Anda di halaman 1dari 17

MATA KULIAH DESAIN SISTEM PEMBELAJARAN

TAHAP PENGGUNAAN BAHAN AJAR SERTA MERANCANG DAN


MELAKSANAKAN EVALUASI FORMATIF
Dosen Pengampu : Novi Trilisiana, S.Pd, M.Pd

Disusun Oleh Kelompok 4 :


Ni’matul Fadilah 20105241050
Beatrix Simbolon 20105241051
Alivia Aqilla Fadia Aurora 20105241055
Rahmadhani Utami 20105244005
Windhy Kusuma Wardani 20105244012
Dhimas Rafi Setyo Purwanto 20105244029
Apriliana Kusuma 20105244030

KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2021
KATA PENGANTAR
Assalammualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Segala Puji dan syukur kita panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hi
dayah-Nya yang telah di berikan kepada kita semua, terlebih lagi bagi kelompok kami, sehing
ga dapat menyelesaikan tugas makalah Desain Sistem Pembelajaran yang berjudul “Tahap
Penggunaan Bahan Ajar serta Merancang dan Melaksanakan Evaluasi Formatif” yang bertuju
an untuk memenuhi tugas mata kuliah Desain Sistem Pembelajaran dengan baik dan tepat
waktu. Kami berharap makalah ini dapat menambah ilmu serta memperkaya wawasan.

Kami dengan sadar memahami bahwa makalah ini tidak akan terselesaikan apabila tid
ak ada bimbingan dan arahan dari berbagai pihak, sehingga kami ingin mengucapkan terima
kasih kepada Ibu Novi Trilisiana, S.Pd, M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah Desain
Sistem Pembelajaran, teman-teman Prodi Teknologi Pendidikan, dan semua pihak yang turut
membantu demi terselesaikannya makalah ini.

Makalah ini memanglah belum tersusun secara sempurna karena pengetahuan yang ka
mi miliki dan masih banyak kesalaham. Maka dari itu, kelompok kami sangat mengharapkan
kritik dan saran dari berbagai pihak untuk memaksimalkan makalah ini. Demikian yang dapat
kami sampaikan. Terima kasih.

Wassalammualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Yogyakarta, 16 November 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2 Perumusan Masalah.....................................................................................................1
1.3 Tujuan Perumusan Masalah........................................................................................2
BAB II ISI.................................................................................................................................3
2.1 Konsep dan Kajian Bahan Ajar...................................................................................3
2.2 Tahapan Pengembangan Bahan Ajar...........................................................................5
2.3 Konsep dan Kajian Evaluasi Formatif.........................................................................8
2.4 Cara Merancang Evaluasi Formatif...........................................................................10
2.5 Pelaksanaan Evaluasi Formatif..................................................................................11
BAB III PENUTUP................................................................................................................13
3.1 Kesimpulan................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................14

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bahan ajar memiliki fungsi strategis bagi proses belajar mengajar. Ia dapat memba
ntu guru dan mahasiswa dalam kegiatan pembelajaran, sehinggan guru tidak terlalu banya
k menyajikan materi. Disamping itu, bahan ajar dapat menggantikan sebagian peran guru
dan  mendukung pembelajaran individual. Hal ini akan memberi dampak positif bagi guru
karena sebagian waktunya dapat dicurahkan untk membimbing belajar siswa. Dampak po
sitifnya bagi siswa, dapat mengurangi ketergantungan pada guru dan membiasakan belaja
r mandiri. Hal ini juga mendukung prinsip belajar sepanjang hayat (life long education).
Bahan ajar adalah berbeda dengan buku teks. Bahan ajar yang baik dirancang sesuai deng
an prinsip-prinsip instruksional. Guru dapat menulis sendiri bahan ajar yang ingin diguna
kan dalam kegiatan belajar mengajar (KBM). Namun, guru juga dapat memanfaatkan buk
u teks atau bahan dan informasi lainnya yang sudah ada di pasaran untuk dikemas kembal
i atau ditata sedemikian rupa sehingga dapat menjadi bahan ajar. Bahan ajar biasanya dile
ngkapi dengan pedoman untuk siswa dan guru. Pedoman berguna untuk mempermudah si
swa dan guru mempergunakan bahan ajar.
Konsep kedua yang mendasari bab ini adalah evaluasi formatif, yaitu Proses peran
cang digunakan untuk mendapatkan data untuk merevisi instruksi mereka agar yang dibua
t  lebih efisien dan efektif. Penekanannya adalah pada pengumpulan dan analisis data dan
revisi instruksi. Bila versi terakhir dari instruksi tersebut adalah diproduksi, evaluator lain
mungkin mengumpulkan data untuk menentukan keefektifannya. Ini Jenis evaluasi terakh
ir sering disebut sebagai evaluasi sumatif: sumatif dalam instruksi itu sekarang dalam ben
tuk akhirnya, dan tepat untuk membandingkannya dengan bentuk instruksi serupa lainnya.
Ada tiga tahap dasar evaluasi formatif. Pertama, dalam evaluasi satu-ke-satu atau eval
uasi klinis, perancang bekerja dengan pembelajar individual untuk mendapatkan data yan
g akan direvisi bahannya. Tahap kedua evaluasi formatif adalah evaluasi kelompok kecil.
Sekelompok delapan sampai dua puluh peserta didik mewakili populasi sasaran mempelaj
ari bahan mereka sendiri dan diuji untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan. Tahap ket
iga Evaluasi formatif biasanya merupakan percobaan lapangan. Jumlah peserta didik tida
k konsekuensi tertentu; Sering tiga puluh sudah cukup. Penekanan dalam uji coba lapanga
n adalah pada prosedur pengujian yang diperlukan untuk menginstal instruksi dalam situa
si yang dekat dengan "dunia nyata" mungkin. Tiga tahap evaluasi formatif biasanya didah
ului dengan review instruksi oleh spesialis yang tertarik yang tidak secara langsung terlib
at dalam proyek pengembangan instruksional, namun memiliki keahlian yang relevan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa konsep serta kajian bahan ajar?
2. Bagaimana tahapan pengembangan bahan ajar?
3. Bagaimana dampak perkembangan kognitif moral?
4. Apa konsep serta kajian evaluasi formatif?

1
5. Bagaimana merancang evaluasi formatif?
6. Bagaimana melaksanakan eval formatif?
1.3 Tujuan Rumusan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah yang dipaparkan, maka tujuan penulisan makalah i
ni antara lain:
1. Menjelaskan mengenai konsep bahan ajar
2. Menjelaskan tahapan pengembangan bahan ajar
3. Menjelaskan mengenai konsep evaluasi formatif
4. Menjelaskan cara merancang evaluasi formatif
5. Menjelaskan pelaksanaan evaluasi formatif

2
BAB II
Pembahasan
2.1 Bahan Ajar
A. Pengertian Bahan Ajar
Bahan ajar merupakan bahan berupa informasi, teks, atau alat yang disusun de
ngan sistematis guna mendukung berjalannya suatu pembelajaran. Menurut Natio
nal Centre for Competency Based Training dalam Prastowo, 2015 dijelaskan bah
wa bahan ajar adalah bahan yang digunakan untuk pendidik atau instruktur dalam
melaksanakan proses pembelajaran. Bahan ajar yang dimaksud berupa bahan tertu
lis maupun bahan non-tertulis. Bahan ajar memiliki dua sifat yaitu unik dan spesifi
k. Bahan ajar dikatakan unik yaitu bahan ajar tersebut disampaikan atau digunakan
hanya kepada sasaran tertentu, contohnya bahan ajar untuk peserta didik kelas 2 S
D. Bahan ajar dikatakan spesifik karena bahan ajar dirancang dan disusun untuk m
encapai tujuan tertentu dari sasaran yang telah ditentukan juga. Sistematika penya
mpaiannya dalam pembelajaran juga disesuaikan menurut mata pelajaran dan kara
kteristik sasaran.
B. Tujuan Bahan Ajar
Menurut Depdiknas, 2008 bahan ajar memiliki tujuan bagi pembelajaran,
diantaranya
1. Bahan ajar yang digunakan telah disesuaikan dengan kurikulum yang juga
mempertimbangkan kebutuhan siswa
2. Bahan ajar membantu guru dalam melaksanakan pembelajaran
3. Bahan ajar menjadi alternatif siswa dalam belajar karena tidak semua
informasi dapat ditemui hanya dalam bahan ajar cetak
C. Komponen Bahan Ajar
Dalam penyusunan bahan ajar yang dirangkai dengan sistematis harus sesuai
dengan unsur atau komponen agar bahan ajar mampu menjadi bahan belajar siswa.
Menurut Prastowo 2015 yang menjelaskan beberapa unsur di bawah ini.
1. Petunjuk Belajar
Di dalam bahan ajar terdapat petunjuk belajar yang akan membantu guru atau
peserta didik bagaimana mempelajari materi di dalam bahan ajar tersebut. Run
tutan mempelajari materi akan membuat siswa mudah paham karena materi ya
ng dipelajari berurutan.
2. Kompetensi yang ingin dicapai
Sebelum ke materi belajar, di bagian pendahuluan bahan ajar terdapat
kompetensi inti, kompetensi dasar, dan indikator yang harus dikuasai oleh
siswa. Sehingga tujuan belajar akan jelas.
3. Isi materi pembelajaran

3
Penyusunan materi pembelajaran haruslah dapat dipertanggungjawabkan dan
memiliki sumber yang valid atau jelas. Materi yang disusun harus sesuai
dengan kompetensi dan indikator yang telah disusun sebelumnya.
4. Informasi pendukung
Informasi ini sebagai tambahan dalam materi pembelajaran yang memudahkan
siswa dalam memahami materi yang dipelajari.
5. Latihan
Untuk penguatan materi yang dipelajari oleh siswa, terdapat latihan-latihan
untuk melatih kemampuan siswa setelah mempelajari materi. Sehingga,
kemampuan siswa akan semakin terasah.
6. Petunjuk kerja atau Lembar Kerja
Dalam bahan ajar, terdapat beberapa halaman yang menunjukkan tentang
aktivitas yang dilakukan. Sehingga sebelum aktivitas pembelajaran terdapat
langkah-langkah prosedural yang akan membantu siswa dalam melakukan
aktivitas yang dimaksud.
7. Evaluasi
Evaluasi merupakan komponen yang berisi tentang beberapa pertanyaan yang
akan dijawab siswa sesuai dengan materi yang dipelajari. Hal ini akan
mengetahui sejauh mana siswa dalam belajar memahami materi yang
disampaikan.
D. Jenis-Jenis Bahan Ajar
Bahan ajar memiliki banyak jenis sesuai dengan pendapat para ahli. Jika
disimpulkan, terdapat 2 jenis umum yang sering kita ketahui yaitu bahan ajar
cetak dan bahan ajar dan bahan ajar noncetak. Penjelasan tentang bahan ajar cetak
dan bahan ajar noncetak akan terangkum sebagai berikut.
a. Bahan Ajar Cetak
Kemp dan Dayton, 1985 menjelaskan definisi bahan ajar cetak yaitu bahan
ajar yang disiapkan dalam kertas yang berfungsi untuk memenuhi keperluan
pembelajaran. Bahan ajar cetak contohnya yaitu modul, handout, buku,
majalah, koran, dsb. Sampai saat ini bahan ajar cetak masih tinggi digunakan
dalam pembelajaran karena bahan ajar cetak masih diproduksi dengan skala
besar, dijadikan pegangan oleh guru dan siswa dalam pembelajaran, masih
mudah diperoleh, dan masih menjadi bahan ajar utama dalam pembelajaran.
Bahan ajar cetak diproduksi biasanya menggunakan mesin cetak, mesin
fotokopi, atau mesin duplikator. Berikut ini terdapat tiga ciri karakteristik dari
contoh bahan ajar cetak.
1. Modul :Modul berisi tentang macam-macam bahan tertulis yang
digunakan untuk belajar mandiri.
2. Handout :Handout berisi bahan tertulis yang biasanya hanya mengandung
satu bahasan mata pelajaran.
3. Lembar Kerja Siswa : LKS ini biasanya digunakan siswa untuk penugasan
atau di berbagai situasi belajar. Contoh LKS seperti lembar kerja, lembar
praktikum, lembar kasus, daftar bacaan, lembar proyek, dll.
b. Bahan Ajar Noncetak

4
Jika sebelumnya kita mengetahui bahan ajar cetak, bahan ajar noncetak juga
mulai banyak dikembangkan di bidang pembelajaran. Seiring meningkatnya
kecanggihan teknologi, bahan ajar noncetak turut mengimbangi teknologi yang
berkembang. Berikut ini beberapa jenis dari bahan ajar noncetak.
1. Bahan Ajar Display
Bahan ajar ini memiliki karakteristik yang berbeda dari bahan ajar cetak
dan noncetak pada umumnya. Bahan ajar display mengandung seluruh
materi atau gambar yang mana dalam penyampaiannya tidak
menggunakan alat proyeksi. Dapat kita jumpai ketika guru sedang
menjelaskan materi menggunakan poster yang dicetak kemudian
dijabarkan isi-isinya untuk pemahaman siswa. Dalam konteks ini, poster
adalah salah satu contoh dari bahan ajar display. Contoh lain yaitu
flipchart, adhesive, cart, foto, dan realia.
2. Overhead Tranparencies (OHT)
Bahan ajar noncetak yang tidak memasukkan unsur unsur gerakan dan
bahan ajar ini menggunakan imej tekstual dan grafik dalam lembar
transparan. OHT biasanya dipresentasikan oleh kelompok atau bisa
menggunakan Overhead Projector (OHP).
3. Audio
Bahan ajar ini adalah program audio yaitu berupa suara. Atau memiliki
definisi seluruh sistem yang menggunakan sinyal radio yang dapat
dimainkan atau didengarkan banyak orang. Audio dapat digunakan dalam
pembelajaran khususnya dalam pembelajaran bahasa. Contoh dari
program audio adalah radio, podcast, kaset audio, tape recorde, dsb.
4. Video
Bahan ajar ini memberikan gambar gerak pada siswa sehingga siswa
mampu menemukan dimensi baru terhadap pembelajaran. Program video
adalah segala sesuatu yang memungkinkan sinyal audio dikombinasikan
dengan gambar bergerak secara sekuensial. Selain itu, video dapat
dikombinasikan dengan animasi dan kecepatan yang diatur untuk
mendemonstrasikan suatu hal yang berkaitan dengan materi pembelajaran
yang nantinya akan menjadi bahan diskusi siswa di kelas. Contoh dari
program video adalah siaran televisi, kaset video, video animasi, dsb.
c. Bahan Ajar Berbasis Komputer
Bahan ajar ini membutuhkan komputer untuk menayangkan materi
yang akan dipelajari oleh siswa. Komputer yang digunakan siswa
memungkinkan terjadinya komunikasi antar pengguna melalui e-mail atau
computer conferencing. Materi siswa yang berbentuk informasi, audio,
gambar, maupun video akan ditayangkan melalui bentuk CD-ROM yang
dihubungkan ke Personal Computer (PC).
2.2 Tahapan Pengembangan Bahan Ajar
1. Analisis
Pada tahap analisis ini, yang perlu dilakukan adalah mengidentifikasi perilaku
awal siswa. Karena hal ini berkaitan dengan tingkat penguasaan serta kemampuan

5
mereka dalam bidang ilmu maupun mata pelajaran yang akan diberikan. Informasi
mengenai perilaku dan karakteristik awal peserta didik ini, sangat bermanfaat bagi
pengajar pada saat pengajar mentukan jenis bahan ajar yang akan dikembangkan.
Selain itu, informasi ini penting karena akan mengarahkan pengajar pada saat
pemilihan strategi penyampaian materi bahan ajar. Misalnya, apabila peserta didik
sebagian besar adalah anak petani, yang tinggal di pedesaan maupun pegunungan
maka contoh-contoh yang diberikan dalam bahan ajar yaitu harus yang berkaitan
dengan kondisi dan situasi pada kehidupan mereka. Jadi apa bila contohnya tidak
kontelektual, akan sulit bagi peserta didik untuk mencerna pemaparan materi
bahan ajar pendidik. Pengenalan yang baik terhadap perilaku dan karakteristik
awal peserta didik sangat diperlukan untuk menentukan kebutuhan peserta didik,
kemudian dapat merancang bahan ajar yang bermanfaat bagi peserta didik
tersebut.
2. Perancangan
Setelah informasi tentang perilaku dan karakteristik awal peserta didik
diketahui dengan baik maka pendidik harus siap maju ke langkah berikutnya
dalam mengembangkan bahan ajar, yaitu ke tahap perancangan. Pada tahap
perancangan ini, pendidik diminta untuk melakukan perumusan tujuan
pembelajaran, pengembangan peta konsep mata pelajaran, serta pengembangan
garis besar program pembelajaran.
 Perumusan tujuan pembelajaran
Berdasarkan analisis yang sudah dilakukan, biasanya akan diperoleh peta atau
diagram tentang kompetensinya yang akan dicapai siswa, baik kompetensi
umum maupun kompetensi khusus. Kompetensi umum dan kompetensi
khusus jika dirumuskan kembali dengan kaidah-kaidah yang berlaku, akan
menjadi tujuan pembelajaran umum dan tujuan pembelajaran khusus. Adapun
kaidah yang berlaku antara lain dengan tujuan pembelajaran yaitu ada
audience, behavior, condition, degree.
Audience : Siapa yang akan memanfaatkan bahan ajar tersebut ?
Misalnya, Peserta didik kelas 2 SD
Behavior : Perilaku hasil belajar seperti apa yang dituntut untuk kompetensi,
serta harus dapat diamati dan dapat diukur.
Misalnya, dapat mengetahui asal dari rumah adat yang disebutkan oleh
pendidik.
Condition : Kondisi, yaitu sarana dan prasarana yang bagaimana diperlukan
untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik.
Misalnya, yaitu apabila kompetensi yang dituntut peserta didik dapat
menyebutkan asal dari rumah adat yang sudah disebutkan pendidik.
Degree : Derajat pencapaian kompetensi bagaimana yang menunjukan
keberhasilan peserta didik.
Misalnya, peserta didik menjawab dengan benar.

6
Jadi rumusan tujuan pembelajaran tersebut akan berbunyi sebagai berik
ut. ”Apabila peserta didik di suruh untuk menjawab asal dari rumah adat terse
but, peserta didik kelas 2 SD dapat menjawab dengan benar dan tepat”.
Tujuan pembelajaran tersebut ditulis untuk menunjukan apa yang harus
dilakukan seorang pelajar agar bisa berhasil dalam belajar maupun kompetensi
yang bagaimana dicapai oleh peserta didik setelah melalui proses belajarnya.
Dengan demikian pendidik diharapkan menuliskan tujuan pembelajaran meng
gunakan kata kerja yang operasional serta harus menghindari kata kerja yang t
idak jelas, contohnya seperti memahami, menguasai, mengenal, mengerti, men
yadari, dan mengetahui. Tujuan pembelajaran yang baik tentunya akan meman
du pendidik dalam memilih topik pembelajaran, menyusun strategi pembelajar
an, memilih media dan metode pembelajaran, serta menfembangkan alat evalu
asi hasil belajar.

 Pengembangan peta konsep mata pelajaran


Jika tujuan pembelajaran sudah ditetapkan maka pendidik harus sudah
mempunyai gambaran kompetensi yang harus dicapai oleh peserta didiknya
melalui proses belajar. Dengan demikian, pendidik dapat segera menetapkan
topik mata pelajaran untuk disajikan dalam bahan ajar sehingga peserta didik
dapat belajar dan mencapai kompetensi yang sudaj ditetapkan. Acuan utama
dalam memilih topik mata pelajaran adalah kurikulum dan analisis
instruksional yang telah anda miliki. Dan selanjutnya, pendidik juga dapat
menggunakan berbagai buku dan sumber belajar serta dapat melakukan
penelusuran pustaka, yaitu dengan mengkaji buku-buku tentang mata
pelajaran pendidik, termasuk ensiklopedia atau majalah ilmiah yang ada
diperpustakaan ataupun toko buku. Dengan begitu pendidik dapat memperoleh
topik mata pelajaran serta elaborasinya.
 Pemilihan Media dan Sumber Belajar
Pada tahap ini pendidik sudah memiliki analisis intruksional, tujuan
pembelajaran, dan topik mata pelajaran beserta elaborasinya. Dengan bekal
yang sudah dimiliki pendidik tersebut, selanjutnya pendidik memilih media
dan sumbe belajar untuk bahan ajarnya. Hal tersebut merupakan alat dan cara
untuk memfasilitasi, mempermudah proses belajar peserta didik, serta proses
belajar menjadi lebih menarik dan menyenangkan.

3. Pengembangan
Pada tahap pengembangan ini pendidik sudah siap dengan rancangannya, dan
komponen-komponen lain yang diperlukan untuk mengembangakan bahan ajar
pendidik. Nah jika pendidik sudah merasa telah menggunakan waktu yang relatif
cukup untuk perancangan dan persiapan maka pendidik tak perlu lagi untuk
merasa khawatir. Karena biasanya tahap persiapan memerlukan waktu yang tidak
kurang dari 50% untuk pengembangan bahan ajar secara utuh, bahkan mungkin
bisa lebih dari itu. Namun, persiapan dan perancangan yang matang sangat
diperlukan untuk mengembangkan bahan ajar dengan baik.
7
4. Evaluasi dan Revisi
Evaluasi merupakan proses untuk memperoleh beragam reaksi dari berbagai
pihak terhadap bahan ajar yang pendidik kembangkan. Reaksi ini hendaknya
dapat dipandang sebagai bahan masukan untuk memperbaiki bahan ajar pendidik,
dan menjadikan bahan ajar pendidik lebih berkualitas. Evaluasi itu sangat penting
karena untuk melihat keefektivisatasan bahan ajar yang dikembangkan oleh
pendidik. Apakah bahan ajar yang dikembangkan tersebut memang dapat
digunakan untuk belajar dapat mengerti, dapat dibaca dengan baik, dan dapat
membelajarkan peserta didik?. Disamping itu, evaluasi juga diperlukan untuk
memperbaiki bahan ajar pendidik sehingga menjadi bahan ajar yang baik.
2.3 Evaluasi Formatif
1. Pengertian Evaluasi Formatif
Wiersma menyatakan “Formative testing is done to monitor student progress
over period of time”. Evaluasi formatif merupakan kegiatan evaluasi yang dilakukan
pada setiap akhir pembahasan suatu pokok bahasan atau topik yang dimaksudkan
untuk mengetahui sejauh mana suatu proses pembelajaran telah berjalan sesuai
dengan yang direncanakan. Menurut pemaparan Winkel, evaluasi formatif merupakan
penggunaan tes – tes selama proses pembelajaran yang masih berlangsung dengan
tujuan agar siswa dan guru dapat memperoleh informasi mengenai kemajuan yang
telah dicapai. Evaluasi ini dimaksudkan untuk mengontrol sampai seberapa jauh siswa
telah menguasai materi yang diajarkan pada pokok bahasan tersebut. Keberhasilan
atau kemajuan siswa dalam evaluasi ini adalah penguasaan kemampuan yang telah
dirumuskan dalam rumusan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Menurut Arikunto dan Jabar (2004), evaluasi formatif adalah kegiatan menilai
yang bertujuan untuk mencari umpan balik (feedback) lalu hasil penilaian tersebut
digunakan untuk memperbaiki proses belajar mengajar yang sedang atau yang sudah
dilaksanakan. Evaluasi formatif dilakukan untuk memantau sejauh mana kemajuan
belajar siswa selama proses belajar mengajar berlangsung serta untuk mengetahui
pula kelemahan – kelemahan yang memerlukan perbaikan sehingga hasil dari
kegiatan belajar mengajar menjadi lebih baik. Maka, dari hasil evaluasi formatif ini
akan diperoleh suatu gambaran siapa saja yang telah berhasil dan yang dianggap
belum berhasil dalam proses pembelajaran dan selanjutnya akan diambil tindakan –
tindakan yang tepat untuk siswa yang berupa remidial dan pengayaan.
2. Tujuan dan Fungsi Evaluasi Formatif
a. Tujuan Evaluasi Formatif
Tujuan dari evaluasi formatif adalah untuk memperoleh informasi yang
diperlukan oleh evaluator tentang siswa untuk menentukan tingkat perkembangan
siswa dalam proses belajar mengajar. Tujuan utamanya adalah untuk
memperbaiki proses belajar, bukan untuk menentukan tingkat kemampuan anak.
Evaluasi formatif juga bertujuan untuk mengetahui sejauh mana program yang
dirancang dapat berlangsung sekaligus untuk mengidentifikasikan hambatannya.
Dengan diketahuinya hambatan dan hal – hal yang membuat program tidak
berjalan lancar maka dapat dilakukan pengambilan keputusan secara dini yaitu
dengan mengadakan perbaikan yang mendukung kelancaran pencapaian tujuan

8
program. Selain itu juga untuk memastikan tujuan yang diharapkan dapat tercapai
dan untuk melakukan perbaikan dari suatu produk atau program.
b. Fungsi Evaluasi Formatif
Fungsi utama dari evaluasi formatif yaitu untuk mengetahui keberhasilan dan
kegagalan dari proses pembelajaran sehingga dapat digunakan untuk memperbaiki
dan menyempurnakannya. Fungsi evaluasi formatif ini juga untuk mengetahui
masalah dan hambatan kegiatan belajar mengajar termasuk proses belajar, strategi
pembelajaran maupun metode pembelajaran yang digunakan oleh guru, apa
kelemahan dan kelebihannya. Pelaksanaan evaluasi ini dapat dilakukan secara
kontinu atau periodik tertentu dalam satu proses belajar mengajar. Yang dimaksud
periodik disini yaitu termasuk pada awal, tengah atau akhir dari proses
pembelajaran. Fokusnya adalah pada pencapaian hasil belajar mengajar pada
setiap unit atau blok material yang telah direncanakan untuk evaluasi. Selanjutnya
informasi yang diperoleh dari evaluasi ini secepatnya dianalisis untuk
memberikan gambaran pada guru atau administrator mengenai perlu atau tidaknya
dilakukan program perbaikan pada siswa yang memerlukan.

c. Manfaat Evaluasi Formatif


Evaluasi formatif memiliki beberapa manfaat baik bagi siswa, guru maupun
manfaat untuk program itu sendiri. Dikutip dari buku dasar – dasar evaluasi
pendidikan manfaat tersebut antara lain :
1. Manfaat bagi Siswa
a) Digunakan untuk mengetahui apakah siswa sudah mengevaluasi bahan
program secara menyeluruh.
b) Untuk penguatan bagi siswa. Tujuannya untuk mengetahui bahwa yang
dikerjakan sudah sesuai dengan yang diharapkan serta merupakan suatu
tanda bahwa apa yang sudah dimiliki merupakan pengetahuan yang sudah
benar.
c) Usaha perbaikan dengan umpan yang diperoleh setelah melakukan setelah
melakukan tes. Sehingga siswa mengetahui kelemahan – kelemahannya
bahkan juga mengetahui bab atau bagian dari bahan ajar mana yang belum
dikuasainya.
d) Sebagai diagnosa. Bahan pelajaran yang sedang dipelajari siswa
merupakan hasil tes formatif sehingga siswa dengan jelas dapat
mengetahui bagaimana bahan pelajaran yang masih dirasakan sulit.
2. Manfaat bagi Guru
Dengan mengetahui hasil tes formatif yang diadakan maka guru:
a) Mengetahui sampai sejauh mana bahan ajar yang diajarkan dapat diterima
oleh siswa. Hal ini akan menentukan apakah guru tersebut harus
mengganti cara mengajarnya (strategi mengajar) atau tetap menggunakan
strategi yang sama.
b) Mengetahui bagian – bagian mana dari bahan ajar yang belum dipahami
oleh siswa. Apabila ada bagian yang belum dikuasai maka bagian tersebut
harus dijelaskan lagi dengan menggunakan cara atau media lain untuk

9
memperjelas jika tidak diperjelas ulang maka akan menghambat
kelancaran pembelajaran dan siswa semakin tidak dapat menguasainya.
c) Dapat meramalkan sukses dan tidaknya seluruh program yang akan
diberikan.
3. Manfaat bagi Program
Setelah dilakukan evaluasi maka akan diperoleh hasil, berdasarkan hasil
tersebut dapat diketahui:
a) Apabila program yang diberikan merupakan program yang tepat dalam
artian sesuai dengan kecakapan siswa.
b) Apakah program tersebut membutuhkan pengetahuan – pengetahuan
prasyarat yang belum diperhitungkan.
c) Apakah diperlukan alat, sarana dan prasarana untuk mempertinggi hasil
yang akan dicapai.
d) Apakah metode pendekatan dan alat evaluasi yang digunakan sudah tepat.

4. Prinsip – Prinsip Evaluasi Formatif


Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam merancang dan melaksanakan
evaluasi formatif adalah sebagai berikut:
1. Komprehensif
2. Progresif dan terintegrasi dengan baik ke dalam aktivitas di dalam kelas
3. Sesuai dengan tujuan, outcome kompetensi yang mereka inginkan untuk
dinilai
4. Jelas, bermanfaat dan tidak ambigu
5. Objektif
6. Konsistensi atas tujuan yang ingin dicapai
7. Waktu yang cukup

5. Contoh Evaluasi Formatif


1. Ulangan harian, tes formatif ini dapat dilaksanakan di akhir setiap
pembelajaran yaitu dilaksanakan pada setiap kali satuan pelajaran atau
subpokok bahasan berakhir.
2. Pada satuan pelajaran PAI untuk SMP kelas IX berdasarkan tujuan-tujuan
pembelajaran yang ada disusun soal-soal tes sebagai alat evaluasi. Setelah
tes dilakukan, kita periksa dan kita hitung berapa persen peserta didik yang
gagal pada setiap soal.
2.4 Cara Merancang Evaluasi Formatif
Tujuan dari evaluasi formatif adalah untuk mengumpulkan sebuah data yang terkait
dengan kekuatan dan kelemahan sebuah pembelajaran. Hasil dari evaluasi formatif ini
dapat digunakan sebagai masukan atau input untuk memperbaiki draf paket pembelajaran.
Terdapat tiga jenis evaluasi formatif yang dapat diaplikasikan untuk mengembangkan
program atau produk pembelajaran.
1. Evaluasi Perorangan
 Tujuan dari evaluasi perorangan adalah untuk mengidentifikasi dan
menghilangkan kesalahan yang nyata dalam bahan pengajaran dan

10
menghilangkan reaksi awal pada daya pengajaran. Perbedaannya dengan yang
lain, evaluasi perorangan secara total bergantung pada kemampuan penyusun
untuk mengadakan hubungan dengan pengajaran dan berinteraksi secara efektif.
 Kelemahan (kritikan Hallmark) :
a) Kekuatan dari prosese ini berkurang, karena penyusun kurang membaca bahan-
bahan yang dapat mendukung diskusi dari bahan yang dipresentasikan.
b) Dialog hanya terfokus pada bahan yang ada dalam kelas.
c) Diharuskan penyusun mempunyai strategi bagaimana berinteraksi dengan siswa.
d) Setelah siswa menyelesaikan bahan pengajaran, pengajar harus mengevaluasi
kembali inti pegajaran dan daftar pertanyaan dengan cara yang sama.
 Kelebihannya adalah hanya dengan menggunakan penilaian kasar akan dapat
menjadi hasil dari penilaian evaluasi perorangan.
2. Evaluasi Kelompok Kecil
 Tujuan utama :
a) Menentukan keefektifan dari perubahan yang dibuat
b) Pengejaran dapat menggunakan bahan pengajaran tanpa harus berinteraksi dengan
pengajaran.
 Kelemahan :
a) Masalah yang timbul jika populasi yang diambil merupakan sekumpulan orang
dengan latar belakang dan kemampuan yang berbeda.
b) Jika perangkat gagal dan tidak dapat diteruskan maka pengajar harus turun tangan
menanganinya.
 Kelebihannya adalah kegiatan ini merupakan mengidentifikasi tanggapan mereka,
kelemahan, dan kekuatan dalam pelaksanaan strategi pengajaran.
3. Uji Lapangan
Tujuan dari uji lapangan adalah untuk menentukan jika perubahan yang dibuat
setelah teingkatan kelompok kecil telah efektif dan jika bahan pengajaran yang
digunakan adalah sesuai dengan yang diharapkan. Dalam mengambil tempat untuk
uji lapangan kemungkinan besar akan berhadapan dengan satu dari dua situasi :
a) Materi yang diujicobakan di dalam kelas mewakili kelompok besar, jika
menggunakan materi pengajaran sendiri mungkin dapat menjadi pengalaman
yang baru.
b) Jika materi pengajarn yang diberikan berbeda , maka akan cukup sulit untuk
menentukan sebuah kelompok yang cukup besar yang siap untuk bahan
pengajaran karena materi akan menyebar di materi yang mereka pelajari.
2.5 Pelaksanaan Evaluasi Formatif
Langkah-Langkah Pelaksanaan Evaluasi Formatif
Menurut Bell dan Cowie (2002), evaluasi formatif dapat dilakukan melalui
langkah-langkah berikut ini:

1. Pengumpulan Informasi (Elisitasi)


Tahap pertama dari evaluasi formatif adalah pengumpulan informasi
(elisitasi). Pada tahap ini, pendidikakan melakukan kegiatan pengumpulan bukti-

11
bukti mengenai penguasaan materi/kompetensi. Pengumpulan bukti-bukti ini dapat
dilakukan dengan berbagai macam teknik. Teknik yang digunakan pendidik
haruslah sesuai dengan ranah kompetensi yang hendak diketahui kemajuan
penguasaannya. Teknik yang dugunakan haruslah teknik yang dapat memperoleh
data mengenai kemajuan pengetahuan dan kompetensi peserta didik, seperti dalam
ranah pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Selain itu, teknik yang diterapkan
hendaknya bervariasi dari waktu ke waktu dan mengandung unsur menyenangkan
atau menghibur.
2. Pengolahan dan Interpretasi Informasi
Tahap selanjutnya dalam pelaksanaan evaluasi formatif adalah interpretasi
informasi. Pada tahap ini, pendidik akan mengolah data penilaian yang telah
diperoleh dari tahap satu yaitu tahap pengumpulan informasi. Penilaian formatif
dapat dilakukan secara informal tetapi akan lebih akurat apabila dilakukan dengan
teknis analisis formal. Untuk mengelola dan menginterpretasi informasi dengan
baik, pendidik perlu memahami capaian kompetensi yang diharapkan dari setiap
penilaian yang dilakukan. Pendidik perlu menetapkan pedoman penskoran yang
berisi gambaran mengenai aspek apa saja yang diharapkan dapat diperoleh dari
penilaian yang dilakukan. Pada pedoman penskoran ini, pendidik sudah harus
memahami secara langsung sehingga memudahkan pendidik pada saat penilaian
berlangsung di kelas.
3. Pengambilan Tindakan
Langkah terakhir pada proses pelaksanaan penilaian formatif adalah
pengambilan tindakan. Pengambilan tindakan ini berdasar pada hasil interpretasi
dan pengelolaan informasi. Pada tahap ini pendidik memberikan umpan balik
(feedback) yang meliputi pemberitahuan mengenai tingkat penguasaan peserta
didik, materi mana yang sudah dikuasai, mana yang belum, dan bagaimana tindak
lanjut pembelajarannya. Bagian terpenting dari tahap ini adalah melakukan
kegiatan pembelajaran kepada peserta didik yang penguasaannya belum memenuhi
kriteria atau belum optimal. Pembelajaran dapat dilakukan pada tingkat kelas,
kelompok, atau individu.

12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bahan ajar merupakan bahan berupa informasi, teks, atau alat yang disusun de
ngan sistematis guna mendukung berjalannya suatu pembelajaran. Bahan ajar dikatak
an spesifik karena bahan ajar dirancang dan disusun untuk mencapai tujuan tertentu d
ari sasaran yang telah ditentukan juga. Sistematika penyampaiannya dalam pembelaja
ran juga disesuaikan menurut mata pelajaran dan karakteristik sasaran. Bahan ajar
memiliki 3 jenis, diantaranya bahan ajar cetak, non cetak, dan bahan berbasis
computer. Pengembangan bahan ajar memiliki beberapa tahap, yaitu analisis,
perencanaan, pengembangan, evaluasi dan revisi.
Evaluasi formatif adalah kegiatan evaluasi yang dilakukan pada setiap akhir
pembahasan suatu pokok bahasan atau topik yang dimaksudkan untuk mengetahui
sejauh mana suatu proses pembelajaran telah berjalan sesuai dengan yang
direncanakan. . Evaluasi ini dimaksudkan untuk mengontrol sampai seberapa jauh
siswa telah menguasai materi yang diajarkan pada pokok bahasan tersebut serta untuk
mengidentifikasikan hambatannya. Terdapat tiga jenis evaluasi formatif yang dapat
diaplikasikan untuk mengembangkan program atau produk pembelajaran, yaitu
evaluasi perorangan, evaluasi kelompok kecil, dan uji lapangan. Dalam melakukan
evaluasi formatif terdapat beberapa langkah pengumpulan informasi, pengolahan dan
interpretasi informasi, dan pengmbilan tindakan. Contoh penerapan evaluasi formatif
adalah Pada satuan pelajaran PAI untuk SMP kelas IX berdasarkan tujuan-tujuan
pembelajaran yang ada disusun soal-soal tes sebagai alat evaluasi. Setelah tes
dilakukan, kita periksa dan kita hitung berapa persen peserta didik yang gagal pada
setiap soal.

13
DAFTAR PUSTAKA
Mardiah & Syarifuddin. (2020). Model – Model Evaluasi Pendidikan. Mitra Ash-Shibyan: Ju
rnal Pendidikan & Konseling, 2(1), 38-50. Diakses dari: https://media.neliti.com/media/publi
cations/323329-model-model-evaluasi-pendidikan-4d936b0a.pdf
Sa’adah, E. (2015). PENERAPAN EVALUASI FORMATIF SEBAGAI UPAYA MENING
KATKAN KINERJA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMA AL-ISLAM KRIA
N YAPALIS. UIN Sunan Ampel Surabaya Digital Library. Diakses dari: http://digilib.uinsby
ac.id/2416/5/Bab%202.pdf
Srifiliani, D. (2015). Perbedaan Evaluasi Formatif dan Evaluasi Sumatif. Diakses dari: http://
dwisrifiliani123.blogspot.com/2015/03/perbedaan-evaluasi-formatif-dan.html?m=1
Taryono. (2012). Penilaian Formatif. Diakses dari: http://taryono-ono.blogspot.com/2012/01/
penilaian-formatif.html
Triana, D. D. (2016). Strategi Evaluasi Formatif sebagai Peningkatan Keterampilan Menari.
Panggung, 26(1), 1-13. Diakses dari: https://www.researchgate.net/publication/320376212_S
trategi_Evaluasi_Formatif_sebagai_Peningkatan_Keterampilan_Menari
Sadjati, I. M. (2012). Pengembangan bahan ajar.

Hernawan, A. H., Permasih, H., & Dewi, L. (2012). Pengembangan Bahan Ajar. Direktorat
UPI, Bandung, 4(11).

14

Anda mungkin juga menyukai