Oleh : Kelompok 4
Abdullah situmorang ( 3183131031 )
Ayu Simatupang ( 3181131004 )
Winda Setiaman Zai ( 3183131025 )
Kelas A 2018
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................02
DAFTAR ISI....................................................................................................03
BAB I : PENDAHULUAN..............................................................................04
B. Rumusan Penyusunan...................................................................................05
C. Tujuan Penyusunan.......................................................................................05
D. Manfaat.........................................................................................................05
BAB II : PEMBAHASAN...............................................................................07
A. Pengembangan Modul..................................................................................07
B. Pengembangan Buku....................................................................................08
Kesimpulan........................................................................................................15
Saran..................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................16
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahan ajar merupakan bagian penting dalam pelaksanaan
pendidikan di sekolah. Melalui bahan ajar guru akan lebih mudah dalam
melaksanakan pembelajaran dan siswa akan lebih terbantu dan mudah dalam
belajar. Bahan ajar dapat dibuat dalam berbagai bentuk sesuai dengan kebutuhan
dan karakteristik materi ajar yang akan disajikan. Dalam PP nomor 19 tahun 2005
Pasal 20, diisyaratkan bahwa guru diharapkan mengembangkan materi pembelajaran
yang kemudian dipertegas melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
(Permendiknas) nomor 41 tahun 2007 tentang Standar Proses, yang antara lain
mengatur tentang perencanaan proses pembelajaran yang mensyaratkan bagi pendidik
pada satuan pendidikan untuk mengembangkan rencana pelaksanaan pembelajaran
(RPP). Salah satu elemen dalam RPP adalah sumber belajar. Dengan demikian, guru
diharapkan untuk mengembangkan bahan ajar sebagai salah satu sumber belajar
(Depdiknas, 2008).
Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu
guru/instruktor dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas. Bahan yang
dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis. Dengan kata lain,
Bahan ajar merupakan alat atau sarana pembelajaran yang berisi materi, metode,
batasan-Batasan, dan cara mengevaluasi yang dirancang secara sistematis dan
menarik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan. Bahan ajar akan mengurangi
beban guru dalam menyajikan materi (tatap muka), sehingga guru lebih banyak waktu
untuk membimbing dan membantu peserta didik dalam proses pembelajaran. Bahan
ajar berguna membantu pendidik dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran
(Nurdyansyah, 2018).
Menurut Soegiranto (2010) bahan ajar adalah bahan atau materi yang disusun oleh
guru secara sistematis yang digunakan peserta didik (siswa) dalam pembelajaran.
Bahan ajar dapat dikemas dalam bentuk cetakan, non cetak dan dapat bersifat visual
auditif.
Sedangkan menurut Nahdliyah (2010) bahan ajar adalah seperangkat materi
pelajaran yang mengacu pada kurikulum yang digunakan dalam rangka mencapai
3
standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditentukan. Untuk
mencapai kompetensi perlu ada pengukuran/penilaian. Penilaian hasil belajar
memerlukan sebuah pengolahan dan analisis yang akurat.
Dari beberapa pandangan di atas, dapat disimpulkan bahwa bahan ajar
berguna membantu pendidik dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Bagi
pendidik bahan ajar digunakan untuk mengarahkan semua aktivitasnya dan
yang seharusnya diajarkan kepada siswa dalam proses pembelajaran.
Sedangkan bagi siswa akan dijadikan sebagai pedoman yang seharusnya
dipelajari selama proses pembelajaran. Bahan ajar dapat berfungsi dalam
pembelajaran individul yang dapat digunakan untuk menyusun dan mengawasi
proses pemerolehan informasi peserta didik.
A. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada makalah
ini adalah:
1. Bagaimana pengembangan modul ?
2. Bagaimana pengembangan buku ?
B. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan dari makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengembangan modul
2.Untuk mengetahui pengembangan buku
D. Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan dari makalah ini adalah:
1. Bagi pembaca dapat dijadikan pengalaman dan bekal ilmu pengetahuan.
2. Bagi mahasiswa dapat membantu memahami pengembangan dan
pemanfaatan bahan ajar cetak.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengembangan Modul
Modul adalah alat ukur yang lengkap. Modul adalah satu kesatuan
program yang dapat mengukur tujuan. Modul dapat dipandang sebagai
paket program yang disusun dalam bentuk satuan tertentu guna keperluan
belajar. Menurut buku pedoman penyusunan modul, yang dimaksud dengan
modul ialah satu unit program belajar mengajar terkecil yang secara terinci
menggariskan (1) tujuan-tujuan instruksional umum, (2) topik yang akan
dijadikan pangkal proses belajar mengajar, (3) tujuan-tujuan instruksional
khusus, (4) pokok-pokok materi yang akan dipelajari dan diajarkan, (5)
kedudukan dan fungsi satuan dalam kesatuan program yang lebih luas, (6)
peranan guru didalam proses belajar mengajar, (7) alat dan sumber yang
akan dipakai, (8) kegiatan belajar mengajar yang akan/harus dilakukan dan
dihayati murid secara berurutan, (9) lembaran-lembaran kerja yang akan
dilaksanakan selama berjalannya proses belajar (Wijaya, dkk 2018).
5
Sementara itu, Surahman (2010:2) menjelaskan bahwa modul adalah
satuan program pembelajaran terkecil yang dapat dipelajari oleh peserta
didik secara perseorangan (self instructional); setelah peserta
menyelesaikan satu satuan dalam modul, selanjutnya peserta dapat
melangkah maju dan mempelajari satuan modul berikutnya. Sedangkan
modul pembelajaran, sebagaimana yang dikembangkan di Indonesia,
merupakan suatu paket bahan pembelajaran (learning materials) yang
membuat deskripsi tentang tujuan pembelajaran, lembaran petunjuk
pengajar atau instruktur yang menjelaskan cara mengajar yang efisien,
bahan bacaan bagi peserta, lembaran kunci jawaban pada lembar kertas
kerja peserta, dan alat-alat evaluasi pembelajaran.
Dari beberapa pandangan diatas dapat kita pahami bahwa modul pada
dasarnya adalah sebuah bahan ajar yang disusun secara sistematis dengan
bahasa yang mudah dipahami oleh peserta didik sesuai tingkat pengetahuan
dan usia mereka, agar mereka dapat belajar sendiri (mandiri) dengan
bantuan atau bimbingan yang minimal dari pendidik.
1) Fungsi Modul
Sistem pengajaran modul dikembangkan diberbagai negara dengan
maksud untuk mengatasi kelemahan-kelemahan sistem pengajaran. Melalui
sistem pengajaran modul sangat dimungkinkan :
1. Adanya peningkatan motivasi belajar secara maksimal
2. Adanya peningkatan kreativitas guru dalam mempersiapkan alat dan bahan
yang diperlukan dan pelayanan individual yang lebih mantap.
3. Dapatnya mewujudkan prinsip maju berkelanjutan secara tidak terbatas
4. Dapatnya mewujudkan belajar yang lebih berkonsentrasi
5.
6
2) Ciri-ciri pengajaran modul
Menurut Wijaya, dkk (1988) Penerapan sistem pengajaran modul
merupakan usaha pembaharuan dalam bidang pengajaran. Ciri-ciri
pembaharuan melalui sistem pengajaran ini adalah :
1. Siswa dapat belajar individual. Ia belajar dengan aktif tanpa bantuan
maksimal dari guru
2. Tujuan pelajaran dirumuskan secara khusus. Rumusan tujuan bersumber pada
perubahan tingkah laku
3. Tujuan dirumuskan secara khusus sehingga perubahan tingkah laku yang
terjadi pada diri siswa segera dapat diketahui. Perubahan tingkah laku
diharapkan sampai 75% penguasaan tuntas
4. Membuka kesempatan kepada siswa untuk maju berkelanjutan menurut
kemampuannya masing-masing. Modul adalah paket program yang dapat
ditempuh oleh setiap siswa menurut urutan kegiatan yang telah ditentukan.
Modul dipelajari setahap demi setahap, dipelajari dari paket ke paket tanpa
siswa bergantung pada kelambanan atau kecepatan teman sekelasnya, tanpa ia
harus menunggu atau mengajar diluar kemampuannya. Jika seseorang telah
dapat menyelesaikan satu paket, maka ia boleh melanjutkan pelajaran pada
paket berikutnya,
5. Modul merupakan paket pengajaran yang bersifat self-instruction. Dengan
belajar seperti ini, modul membuka kesempatan kepada siswa untuk
mengembangkan dirinya secara optimal.
6. Modul memiliki daya informasi pengetahuan yang cukup kuat. Unsur
asosiasi, struktur, dan urutan bahan pelajaran terbentuk sedemikian rupa
sehingga siswa spontan mempelajarinya. Materi pelajaran yang tertuang
dalam lembar kegiatan dapat disusun secara berurutan. Unsur asosiasi cukup
kuat sebab modul banyak melibatkan alat, media baca, realistis, gambar,
bagan, dan lain-lain. Modul dikelas-kelas rendah hampir seluruhnya disajikan
melalui gambar dan bentuk.
7
7. Modul banyak memberikan kesempatan kepada siswa untuk berbuat aktif.
Proses mendengarkan dan mencatat isi ceramah guru seperti ditemukan dalam
sistem pengajaran.
8. Modul memiliki kekuatan ulang yang cukup tinggi. Siswa mempelajari modul
tidak hanya dengan sekali membaca teks dalam lembaran kegiatannya, tetapi
mendapat penguatan ulang dari lembaran-lembaran lainnya (lembaran kerja
dan lembaran evaluasi).
9. Adanya evaluasi yang kontinyu dari setiap paket program
8
untuk menumbuhkan pembelajaran. Modul diharapkan disusun sedemikian
rupa agar memungkinkan (1) meningkatkan secara maksimal sedemikian rupa,
(2) terselenggaranya proses maju berkelanjutan secara efektif, (3) pembelajaran
yang berpusat pada siswa. (Gede, 2012).
Menurut Gede modul disusun dengan baik dapat memberikan banyak
keuntungan yaitu :
1. Dapat meningkatkan secara maksimal pembelajaran
2. Pembelajar lebih aktif dalam proses belajarnya karena menghadapi sejumlah
masalah atau tugas yang harus dikerjakan
3. Dapat memberikan balikan dengan segera sehingga pembelajar dapat
mengetahui hasil belajarnya
4. Kegiatan pembelajar terarah karena modul mengandung sasaran yang jelas
5. Keterlibatan pengajar dalam pembelajaran sangat minimal
9
5) Komponen modul
1. Modul untuk siswa, berisi kegiatan belajar yang dilakukan siswa
2. Modul untuk guru, berisi petunjuk guru, tes akhir, dan kunci jawaban tes
akhir modul.
6) Karakteristik modul
1. Dirancang untuk sistem pembelajaran mandiri
2. Program yang utuh dan sistematis
3. Mengandung tujuan, bahan/kegiatan dan evaluasi
4. Disajikan secara komunikatif dua arah
5. Diupayakan agar dapat mengganti beberapa peran pengajar
6. Cakupan bahasa terfokus dan terukur
7. Mementingkan aktivitas belajar pemakai
Berikut ini contoh modul
1. Buku Ajar
Buku ajar merupakan komponen pendukung yang penting dalam
pembelajaran. Peran buku ajar dalam proses belajar adalah mendukung
tercapainya kecakapan dan keterampilan yang diharapkan. Buku ajar dapat
berperan sebagaimana mestinya apabila siswa memiliki minat untuk membaca
dan mempelajari materi dalam buku ajar tersebut ( Barroh, 2012).
Menurut Anggela (2013) buku ajar adalah buku yang digunakan baik oleh
siswa maupun guru dalam kegiatan belajar mengajar. Materi dalam buku ajar
merupakan realisasi dari materi yang tercantum dalam kurikulum. Buku ajar
yang bermuatan nilai-nilai karakter diharapkan dapat memotivasi siswa selama
belajar, sehingga pembelajaran akan menarik dan bermakna.
Dari pandangan diatas dapat kita simpulkan bahwa buku ajar sangat
diperlukan dalam proses pembelajaran karena dapat membantu guru maupum
siswa. Oleh karena itu, guru harus mampu mengembangkan buku ajar yang
sesuai dengan tuntutan kurikulum.
Contoh buku ajar fisika SMA :
11
Gambar 3. contoh buku ajar fisika XI
2. Buku Teks
Buku teks merupakan salah satu media pendidikan yang kedudukannya
strategis dan ikut memengaruhi mutu pendidikan, karena dapat berfungsi
sebagai sumber belajar dan media yang sangat penting untuk mendukung
tercapainya kompetensi yang menjadi tujuan pembelajaran (Banowati, 2007).
Menurut Prastowo (2013) penggunaan buku teks yang mudah untuk
dipelajari memiliki peranan penting bagi siswa dalam memanfaatkan buku teks.
Bagi siswa nuku teks dapat dijadikan sebagai sumber belajar siswa dalam
memperlajari kembali materi yang telah diperoleh ketika disekolah. Keberadaan
buku teks dapat digunakan siswa sebagai sumber dalam mempelajari kembali
materi yang telah diajarkan dan mempelajari materi selanjutnya.
12
Sedangkan menurut Sitepu (2012:17) bahwa buku teks adalah buku acuan
wajib untuk digunakan disatuan pendidikan dasar dan menengah atau perguruan
tinggi yang memuat materi pembelajaran dalam rangka peningkatan keimanan,
ketakwaan, akhlak mulia, dan kepribadian, penguasaan ilmu dan teknologi,
peningkatan kepekaan dan kemampuan estetis, peningkatan kemampuan
kinesteris, dan kesehatan yang di susun berdasarkan standar nasional
pendidikan.
Dari pandangan diatas disimpulkan bahwa buku teks merupakan bahan ajar
yang sering digunakan dalam pembelajaran. Buku teks yang digunakan dalam
pembelajaran hendaknya kontekstual dengan karakteristik dan lingkungan
siswa.
13
bagi siswa untuk membaca buku teks. Guna menjadikan buku teks berkualitas,
maka dilakukan validasi ahli materi pelajaran. Berdasarkan hasil validasi ahli
materi pelajaran, materi yang dimuat dalam buku teks, telah layak untuk diuji
cobakan, namun perlu ada revisi berdasarkan hasil komentar dan tanggapan
dalam angket validasi.
2. Komponen kebahasaan
Aspek kebahasaan perlu diperhatikan dalam penyusunan buku teks, agar
tidak menyimpang dari kaidah bahasa yang ditentukan (sesuai dengan EYD
dalam kaidah penulisan bahasa Indonesia), maka dilakukan validasi ahli bahasa.
Berdasarkan hasil validasi bahasa, masih terdapat beberapa kesalahan baik dari
tanda baca, kosakata, dan lainnya. Setelah berkoordinasi dengan ahli bahasa,
telah didapat buku teks dengan bahasa yang baik sehingga dari aspek
kebahasaan buku teks sudah layak untuk dibaca dan diujicobakan.
3. Komponen Penyajian
Buku teks disajikan dengan memerhatikan konsep materinya. Apabila
konsep dalam buku teks bersifat konkrit, maka penyajiannya menggunakan
gambar atau foto dengan sedikit penjelasan. Pada materi pokok pembentukan
dan pemanfaatan tanah lebih banyak menggunakan konsep konkrit, sehingga
tampilan buku banyak menggunakan gambar atau foto-foto. Tampilan buku
teks dirancang dengan karakteristik siswa SMA, dengan tampilan warna yang
cerah dan tambahan (Iskandar dkk, 2016).
14
2) Komponen Bahasa
Kebahasaan merupakan hal yang sangat penting dalam penulisan sebuah
buku teks. Penulisan buku teks didasarkan kepada beberapa aspek penting,
seperti kesesuaian dengan kaidah kebahasaan, konsistensi, lugas, dan sesuai
dengan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar. Aspek tersebut
dimuatkan dalam buku teks yang dikembangkan. Hal ini bertujuan untuk
memudahkan pengguna buku teks dalam memahami isi dalam materi dan
menarik minat membaca siswa. Kondisi ini tentunya memiliki bebrapa catatan
penting dalam melakukan validasi oleh ahli bahasa.
3) Komponen Penyajian
Buku teks didesain menggunakan format dari buku Ensiklopedia karangan
John Ferdon. Materi yang dimuat didesain untuk mencapai keselarasan dengan
tujuan pembelajaran. Setiap aspek yang tercantum dalam buku teks disesuaikan
dengan indikator yang termuat dalam silabus pembelajaran (Iskandar dkk,
2016).
15
Gambar 4. contoh buku teks fisika
Sumber:https://www.google.co.id/search?q=GAMBAR+BUKU TEKS+FISIKA
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
memuat materi atau isi pelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
cetak memuat materi yang berupa ide, fakta, konsep, prinsip, kaidah atau teori
16
yang tercakup dalam mata pelajaran sesuai dengan disiplin ilmunya serta
B. Saran
membantu para guru dalam proses pengajaran. Materi ini patut dipahami bagi
masing.
17
DAFTAR PUSTAKA
http://AgusWuryanto.wordpress.com/2010/09/02/pembuatan-diktat/. Diakses
pada tanggal 11 September 2018 pukul 13.20.
Files.smadanomenclature.webnode.com/200000154a1dcfa2d4c/diktat.doc.
Diakses pada tanggal 11 September 2018 pukul 13.20.
18