Anda di halaman 1dari 103

BAB I

PENDAHULUAN

Pada bab ini dijelaskan tentang gagasan yang melandasi penelitian yakni

terdiri dari beberapa sub bab, antara lain: (1.1) latar belakang masalah, (1.2)

rumusan masalah, (1.3) tujuan pengembangan, (1.4) manfaat pengembangan, (1.5)

spesifikasi produk pengembangan, dan (1.6) keterbatasan pengembangan. Berikut

penjelasan lebih rinci dari masing-masing sub bab.

1.1 Latar Belakang Masalah

Matematika memegang peranan yang penting dalam proses

pembelajaran. Tujuan pembelajaran matematika sesuai dengan Undang-

Undang Pendidikan Nasional Kurikulum Tahun 2004 adalah agar siswa

terlatih cara berpikir dan bernalar, menarik kesimpulan, mengembangkan

aktifitas kreatif yang melibatkan imajinasi intuisi, penemuan divergen, rasa

ingin tahu membuat prediksi dan dugaan serta coba-coba, kemampuan

memecahkan masalah dan menyampaikan informasi atau menyampaikan

gagasan. Sedangkan tujuan pembelajaran matematika di tingkat SD/MI

adalah agar mereka mengenal angka-angka sederhana, operasi hitung

sederhana, pengukuran, dan bidang.

Materi matematika bersifat terstruktur dan saling berhubungan antara

materi satu dengan materi selanjutnya. Siswa dituntut untuk memahami suatu

materi dalam pelajaran matematika dengan tuntas. Dengan demikian

pemahaman konsep dalam pelajaran matematika sangat penting. Seperti yang

tercantum dalam Permendiknas No.22 Tahun 2006, salah satu tujuan

1
pembelajaran matematika adalah memahami konsep matematika,

menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau

algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.

Menurut Hidayah (2015), pemahaman konsep dalam pembelajaran

matematika adalah hal yang mendasar dan fundamental. Kemampuan

memahami konsep menjadi landasan untuk berpikir dan menyelesaikan

persoalan. Oleh karena itu, untuk mendapatkan penanaman konsep yang

optimal, peserta didik dilatih mengkonstruk pengetahuannya dengan aktif

dalam proses pembelajaran. Pembelajaran akan lebih bermakna jika siswa

menjadi subjek dalam proses pembelajaran. Siswa diberikan kesempatan

untuk berperan aktif, agar pembelajaran lebih bermakna ketika pengetahuan

ditemukan dan dicari sendiri.

Kenyataannya, kemampuan pemahaman konsep matematis yang

dimiliki siswa di Indonesia tergolong masih rendah. Hal ini diperoleh dari

hasil studi Trends in Student Achievement in Mathematics and Science

(TIMSS) tahun 2015. Skor rata-rata prestasi matematika berdasarkan studi

TIMSS menunjukkan bahwa Indonesia berada pada posisi 44 dari 49 negara

yang disurvei dengan skor rata-rata siswa Indonesia yaitu 397. Lebih lanjut,

dari hasil studi Program for International Student Assessment (PISA) tahun

2015, diperoleh skor rata-rata prestasi literasi matematika menunjukkan

bahwa Indonesia berada pada posisi 62 dari 70 negara yang disurvei dengan

skor rata-rata yaitu 386. Rangking tersebut menunjukkan bahwa kemampuan

hasil belajar matematika di Indonesia masih tergolong rendah dibanding rata-

rata skor internasional yaitu 490.

2
Peneliti melakukan observasi awal semester genap di kelas V MI

Sunan Kalijogo Kendalrejo. Observasi dilaksanakan pada tanggal 2 Maret

sampai 7 Maret 2020. Peneliti mengamati guru matematika ketika sedang

mengajar materi bangun ruang kubus dan balok. Peneliti mendapatkan

beberapa informasi terkait kemampuan siswa dalam memahami sebuah

konsep matematis, di antaranya : 1) siswa sering lupa terhadap materi lama

yang telah diajarkan sebelumnya, padahal materi itu memiliki keterkaitan

dengan materi baru yang akan diajarkan. 2) siswa masih susah untuk

memahami soal cerita yang terkesan panjang, 3) siswa lebih suka

mengerjakan soal dalam kategori mudah, dan 4) siswa sering merasa bosan

mengikuti pembelajaran matematika dengan metode pembelajaran yang

konvensional atau ceramah.

Materi bangun ruang kubus dan balok merupakan salah satu materi

geometri yang diajarkan untuk siswa SD/MI kelas V. Pada materi tersebut,

siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal, karena kurangnya

pemahaman siswa pada materi sebelumnya tentang geometri di kelas IV yaitu

tentang bangun datar. Selain itu, siswa juga belum memiliki pemahaman

konsep secara matematis yang matang tentang apa itu bangun ruang kubus

dan balok, bagaimana cara menentukan volume kubus dan balok, serta cara

menyelesaikan masalah sehari-hari yang berhubungan dengan kubus dan

balok.

Kesulitan tersebut disebabkan karena siswa terbiasa menghafal rumus.

Secara konvensonal, guru mengajarkan materi dengan langsung memberikan

rumus dan soal, tanpa melalui kegiatan untuk menemukan konsep matematis

3
terlebih dahulu. Selain itu, kebanyakan siswa hanya memahami konsep

matematis yang baru tanpa didasari pemahaman mengenai konsep matematis

sebelumnya. Kondisi tersebut bertentangan dengan hakikat matematika, yaitu

matematika merupakan suatu ilmu yang hierarki, dimana terdapat keterkaitan

antara satu konsep dengan konsep lainnya.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dilihat bahwa kemampuan

pemahaman konsep matematis siswa masih rendah. Hal ini terlihat dari hasil

belajar siswa dalam pelajaran matematika yang masih belum menunjukkan

adanya kemampuan pemahaman konsep yang baik. Setelah diadakan ulangan

harian matematika tentang materi bangun ruang kubus dan balok, hasil nilai

rata-rata siswa kelas lima adalah 62,54. Itu artinya nilai hasil belajar siswa

pada materi bangun ruang kubus dan balok belum memuaskan dan masih di

bawah nilai KKM yaitu 75. Selain itu, kenyataannya guru masih mengajar

dengan metode ceramah (konvensional), sehingga membosankan bagi siswa

dan tidak sesuai dengan pembelajaran dalam kurikulum 2013.

Pembelajaran yang diterapkan oleh guru, diharapkan mampu

meningkatkan keberhasilan dalam proses pembelajaran. Dalam pencapaian

hasil belajar yang maksimal perlu diterapkan model pembelajaran yang sesuai

dengan materi pelajaran. Pembelajaran kurikulum 2013 yang lebih berpusat

pada siswa, diperlukan suatu bahan ajar dengan model pembelajaran yang

memberikan kesempatan bagi siswa untuk lebih aktif dan mengembangkan

dirinya sendiri.

Di antara model pembelajaran yang dapat mendukung tercapainya

tujuan pembelajaran matematika adalah model pembelajaran yang

4
berlandaskan pada paham kontruktivisme. Paham kontruktivisme pada

dasarnya menekankan pentingnya siswa untuk membangun sendiri

pengetahuan mereka lewat keterlibatan aktif proses belajar mengajar. Siswa

perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang

berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide.

Salah satu pendekatan pembelajaran yang menganut paham

konstruksivisme dimana siswa membangun sendiri kemampuannya adalah

metode inkuiri yaitu suatu rangkaian kegiatan pembelajaran yang

menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan

menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Salah

satu pembelajaran yang dapat diterapkan dalam mata pelajaran matematika

adalah pembelajaran inkuiri terbimbing.

Menurut Anam (2017), inkuiri terbimbing merupakan salah satu

metode inkuiri dimana siswa bekerja untuk menemukan jawaban terhadap

masalah yang dikemukakan oleh guru di bawah bimbingan intensif dari guru.

Guru datang ke kelas membawa masalah untuk dipecahkan oleh siswa,

kemudian mereka dibimbing untuk menemukan cara terbaik dalam

memecahkan masalah tersebut.

Inkuiri terbimbing diterapkan agar para siswa bebas mengembangkan

konsep yang mereka pelajari, bukan hanya sebatas materi yang hanya dicatat

kemudian dihafal. Siswa akan lebih tertarik terhadap matematika jika mereka

dilibatkan secara aktif dalam melakukan penemuan sendiri. Dalam

pembelajaran inkuiri terbimbing ini, siswa dibimbing untuk dapat

mempergunakan atau mengkomunikasikan ide-ide matematikanya, konsep,

5
dan keterampilan yang sudah mereka pelajari untuk menemukan suatu

pengetahuan yang baru. Setiap siswa berkesempatan untuk memikirkan

permasalahan yang telah disajikan oleh guru atau permasalahan yang muncul

dari siswa sendiri, sehingga siswa akan mampu mengkaji permasalahan

tersebut dan mampu untuk menemukan konsep atau prinsip matematika

melalui beberapa proses serta bimbingan guru sebatas yang diperlukan saja.

Hal ini telah dibuktikan oleh berbagai penelitian, salah satu penelitian

yang mengungkapkan bahwa kemampuan pemahaman konsep matematis

dapat diasah dan dikembangkan dengan pembelajaran inkuiri terbimbing

adalah penelitian Ariska Azmi (2019) yang berjudul “Pembelajaran

Matematika dengan Pendekatan Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan

Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa SMP”. Hasil penelitian

tersebut menyatakan bahwa pendekatan inkuiri terbimbing dapat

meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa SMP,

sehingga kemampuan pemahaman konsep matematis siswa SMP yang

diajarkan dengan pendekatan inkuiri terbimbing lebih tinggi daripada

kemampuan pemahaman konsep matematis siswa SMP yang diajarkan

dengan non inkuiri terbimbing.

Selain permasalahan di atas, bahan ajar sebagai media untuk

pembelajaran matematika di sekolah terbatas hanya bahan ajar berupa modul

bahan ajar dari salah satu penerbit. Modul tersebut sudah menggunakan

kurikulum 2013, namun tulisan dan gambar pendukung belum diformat

semenarik mungkin sehingga terlihat membosankan. Dari segi isi terlihat dari

cakupan materi yang kurang luas serta belum adanya contoh yang banyak

6
dengan cara yang mudah dipahami siswa. Pemahaman konsep matematis

siswa kurang terasah karena isi modul kurang memberikan kesempatan

kepada siswa untuk melakukan kegiatan ilmiah seperti mengamati masalah,

merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menguji hipotesis, dan membuat

kesimpulan.

Menurut Prastowo (2015), bahan ajar merupakan segala bahan (baik

informasi, alat, maupun teks) yang disusun secara sistematis, yang

menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai peserta didik

dan digunakan dalam proses pembelajaran dengan tujuan perencanaan dan

penelaahan implementasi pembelajaran. Bahan ajar yang dibuat seorang

pendidik, seharusnya inovatif, variatif, menarik, kontekstual, dan sesuai

dengan tingkat kebutuhan peserta didik. Oleh karena itu, bahan ajar sangat

penting dikembangkan oleh pendidik sebagai upaya untuk meningkatkan

kualitas pembelajaran.

Salah satu bahan ajar cetak yang menarik serta efektif dan efisien

karena bisa dipelajari secara mandiri maupun dengan bimbingan guru adalah

modul. Dalam buku Pedoman Umum Pengembangan Bahan Ajar (2004)

yang diterbitkan oleh Diknas, modul diartikan sebagai sebuah buku yang

ditulis dengan tujuan agar peserta didik dapat belajar secara mandiri tanpa

atau dengan bimbingan guru. Modul juga dimaknai sebagai seperangkat

bahan ajar yang disajikan secara sistematis, sehingga penggunanya dapat

belajar dengan atau tanpa seorang fasilitator atau guru. Dengan demikian,

sebuah modul harus dapat dijadikan sebagai bahan ajar sebagai pengganti

fungsi pendidik, yang dapat menjelaskan sesuatu dengan bahasa yang mudah

7
diterima peserta didik.

Menurut Prastowo (2015), modul adalah sebuah bahan ajar yang

disusun secara sistematis dengan bahasa yang mudah dipahami oleh peserta

didik sesuai dengan tingkat pengetahuan dan usia mereka, agar mereka dapat

belajar sendiri atau mandiri dengan bantuan atau bimbingan yang minimal

dari pendidik. Sebagai salah satu bahan ajar, modul diharapkan dapat

meningkatkan kemampuan peserta didik untuk belajar sendiri dan dapat

mengukur penguasaan terhadap materi yang telah dipelajari.

Pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing ini dapat dikonversi dalam

bentuk modul berbasis penemuan terbimbing. Dengan menggunakan modul

ini, siswa diarahkan untuk belajar mandiri dalam pengetahuan baru dengan

menggunakan pengetahuan yang sudah ada sebelumnya. Siswa belajar secara

mandiri dengan bimbingan guru dan menemukan sendiri konsep yang ada

dengan modul inkuiri terbimbing yang akan dirancang (Hartono dan Noto,

2017).

Berdasarkan beberapa permasalahan di atas, peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian dan pengembangan dengan judul “Pengembangan

Modul Matematika Berbasis Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan

Pemahaman Konsep Matematis (Siswa MI Sunan Kalijogo Kendalrejo

Kabupaten Blitar)”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan

masalah adalah sebagai berikut.

1. Bagaimana proses pengembangan modul matematika berbasis inkuiri

8
terbimbing pada materi bangun ruang kubus dan balok?

2. Bagaimana hasil pengembangan modul matematika berbasis inkuiri

terbimbing pada materi bangun ruang kubus dan balok?

1.3 Tujuan Pengembangan


Adapun tujuan penelitian dan pengembangan ini sesuai dengan

rumusan masalah di atas yaitu sebagai berikut.

1. Mengembangkan modul matematika berbasis inkuiri terbimbing pada

materi bangun ruang kubus dan balok.

2. Menghasilkan modul matematika berbasis inkuiri terbimbing pada materi

bangun ruang kubus dan balok.

1.4 Manfaat Pengembangan


Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka manfaat yang diharapkan

dalam penelitian dan pengembangan secara teoritis dan praktis adalah

sebagai berikut.

1. Secara Teoritis

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dan

memperkaya hasil penelitian yang telah ada dan dapat memberikan

informasi mengenai pengembangan bahan ajar dengan pendekatan,

metode, maupun model inkuiri terbimbing.

b. Menjadi rujukan dalam pengembangan ilmu pengetahuan terutama

berkaitan dengan bahan ajar modul matematika di SD/MI.

2. Secara Praktis

a. Bagi siswa

1. Memberikan pengalaman baru dan mendorong siswa untuk dapat

9
meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematis,

sehingga pembelajaran dapat berjalan lebih aktif dan bermakna.

2. Dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematis

siswa, sehingga diharapkan dapat menyelesaikan permasalahan

dalam kehidupan sehari-hari.

b. Bagi guru

1. Sebagai pedoman untuk meningkatkan kemampuan pemahaman

konsep matematis siswa dalam materi lainnya.

2. Sebagai pedoman dalam merancang RPP, bahan ajar, dan lembar

evaluasi mengenai pemahaman konsep matematis siswa.

3. Sebagai alternatif dalam mempersiapkan proses pembelajaran

matematika, khususnya untuk meningkatkan kemampuan

pemahaman konsep matematis siswa.

c. Bagi peneliti

1. Dapat mengembangkan dan menghasilkan modul matematika

berbasis inkuiri terbimbing yang valid, praktis dan efektif.

2. Mendapat pengetahuan dan keterampilan dalam merancang modul

matematika berbasis inkuiri terbimbing.

1.5 Spesifikasi Produk Pengembangan

Spesifikasi produk dalam penelitian dan pengembangan ini antara lain

sebagai berikut.

1. Ditinjau dari media

10
Penelitian dan pengembangan ini menghasilkan produk berupa media

cetak yaitu modul matematika berbasis inkuiri terbimbing. Modul

matematika ini menggunakan kurikulum 2013 yang dikembangkan

sesuai dengan Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) dalam

Permendikbud Nomor 24 tahun 2016, yaitu menggunakan KD 3.5 dan

KD 4.5.

2. Ditinjau dari materi

Materi dalam modul ini membahas tentang bangun ruang “kubus dan

balok”. Pada masing-masing sub bab, materi meliputi pengertian kubus

dan balok, sifat-sifat kubus dan balok, jaring-jaring kubus dan balok,

volume kubus dan balok, permasalahan berkaitan dengan volume kubus

dan balok, contoh soal, dan latihan mandiri. Selain itu, modul ini

dilengkapi dengan rangkuman dan tes formatif beserta kunci

jawabannya untuk mengukur kemampuan pengguna modul dengan atau

tanpa bimbingan guru.

3. Ditinjau dari produk

Modul matematika ini menggunakan langkah-langkah pembelajaran

inkuiri seperti mengidentifikasi masalah, membuat hipotesis,

mengumpulkan data, menganalisis data, dan membuat kesimpulan.

Modul ini dapat digunakan dengan atau tanpa bimbingan guru, tetapi

alangkah baiknya siswa menggunakan modul dengan bimbingan guru.

4. Ditinjau dari penampilan

Modul matematika ini terlihat sangat menarik karena dilengkapi dengan

ilustrasi gambar yang sesuai serta tulisan yang berwarna-warni. Modul

11
menggunakan kertas A4 dengan berat 70 gram. Sedangkan cover depan

memuat judul, nama penulis, logo Kurikulum 2013, kelas sasaran

modul, logo dan nama civitas kampus, serta gambar yang terkait materi

bangun ruang kubus dan balok. Cover juga menggunakan kertas A4

dengan berat 70 gram, tetapi dilaminasi untuk membuat mengkilap.

1.6 Keterbatasan Pengembangan

Pengembangan modul matematika berbasis inkuiri terbimbing ini

memiliki beberapa keterbatasan, antara lain sebagai berikut.

1. Ditinjau dari proses pembuatan produk

Pembuatan modul matematika berbasis inkuiri terbimbing ini terbilang

cukup lama, karena dibandingkan dengan media cetak yang lain, modul

terbilang sangat lengkap isinya dan harus menarik sehingga

membutuhkan lebih banyak waktu, pikiran, dan tenaga.

2. Ditinjau dari penggunaan produk

Modul matematika ini hanya dapat digunakan pada materi kubus dan

balok, terutama terkait mencari volume kubus dan balok. Ujicoba

produk dalam penelitian ini hanya dilakukan secara terbatas pada siswa

kelas V sejumlah 26 siswa dalam 4 kali pembelajaran.

3. Ditinjau dari materi

Materi bangun ruang pada modul matematika ini terbatas hanya

membahas tentang kubus dan balok. Pada KD 3.5 menjelaskan dan

menentukan volume bangun ruang kubus dan balok, sedangkan KD 4.5

menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan volume bangun ruang

12
kubus dan balok. Kegiatan berbasis inkuiri terbimbing sudah cukup

pada semua materi, namun lebih banyak dalam materi mencari volume

kubus dan balok.

13
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Pada bab ini memuat beberapa sub bab, antara lain: (2.1) kajian teori, (2.2)

penelitian terdahulu yang relevan, dan (2.3) kerangka berpikir dalam

melaksanakan penelitian. Berikut penjelasan lebih rinci kajian pustaka dari

masing-masing sub bab.

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Modul

2.1.1.1 Pengertian Modul

Dalam buku Pedoman Umum Pengembangan Bahan Ajar (2004)

yang diterbitkan oleh Diknas, modul diartikan sebagai sebuah buku yang

ditulis dengan tujuan agar peserta didik dapat belajar secara mandiri tanpa

atau dengan bimbingan guru. Dengan demikian, sebuah modul dapat

dijadikan sebagai bahan ajar dengan fungsi dapat menjelaskan sesuatu

dengan bahasa yang mudah diterima peserta didik sesuai dengan tingkat

pengetahuan dan usianya.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), modul adalah

kegiatan program belajar mengajar yang dapat dipelajari oleh peserta didik

dengan bantuan yang minimal dari guru atau dosen pembimbing, meliputi

perencanaan tujuan yang akan dicapai secara jelas, penyediaan materi

pelajaran, alat yang dibutuhkan dan alat untuk penilai, serta pengukuran

keberhasilan peserta didik dalam penyelesaian pelajaran. Jadi modul

memuat komponen-komponen pembelajaran yang jelas seperti perencanaan

14
tujuan, materi, dan penilaian agar peserta didik dapat secara mandiri

menggunakannya.

Hal serupa juga dikemukakan oleh St. Vembriarto (1985) dalam

buku yang berjudul Pengantar Pengajaran Modul, modul adalah suatu unit

program kegiatan belajar mengajar terkecil yang secara terperinci

menggariskan hal-hal seperti tujuan instruksional umum, topik, tujuan

instruksional khusus, pokok materi, kedudukan dan fungsi satuan modul,

peranan guru, alat dan sumber belajar, kegiatan belajar, lembaran kerja,

serta program evaluasi.

Sementara itu, Surahman (2010) mengatakan bahwa modul adalah

satuan program pembelajaran terkecil yang dapat dipelajari oleh peserta

didik secara perorangan (self instructional); setelah menyelesaikan satu

satuan dalam modul, selanjutnya peserta didik dapat melangkah maju dan

mempelajari satuan modul berikutnya.

Menurut Astuti, dkk (2018), modul merupakan salah satu bentuk

bahan ajar yang dikemas secara utuh dan sistematis, yang di dalamnya

memuat seperangkat pengalaman belajar yang terencana dan didesain untuk

membantu siswa menguasai tujuan belajar yang spesifik.

Selain itu, Oktaviana, dkk (2017) menyatakan bahwa modul adalah

bahan ajar yang tersaji dalam bentuk cetak yang berfungsi membantu siswa

memahami materi pembelajaran secara mandiri karena disusun sesuai

dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Sehingga, dengan

menggunakan modul dalam kegiatan pembelajaran siswa akan lebih mudah

memahami materi pembelajaran karena telah disusun sesuai dengan tujuan

15
pembelajaran yang ingin dicapai dalam kegiatan pembelajaran.

Dari beberapa pandangan yang sudah disebutkan di atas, penulis

menyimpulkan bahwa modul adalah sebuah bahan ajar yang disusun secara

sistematis sesuai dengan karakteristik peserta didik, agar siswa dapat belajar

dengan bantuan guru maupun secara mandiri, sehingga mereka dapat

menguasai materi serta mengerjakan penilaian yang ada dengan baik.

Kemudian setelah peserta didik menguasai suatu materi pada satu satuan

modul, mereka dapat melanjutkan materi pada satu satuan modul tingkat

berikutnya, dan begitu seterusnya sampai selesai, sehingga tujuan

pembelajaran dapat tercapai oleh peserta didik.

2.1.1.2 Fungsi Modul

Sebagai salah satu bentuk bahan ajar cetak, modul memiliki fungsi

sebagai berikut (Prastowo, 2017).

a. Bahan ajar mandiri

Modul dalam proses pembelajaran berfungsi meningkatkan

kemampuan peserta didik untuk belajar sendiri tanpa tergantung

kepada kehadiran pendidik.

b. Pengganti fungsi pendidik

Modul sebagai bahan ajar mampu menjelaskan materi pembelajaran

dengan baik dan mudah dipahami oleh peserta didik sesuai tingkat

pengetahuan dan usia mereka. Jadi modul bisa berfungsi sebagai

pengganti fungsi atau peran pendidik.

c. Alat evaluasi

Dengan modul, peserta didik dapat mengukur dan menilai sendiri

16
tingkat penguasaannya terhadap materi yang telah dipelajari.

d. Bahan rujukan

Modul mengandung berbagai materi yang harus dipelajari oleh

peserta didik sebagai bahan rujukan mereka.

2.1.1.3 Tujuan Modul

Adapun tujuan penyusunan atau pembuatan modul antara lain

sebagai berikut (Prastowo, 2017).

a. Agar peserta didik dapat belajar secara mandiri tanpa atau dengan

bimbingan pendidik.

b. Agar peran pendidik tidak terlalu dominan dan otoriter dalam

kegiatan pembelajaran.

c. Melatih kejujuran peserta didik.

d. Mengakomodasi berbagai tingkat dan kecepatan belajar peserta

didik.

e. Agar peserta didik mampu mengukur sendiri tingkat penguasaan

materi yang telah dipelajari.

2.1.1.4 Kegunaan Modul

Menurut Belawati, dkk (2003) dalam buku yang berjudul

Pengembangan Bahan Ajar, Andriani menyatakan kegunaan modul dalam

proses pembelajaran antara lain sebagai berikut.

a. Penyedia informasi dasar.

b. Bahan instruksi atau petunjuk bagi peserta didik.

c. Bahan pelengkap dengan ilustrasi dan foto yang komunikatif.

d. Menjadi petunjuk mengajar yang efektif bagi pendidik.

17
e. Menjadi bahan untuk berlatih bagi peserta didik dalam

melaksanakan penilaian sendiri (self assessment).

2.1.1.5 Karakteristik Modul

Setiap ragam bentuk bahan ajar pada umumnya memiliki sejumlah

karakteristik tertentu yang membedakannya dengan bentuk bahan ajar yang

lain. Begitu pula dengan modul, bahan ajar ini memiliki karakteristik

tertentu. Menurut Nur Mohammad (2010) dalam tulisannya berjudul

Pengembangan Bahan Ajar, modul memiliki beberapa karakteristik antara

lain sebagai berikut:

a. Modul dirancang untuk sistem pembelajaran mandiri.

b. Merupakan program pembelajaran yang utuh dan sistematis.

c. Mengandung tujuan, bahan atau kegiatan, dan evaluasi.

d. Disajikan secara komunikatif (dua arah).

e. Diupayakan dapat mengganti beberapa peran pengajar.

f. Cakupan batasan terfokus dan terukur.

g. Mementingkan aktivitas belajar pemakai.

2.1.1.6 Jenis-Jenis Modul

2.1.1.6.1 Jenis-Jenis Modul Menurut Penggunanya

Dilihat dari penggunanya, modul terbagi menjadi dua macam yaitu:

a. Modul untuk peserta didik

Modul yang berisi kegiatan belajar yang dilakukan oleh peserta

didik.

b. Modul untuk pendidik

Modul yang berisi petunjuk pendidik, tes akhir modul, dan kunci

18
jawaban tes akhir modul.

2.1.1.6.2 Jenis-Jenis Modul Menurut Tujuan Penyusunannya

Menurut Vembriarto (1985), modul dibedakan menjadi dua jenis

yaitu sebagai berikut.

a. Modul Inti

Modul inti adalah modul yang disusun dari kurikulum dasar,

yang merupakan tuntutan dari pendidikan dasar umum yang

diperlukan oleh seluruh warga negara Indonesia. Modul pengajaran

ini merupakan hasil penyusunan dari unit-unit program yang disusun

menurut tingkat (kelas) dan bidang studi (mata pelajaran). Adapun

unit-unit program itu sendiri diperoleh dari hasil penjabaran

kurikulum dasar. Kurikulum dasar disusun guna memberikan

pendidikan dasar umum yang terdiri atas pengetahuan, keterampilan

fisik dan intelektual, serta sikap.

b. Modul Pengayaan

Modul pengayaan adalah modul hasil dari penyusunan unit-

unit program pengayaan yang berasal dari program pengayaan yang

bersifat memperluas (dimensi horisontal) dan atau memperdalam

(dimensi vertikal) program pendidikan dasar yang bersifat umum

tersebut. Modul ini disusun sebagai bagian dari usaha untuk

mengakomodasi peserta didik yang telah menyelesaikan dengan

baik program pendidikan dasarnya mendahului teman-temannya.

Dengan adanya modul pengayaan ini, lembaga pendidikan tidak

19
akan menghambat peserta didik yang proses belajarnya cepat.

2.1.1.7 Unsur-Unsur Modul

Modul sebagai bahan ajar berisi beberapa unsur yaitu sebagai

berikut (Prastowo, 2017).

1. Judul

Bagian ini berisi identitas nama modul dari suatu mata pelajaran

tertentu.

2. Petunjuk belajar

Bagian ini berisi petunjuk bagi pendidik maupun peserta didik. Di

dalamnya dijelaskan tentang bagaimana pendidik sebaiknya

mengajarkan materi kepada peserta didik dan bagaimana peserta

didik sebaiknya mempelajari materi yang ada dalam bahan ajar

tersebut.

3. Kompetensi yang akan dicapai

Maksudnya adalah kompetensi atau tujuan yang akan dicapai oleh

peserta didik meliputi standar kompetensi, kompetensi dasar,

maupun indikator pencapaian hasil belajar yang harus dikuasai

peserta didik.

4. Informasi pendukung

Informasi pendukung merupakan berbagai informasi tambahan yang

dapat melengkapi bahan ajar, sehingga peserta didik akan semakin

mudah untuk menguasai pengetahuan yang akan mereka peroleh,

serta pengetahuan yang diperoleh akan semakin komprehensif.

20
5. Latihan-latihan

Merupakan suatu bentuk tugas yang diberikan kepada peserta didik

untuk melatih kemampuan mereka setelah mempelajari bahan ajar,

sehingga kemampuan tersebut akan semakin terasah dan terkuasai

secara matang.

6. Petunjuk kerja atau lembar kerja

Petunjuk kerja atau lembar kerja adalah satu lembar atau beberapa

lembar kertas berisi sejumlah langkah prosedural cara pelaksanaan

aktivitas atau kegiatan tertentu yang harus dilakukan oleh peserta

didik berkaitan dengan praktik dan lain sebagainya.

7. Evaluasi

Merupakan salah satu bagian dari proses penilaian yang terdapat

sejumlah pertanyaan yang ditujukan kepada peserta didik untuk

mengukur seberapa jauh penguasaan kompetensi yang berhasil

mereka kuasai setelah mengikuti proses pembelajaran, sehingga kita

dapat mengetahui efektivitas bahan ajar yang kita buat ataupun

proses pembelajaran yang kita selenggarakan.

2.1.1.8 Langkah-Langkah Penyusunan Modul

Dalam menyusun sebuah modul, ada empat tahapan yang harus kita

lakukan yaitu analisis kurikulum, menentukan judul modul, pemberian kode

modul, dan penulisan modul (Andi Prastowo, 2015).

1. Analisis kurikulum

Tahap ini bertujuan untuk menentukan materi-materi mana yang

memerlukan bahan ajar. Dalam menentukan materi, analisis

21
dilakukan dengan cara melihat inti materi yang diajarkan serta

kompetensi dan hasil belajar kritis yang harus dimiliki oleh peserta

didik.

2. Menentukan judul modul

Untuk menentukan judul modul, kita harus mengacu pada

kompetensi- kompetensi dasar atau materi pokok yang ada di dalam

kurikulum.

3. Pemberian kode modul

Pemberian kode modul dilakukan untuk memudahkan kita dalam

pengelolaan modul. Pada umumnya, kode modul adalah angka-

angka yang diberi makna.

4. Penulisan modul

Ada lima hal penting yang hendaknya kita jadikan acuan dalam

proses penulisan modul yaitu sebagai berikut:

a. Perumusan kompetensi dasar yang harus dikuasai

Kompetensi dasar diambil dari pedoman khusus kurikulum 2006

atau kurikulum 2013.

b. Penentuan alat evaluasi atau penilaian

Yaitu sejumlah pertanyaan atau tes yang digunakan untuk

mengetahui tingkat keberhasilan peserta didik dalam menguasai

suatu kompetensi dasar. Evaluasi dapat langsung disusun setelah

ditentukan kompetensi dasar yang akan dicapai.

c. Penyusunan materi

22
Materi sangat tergantung pada kompetensi dasar yang akan

dicapai. Untuk penulisannya, materi modul tidak harus ditulis

secara lengkap. Kita dapat menunjukkan referensi yang

digunakan agar peserta didik membaca lebih jauh tentang materi

tersebut. Tugas-tugas harus ditulis secara jelas dan tidak

membingungkan peserta didik. Kalimat yang disajikan

sederhana, singkat, jelas, dan efektif. Juga perlu penambahan

gambar-gambar yang dapat mendukung dan memperjelas isi

materi.

d. Urutan pengajaran

Urutan pengajaran dapat diberikan dalam petunjuk

menggunakan modul.

e. Struktur bahan ajar modul

Struktur modul dapat bervariasi, tergantung pada karakter materi

yang disajikan, ketersediaan sumber daya, dan kegiatan belajar

yang bakal dilaksanakan.

2.1.1.9 Pengembangan Modul

Kita seharusnya mampu mengembangkan modul menjadi bahan ajar

yang inovatif dan dibangun secara kreatif, sehingga modul mampu menjadi

bahan ajar yang menarik dan memotivasi peserta didik untuk belajar

(Prastowo, 2015). Berkaitan dengan hal tersebut, Rowntree menjelaskan ada

sembilan aspek yang harus kita perhatikan pada saat mengembangkan

modul yaitu:

1. Membantu pembaca untuk menemukan cara mempelajari modul.

23
2. Menjelaskan hal-hal yang perlu pembaca persiapkan sebelum

mempelajari modul.

3. Menjelaskan hal-hal yang diharapkan dari pembaca setelah mereka

selesai mempelajari modul.

4. Memberi pengantar tentang cara pembaca menghadapi atau

mempelajari modul.

5. Menyajikan materi sejelas mungkin, sehingga pembaca dapat

mengaitkan materi yang dipelajari dari modul dengan pengetahuan

sebelumnya.

6. Memberi dukungan kepada pembaca agar berani mencoba segala

langkah yang dibutuhkan untuk memahami materi modul.

7. Melibatkan pembaca dalam latihan serta kegiatan yang akan

membuat mereka berinteraksi dengan materi yang sedang dipelajari.

8. Memberikan umpan balik (feedback) pada latihan dan kegiatan yang

dilakukan pembaca.

9. Membantu pembaca untuk meringkas dan merefleksikan apa yang

sudah mereka pelajari dari modul.

Di samping itu, Rowntree juga mengungkapkan empat tahapan dalam

pengembangan modul yaitu sebagai berikut (Prastowo, 2017).

1. Mengidentifikasi tujuan pembelajaran

2. Memformulasikan garis besar materi

3. Menuliskan materi

4. Menentukan format dan tata letaknya

a. Ukuran halaman dan format modul

24
b. Kolom dan margin

2.1.2 Hakikat Pembelajaran Matematika

Menurut Ruseffendi (1991), matematika adalah bahasa simbol; ilmu

deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif; ilmu tentang

pola keteraturan, dan struktur yang terorganisasi, mulai dari unsur yang

tidak didefinisikan ke unsur yang didefinisikan, ke aksioma atau postulat,

dan akhirnya ke dalil. Sedangkan hakikat matematika menurut Soedjadi

(2000) yaitu memiliki objek tujuan abstrak, bertumpu pada kesepakatan,

dan pola pikir yang deduktif.

Menurut Kesumawati (2008) pemahaman konsep merupakan salah

satu kecakapan atau kemahiran matematika yang diharapkan dapat tercapai

dalam belajar matematika yaitu dengan menunjukkan pemahaman konsep

matematika yang dipelajarinya, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan

mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan

tepat dalam pemecahan masalah. Menurut Nizarwati, dkk (2009),

pemahaman konsep merupakan salah satu kecakapan atau kemahiran

matematika yang diharapkan dapat tercapai dalam belajar matematika.

Secara spesifik pemahaman konsep adalah mengerti benar tentang konsep

matematika, yaitu siswa dapat menerjemaahkan, menafsirkan, dan

menyimpulkan suatu konsep matematika berdasarkan pembentukan

25
pengetahuanya sendiri, bukan sekedar menghafal (Utari dkk, 2012:

Suwangsih, dkk, 2018).

Konsep matematika tidak dipandang sebagai barang jadi yang hanya

menjadi bahan informasi untuk siswa. Namun, guru diharapkan merancang

pembelajaran matematika, sehingga memberikan kesempatan yang seluas-

luasnya kepada siswa untuk berperan aktif dalam membangun konsep

secara mandiri atau bersama-sama. Siswa diharapkan dapat “menemukan

kembali” (reinvention) akan konsep, aturan, ataupun algoritma.

Pembelajaran matematika yang demikian, akan dapat menimbulkan rasa

bangga, menumbuhkan minat dan percaya diri, serta memupuk dan

mengembangkan imajinasi dan kreativitas siswa.

2.1.3 Pemahaman Konsep Matematis

2.1.3.1 Pengertian Pemahaman Konsep Matematis

Menurut KBBI pemahaman didefinisikan sebagai proses perbuatan

memahami atau memahamkan. Dalam hal ini pemahaman dapat diartikan

sebagai kemampuan untuk memahami. Rosyada mengemukakan bahwa

pemahaman adalah kemampuan memahami apa yang sedang

dikomunikasikan dan mampu untuk mengimplementasikan ide tanpa harus

mengaitkannya dengan ide lain dan tanpa harus melihat ide itu secara

mendalam.

Menurut Duffin & Simpson (2000), pemahaman konsep adalah

kemampuan siswa untuk menjelaskan konsep, menggunakan konsep pada

berbagai situasi yangberbeda, dan mengembangkan beberapa akibat dari

adanya suatu konsep.

26
Siswa perlu memiliki pemahaman, terutama pemahaman konsep,

karena pemahaman konsep adalah aspek kunci dalam pembelajaran

(Santrock, 2008). Demikian pula, pemahaman matematis merupakan

landasan penting untuk berpikir dalam menyelesaikan persoalan-persoalan

matematika maupun masalah kehidupan nyata. Selain itu, kemampuan

pemahaman matematis mendukung kemampuan matematis lainnya seperti

komunikasi, pemecahan masalah, penalaran, koneksi, representasi, berpikir

kritis, dan berpikir kreatif.

Selain itu, Ompusunggu, 2014 (dalam Wiharno, 2017) juga

mengungkapkan bahwa kemampuan pemahaman konsep merupakan

kemampuan yang sangat penting dalam pembelajaran matematika. Tanpa

adanya pemahaman konsep dasar yang kuat bagi peserta didik, maka

peserta didik tidak akan mampu memahami konsep yang diberikan.

2.1.3.2 Indikator Pemahaman Konsep Matematis

Menurut Sanjaya, indikator pemahaman konsep matematis di

antaranya sebagai berikut (Hendriana, dkk, 2018).

1. Mampu menerangkan secara verbal mengenai konsep yang

dipelajarinya.

2. Mampu menyajikan situasi matematika ke dalam berbagai cara serta

mengetahui perbedaan dan kesamaannya.

3. Mampu mengklasifikasikan objek-objek berdasarkan dipenuhi atau

tidaknya persyaratan yang membentuk konsep tersebut.

4. Mampu menerapkan hubungan antar konsep dan prosedur.

5. Mampu memberikan contoh dan bukan contoh dari konsep yang

27
dipelajari.

6. Mampu menerapkan konsep secara algoritma.

7. Mampu mengembangkan konsep yang telah dipelajari.

Peraturan Dirjen Dikdasmen Nomor 506/C/Kep/PP/2004, merinci

indikator pemahaman konsep matematis adalah mampu:

1. Menyatakan ulang sebuah konsep.

2. Mengklasifikasi objek tertentu sesuai dengan sifatnya.

3. Memberikan contoh dan bukan contoh dari suatu konsep.

4. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis.

5. Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup dari suatu konsep.

6. Menggunakan dan memanfaatkan serta memilih prosedur atau

operasi tertentu.

7. Mengaplikasikan konsep atau algoritma dalam pemecahan masalah.

(Hendriana, dkk, 2018)

2.1.4 Bangun Ruang

2.1.4.1 Balok

Balok adalah bangun ruang yang dibentuk oleh tiga pasang persegi

panjang dan tiap persegi panjang mempunyai bentuk dan ukuran yang sama.

Tiga pasang persegi panjang itu merupakan sisi-sisi balok (Sumanto, 2008).

Balok juga diartikan sebagai bangun ruang yang dibatasi oleh enam buah

persegi panjang yang kongruen (Sunardi, dkk, 2005).

28
Perhatikan contoh gambar balok berikut ini.

Gambar 2.1 Balok

Sumber: Purnomosidi (2018)

Nama bangunnya adalah Balok KLMN.OPQR

Rusuknya adalah KL, LM, MN, NK, OP, PQ, QR, RO, PL, QM, RN, OK

Sisinya adalah KLMN, OPQR, KLPO, NMQR, LMQP, KNRO

Titik sudutnya adalah K, L, M, N, O, P, Q, R

Diagonal sisinya adalah LQ, MP, LO, PK, KR, NO, NQ, RM, KM, LN,

OQ, PR

Diagonal ruangnya adalah LR, PN, MO, KQ

29
Bidang diagonalnya adalah LMRO, KPQN, OPMN, KLQR, KMQO, NLPR

Banyaknya masing-masing komponen balok dapat dilihat pada tabel

di bawah ini.

Tabel 2.1 Komponen Balok

No Komponen Banyaknya
1 Rusuk 12
2 Sisi 6
3 Titik sudut 8
4 Diagonal sisi atau diagonal bidang 12
5 Diagonal ruang 4
6 Bidang diagonal 6

Keenam komponen pada tabel di atas sekaligus merupakan sifat-sifat

balok. Balok memiliki 12 rusuk, 6 sisi berbentuk persegi panjang, dan

seterusnya. Ada satu sifat lain yang menjadi ciri balok, yaitu memiliki 3

pasang bidang sejajar.

2.1.4.2 Kubus

Kubus merupakan bangun ruang yang dibentuk oleh enam persegi

berukuran sama yang merupakan sisi-sisi kubus tersebut. Pada kubus,

semua rusuknya sama panjang (Sumanto, 2008). Kubus juga diartikan

sebagai bangun ruang yang dibatasi oleh enam buah persegi yang kongruen

(Sunardi, dkk, 2005).

30
Perhatikan contoh gambar kubus berikut ini.

Gambar 2.2 Kubus

Sumber: Purnomosidi (2018)

Nama bangunnya adalah kubus ABCD.EFGH

Rusuknya adalah AB, BC, CD, AD, EF, FG, GH, EH

Sisinya adalah ABCD, EFGH, ABFE, DCGH, BCGF, ADHE

Titik sudutnya adalah A, B, C, D, E, F, G, H

Diagonal sisinya adalah AF, BE, BG, CF, CH, DG, AH, DE, AC, BD, EG,

FH

Diagonal ruangnya adalah HB, DF, AG, CE

Bidang diagonalnya adalah BCHE, AFGD, ABGH, CDEF, DBFH, ACGE

31
Banyaknya masing-masing komponen kubus dapat dilihat pada tabel

di bawah ini.

Tabel 2.2 Komponen Kubus

No Komponen Banyaknya
1 Rusuk 12
2 Sisi 6
3 Titik sudut 8
4 Diagonal sisi atau diagonal bidang 12
5 Diagonal ruang 4
6 Bidang diagonal 6

Berdasarkan komponen tersebut, kubus memiliki sifat yang mirip

dengan balok. Bedanya, sisi kubus berbentuk persegi dan 3 pasang bidang

sejajarnya sama dan sebangun.

2.1.4.3 Menghitung Volume Balok Menggunakan Kubus Satuan

Kubus satuan dapat digunakan untuk mengukur isi dari bangun balok

atau kubus. Banyaknya kubus satuan yang dapat diisikan ke balok atau

kubus adalah isi dari balok atau kubus tersebut dengan satuannya kubus

satuan.

Gambar 2.3 Kubus Satuan

Sumber: Purnomosidi (2018)

Cara menentukan volume balok dengan kubus satuan, yaitu dengan

32
memasukkan kubus-kubus satuan dalam ruang balok transparan.

Gambar 2.4 Menghitung Volume Balok dengsan Kubus Satuan

Sumber: Purnomosidi (2018)

Balok transparan di atas setelah diisi dengan kubus satuan dapat

dilihat pada gambar di atas. Banyaknya kubus satuan yang mengisi balok

transparan adalah 16 kubus satuan. Jadi, volume balok sama dengan 16

kubus satuan.

Cara menentukan volume balok dalam satuan kubus satuan, yaitu

dengan menghitung banyaknya kubus satuan yang dapat menempati ruang

balok tersebut. Perhatikan balok yang telah terisi kubus satuan berikut!

Gambar 2.5 Balok dengan Kubus Satuan

33
Sumber: Purnomosidi (2018)

Volume balok di atas adalah 30 kubus satuan. Panjangnya 5 kubus

satuan, lebarnya 3 kubus satuan, dan tingginya 2 kubus satuan.

Perhatikan beberapa balok berikut yang memuat kubus satuan!

Tabel 2.3 Balok dengan Kubus Satuan

Sumber: Purnomosidi (2018)

Berdasarkan tabel di atas, banyaknya kubus satuan dari balok adalah

34
hasil perkalian dari panjang, lebar, dan tinggi. Sehingga untuk menghitung

volume balok dapat dirumuskan sebagai berikut.

V=pxlxt

Keterangan:

V = Volume

p = panjang

l = lebar

t = tinggi

2.1.4.4 Menghitung Volume Kubus

Kubus adalah balok yang memiliki ukuran panjang, lebar, dan tinggi

sama. Kubus memiliki 6 sisi yang sama, sisi kubus berbentuk persegi.

Volume kubus dapat ditentukan dari volume balok.

Perhatikan balok di bawah ini!

Gambar 2.6 Balok dengan Tiga Kubus Satuan

Sumber: Purnomosidi (2018)

Jika dipandang sebagai balok, maka gambar di atas diketahui

35
panjannya 3 kubus satuan, lebarnya 3 kubus satuan, tingginya 3 kubus

satuan. Menggunakan rumus sebelumnya yaitu V = p x l x t, maka dapat

dihitung V = 3 x 3 x 3 = 27 kubus satuan. Jadi volume kubus di atas adalah

27 kubus satuan.

Gambar 2.7 Menghitung Volume Kubus

Sumber: Purnomosidi (2018)

Volume kubus dapat diperoleh dengan cara berikut. Volume kubus

adalah hasil kali panjang sisi dengan panjang sisi dan dikali dengan panjang

sisi lagi. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut.

Volume kubus = p x l x t = s x s x s = s3.

Jadi rumus volume kubus adalah sebagai berikut.

V=sxsxs atau V = s3

2.1.5 Pendekatan Inkuiri Terbimbing

2.1.5.1 Pengertian Inkuiri

Secara bahasa, inkuiri berasal dari kata inquiry yang merupakan kata

dalam bahasa Inggris yang berarti penyelidikan/meminta keterangan. Dalam

konteks penggunaan inkuiri sebagai metode belajar mengajar, siswa

36
ditempatkan sebagai subjek pembelajaran. Dalam metode ini, setiap peserta

didik didorong untuk terlibat aktif dalam proses belajar mengajar, salah

satunya dengan secara aktif mengajukan pertanyaan (Khoirul Anam, 2017).

W. Gulo dalam buku berjudul Pembelajaran Berbasis Inkuiri:

Metode dan Aplikasi mengungkapkan bahwa “Pembelajaran inkuiri berarti

suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh

kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis,

logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya

dengan penuh percaya diri” (Anam, 2017).

Keterlibatan siswa dalam setiap proses belajar merupakan bagian

penting dari pengembangan kemampuan siswa itu sendiri. Dalam

keterlibatan itu siswa cenderung mengembangkan mental-intelektualnya,

yakni untuk secara berani dan meyakinkan menerima, menghayati,

menelaah, dan mengajukan solusi atas masalah yang ada. Dalam waktu

yang bersamaan, siswa juga sedang berlatih mengembangkan emosi-

sosialnya, yang berindikasi pada kemampuannya memberikan respons atau

keinginan untuk berbuat sesuatu terutama berkaitan dengan permasalahan

yang tersaji dalam materi pelajaran.

Titik tekan pembelajaran berbasis inkuiri tidak lagi berpusat pada

guru (teacher-centered instruction), tetapi pada pengembangan nalar kritis

siswa (student-centered approach).Siswa diminta tidak hanya menerima,

melainkan juga menelaah, memilah, dan memberi respons atas materi

pelajaran yang diberikan.

37
Lebih lanjut Sund (dalam Farida dan Agustina, 2017)

mengemukakan bahwa inkuiri baik untuk diterapkan pada peserta didik

yang lebih tinggi tingkatannya. Dalam pembelajaran inkuiri peserta didik

melibatkan proses mental yang lebih tinggi tingkatannya mulai dari

merumuskan masalah, merancang eksperimen, melakukan eksperimen,

mengumpulkan dan menganalisis data, menyimpulkan data, dan sebagainya.

Konsep dasar pembelajaran inkuiri adalah pemahaman dibangun

berdasarkan pemahaman dan pengalaman yang telah diperoleh sebelumnya.

Berikut ini siklus dasar pembelajaran inkuiri yang disajikan pada gambar.

Gambar 2.8 Siklus Dasar Pembelajaran Inkuiri

2.1.5.2 Pembelajaran Inkuiri Terbimbing

Menurut Robert B.Sund, Leslie W. Trowbridge (dalam Cahyani,

38
2016) menyatakan bahwa pembelajaran inkuiri terbimbing yaitu strategi

pembelajaran inkuiri yang dalam pelaksanaannya guru menyediakan

bimbingan atau petunjuk cukup luas kepada peserta didik. Strategi

pembelajaran inkuiri bebas termodifikasi memiliki ciri guru hanya

memberikan permasalahan tersebut melalui pengamatan, percobaan, atau

prosedur penelitian untuk memperoleh jawaban. Disamping itu, guru

merupakan narasumber yang tugasnya hanya memberikan bantuan yang

diperlukan untuk menghindari kegagalan dalam pemecahan masalah. Jika

peserta didik tidak mengalami kegagalan dan mampu memecahkan

masalahnya, guru hanya sebagai fasilitator saja.

Kindsvatter, dkk (dalam Wisudawati dan Sulistyowati, 2017)

mengatakan bahwa peran guru dalam melaksanakan proses pembelajaran

menggunakan inkuiri terbimbing sangat besar. Guru berperan menentukan

topik yang akan dilakukan, mengembangkan pertanyaan-pertanyaan yang

terkait dengan topik yang akan diselidiki, menentukan prosedur atau

langkah-langkah yang harus dilakukan oleh peserta didik, membimbing

peserta didik dalam menganalisis data, dan menyediakan worksheet yang

telah berbentuk kolom- kolom sehingga peserta didik cukup melengkapi.

2.1.5.3 Tujuan Pembelajaran Berbasis Inkuiri

Pembelajaran berbasis inkuiri bertujuan agar siswa memiliki

kemampuan untuk memahami, mengidentifikasi dengan cermat dan teliti,

lalu memberikan jawaban atas permasalahan yang tersaji. Dalam

pembelajaran ini, titik tekan terletak pada proses pemetaan masalah dan

kedalaman pemahaman atas masalah yang menghasilkan penyajian solusi

39
atau jawaban yang valid dan meyakinkan.

Selain itu, pembelajaran berbasis inkuiri bertujuan untuk mendorong

siswa semakin berani dan kreatif dalam berimajinasi. Dengan imajinasi,

siswa dibimbing untuk menciptakan penemuan-penemuan, baik penemuan

yang berupa penyempurnaan dari apa yang telah ada (discovery) maupun

menciptakan ide, gagasan, atau alat yang belum pernah ada sebelumnya

(invensi) (Anam, 2017).

2.1.5.4 Ciri-ciri Pembelajaran Berbasis Inkuiri

Berikut ini adalah ciri-ciri pembelajaran berbasis inkuiri (Anam,

2017).

1. Strategi inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal

untuk mencari dan menemukan.

2. Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan

menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan,

sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri.

3. Tujuan dari penggunaan strategi pembelajaran inkuiri adalah

mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis dan

kritis, atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian

dari proses mental.

2.1.5.5 Kelebihan-Kelebihan Metode Inkuiri

Metode inkuiri memiliki beberapa kelebihan diantaranya sebagai

berikut (Anam, 2017).

1. Real life skills

Siswa belajar tentang hal-hal penting namun mudah dilakukan,

40
siswa didorong untuk “melakukan” bukan hanya “duduk, diam, dan

mendengarkan”.

2. Open-ended topic

Tema yang dipelajari tidak terbatas, bisa bersumber dari mana saja.

3. Intuitif, imajinatif, inovatif

Siswa belajar dengan mengerahkan seluruh potensi yang mereka

miliki, mulai dari kreativitas hingga imajinasi, dan siswa akan

menjadi pembelajar aktif.

4. Peluang melakukan penemuan

Dengan berbagai observasi dan eksperimen, siswa memiliki peluang

besar untuk melakukan penemuan.

Selain beberapa kelebihan yang sudah disebutkan di atas, Bruner

seorang psikolog dari Harvard University juga menegaskan metode inkuiri

memiliki beberapa kelebihan sebagai berikut (Anam, 2017).

1. Siswa akan memahami konsep-konsep dasar dan ide-ide lebih baik.

2. Membantu dalam menggunakan daya ingat dan transfer pada situasi-

situasi proses belajar yang baru.

3. Mendorong siswa untuk berpikir inisiatif dan merumuskan

hipotesisnya sendiri.

4. Mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya

sendiri.

5. Memberikan kepuasan yang bersifat intrinsic.

6. Situasi proses belajar menjadi lebih merangsang.

41
2.1.5.6 Tingkatan Inkuiri

Macam-macam tingkatan inkuiri yaitu sebagai berikut (Anam, 2017).

1. Inkuiri terkontrol

Inkuiri terkontrol merupakan kegiatan inkuiri di mana masalah atau

topik pembelajaran berasal dari guru atau bersumber dari buku teks

yang ditentukan oleh guru. Dalam tahap ini, guru memegang kontrol

penuh atas seluruh proses pembelajaran. Namun, guru tetap

memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat aktif dalam

proses pembelajaran, hanya porsinya sedikit, sebatas mengajukan

pertanyaan yang sifatnya close- ended.

2. Inkuiri terbimbing

Pada tahap ini siswa bekerja untuk menemukan jawaban terhadap

masalah yang dikemukakan oleh guru di bawah bimbingan yang

intensif dari guru. Guru datang ke kelas dengan membawa masalah

untuk dipecahkan siswa, kemudian mereka dibimbing untuk

menemukan cara terbaik dalam memecahkan masalah tersebut.

Inkuiri terbimbing cocok untuk diterapkan dalam pembelajaran

mengenai konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang mendasar dalam

bidang ilmu tertentu. Orlich, et.al (1998) menyatakan ada beberapa

karakteristik dari inkuiri terbimbing yang perlu diperhatikan yaitu:

a. Siswa mengembangkan kemampuan berpikir melalui

observasi spesifik hingga membuat inferensi atau generalisasi.

b. Sasarannya adalah mempelajari proses mengamati kejadian atau

objek kemudian menyusun generalisasi yang sesuai.

42
c. Guru mengontrol bagian tertentu dari pembelajaran misalnya

kejadian, data, materi, dan berperan sebagai pemimpin kelas.

d. Tiap-tiap siswa berusaha untuk membangun pola yang bermakna

berdasarkan hasil observasi di dalam kelas.

e. Kelas diharapkan berfungsi sebagai laboratorium pembelajaran.

f. Biasanya sejumlah generalisasi tertentu akan diperoleh dari

siswa.

g. Guru memotivasi semua siswa untuk mengomunikasikan hasil

generalisasinya sehingga dapat dimanfaatkan oleh seluruh siswa

dalam kelas.

3. Inkuiri terencana

Dalam inkuiri terencana, siswa difasilitasi untuk dapat

mengidentifikasi masalah dan merancang proses penyelidikan.

Siswa dimotivasi untuk mengemukakan gagasannya dan merancang

cara untuk menguji gagasan tersebut. Untuk itu siswa perlu memiliki

perencanaan yang baik dalam melatih keterampilan berpikir kritis

seperti mencari informasi, menganalisis argumen dan data,

membangun dan mensintesis ide-ide baru, memanfaatkan ide-ide

yang awalnya untuk memecahkan masalah serta meng-

genaralisasikan data. Guru berperan dalam mengarahkan siswa

untuk membuat kesimpulan tentative yang menjadikan kegiatan

belajar lebih menyerupai kegiatan penelitian.

4. Inkuiri bebas

Dalam inkuiri bebas, siswa diberi kebebasan untuk menentukan

43
masalah lalu dengan seluruh daya upayanya memecahkan masalah

tersebut. Siswa didorong untuk belajar secara mandiri dan tidak

hanya mengandalkan instruksi dari guru, jadi siswa harus responsif

dan teliti. Guru hanya berperan pasif sebagai fasilitator selama

proses pembelajaran berlangsung. Namun pada akhir pembelajaran,

guru akan memberikan penilaian serta masukan-masukan yang

membangun.

Beberapa karakteristik dalam kegiatan inkuiri bebas yaitu

sebagai berikut:

a. Siswa mengembangkan kemampuannya dalam melakukan

observasi khusus untuk membuat inferensi.

b. Sasaran belajar adalah proses pengamatan kejadian, objek dan

data yang kemudian mengarahkan pada perangkat generalisasi

yang sesuai.

c. Guru hanya mengontrol ketersediaan materi dan menyarankan

materi inisiasi.

d. Dari materi yang tersedia, siswa mengajukan pertanyaan-

pertanyaan tanpa bimbingan guru.

e. Ketersediaan materi di dalam kelas menjadi penting agar kelas

dapat berfungsi sebagai laboratorium.

f. Kebermaknaan didapatkan oleh siswa melalui observasi dan

inferensi serta melalui interaksi dengan siswa lain.

g. Guru tidak membatasi generalisasi yang dibuat oleh siswa.

h. Guru mendorong siswa untuk mengomunikasikan generalisasi

44
yang dibuat sehingga dapat bermanfaat bagi semua siswa di

dalam kelas.

2.1.5.7 Langkah-Langkah Pembelajaran Berbasis Inkuiri

Berikut ini langkah-langkah yang dilakukan oleh guru untuk

mengaplikasikan metode inkuiri dalam proses pembelajaran yang

melibatkan dirinya (Anam, 2017).

1. Perencanaan

Dalam menyusun perencanaan pembelajaran perlu :

a. Menyusun ide-ide terbaru

b. Membuat daftar kesepakatan atau kontrak belajar

c. Mengubah tampilan ruang kelas

2. Mendorong siswa untuk memberi respons

Untuk menggali respons siswa, guru perlu:

a. Membangun suasana

b. Memberi pertanyaan-pertanyaan yang spontan

c. Jangan terburu-buru memberi jawaban

3. Memproses seluruh informasi yang terkumpul

Untuk memproses informasi guru perlu :

a. Mendorong siswa untuk memiliki pendapat sendiri

b. Melakukan pengujian atau uji coba

4. Menciptakan penemuan baru

Proses pembelajaran yang baik adalah yang menuntun kepada

sesuatu yang menghasilkan. Untuk menemukan hal baru, langkah

45
awal perlu

melakukan refleksi atas tiap opini atau teori dengan disesuaikan

pada kebutuhan dan keadaan lingkungan tempat tinggal siswa.

5. Berbagi

Pembelajaran adalah proses berbagi, di mana baik guru maupun

siswa saling membagikan informasi dan opini terkait materi yang

sedang dipelajari.

6. Evaluasi

Dalam pembelajaran berbasis inkuiri, tujuan utama melakukan

evaluasi adalah untuk menggali lebih dalam masukan-masukan atau

pendapat lain yang dirasa kurang tergali selama proses belajar

berlangsung.

Sedangkan Kinsvatter, Wilen, dan Isler (1996) (dalam Wisudawati dan

Sulistyowati, 2017) merumuskan langkah-langkah pembelajaran inkuiri

sebagai berikut.

1. Identifikasi dan klarifikasi persoalan

Persoalan dapat diajukan oleh guru maupun peserta didik. Persoalan

yang akan dikaji disesuaikan dengan kurikulum 2013. Permasalahan

yang diajukan harus disesuaikan dengan karakteristik peserta didik.

2. Membuat hipotesis

Peserta didik berkolaborasi dengan guru dalam menyusun hipotesis.

3. Mengumpulkan data

Untuk menjawab hipotesis yang dibuat maka langkah selanjutnya

46
mengumpulkan data.

4. Menganalisis data

Data dianalisis untuk dapat menjawab hipotesis yang diajukan.

Proses analisis data sebaiknya didampingi atau dibantu oleh guru,

sehingga siswa memperoleh pemahaman konsep matematis yang

benar.

5. Mengambil kesimpulan

Kesimpulan diambil setelah proses-proses sebelumnya diselesaikan

semua sehingga dapat merumuskan kesimpulan sesuai dengan

hipotesis yang diajukan.

Berikut ini sintaks atau langkah-langkah pembelajaran inkuiri

terbimbing (Hasrida, dkk, 2018).

Tabel 2.4 Langkah-Langkah Pembelajaran Inkuiri Terbimbing

Tahap Kegiatan
Tahap 1  Menjelaskan prosedur inkuiri

Orientasi masalah terbimbing dan menyajikan situasi

yang saling bertentangan.


Tahap 2  Membimbing peserta didik untuk

Mengorganisasikan peserta memeriksa hakikat obyek dan kondisi

didikuntuk menemukanmasalah yang dihadapi.

 Membimbing peserta didik untuk

memeriksa masalah yang ditampilkan.


Tahap 3  Membimbing peserta didik untuk

Mengkaji data dan melakukan suatu kegiatan

eksperimentasi penyelidikan, merumuskan hipotesis,

47
dan diskusi untuk informasi yang

diperlukan.
Tahap 4  Membimbing peserta didik untuk

Mengembangkan dan mempersentasikan hasil pengamatan

mempresentasikan hasil dan penyelidikan atau diskusi mereka

kegiatan hingga merumuskan kesimpulan.


Tahap 5  Mengevaluasi kegiatan penyelidikan /

Mengevaluasi kajian pengamatan, membimbing peserta

penyelidikan / pengamatan didik membuat rangkuman dan

dari membuat rangkuman memberikan tugas mandiri.


Sumber: Joyce & Weil (2002)

2.2 Penelitian Terdahulu Yang Relevan

Berikut ini dikemukakan beberapa penelitian yang relevan dengan

penelitian ini.

1. Ariska Azmi (2019) “Pembelajaran Matematika Dengan

Pendekatan Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Kemampuan

Pemahaman Konsep Matematis Siswa SMP”. Dari hasil penelitian

diperoleh (1) thitung = 17,68ttabel = 1,70 maka pendekatan inkuiri

terbimbing dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep

matematis siswa SMP, (2) berdasarkan uji-t hipotesis kedua,maka

diperoleh t hitung = 4,07 t tabel = 1,67 sehingga kemampuan

pemahaman konsep matematis siswa SMP yang diajarkan dengan

pendekatan inkuiri terbimbing lebih tinggi daripada kemampuan

pemahaman konsep matematis siswa SMP yang diajarkan dengan

non inkuiri terbimbing.

48
2. Agustin Rahayuningsih (2017) “Pengembangan Handout

Matematika Berbasis Inkuiri Terbimbing Kelas V SD/MI Semester

2”. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan produk handout

matematika kelas V semester 2 dengan suatu pendekatan inkuiri

terbimbing untuk memfasilitasi keaktifan siswa dalam

menyelesaikan suatu persoalan matematika, mendeskripsikan

kelayakan handout yang dikembangkan, dan mengetahui keefektifan

handout dalam analisis peningkatan hasil belajar sebelum

penggunaan handout dan sesudah penggunaan handout dalam

pembelajaran di kelas. Berdasarkan analisis hasil pengembangan

diperoleh kualitas handout sangat baik, dan respon siswa terhadap

produk yang dikembangkan sangat baik, dan berdasarkan hasil pre-

test dan post-test pada uji terdapat peningkatan hasil belajar siswa

sebelum dan sesudah penggunaan handout matematika yaitu

kenaikan rata-rata sebesar 10,19%. Kesimpulan hasil uji coba

handout yang dikembangkan adalah efektif digunakan dalam proses

pembelajaran di kelas dan dapat meningkatakan hasil belajar.

3. Amalia (2017) “Pengembangan Lembar Kegiatan Peserta Didik

Dengan Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry) Untuk

Mengembangkan Pemahaman Konsep Dan Mengatasi Kecemasan

Matematis (Mathematics Anxiety)”. Penelitian ini bertujuan untuk

menghasilkan lembar kegiatan peserta didik dengan inkuiri

terbimbing yang dapat mengembangkan pemahaman konsep peserta

didik dan mengatasi kecemasan matematis. Hasil uji kelayakan

49
lembar kegiatan peserta didik secara keseluruhan memperoleh

penilaian sangat layak. Perkembangan pemahaman konsep peserta

didik yang difasilitasi dengan LKPD ini menunjukkan pencapaian

keberhasilan indikator kemampuan pemahaman konsep peserta didik

dengan rata-rata sebesar 80,18%. Tingkat kecemasan matematis

peserta didik dalam pembelajaran matematika yang menggunakan

LKPD dengan inkuiri terbimbing dari setiap pertemuan mengalami

penurunan. Kesimpulan dari penelitian dan pengembangan ini

adalah LKPD dengan inkuiri terbimbing dapat mengembangkan

pemahaman konsep peserta didik dan mengatasi kecemasan

matematis.

4. Estri Ridha Hidayah (2015) “Pengembangan Modul Matematika

Berbasis Inkuiri Terbimbing Pada Materi Persamaan Linear Satu

Variabel Untuk Siswa SMP/MTs Kelas VII”. Hasil penelitian dan

pengembangan menunjukkan bahwa modul berbasis inkuiri

terbimbing pada materi Persamaan Linear Satu Variabel untuk

siswa SMP/MTs kelas VII yang dikembangkan valid atau layak dan

efektif digunakan dalam proses pembelajaran dengan presentase

total 83,8%. Hasil pengujian menunjukkan bahwa diperoleh

signifikansi 0.001 lebih kecil dibandingkan dengan taraf

signifikansinya 0.05. Dengan demikian artinya ada perbedaan yang

signifikan antara kelas yang diterapkan menggunakan modul

berbasis inkuiri dengan kelas yang tidak diterapkan menggunakan

modul. Sehingga ada pengaruh penerapan modul berbasis inkuiri

50
terbimbing terhadap hasil belajar siswa.

5. Nuria Juwita (2019) “Peningkatan Kemampuan Pemahaman

Konsep Matematis Melaui Model Inkuiri Pada Siswa SMP”. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa kemampuan pemahaman konsep

yang dibelajarkan model inkuri lebih baik dari kemampuan

pemahaman konsep siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran

konvensional.

2.3 Kerangka Berpikir

Media merupakan salah satu komponen penting dalam pembelajaran di

sekolah. Media ini berfungsi sebagai alat bantu yang digunakan guru untuk

menyampaikan materi pelajaran tertentu dalam proses belajar mengajar agar

mencapai tujuan pembelajaran dengan melibatkan peran aktif siswa yang sesuai

dengan kurikulum 2013. Modul sebagai media atau bahan ajar cetak sangat cocok

dan mudah dibuat sesuai dengan kebutuhan.

Modul sebagai media atau bahan aja cetak harus sesuai dengan

pembelajaran kurikulum 2013. Kegiatan pembelajaran harus bisa membuat siswa

mengembangkan konsep yang telah mereka pelajari. Salah satu pendekatan

pembelajaran yang sesuai adalah pembelajaran inkuiri terbimbing. Jadi modul

matematika berbasis inkuiri terbimbing akan dapat membuat siswa lebih aktif

untuk menemukan dan mengembangkan sebuah konsep, dengan bimbingan guru.

Kerangka berpikir penelitian pengembangan ini dilihat dalam Bagan 2.1 berikut.

51
MASALAH POTENSI (Analisis Kebutuhan)
Guru mengajar secara konvensional Guru perlu mengajar menggunakan model
menggunakan metode ceramah atau metode pembelajaran yang menarik

Media pembelajaran yang digunakan terbatas Perlunya inovasi media pembelajaran yang
dan kurang menarik sesuai dan mudah dibuat

Siswa merasa jenuh dan kurang motivasi Pembelajaran inkuiri terbimbing dapat
dalam belajar sehingga materi kurang mengkonstuk pemahaman konsep
dipahami dengan baik matematis siswa

Siswa kurang aktif dalam pembelajaran


matematika

Membuat flowchart modul


Analisis kebutuhan, analisis
matematika, mengumpulkan materi
kurikulum, dan analisis karakteristik
dan gambar, serta membuat
peserta didik kelas V dalam kurikulum
instrument penilaian
2013

SOLUSI
Modul matematika berbasis inkuiri terbimbing
Modul disertai kegiatan-kegiatan yang sesuai dengan pembelajaran dalam Kurikulum 2013
Siswa memperoleh pengalaman belajar yang baru dan menyenangkan, serta meningkatnya
pemahaman konsep matematis

Media pembelajaran sudah selesai dibuat

UJI VALIDASI REVISI MEDIA/PRODUK


MEDIA/PRODUK Media/produk direvisi sesuai hasil validasi/
Media divalidasi oleh ahli materi, saran ahli materi, ahli bahasa, dan ahli
ahli bahasa, dan ahli media media
52
Layak digunakan

EVALUASI UJI COBA TERBATAS


REVISI MEDIA/ Media/produk diujicobakan dalam pembelajaran, pemberian
PRODUK angket respon siswa dan angket respon guru, serta pemberian tes
SESUAI penilaian kepada siswa
KEBUTUHAN

Bagan 2.1 Kerangka Berpikir Pengembangan Modul Matematika Berbasis Inkuiri


Terbimbing
BAB III

METODE PENGEMBANGAN

Pada bab ini memuat beberapa sub bab antara lain: (3.1) Model

Pengembangan, (3.2) Prosedur Pengembangan, (3.3) Sumber Data dan Subjek

Penelitian, (3.4) Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data, (3.5) Uji Keabsahan

Data, dan (3.6) Teknik Analisis Data.

3.1 Model Pengembangan

Metode yang digunakan dalam pengembangan ini adalah metode

penelitian dan pengembangan atau Research and Development (R&D).

Metode penelitian dan pengembangan menggunakan langkah-langkah milik

Robert Maribe Branch (2009). Metode penelitian dan pengembangan adalah

metode yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji

keefektifan produk tersebut.

Adapun langkah-langkah dalam penelitian dan pengembangan ini

menggunakan model ADDIE. Model pengembangan ADDIE ini merupakan

modifikasi dari konsep ADDIE menurut Branch (2009). Keunggulan model

53
ini yaitu dilihat dari prosedur kerjanya yang sistematik. Setiap langkah yang

akan dilalui selalu mengacu pada langkah sebelumnya yang sudah

diperbaiki sehingga diharapkan memperoleh produk yang efektif. Selain itu

terdapat prosedur pemilihan atau pengembangan media di dalam prosedur

pengembangan produk yang dibuat. Model pengembangan ADDIE terdiri

dari lima tahap utama yaitu analysis, design, development, implementation,

dan evaluation.

Analysis berkaitan dengan kegiatan analisis terhadap situasi kerja

dan lingkungan, sehingga dapat ditemukan produk apa yang perlu

dikembangkan. Design merupakan kegiatan perancangan produk sesuai

dengan yang dibutuhkan. Development adalah kegiatan pembuatan dan

pengujian produk. Implementation adalah kegiatan menggunakan produk.

Terakhir, evaluation adalah kegiatan menilai apakah setiap langkah

kegiatan dan produk yang telah dibuat sudah sesuai dengan spesifikasi atau

belum.

Model pengembangan ADDIE yang terdiri atas analysis, design,

development, implementation, dan evaluation ditunjukkan pada gambar di

bawah ini.

54
Gambar 3.1 Desain Pengembangan ADDIE

3.2 Prosedur Pengembangan

Berikut ini langkah-langkah pengembangan modul matematika

berbasis inkuiri terbimbing dengan menggunakan modifikasi model ADDIE.

1. Analysis (Analisis)

Kegiatan pada tahapan ini adalah menganalisis kebutuhan terhadap bahan

ajar yang akan dikembangkan, sehingga nantinya produk yang

dikembangkan sesuai dan memenuhi kebutuhan sasaran. Analisis ini

mencakup analisis kebutuhan, analisis kurikulum, dan analisis

karakteristik peserta didik.

55
2. Design (Desain)

Pada tahap ini penelitiakan mendesain bahan ajar dari hasil analisis

sebelumnya, dengan menentukan kompetensi inti dan kompetensi dasar

disertai pengembangan indikator, membuat flowchart modul matematika,

mengumpulkan materi dan gambar, dan menyusun instrument yangakan

digunakan dalam menilai produk tersebut.

3. Development (Pengembangan)

Pada tahapan ini peneliti mengonkretkan hasil perencanaan pada tahapan

desain dengan cara menyusun pengembangan modul matematika berbasis

inkuiri terbimbing. Rancangan produk yang telah dikonsep kemudian

dikembangkan dengan melalui penulisan draft, memvalidasi produk serta

merevisi produk sesuai masukan para ahli.

4. Implementation (Implementasi)

Pada tahap implementasi, dilaksanakan uji coba produk yang

dikembangkan dalam kegiatan uji coba lapangan dengan desain uji coba

menggunakan desain penelitian one group pretest-posttest design dengan

tahapan pemberian pretest untuk mengukur pengetahuan awal sebelum

pembelajaran dengan menggunakan modul, kemudian dilakukan proses

pembelajaran menggunakan modul dan pemberian posttest untuk

mengukur hasil belajar siswa setelah proses pembelajaran dengan

menggunakan modul.

5. Evaluation (Evaluasi)

Berdasarkan tahapan implementasi, modul perlu dievaluasi. Evaluasi

diperoleh dari angket respon peserta didik. Pada tahap evaluasi dilakukan

56
revisi akhir terhadap produk yang dikembangkan berdasarkan validasi

produk yang dilakukan oleh ahli materi, ahli bahasa, ahli media, dan guru

matematika. Evaluasi terhadap kemenarikan modul matematika berbasis

inkuiri terbimbing berdasarkan hasil angket respon peserta didik, dan

evaluasi terhadap keefektifan modul matematika berbasis inkuiri

terbimbing berdasarkan tes hasil belajar.

Gambar 3.2 Prosedur Pengembangan Model ADDIE

3.3 Sumber Data Dan Subjek Penelitian

3.3.1 Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini meliputi :

1. Lembar validasi yang digunakan untuk menilai instrumen yang akan

digunakan dalam penelitian dinilai oleh ahli materi, ahli bahasa, ahli

media, dan guru matematika.

2. Angket respon guru dan siswa digunakan untuk mengukur respon

guru dan siswa terhadap produk yang dikembangkan sebagai

57
penilaian dari kepraktisan modul yang dikembangkan.

3. Tes hasil belajar digunakan untuk mengukur tingkat efektivitas

modul yang dikembangkan,yaitu berupa tes hasil belajar pretest dan

posttest.

4. Observasi digunakan untuk mengamati ketercapaian pemahaman

konsep yang dinilai oleh peneliti.

3.3.2 Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini merupakan subjek uji coba terbatas yaitu

siswa kelas V di MI Sunan Kalijogo Kendalrejo Kecamatan Talun

Kabupaten Blitar pada tahun ajaran 2019/2020. Jumlah siswa adalah 26

siswa dengan jumlah siswa perempuan sebanyak 16 orang dan jumlah siswa

laki-laki sebanyak 10 orang.

3.4 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

3.4.1 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan teknik

wawancara terstruktur, angket/ kuesioner, dan tes.

1. Wawancara terstruktur

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila

peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan

permasalahan dan potensi yang harus diteliti, dan juga peneliti ingin

mengetahui pendapat, keinginan, dan hal-hal lain darin responden

yang lebih mendalam (Sugiyono, 2015). Wawancara dilakukan

untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan oleh peneliti.

58
Wawancara dilakukan secara terstruktur karena peneliti ingin

mengetahui dengan pasti apa yang akan diperoleh. Jadi peneliti telah

menyiapkan instrument penelitian berupa daftar pertanyaan kepada

siswa maupun kepada guru. Peneliti menggunakan wawancara

dengan skala likert karena peneliti ingin mengukur jawaban secara

keseluruhan tentang permasalahan dalam pembelajaran matematika.

Skala Likert digunakan untuk mengembangkan instrument untuk

mengukur sikap, persepsi, dan pendapat siswa dan guru terhadap

potensi dan permasalahan yang ada (Sugiyono, 2015).

2. Angket / Kuesioner

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data dimana partisipan/

responden mengisi pertanyaan atau pernyataan kemudian setelah

diisi dengan lengkap mengembalikan kepada peneliti (Sugiyono,

2015). Kuesioner berupa pertanyaan tertutup yang digunakan untuk

mengetahui tanggapan siswa terhadap modul matematika. Data

berupa data kuantitatif berupa skoring.

Kuesioner/angket ini menggunakan skala Guttman karena peneliti

menginginkan jawaban “setuju” atau “tidak setuju” atas tanggapan

siswa terhadap modul matematika. Penelitian menggunakan skala

Guttman dilakukan bila ingin mendapatkan jawaban yang tegas

terhadap suatu permasalahan yang ditanyakan (Sugiyono, 2015).

3. Tes

Tes merupakan teknik pengumpulan data dengan pengukuran yang

objektif dan standar dengan prosedur yang sistematis. Pengumpulan

59
data dengan tes dilakukan untuk mengetahui kondisi awal objek

sebelum diberi perlakuan dan setelah diberi perlakuan dengan

produk baru (Sugiyono, 2015). Pretes dilakukan untuk mengetahui

nilai awal siswa sebelum menggunakan modul matematika,

sedangkan posttest digunakan untuk mengetahui nilai siswa setelah

menggunakan modul matematika. Hasil dari posttest digunakan

untuk mengukur keefektifan dalam dalam menggunakan modul

apakah siswa ada peningkatan pemahaman konsep matematis.

3.4.2 Instrumen Pengumpulan Data

1. Lembar wawancara

Berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya

telah disiapkan.

2. Lembar Validasi

Berupa lembar validasi ahli materi, lembar validasi ahli bahasa,

lembar validasi ahli media, dan lembar validasi guru matematika.

3. Lembar Angket Respons Guru dan Siswa

Lembar angket respons guru dan siswa digunakan untuk mengetahui

respons guru dan siswa terhadap produk dalam penelitian

pengembangan ini. Lembar angket respons siswa untuk

memperoleh data kepraktisan dalam penggunaan modul

matematika berbasis inkuiri terbimbing.

4. Tes hasil belajar

Soal tes yang diguakan yaitu soal pilihan ganda dengan materi

bangun ruang untuk mengukur pemahaman konsep matematis siswa

60
dan mendapatkan data keefektifan setelah dilaksanakannya

pembelajaran dengan modul matematika berbasis inkuiri terbimbing.

3.5 Uji Keabsahan Data

3.5.1 Uji Validitas

Valid tidaknya modul ditentukan dari kecocokan hasil validitas

dengan kriteria validitas yang ditentukan. Adapun instrumen yang divalidasi

terdiri atas modul matematika berbasis inkuiri terbimbing, angket respon

siswa dan tes hasil belajar. Hasil penilaian masing-masing validator dicari

rata-ratanya dan dikonversikan kedalam pertanyaan untuk menentukan

kevalidan dan kelayakan modul matematika berbasis inkuiri terbimbing

pada materi vektor. Konversian skor menjadi pertanyaan penilaian ini dapat

dilihat dalam tabel berikut (Pratama, 2016).

Tabel 3.1 Kriteria Validasi

Sumber: Pratama, 2016

61
` Analisis data dari respon peserta didik dan pendidik terhadap

penggunaan modul memiliki 4 pilihan jawaban sesuai dengan konten

pertanyaan. Masing-masing pilihan jawaban memiliki skor yang

berbeda yang mengartikan tingkat kesesuaian produk bagi pengguna.

Skor penilaian dari tiap jawaban dapat dilihat dalam tabel berikut

(Priliyanti, 2012).

Tabel 3.2 Pedoman Penskoran Angket Respon

Sumber: Priliyanti, 2012

Hasil dari skor penilaian masing-masing peserta didik ataupun

pendidik kemudian dicari rata-rata dan dikonversikan ke pertanyaan

untuk melihat kriteria respon. Konversian skor menjadi pertanyaan

penilaian ini dapat dilihat pada tabel berikut (Putra & Anggraini, 2016).

Tabel 3.3 Kriteria Respon

Sumber: Putra & Anggraini, 2016

62
3.5.2 Uji Reliabilitas
Reliablitas adalah tingkat keajegan dimana suatu tes dapat

memberikan hasil yang tetap apabila dikenakan pada suatu objek yang sama

pada waktu yang berbeda. Perhitungan reliabilitas instrumen penelitian

dihitung dengan menggunakan rumus yang diadaptasi dari Koefisien Alpha

atau Cronbach’s Alpha yang dinyatakan sebagai berikut:

Sumber: Arifin, 2014

Tabel 3.4 Kriteria Reliabilitas Instrumen

3.6 Teknik Analisa Data


Analisis data dilakukan untuk memperoleh pemahaman konkret

tentang keberhasilan pengembangan modul matematika berbasis inkuiri

terbimbing. Jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif dan data

kualitatif. Data yang diperoleh digunakan sebagai bahan pertimbangan

dalam memperbaiki modul yang dikembangkan. Sehingga diperoleh modul

63
matematika yang valid, mendapatkan respons baik dari siswa (praktis) dan

tuntas hasil belajar secara klasikal (efektif). Adapun penjelasan analisis data

tiap instrumen adalah sebagai berikut.

1. Analisis Validitas Modul

Data yang diperoleh dikumpulkan, kemudian ditabulasi dan dihitung

skor rata-ratanya setiap aspek.

a. Menghitung rata-rata skor dari setiap komponen penilaian materi

pada modul. Data yang digunakan dalam validasi pada modul

berupa data kuantitatif dengan skala 4. Lembar validasi materi

dan validasi media untuk memperoleh nilai rata-rata total dari

seluruh aspek. Penilaian validasi yang dilakukan oleh ahli

dianalisis dengan menggunakan teknik analisis nilai rata-rata

yang diadaptasi dari Dyah Pradipta dan Kuswari Hernawati

(2015).

…………………………. (1)
Keterangan:
adalah nilai rerata total untuk semua aspek
adalah rerata nilai untuk dari aspek ke- i sampai

aspek ke-n

n adalah banyaknya aspek.

b. Menetapkan kriteria penilaian validasi materi pada modul

Kriteria penilaian yang dinilai dari ahli mengikuti aturan dari

BSNP. Modul matematika dinyatakan valid apabila komponen

isi mempunyai rata-rata skor minimal 2,75. Sedangkan pada

64
komponen kebahasaan, penyajian dan kegrafikaan mempunyai

rata-rata skor lebih besar dari 2,50. Modul matematika

dinyatakan valid dengan perbaikan apabila komponen

kebahasaan dan penyajian, dan kegrafikaan mempunyai rata-rata

skor kurang dari atau sama dengan 2,50 pada setiap

subkomponen. Modul matematika dinyatakan tidak valid apabila

mempunyai rata-rata skor pada seluruh aspek sama dengan 1.

Tabel 3.5 Kriteria Penilaian Validasi Materi Menurut BNSP


Komponen Skor Kategori
Isi Valid

Penyajian, Valid
kebahasaan, dan
kegrafikan
Penyajian, Valid dengan
kebahasaan, dan perbaikan
kegrafikan
Isi, penyajian, Tidak valid
kebahasaan, dan
kegrafikan
(Adaptasi dari BSNP, 2007)

c. Menetapkan kriteria penilaian validasi modul oleh ahli

media

Data yang diperoleh dari validator ditabulasikan dan dihitung

skor rata- ratanya seluruh aspek dengan persamaan (i). Skor

tersebut kemudian dikonversikan menggunakan tabel.

65
Tabel 3.6 Kriteria Analisis Validasi Modul Oleh Ahli Media

(Adaptasi dari Agus Lukman Hakim, 2013)

Berdasarkan data pada tabel di atas, modul matematika berbasis

inkuiri terbimbing dikatakan valid apabila hasil analisis data dari

validator ahli media memenuhi kategori penilaian modul minimal

valid atau mendapatkan skor minimal 2,51.

2. Analisis Kepraktisan

Data yang digunakan dalam perhitungan analisis data penelitian

siswa adalah checklist dengan skala 5. Data yang diperoleh dari

siswa ditabulasikan dan dihitung skor rata-ratanya seluruh aspek

dengan persamaan (i). Kemudian skor rerata tersebut dikonversikan

menggunakan tabel di bawah ini.

Tabel 3.7 Klasifikasi Penilaian Kepraktisan Modul

(Adaptasi dari Dyah, 2015)

Modul dikatakan praktis jika memenuhi kategori penilaian modul

minimal baik atau memperoleh skor minimal 3,40 < ≤ 4,20 (Dyah,

2015).

66
3. Analisis Keefektifan

Untuk mengukur keefektifan penggunaan modul dilihat dari tingkat

ketuntasan belajar siswa setelah pembelajaran menggunakan modul.

Untuk menjelaskan hasil ketuntasan belajar siswa digunakan teknik

persentase. Dalam penelitian ini batas ketuntasan belajar

berdasarkan kriteria ketuntasan minimum (KKM) sekolah. KKM

mata pelajaran matematika pada kelas V MI Sunan Kalijogo yaitu

75. Kemudian untuk menghitung persentase ketuntasan belajar siswa

secara klasikal digunakan rumus berikut ini:

Hasil persentase ketuntasan belajar diklasifikasikan ke dalam tabel

di bawah ini.

Tabel 3.8 Klasifikasi Penilaian Keefektifan Modul

(Adaptasi dari Dyah: 2015)

Modul matematika berbasis inkuiri terbimbing dikatakan efektif jika

ketuntasan belajar siswa secara klasikal memenuhi klasifikasi

minimal baik atau memperoleh skor persentase minimal 60 < X ≤ 80

67
(Dyah, 2015).

4. Analisis Kelayakan Modul

Hasil pengembangan modul matematika berbasis inkuiri terbimbing

dinyatakan layak apabila memenuhi kriteria valid, praktis, dan

efektif (Dyah, 2015).

a. Validasi materi

Modul matematika berbasis inkuiri terbimbing dikatakan

valid didasarkan pada hasil perhitungan validator. Kriteria

pada modul matematika yang dikembangkan dikatakan valid

jika minimal tingkat validitas pada kategori tertentu

berdasarkan penilaian dari BSNP.

b. Validasi media

Modul matematika berbasis inkuiri terbimbing dikatakan

valid serta dapat dimanfaatkan sebagai media pembelajaran

yang sesuai dengan kebutuhan, apabila hasil analisis data

dari validator ahli media memenuhi kategori penilaian modul

minimal valid atau mendapatkan skor minimal 2,51.

c. Modul matematika berbasis inkuiri terbimbing dikatakan

praktis jika memenuhi klasifikasi penilaian modul minimal

baik atau memperoleh skor minimal 3,40 ≤ 4,20.

d. Modul matematika berbasis inkuiri terbimbing dikatakan

efektif jika ketuntasan belajar siswa secara klasikal

memenuhi klasifikasi minimal baik atau memperoleh skor

persentase minimal 60 < X ≤ 80.

68
BAB IV

HASIL PENGEMBANGAN

Bab ini berisi uraian tentang (4.1) hasil pengembangan dan (4.2)

pembahasan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan peneliti sebagai berikut.

4.1 Hasil Pengembangan

Berdasarkan prosedur pengembangan ADDIE menurut Branch (2009),

berikut ini pembahasan dari langkah-langkah pengembangan modul

matematika berbasis inkuiri terbimbing.

1. Analysis (Analisis)

Untuk mengidentifikasi penyebab masalah, prosedur pertama yang

peneliti lakukan adalah melakukan studi pendahuluan dengan melakukan

analisis kurikulum dan analisis kebutuhan siswa. Studi pendahuluan

dilaksanakan pada tanggal 2-7 Maret 2020. Peneliti melakukan studi

pendahuluan untuk menentukan materi dan menganalisis kebutuhan siswa

sebagai dasar untuk menyusun produk. Berdasarkan hasil analisis

kurikulum, materi yang peneliti gunakan dalam penelitian dan

pengembangan ini adalah bangun ruang “balok dan kubus” karena balok

dan kubus merupakan contoh dari bangun ruang yang sederhana dan sering

siswa jumpai dalam kehidupan sehari-hari.

Setelah menentukan materi, peneliti melakukan analisis kebutuhan

siswa melalui wawancara dengan salah satu guru matematika di MI Sunan

Kalijogo Kendalrejo. Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Rifa

Trisnasari, S.Pd diperoleh informasi bahwa MI Sunan Kalijogo Kendalrejo

69
baru menerapkan kurikulum 2013 mulai tahun pelajaran 2017-2018 bagi

kelas I, sedangkan kelas yang lain masih menggunakan KTSP. Baru pada

tahun pelajaran 2019-2020 MI Sunan Kalijogo Kendalrejo menggunakan

kurikulum 2013 untuk semua kelas, dari kelas I sampai kelas VI.

Walaupun sudah menerapkan kurikulum 2013, namun dalam pembelajaran

sehari-hari di kelas masih belum menerapkan prinsip-prinsip kurikulum

2013 secara keseluruhan. Pembelajaran sehari-hari di dalam kelas juga

masih menggunakan bahan ajar yang terbatas yaitu hanya modul

matematika dari salah satu penerbit yang penampilannya kurang menarik

dan materinya kurang memfasilitasi siswa untuk berpikir secara ilmiah

(saintifik) sesuai kurikulum 2013. Selain itu guru sering mengajar

menggunakan metode ceramah di dalam kelas. Dari permasalahan di atas,

hasilnya pemahaman konsep matematis siswa masih rendah, terutama pada

materi bangun ruang. Hal itu juga terbukti dengan data hasil pretest yang

masih menunjukkan rata-rata nilai di bawah KKM (di bawah 75).

Selain wawancara dengan guru, peneliti juga memberikan angket

kebutuhan siswa kepada 26 siswa kelas lima MI Sunan Kalijogo

Kendalrejo. Hasil skor rata-rata angket menunjukkan siswa kelas V

tersebut termasuk dalam kategori sangat butuh.

2. Design (Desain)

Setelah melakukan analisis, langkah selanjutnya adalah peneliti

melakukan desain (perancangan). Tahap perancangan produk berupa

modul matematika berbasis inkuiri terbimbing dilaksanakan dari tanggal

16 Maret sampai 20 Mei 2020. Beberapa prosedur yang peneliti lakukan

70
dalam pengembangan ini meliputi dua tahap yaitu tahap perencanaan dan

tahap perancangan (disain).

a. Tahap perencanaan

Peneliti mengumpulkan buku-buku sebagai sumber belajar

berkaitan dengan pembuatan modul dan materi bangun ruang terutama

balok dan kubus. Buku-buku tersebut di antaranya: buku Matematika 5:

Untuk Sekolah Dasar Kelas V (2009) penulis Lusia Tri Astuti,

Matematika Untuk SMP/MTs Kelas VIII Semester 2 (2017) penulis

Abdur Rahman As’ari, dkk, Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar

Inovatif (2015) penulis Andi Prastowo, Senang Belajar Matematika

untuk SD/MI Kelas V (2018) penulis Purnomosidi, dkk, Bangun Ruang

(2009) penulis Marsudi Raharjo, Geometri Ruang. In: Bangun Ruang

dan Unsur-unsurnya (2008) penulis A. Sardjana, dan Pengenalan

Bangun Ruang dan Sifat-Sifatnya di SD (2008) penulis Agus Suharjana.

b. Tahap perancangan (desain)

Rancangan awal produk berupa draft modul matematika

berbasis inkuiri terbimbing adalah sebagai berikut.

1. Sampul modul (cover)

Sampul modul berisi judul yaitu Modul Matematika

Berbasis Inkuiri Terbimbing Materi Bangun Ruang “Balok dan

Kubus”. Selain judul, pada sampul juga terdapat nama penulis, logo

kurikulum 2013 yang menandakan bahwa modul menggunakan

kurikulum 2013, sasaran modul yaitu ditujukan untuk siswa SD/MI

kelas V semester II, ilustrasi gambar siswa bermain bangun ruang,

71
serta logo dan nama instansi penulis menempuh pendidikan.

Tampilan sampul modul dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 4.1 Sampul Modul

2. Identitas buku

Identitas modul yang penulis buat terdiri atas judul modul,

penulis, NIM, program studi, pembimbing I, pembimbing II, ahli

materi, ahli bahasa, dan ahli media. Tampilan identitas buku dapat

dilihat pada gambar berikut ini.

Gambar 4.2 Identitas Buku

72
3. Kata Pengantar

Kata pengantar berisi ucapan terimakasih penulis, garis

besar dari isi modul, permintaan maaf penulis, serta harapan penulis

dari modul yang telah dikembangkan. Tampilan kata pengantar

dapat dilihat dari gambar berikut ini.

Gambar 4.3 Kata Pengantar

4. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar

Bagian ini terdiri atas kompetensi inti dan kompetensi dasar.

Kompetensi dasar berisi standar kompetensi minimal yang

diharapkan mampu dikuasai peserta didik setelah membaca modul.

Tampilan kompetensi inti dan kompetensi dasar dapat dilihat pada

gambar berikut ini.

73
Gambar 4.4 Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar

5. Petunjuk Penggunaan Modul

Bagian ini berisi cara menggunakan modul. Jadi, untuk

mempelajari modul matematika berbasis inkuiri terbimbing, ada

beberapa hal yang perlu diperhatikan siswa. Tampilan petunjuk

penggunaan modul dapat dilihat pada gambar berikut ini.

74
Gambar 4.5 Petunjuk Penggunaan Modul

6. Peta Konsep

Bagian ini memberikan gambaran umum tentang ruang lingkup

materi secara komprehensif, sehingga siswa akan memperoleh

informasi penting keterkaitan materi satu dengan materi yang lain.

Tampilan peta konsep dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Gambar 4.6 Peta Konsep

75
7. Daftar Isi

Bagian ini berisi gambaran umum isi modul yang akan

memberikan informasi kepada siswa tentang topik-topik yang

ditampilkan dalam modul sesuai urutan tampilan dan nomor

halaman, sehingga siswa mudah mencari bagian modul yang

diinginkan tanpa harus membuka halaman satu per satu. Tampilan

daftar isi dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Gambar 4.7 Daftar Isi

8. Latar Belakang

Bagian ini berisi alasan dan dasar pertimbangan dalam

penyusunan modul. Biar terlihat lebih menarik, dalam bagian ini

menggunakan kata-kata dan kalimat yang lebih mudah untuk

dipahami anak-anak serta disertai gambar terkait materi. Tampilan

latar belakang dapat dilihat pada gambar berikut ini.

76
Gambar 4.8 Latar Belakang

9. Ruang Lingkup

Bagian ini berisi penjelasan singkat tentang materi-materi apa

saja yang akan dibahas dalam modul. Tampilan ruang lingkup dapat

dilihat pada gambar berikut ini.

Gambar 4.9 Ruang Lingkup

77
10. Tujuan Pembelajaran

Bagian ini berisi target kompetensi apa yang akan siswa capai

setelah mempelajari modul. Tujuan pembelajaran ini diambil dari

kompetensi dasar sesuai dengan materi yang dipelajari dalam

modul. Tampilan tujuan pembelajaran dapat dilihat pada gambar

berikut ini.

Gambar 4.10 Tujuan Pembelajaran

11. Pengantar Pembelajaran

Bagian ini berisi apersepsi disertai gambar-gambar untuk

menghubungkan antara materi yang akan dipelajari dengan

pengetahuan awal siswa, juga tujuan pembelajaran setelah

mempelajari materi. Tampilan pengantar pembelajaran dapat dilihat

pada gambar berikut ini.

78
Gambar 4.11 Pengantar Pembelajaran

12. Materi

Materi terdiri atas materi untuk “Kegiatan Belajar 1: Balok” dan

“Kegiatan Belajar 2: Kubus”. Masing-masing materi berisi tentang

pengertian balok dan kubus serta sifat-sifat balok dan kubus.

Tampilan materi dapat dilihat pada gambar berikut ini.

79
Gambar 4.12 Materi

80
13. Kegiatan Belajar

Bagian ini berisi kegiatan yang terdiri atas mencari jaring-jaring

balok/kubus dan menemukan volume balok/kubus. Tampilan

kegiatan belajar dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Gambar 4.13 Kegiatan Belajar

14. Permasalahan Berkaitan dengan Materi

Bagian ini berisi permasalahan dalam kehidupan sehari-hari

yang berkaitan dengan volume balok dan kubus. Masing-masing

materi terdiri atas tiga permasalahan disertai cara penyelesaiannya.

Tampilan permasalahan berkaitan dengan materi dapat dilihat pada

gambar berikut ini.

81
Gambar 4.14 Permasalahan Berkaitan dengan Materi

15. Contoh Soal

Berisi tentang soal dan jawaban terkait materi yang dibahas.

Contoh soal berguna sebagai panduan untuk mengerjakan latihan

soal. Tampilan contoh soal dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Gambar 4.15 Contoh Soal

16. Latihan Mandiri


82
Bagian ini berisi latihan soal terkait materi balok dan kubus agar

siswa bisa mandiri belajar untuk mengerjakan soal. Tampilan

latihan mandiri dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Gambar 4.16 Latihan Soal

17. Rangkuman

Bagian ini memuat rangkuman materi balok dan kubus, terdiri

atas pengertian balok/kubus, sifat-sifat balok dan kubus, serta rumus

volume balok/kubus. Tampilan rangkuman dapat dilihat pada

gambar berikut ini.

83
Gambar 4.17 Rangkuman

18. Tes Formatif

Bagian ini berisi soal pemahaman konsep matematis siswa

terkait materi balok dan kubus. Tampilan tes formatif dapat dilihat

pada gambar berikut ini.

Gambar 4.18 Tes Formatif

19. Tindak Lanjut

Bagian ini berisi feedback kepada siswa, sebagai tindak lanjut

siswa setelah mempelajari modul. Bagi siswa yang telah menguasai

materi, disarankan untuk mengembangkan materi yang telah

diperolehnya. Sedangkan bagi yang belum mencapai ketuntasan

materi, dapat mengulangi untuk mempelajari modul lagi atau

84
dengan berdiskusi bersama teman maupun Bapak/Ibu guru.

Tampilan tindak lanjut dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Gambar 4.19 Tindak Lanjut

20. Harapan

Bagian ini berisi sejumlah saran dan harapan bagi siswa agar

lebih meningkatkan kompetensinya, tidak hanya setelah

mempelajari modul tetapi juga belajar dari sumber belajar lainnya.

Tampilan harapan dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Gambar 4.20 Harapan

21. Kunci Jawaban

Bagian ini berisi jawaban dari soal-soal yang telah diberikan

sebelumnya setelah mempelajari materi, baik soal latihan mandiri

85
maupun soal tes formatif. Setelah mengecek jawaban dari kunci

jawaban, siswa akan mengetahui pemahaman konsep matematisnya.

Tampilan kunci jawaban dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Gambar 4.21 Kunci Jawaban

22. Daftar Pustaka

Bagian ini berisi sejumlah referensi yang dijadikan sebagai bahan

rujukan dalam penyusunan modul matematika berbasis inkuiri

terbimbing. Sehingga jika pembaca ingin mengetahui lebih jauh

tentang isi dari sumber referensi tertentu, maka siswa dapat melacak

keberadaannya. Tampilan daftar pustaka dapat dilihat pada gambar

berikut ini.

86
Gambar 4.22 Daftar Pustaka

c. Penyusunan Instrumen Ujicoba Modul

Tahap selanjutnya setelah merancang modul adalah penyusunan

instrument ujicoba modul. Adapun instrument yang peneliti susun

adalah instrument angket dan instrumen soal.

1. Instrumen angket

Peneliti menyusun instrument angket yang berisi angket validasi

untuk ahli materi, ahli bahasa, dan ahli media. Instrumen validasi ini

digunakan untuk mengetahui tingkat kevalidan modul sehingga

apakah modul layak digunakan dalam pembelajaran atau tidak.

2. Instrumen soal

Peneliti menyusun instrument soal berupa soal pretest dan soal

posttest untuk mengetahui keefektifan modul yang digunakan

87
apakah efektif atau tidak untuk meningkatkan pemahaman konsep

matematis siswa.

3. Development (Pengembangan)

Pada tahap pengembangan ini, draft produk modul matematika berbasis

inkuiri terbimbing yang telah peneliti susun kemudian disunting dan

divalidasi.

a. Penyuntingan Modul

Setelah draft modul selesai disusun kemudian dikonsultasikan

kepada dosen pembimbing dengan tujuan untuk mendapatkan kritik

dan saran perbaikan demi penyempurnaan modul. Draft modul yang

telah dikonsultasikan tersebut selanjutnya direvisi sesuai saran dari

dosen pembimbing, kemudian dikonsultasikan kembali hingga draft

modul tersebut disetujui untuk divalidasikan kepada validator.

b. Validasi Modul

Uji kevalidan produk diperoleh dari hasil penilaian para

validator ahli terhadap kelayakan modul matematika berbasis inkuiri

terbimbing yang telah dikembangkan. Validasi produk dilakukan

dengan memberikan lembar angket validasi untuk dosen dan guru.

Para dosen yang menjadi validator yaitu Bapak Aang Yudho Prastowo,

M.Pd sebagai ahli materi, Ibu Isna Khuni Mu’alimah, M.Pd sebagai

ahli bahasa, dan Bapak Fatra Nonggala Putra, S.Pd, M.Kom sebagai

ahli media, sedangkan seorang guru matematika dari MI Sunan

Kalijogo yang menjadi validator yaitu Ibu Rifa Trisnasari.

88
c. Revisi Produk

Revisi produk berdasarkan pada komentar, tanggapan, kritik,

dan saran yang telah diperoleh saat proses validasi modul oleh para

validator. Revisi menunjuk pada bagian-bagian kesalahan dan

kekurangan yang terdapat pada produk modul.

4. Implementation (Implementasi)

Implementasi modul yang dikembangkan dilakukan setelah modul

dinyatakan valid oleh validator. Pada tahap implementasi, peneliti

melakukan ujicoba modul pada kelas yang telah menerima materi bangun

ruang yaitu kelas V. Uji coba modul dilaksanakan pada tanggal 15-20 Juni

2020 siswa kelas V MI Sunan Kalijogo Kendalrejo. Peneliti adalah sebagai

pengajar dalam kegiatan ujicoba modul. Peneliti tidak menerangkan materi

secara keseluruhan karena materi tersebut telah disampaikan di kelas

sebelumnya. Selain itu, peneliti juga memberikan kesempatan kepada

siswa untuk mencoba melakukan kegiatan berbasis inkuiri terbimbing

seperti menemukan volume balok dan kubus. Setelah melakukan kegiatan

belajar, pada setiap akhir kegiatan siswa mengerjakan soal latihan mandiri

maupun tes formatif untuk mengukur pemahaman terhadap materi yang

telah dipelajari dalam modul. Pada akhir pembelajaran, peneliti

memberikan angket respon siswa dan angket respon guru untuk

mengetahui tingkat kepraktisan modul matematika yang telah

dikembangkan. Peneliti juga memberikan soal posttest untuk mengetahui

keefektifan modul terhadap pemahaman konsep matematis siswa setelah

89
menggunakan modul.

5. Evaluation (Evaluasi)

Tahap evaluasi meliputi evaluasi formatif dan evaluasi sumatif.

Evaluasi formatif dilakukan pada setiap tahapan ADDIE yang digunakan

sebagai penyempurnaan dan kevalidan modul. Data hasil penelitian yang

dianalisis pada tahap evaluasi formatif adalah hasil penilaian modul dan

saran dari validator.

Sedangkan evaluasi sumatif dilakukan pada akhir tahap untuk

mengetahui kepraktisan dan keefektifan modul. Data hasil penelitian yang

dianalis pada tahap evaluasi sumatif adalah hasil angket respon siswa dan

angket respon guru terhadap modul, hasil pretest dan posttest pemahaman

konsep matematis siswa sebelum dan sesudah menggunakan modul

matematika yang telah dikembangkan.

4.2 Pembahasan

Penelitian pengembangan ini bertujuan untuk mengetahui kevalidan,

kepraktisan, dan keefektifan modul matematika berbasis inkuiri terbimbing yang

telah dikembangkan. Hasil penelitian yang diperoleh setelah

mengimplementasikan modul matematika yang dikembangkan adalah sebagai

berikut.

1. Kevalidan Modul

Setelah modul ini dibuat, modul ini dinilai oleh validator

menggunakan lembar angket validasi. Validator terdiri atas tiga orang dosen

90
Universitas Nahdlatul Ulama Blitar yang terdiri atas ahli materi, ahli bahasa,

dan ahli media, serta seorang guru matematika yang mengajar di MI Sunan

Kalijogo Kendalrejo. Modul ini dinyatakan valid dan layak untuk digunakan.

Skala penilaian kevalidan modul menggunakan skala 1-4. Hasil validasi modul

tiap aspek penilaian dapat dilihat pada table di bawah ini.

Tabel 4.2 Hasil Validasi Modul

NoNo Aspek yang dinilai Rata-rata Kriteria Keterangan

Skor Kualitas Kelayakan


Kelayakan isi 2,95 Cukup valid Revisi sebagian
Kelayakan penyajian 3,08 Cukup valid Revisi sebagian
Kelayakan kegrafikan 3,16 Cukup valid Revisi sebagian
Kelayakan bahasa 3,61 Valid Tidak revisi
Penilaian inkuiri terbimbing 2,92 Cukup valid Revisi sebagian
Rata-rata skor dari semua aspek 3, 14 Cukup valid Revisi Sebagian
Rata-rata skor yang diperoleh dari keempat validator adalah 3,14. Dilihat

dari rata-rata semua aspek penilaian, modul ini termasuk dalam kriteria cukup

valid dan perlu direvisi sebagian pada aspek kelayakan isi, penyajian,

kegrafikan, dan penilaian inkuiri terbimbing.

2. Kepraktisan Modul

Kepraktisan modul dapat dilihat dari hasil pengisian lembar angket respon

siswa dan guru terhadap penggunaan modul yang telah dikembangkan. Skala

penilaian kepraktisan modul yang digunakan adalah skala 1-4. Skor rata-rata

dari semua pengisian lembar angket respon siswa adalah 3,46 termasuk kriteria

praktis. Sedangkan skor dari angket respon guru diperoleh 3,67 yang termasuk

kriteria praktis.

3. Keefektifan Modul

Untuk mengukur keefektifan penggunaan modul dapat dilihat dari

91
ketuntasan belajar siswa setelah pembelajaran menggunakan modul. Untuk

menjelaskan hasil ketuntasan belajar siswa digunakan teknik prosentase. Hasil

prosentase ketuntasan belajar siswa secara klasikal seperti dalam tabel dibawah

ini.

Tabel Hasil Prosentase Ketuntasan Belajar

No Kode Nama Siswa Nilai Ketuntasan


1 E-1 Afrilya Feby Agustina 78 Tuntas
2 E-2 Ainuha Nadhiva 98 Tuntas
3 E-3 Alfi Rohmatin 96 Tuntas
4 E-4 Angeline Hellena Purwanti 84 Tuntas
5 E-5 Aulia Nur Maulidina 68 Belum Tuntas
6 E-6 Aura Dina Al Farida 96 Tuntas
7 E-7 Ayra Dewi Winata 90 Tuntas
8 E-8 Fadhal Regiananta 100 Tuntas
9 E-9 Feriadi Putra 96 Tuntas
10 E-10 Galih Bagus Hidayat 94 Tuntas
11 E-11 Hanafiyyatus Samhah 84 Tuntas
12 E-12 Iwan Arianto 90 Tuntas
13 E-13 Khalista Wega Aprilianingsih 72 Belum Tuntas
14 E-14 M. Abid Nasrulloh 86 Tuntas
15 E-15 M. Alfa Rafi Ardani 86 Tuntas
16 E-16 M. Dwi wahyudi 92 Tuntas
17 E-17 Muhamad Jefri 96 Tuntas
18 E-18 Nuril Hidayah 84 Tuntas
19 E-19 Rehan Nur Ardianto 80 Tuntas
20 E-20 Reza Azzaninda 84 Tuntas
21 E-21 Savira Zulia Sinta 68 Belum Tuntas
22 E-22 Tyas Mulyasari 88 Tuntas
23 E-23 Vanissa Maqfirotus Zahra 82 Tuntas
24 E-24 Wafiqna Nafisah 92 Tuntas
25 E-25 Yosefi Tri Ramadania 88 Tuntas
26 E-26 Zahrotul Isnaini 98 Tuntas

Berdasarkan tabel diketahui bahwa siswa yang mengalami ketuntasan

belajar sebanyak 23 siswa, sedangkan yang belum tuntas sebanyak 3 siswa.

Jadi ketuntasan klasikal siswa setelah pembelajaran menggunakan modul

92
sebesar 88%. Itu artinya modul matematika berbasis inkuiri terbimbing efektif

digunakan dalam pembelajaran, sehingga dapat meningkatkan pemahaman

konsep matematis siswa kelas V MI Sunan Kalijogo Kendalrejo.

BAB V

PENUTUP

Bab penutup ini memaparkan sub bagian, yaitu: (5.1) simpulan dan (5.2)

saran berdasarkan hasil penelitian dan pengembangan yang telah dilakukan.

Berikut pemaparan dari masing-masing sub bagian tersebut.

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil diskripsi dan analisis data yang telah diuraikan pada

Bab IV, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil validasi modul yang telah diuraikan pada bab IV semua

aspek penilaian modul meliputi kelayakan isi, kelayakan penyajian,

penilaian guided inquiry, penilaian berpikir kritis, kelayakan kegrafikan,

dan kelayakan bahasa diperoleh data kuantitatif yang menunjukkan bahwa

modul yang dikembangkan memperoleh rata-rata nilai dari keempat

93
validator sebesar 3,14. Dilihat dari rata-rata semua aspek penilaian, modul

ini termasuk dalam kriteria cukup valid dan perlu direvisi sebagian pada

aspek kelayakan isi, penyajian, kegrafikan, dan penilaian inkuiri

terbimbing.

2. Berdasarkan hasil respon siswa dan guru diperoleh hasil analisis data

respon siswa mendapat kategori praktis dengan nilai 3,46. Sedangkan

analisis respon guru mendapat kategori praktis dengan nilai 3,67. Hal ini

menunjukkan bahwa modul yang dikembangkan membantu guru dan

siswa dalam pembelajaran.

3. Berdasarkan nilai rata-rata ketuntasan klasikal siswa setelah pembelajaran

menggunakan modul sebesar 88%. Itu artinya modul matematika berbasis

inkuiri terbimbing efektif digunakan dalam pembelajaran, sehingga dapat

meningkatkan pemahaman konsep matematis siswa kelas V MI Sunan

Kalijogo Kendalrejo.

5.2 Saran

Adapun saran peneliti terhadap penelitian dan pengembangan modul

adalah sebagai berikut.

1. Guru dapat memanfaatkan modul matematika berbasis inkuiri terbimbing

ini sebagai alternative bahan ajar matematika pada materi bangun ruang

terutama balok dan kubus.

94
2. Guru dapat mengembangkan modul matematika ini karena pembahasan

materi bangun ruang pada modul ini hanya terbatas pada bangun balok dan

kubus. Guru dapat mengembangkan materi pada bangun ruang lainnya.

3. Guru dapat mengadakan penelitian dan pengembangan pada mata

pelajaran lain menggunakan metode inkuiri terbimbing dengan model

pengembangan ADDIE seperti dalam penelitian pengembangan ini.

DAFTAR RUJUKAN

Aisyah, Nyimas, dkk. 2007. Pengembangan Pembelajaran Matematika SD.

Jakarta: Depdiknas.

Anam, Khoirul. 2017. Pembelajaran Berbasis Inkuiri: Metode dan

Aplikasi.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Astuti, dkk. 2018. Pengembangan Modul IPA Dengan Menggunakan Model

Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pada Materi Suhu dan Kalor Untuk

Melatihkan Keterampilan Proses Sains. Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika

Vol 6 no.2, hal. 205-218.

Cahyani, Eko Diah. 2016. Pembelajaran Matematika Berbasis Masalah Dengan

Strategi Inkuiri Terbimbing Dan Inkuiri Bebas Termodifikasi Ditinjau Dari

Kemampuan Awal Siswa Mts. Varia Pendidikan, Vol. 28, No. 2, Hal. 140-

95
149. Surakarta.

Duffin, J.M.& Simpson, A.P. 2000. A Search for understanding. Journal of

Mathematical Behavior.

Farida, Nurul dan Rina Agustina. 2017. Pembelajaran Inkuiri Dalam

Menumbuhkan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis. Prosiding

Seminar Nasional Pendidikan, hal. 54-58.

Fitri, R. 2017. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbasis

PendekatanKonstruktivisme untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman

Konsep Pada MateriPersamaan Lingkaran. JNPM (Jurnal Nasional

Pendidikan Matematika) Vol. 1(2), Hal. 241-257.

Hartono, Wahyu dan Muchamad Subali Noto. 2017.Pengembangan Modul

Berbasis Penemuan Terbimbing Untuk Meningkatkan Kemampuan

Matematis Pada Perkuliahan Kalkulus Integral. Jurnal JNPM (Jurnal

Nasional Pendidikan Matematika) Vol. 1, No. 2, Hal. 320-333.

Hasrida, dkk. 2018. Pengaruh Model Pembelajaran Dan Kemampuan Awal

TerhadapPemahaman Konsep Dan Motivasi Belajar Peserta Didik Kelas

XSMA Negeri 1 Maniangpajo (Studi Pada Materi Pokok Larutan Elektrolit

dan Nonelektrolit). Chemistry Education Review, Pendidikan Kimia PPs

UNM, 2018, Vol.1, No.2, Hal. 44-57.

Hendriana, Heris, dkk. 2018. Hard Skills dan Soft Skills Matematik Siswa.

Bandung: Refika Aditama.

Hidayah, Estri Ridha. 2015. Pengembangan Modul Matematika Berbasis

96
InkuiriTerbimbing Pada Materi Persamaan Linear Satu Variabel Untuk

SiswaSMP/MTs Kelas VII. Institut Agama Islam Negeri Tulungagung.

Juwita, Nuria. 2019. Peningkatan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis

melaui Model Inkuiri pada Siswa SMP. Banda Aceh.

Larasati, Sukmana. 2018. Desain Pengembangan Modul Pemahaman Konsep

Berbasis Metode Penemuan Terbimbing. Jurnal Pendidikan Matematika, Vol

6, No 2, Yogyakarta.

Permendikbud Nomor 24 Tahun 2016 tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi

Dasar.

Prastowo, Andi. 2015. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif.

Yogyakarta: Diva Press.

Priansa, Donni Juni. 2017. Pengembangan Strategi dan Model Pembelajaran.

Bandung: Pustaka Setia.

Purnomosidi, dkk. 2018. Senang Belajar Matematika. Jakarta: Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan.

Sugiyono. 2016. Metode Penelitian dan Pengembangan. Bandung: Alfabeta.

Sumanto. 2008. Gemar Matematika 6. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen

Pendidikan Nasional.

Sunardi, dkk. 2005. Matematika 1 Kelas X. Jakarta: Bumi Aksara.

Suryani, Nunuk,dkk. 2018. Media Pembelajaran Inovatif dan

Pengembangannya. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Tim Redaksi. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, Jakarta: PT

Gramedia Pustaka Utama, cet.I, edisi IV.

97
Wisudawati, Asih Widi dan Eka Sulistyowati. 2017. Metodologi Pembelajaran

IPA. Jakarta: Bumi Aksara.

98
LAMPIRAN

Lampiran 1

KISI-KISI INSTRUMEN WAWANCARA KEPADA GURU


NO PERTANYAAN
1 Apakah setiap pembelajaran dikelas sesuai dengan RPP?
2 Metode pembelajaran apa yang Bapak/Ibu gunakan saat pembelajaran di
kelas?
3 Bagaimana keadaan kelas saat proses pembelajaran berlangsung?
4 Bagaimana respons siswa terhadap pelajaran matematika?
5 Media pembelajaran apa yang Bapak/Ibu gunakan saat pembelajaran
matematika?
6 Apakah media pembelajaran yang Bapak/Ibu gunakan dalam kelas sudah
cukup utuk dapat mengkonstruksi pengetahuan siswa?
7 Apakah Bapak/Ibu pernah menyusun modul untuk pembelajaran
matematikadi kelas?
8 Apakah pendapat Bapak/Ibu tentang buku yang digunakan dalam
pembelajaran di kelas?
9 Apakah buku yang digunaakan dalam pembelajaran di kelas mudah
dipahamioleh siswa?
10 Apakah siswa merasa sulit untuk memahami materi matematika yang
abstrak?

99
Lampiran 2

KISI-KISI INSTRUMEN WAWANCARA KEPADA SISWA


NO PERTANYAAN
1 Menurut Anda bagaimana dengan pelajaran matematika?
2 Apakah Anda menyukai pelajaran matematika? Mengapa?
3 Bagaimana pembelajaran matematika di kelas?
4 Kendala apa yang terjadi saat proses belajar mengajar?
5 Kesulitan apa yang anda alami saat proses belajar mengajar?
6 Apakah bahan ajar yang selama ini digunakan cukup membantu dalam
proses pembelajaranmatematika? Mengapa?
7 Bagaimana harapan anda terhadap bahan ajar yang digunakan dalam proses
belajar mengajar?
8 Apakah dalam pembelajaran matematika Anda kesulitan dalam memahami
materi yang abstrak?
9 Bagaimana pendapat anda jika dalam proses pembelajaran matematika
digunakan sebuah modul?
10 Modul seperti apa yang anda inginkan?

100
Lampiran 3

KISI-KISI LEMBAR VALIDASI MATERI


Aspek
No. Indikator
Penilaian
1. Kesesuaian dengan tujuanpembelajaran
2. Keakuratan materi
1. Kelayakan Isi
3. Bersifat up to date
4. Menggunakan contoh yang relevan
1. Keterbacaan
2. Sesuai dengan EYD
2. Kebahasaan 3. Menggunakan kalimat yang mudahdipahami
4. Kebenaran dan ketepatanpenggunaan istilah
matematika
1. Modul dapat dipelajari siswa secara mandiri
3. Penyajian (selfinstructional)
2. Keruntutan materi
1. Ukuran/format buku
2. Desain bagian kulit
3. Desain bagian isi
4. Kegrafikaan
4. Kualitas kertas
5. Kualitas cetakan
6. Kualitas jilidan

101
Lampiran 4

KISI-KISI LEMBAR VALIDASI MEDIA


Aspek
No. Indikator
Penilaian
1. Aspek tiga dimensi
1. Pembelajaran
2. Kemandirian
1. Desain sampul modul
2. Kesesuaian bentuk, warna dantata letak
3. Ukuran judul modul
2. Tampilan
4. Penempatan judul bab
5. Keterangan pada pendekatanmatematis,
gambar, grafik dandiagram
1. Penggunaan bahasa
2. Penggunaan kalimat yang benar
3. Kebahasaan
3. Konsistensi penggunaan istilah,
simbol, nama ilmiah/bahasa asing

Lampiran 5

KISI-KISI ANGKET SISWA


Aspek
No. Indikator
Penilaian
1. Isi 1. Kesesuai dengan kebutuhan
2. Materi sederhana dan mudah diingat
3. Modul bermanfaat untuk menambah
wawasan pengetahuan

2. Keterbacaan 1. Keterbacaan
2. Kesesuaian dengan kaidah Bahasa
Indonesia yang baik dan benar
3. Tidak mengandung penafsiran ganda

3. Sajian 1. Gambar, diagram dan grafik yang


disajikan relevan
2. Gambar dan diagram memperjelas
konsep
3. Gambar, diagram dan grafik yang
ditampilkan memberikan kemudahan
dan pemahaman konsep materi

102
4. Desain 1. Bentuk desain kreatif dan inovatif
2. Lay out (tata letak) menarik
3. Penggunaan huruf, warna, diagram,
grafik dan gambar menarik.

5. Interaksi 1. Modul mudah dipelajari


2. Modul mudah dipahami

103

Anda mungkin juga menyukai