidak mengalami

kegagalan dan mampu memecahkan masalahnya, guru hanya sebagai fasilitator saja.

Kindsvatter, dkk (dalam Wisudawati dan Sulistyowati, 2017) mengatakan

bahwa peran guru dalam melaksanakan proses pembelajaran menggunakan inkuiri

terbimbing sangat besar. Guru berperan menentukan topik yang akan dilakukan,

mengembangkan pertanyaan-pertanyaan yang terkait dengan topik yang akan


diselidiki, menentukan prosedur atau langkah-langkah yang harus dilakukan oleh

peserta didik, membimbing peserta didik dalam menganalisis data, dan menyediakan

worksheet yang telah berbentuk kolom- kolom sehingga peserta didik cukup

melengkapi.

2.1.5.3 Tujuan Pembelajaran Berbasis Inkuiri

Pembelajaran berbasis inkuiri bertujuan agar siswa memiliki kemampuan untuk

memahami, mengidentifikasi dengan cermat dan teliti, lalu memberikan jawaban atas

permasalahan yang tersaji. Dalam pembelajaran ini, titik tekan terletak pada proses

pemetaan masalah dan kedalaman pemahaman atas masalah yang menghasilkan

penyajian solusi atau jawaban yang valid dan meyakinkan.

Selain itu, pembelajaran berbasis inkuiri bertujuan untuk mendorong siswa

semakin berani dan kreatif dalam berimajinasi. Dengan imajinasi, siswa dibimbing

untuk menciptakan penemuan-penemuan, baik penemuan yang berupa penyempurnaan

dari apa yang telah ada (discovery) maupun menciptakan ide, gagasan, atau alat yang

belum pernah ada sebelumnya (invensi) (Anam, 2017).

2.1.5.4 Ciri-ciri Pembelajaran Berbasis Inkuiri

Berikut ini adalah ciri-ciri pembelajaran berbasis inkuiri (Anam, 2017).

1. Strategi inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk

mencari dan menemukan.

2. Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan

menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga

diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri.

3. Tujuan dari penggunaan strategi pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan

kemampuan berpikir secara sistematis, logis dan kritis, atau mengembangkan

kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental.


2.1.5.5 Kelebihan-Kelebihan Metode Inkuiri

Metode inkuiri memiliki beberapa kelebihan diantaranya sebagai berikut

(Anam, 2017).

1. Real life skills

Siswa belajar tentang hal-hal penting namun mudah dilakukan, siswa didorong

untuk “melakukan” bukan hanya “duduk, diam, dan mendengarkan”.

2. Open-ended topic

Tema yang dipelajari tidak terbatas, bisa bersumber dari mana saja.

3. Intuitif, imajinatif, inovatif

Siswa belajar dengan mengerahkan seluruh potensi yang mereka miliki, mulai

dari kreativitas hingga imajinasi, dan siswa akan menjadi pembelajar aktif.

4. Peluang melakukan penemuan

Dengan berbagai observasi dan eksperimen, siswa memiliki peluang besar

untuk melakukan penemuan.

Selain beberapa kelebihan yang sudah disebutkan di atas, Bruner seorang psikolog

dari Harvard University juga menegaskan metode inkuiri memiliki beberapa kelebihan

sebagai berikut (Anam, 2017).

1. Siswa akan memahami konsep-konsep dasar dan ide-ide lebih baik.

2. Membantu dalam menggunakan daya ingat dan transfer pada situasi- situasi

proses belajar yang baru.

3. Mendorong siswa untuk berpikir inisiatif dan merumuskan hipotesisnya sendiri.

4. Mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri.

5. Memberikan kepuasan yang bersifat intrinsic.

6. Situasi proses belajar menjadi lebih merangsang.


2.1.5.6 Tingkatan Inkuiri

Macam-macam tingkatan inkuiri yaitu sebagai berikut (Anam, 2017).

1. Inkuiri terkontrol

Inkuiri terkontrol merupakan kegiatan inkuiri di mana masalah atau topik

pembelajaran berasal dari guru atau bersumber dari buku teks yang ditentukan

oleh guru. Dalam tahap ini, guru memegang kontrol penuh atas seluruh proses

pembelajaran. Namun, guru tetap memberikan kesempatan kepada siswa untuk

terlibat aktif dalam proses pembelajaran, hanya porsinya sedikit, sebatas

mengajukan pertanyaan yang sifatnya close- ended.

2. Inkuiri terbimbing

Pada tahap ini siswa bekerja untuk menemukan jawaban terhadap masalah yang

dikemukakan oleh guru di bawah bimbingan yang intensif dari guru. Guru

datang ke kelas dengan membawa masalah untuk dipecahkan siswa, kemudian

mereka dibimbing untuk menemukan cara terbaik dalam memecahkan masalah

tersebut.

Inkuiri terbimbing cocok untuk diterapkan dalam pembelajaran mengenai

konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang mendasar dalam bidang ilmu tertentu.

Orlich, et.al (1998) menyatakan ada beberapa karakteristik dari inkuiri

terbimbing yang perlu diperhatikan yaitu:

a. Siswa mengembangkan kemampuan berpikir melalui observasi

spesifik hingga membuat inferensi atau generalisasi.

b. Sasarannya adalah mempelajari proses mengamati kejadian atau objek

kemudian menyusun generalisasi yang sesuai.

c. Guru mengontrol bagian tertentu dari pembelajaran misalnya kejadian, data,

materi, dan berperan sebagai pemimpin kelas.


d. Tiap-tiap siswa berusaha untuk membangun pola yang bermakna

berdasarkan hasil observasi di dalam kelas.

e. Kelas diharapkan berfungsi sebagai laboratorium pembelajaran.

f. Biasanya sejumlah generalisasi tertentu akan diperoleh dari siswa.

g. Guru memotivasi semua siswa untuk mengomunikasikan hasil

generalisasinya sehingga dapat dimanfaatkan oleh seluruh siswa dalam

kelas.

3. Inkuiri terencana

Dalam inkuiri terencana, siswa difasilitasi untuk dapat mengidentifikasi

masalah dan merancang proses penyelidikan. Siswa dimotivasi untuk

mengemukakan gagasannya dan merancang cara untuk menguji gagasan

tersebut. Untuk itu siswa perlu memiliki perencanaan yang baik dalam melatih

keterampilan berpikir kritis seperti mencari informasi, menganalisis argumen

dan data, membangun dan mensintesis ide-ide baru, memanfaatkan ide-ide yang

awalnya untuk memecahkan masalah serta meng-genaralisasikan data. Guru

berperan dalam mengarahkan siswa untuk membuat kesimpulan tentative yang

menjadikan kegiatan belajar lebih menyerupai kegiatan penelitian.

4. Inkuiri bebas

Dalam inkuiri bebas, siswa diberi kebebasan untuk menentukan masalah lalu

dengan seluruh daya upayanya memecahkan masalah tersebut. Siswa didorong

untuk belajar secara mandiri dan tidak hanya mengandalkan instruksi dari guru,

jadi siswa harus responsif dan teliti. Guru hanya berperan pasif sebagai

fasilitator selama proses pembelajaran berlangsung. Namun pada akhir

pembelajaran, guru akan memberikan penilaian serta masukan-masukan yang

membangun.
Beberapa karakteristik dalam kegiatan inkuiri bebas yaitu sebagai berikut:

a. Siswa mengembangkan kemampuannya dalam melakukan observasi khusus

untuk membuat inferensi.

b. Sasaran belajar adalah proses pengamatan kejadian, objek dan data yang

kemudian mengarahkan pada perangkat generalisasi yang sesuai.

c. Guru hanya mengontrol ketersediaan materi dan menyarankan materi

inisiasi.

d. Dari materi yang tersedia, siswa mengajukan pertanyaan-pertanyaan tanpa

bimbingan guru.

e. Ketersediaan materi di dalam kelas menjadi penting agar kelas dapat

berfungsi sebagai laboratorium.

f. Kebermaknaan didapatkan oleh siswa melalui observasi dan inferensi serta

melalui interaksi dengan siswa lain.

g. Guru tidak membatasi generalisasi yang dibuat oleh siswa.

h. Guru mendorong siswa untuk mengomunikasikan generalisasi yang dibuat

sehingga dapat bermanfaat bagi semua siswa di dalam kelas.

2.1.5.7 Langkah-Langkah Pembelajaran Berbasis Inkuiri

Berikut ini langkah-langkah yang dilakukan oleh guru untuk mengaplikasikan

metode inkuiri dalam proses pembelajaran yang melibatkan dirinya (Anam, 2017).

1. Perencanaan

Dalam menyusun perencanaan pembelajaran perlu :

a. Menyusun ide-ide terbaru

b. Membuat daftar kesepakatan atau kontrak belajar

c. Mengubah tampilan ruang kelas


2. Mendorong siswa untuk memberi respons

Untuk menggali respons siswa, guru perlu:

a. Membangun suasana

b. Memberi pertanyaan-pertanyaan yang spontan

c. Jangan terburu-buru memberi jawaban

3. Memproses seluruh informasi yang terkumpul

Untuk memproses informasi guru perlu :

a. Mendorong siswa untuk memiliki pendapat sendiri

b. Melakukan pengujian atau uji coba

4. Menciptakan penemuan baru

Proses pembelajaran yang baik adalah yang menuntun kepada sesuatu yang

menghasilkan. Untuk menemukan hal baru, langkah awal perlu

melakukan refleksi atas tiap opini atau teori dengan disesuaikan pada kebutuhan

dan keadaan lingkungan tempat tinggal siswa.

5. Berbagi

Pembelajaran adalah proses berbagi, di mana baik guru maupun siswa saling

membagikan informasi dan opini terkait materi yang sedang dipelajari.

6. Evaluasi

Dalam pembelajaran berbasis inkuiri, tujuan utama melakukan evaluasi adalah

untuk menggali lebih dalam masukan-masukan atau pendapat lain yang dirasa

kurang tergali selama proses belajar berlangsung.

Sedangkan Kinsvatter, Wilen, dan Isler (1996) (dalam Wisudawati dan

Sulistyowati, 2017) merumuskan langkah-langkah pembelajaran inkuiri sebagai

berikut.
1. Identifikasi dan klarifikasi persoalan

Persoalan dapat diajukan oleh guru maupun peserta didik. Persoalan yang akan

dikaji disesuaikan dengan kurikulum 2013. Permasalahan yang diajukan harus

disesuaikan dengan karakteristik peserta didik.

2. Membuat hipotesis

Peserta didik berkolaborasi dengan guru dalam menyusun hipotesis.

3. Mengumpulkan data

Untuk menjawab hipotesis yang dibuat maka langkah selanjutnya

mengumpulkan data.

4. Menganalisis data

Data dianalisis untuk dapat menjawab hipotesis yang diajukan. Proses analisis

data sebaiknya didampingi atau dibantu oleh guru, sehingga siswa memperoleh

pemahaman konsep matematis yang benar.

5. Mengambil kesimpulan

Kesimpulan diambil setelah proses-proses sebelumnya diselesaikan semua

sehingga dapat merumuskan kesimpulan sesuai dengan hipotesis yang diajukan.

Berikut ini sintaks atau langkah-langkah pembelajaran inkuiri terbimbing

(Hasrida, dkk, 2018).

Tabel 2.4 Langkah-Langkah Pembelajaran Inkuiri Terbimbing

Tahap Kegiatan
Tahap 1  Menjelaskan prosedur inkuiri

Orientasi masalah terbimbing dan menyajikan situasi

yang saling bertentangan.


Tahap 2  Membimbing peserta didik untuk

Mengorganisasikan peserta memeriksa hakikat obyek dan kondisi


didikuntuk menemukanmasalah yang dihadapi.

 Membimbing peserta didik untuk

memeriksa masalah yang ditampilkan.


Tahap 3  Membimbing peserta didik untuk

Mengkaji data dan melakukan suatu kegiatan

eksperimentasi penyelidikan, merumuskan hipotesis,

dan diskusi untuk informasi yang

diperlukan.
Tahap 4  Membimbing peserta didik untuk

Mengembangkan dan mempersentasikan hasil pengamatan

mempresentasikan hasil dan penyelidikan atau diskusi mereka

kegiatan hingga merumuskan kesimpulan.


Tahap 5  Mengevaluasi kegiatan penyelidikan /

Mengevaluasi kajian pengamatan, membimbing peserta

penyelidikan / pengamatan didik membuat rangkuman dan

dari membuat rangkuman memberikan tugas mandiri.


Sumber: Joyce & Weil (2002)

2.2 Penelitian Terdahulu Yang Relevan

Berikut ini dikemukakan beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini.

1. Ariska Azmi (2019) “Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Inkuiri

Terbimbing Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis

Siswa SMP”. Dari hasil penelitian diperoleh (1) t hitung = 17,68ttabel = 1,70 maka

pendekatan inkuiri terbimbing dapat meningkatkan kemampuan pemahaman

konsep matematis siswa SMP, (2) berdasarkan uji-t hipotesis kedua,maka

diperoleh t hitung = 4,07 t tabel = 1,67 sehingga kemampuan pemahaman konsep

matematis siswa SMP yang diajarkan dengan pendekatan inkuiri terbimbing


lebih tinggi daripada kemampuan pemahaman konsep matematis siswa SMP

yang diajarkan dengan non inkuiri terbimbing.

2. Agustin Rahayuningsih (2017) “Pengembangan Handout Matematika Berbasis

Inkuiri Terbimbing Kelas V SD/MI Semester 2”. Penelitian ini bertujuan untuk

mengembangkan produk handout matematika kelas V semester 2 dengan suatu

pendekatan inkuiri terbimbing untuk memfasilitasi keaktifan siswa dalam

menyelesaikan suatu persoalan matematika, mendeskripsikan kelayakan

handout yang dikembangkan, dan mengetahui keefektifan handout dalam

analisis peningkatan hasil belajar sebelum penggunaan handout dan sesudah

penggunaan handout dalam pembelajaran di kelas. Berdasarkan analisis hasil

pengembangan diperoleh kualitas handout sangat baik, dan respon siswa

terhadap produk yang dikembangkan sangat baik, dan berdasarkan hasil pre-

test dan post-test pada uji terdapat peningkatan hasil belajar siswa sebelum dan

sesudah penggunaan handout matematika yaitu kenaikan rata-rata sebesar

10,19%. Kesimpulan hasil uji coba handout yang dikembangkan adalah efektif

digunakan dalam proses pembelajaran di kelas dan dapat meningkatakan hasil

belajar.

3. Amalia (2017) “Pengembangan Lembar Kegiatan Peserta Didik Dengan

Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry) Untuk Mengembangkan Pemahaman

Konsep Dan Mengatasi Kecemasan Matematis (Mathematics Anxiety)”.

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan lembar kegiatan peserta didik

dengan inkuiri terbimbing yang dapat mengembangkan pemahaman konsep

peserta didik dan mengatasi kecemasan matematis. Hasil uji kelayakan lembar

kegiatan peserta didik secara keseluruhan memperoleh penilaian sangat layak.

Perkembangan pemahaman konsep peserta didik yang difasilitasi dengan LKPD


ini menunjukkan pencapaian keberhasilan indikator kemampuan pemahaman

konsep peserta didik dengan rata-rata sebesar 80,18%. Tingkat kecemasan

matematis peserta didik dalam pembelajaran matematika yang menggunakan

LKPD dengan inkuiri terbimbing dari setiap pertemuan mengalami penurunan.

Kesimpulan dari penelitian dan pengembangan ini adalah LKPD dengan inkuiri

terbimbing dapat mengembangkan pemahaman konsep peserta didik dan

mengatasi kecemasan matematis.

4. Estri Ridha Hidayah (2015) “Pengembangan Modul Matematika Berbasis

Inkuiri Terbimbing Pada Materi Persamaan Linear Satu Variabel Untuk Siswa

SMP/MTs Kelas VII”. Hasil penelitian dan pengembangan menunjukkan bahwa

modul berbasis inkuiri terbimbing pada materi Persamaan Linear Satu

Variabel untuk siswa SMP/MTs kelas VII yang dikembangkan valid atau layak

dan efektif digunakan dalam proses pembelajaran dengan presentase total

83,8%. Hasil pengujian menunjukkan bahwa diperoleh signifikansi 0.001 lebih

kecil dibandingkan dengan taraf signifikansinya 0.05. Dengan demikian artinya

ada perbedaan yang signifikan antara kelas yang diterapkan menggunakan

modul berbasis inkuiri dengan kelas yang tidak diterapkan menggunakan

modul. Sehingga ada pengaruh penerapan modul berbasis inkuiri terbimbing

terhadap hasil belajar siswa.

5. Nuria Juwita (2019) “Peningkatan Kemampuan Pemahaman Konsep

Matematis Melaui Model Inkuiri Pada Siswa SMP”. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa kemampuan pemahaman konsep yang dibelajarkan model

inkuri lebih baik dari kemampuan pemahaman konsep siswa yang dibelajarkan

dengan pembelajaran konvensional.

2.3 Kerangka Berpikir


Media merupakan salah satu komponen penting dalam pembelajaran di sekolah. Media

ini berfungsi sebagai alat bantu yang digunakan guru untuk menyampaikan materi pelajaran

tertentu dalam proses belajar mengajar agar mencapai tujuan pembelajaran dengan

melibatkan peran aktif siswa yang sesuai dengan kurikulum 2013. Modul sebagai media atau

bahan ajar cetak sangat cocok dan mudah dibuat sesuai dengan kebutuhan.

Modul sebagai media atau bahan aja cetak harus sesuai dengan pembelajaran kurikulum

2013. Kegiatan pembelajaran harus bisa membuat siswa mengembangkan konsep yang telah

mereka pelajari. Salah satu pendekatan pembelajaran yang sesuai adalah pembelajaran inkuiri

terbimbing. Jadi modul matematika berbasis inkuiri terbimbing akan dapat membuat siswa

lebih aktif untuk menemukan dan mengembangkan sebuah konsep, dengan bimbingan guru.

Kerangka berpikir penelitian pengembangan ini dilihat dalam Bagan 2.1 berikut.

MASALAH POTENSI (Analisis Kebutuhan)


Guru mengajar secara konvensional Guru perlu mengajar menggunakan model
menggunakan metode ceramah atau metode pembelajaran yang menarik

Media pembelajaran yang digunakan terbatas Perlunya inovasi media pembelajaran yang
dan kurang menarik sesuai dan mudah dibuat

Siswa merasa jenuh dan kurang motivasi Pembelajaran inkuiri terbimbing dapat
dalam belajar sehingga materi kurang mengkonstuk pemahaman konsep
dipahami dengan baik matematis siswa

Siswa kurang aktif dalam pembelajaran


matematika
Membuat flowchart modul
Analisis kebutuhan, analisis
matematika, mengumpulkan materi
kurikulum, dan analisis karakteristik
dan gambar, serta membuat
peserta didik kelas V dalam kurikulum
instrument penilaian
2013

SOLUSI
Modul matematika berbasis inkuiri terbimbing
Modul disertai kegiatan-kegiatan yang sesuai dengan pembelajaran dalam Kurikulum 2013
Siswa memperoleh pengalaman belajar yang baru dan menyenangkan, serta meningkatnya
pemahaman konsep matematis

Media pembelajaran sudah selesai dibuat

UJI VALIDASI REVISI MEDIA/PRODUK


MEDIA/PRODUK Media/produk direvisi sesuai hasil validasi/
Media divalidasi oleh ahli materi, saran ahli materi, ahli bahasa, dan ahli
ahli bahasa, dan ahli media media

Layak digunakan

EVALUASI UJI COBA TERBATAS


REVISI MEDIA/ Media/produk diujicobakan dalam pembelajaran, pemberian
PRODUK angket respon siswa dan angket respon guru, serta pemberian tes
SESUAI penilaian kepada siswa
KEBUTUHAN

Bagan 2.1 Kerangka Berpikir Pengembangan Modul Matematika Berbasis Inkuiri Terbimbing

Anda mungkin juga menyukai