Anda di halaman 1dari 23

PERKEMBANGAN SENI LUKIS KAIN BATIK DI INDONESIA

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Terstruktur Mata Kuliah Sejarah Seni Islam

Dosen Pengampu: Drs. H. Aam Abdillah, M.Ag

E. Roni A.Nurkiman, M.Ag

Oleh: Kelompok 5
Addin Shiddiqin 1205010000
Adib Rizqulah Zahran 1205010000
Amila Sholeha 1205010022

KELAS V A

JURUSAN SEJARAH PERADABAN ISLAM

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SUNAN GUNUNG DJATI


BANDUNG

1
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahim.

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh.

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat, taufik, dan inayahnya sehingga Kami dapat menyelesaikan
makalah ini. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada
baginda Rasulullah SAW yang telah menjadi suri tauladan bagi umat islam
dipenjuru dunia.

Adapun makalah ini berjudul “Perkembangan Seni Lukis Kain di


Indonesia”, dengan tujuan untuk memenuhi tugas terstruktur mata kuliah Sejarah
Seni Islam untuk Studi Sejarah dan Peradaban Islam Fakultas adab dan
Humaniora Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung.

Dalam menyusun makalah ini kami berusaha sebaik mungkin untuk


mendapatkan sumber-sumber dan informasi yang terpercaya. Untuk itu kami
menyadari dalam pembuatan tulisan ini masih banyak kekurangan, karena itu
kritik dan saran dari pembaca sekalian penulis harapkan. Semoga penulisan
makalah ini dapat membawa manfaat untuk penulis sendiri dan para pembacanya.
Sekian, terima kasih.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Bandung, Maret 2023

Kelompok 6

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................2

BAB I.......................................................................................................................3

PENDAHULUAN...................................................................................................3

1.1 Latar Belakang Masalah................................................................................3

1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................4

1.3 Tujuan Pembahasan.......................................................................................4

BAB II......................................................................................................................5

PEMBAHASAN......................................................................................................5

2.1 Seni Lukis dalam Pandangan Islam di Indonesia...........................................5

2.2 Masuknya Seni Lukis ke Indonesia...............................................................9

2.3 Seni Lukis Kain Batik di Indonesia.............................................................12

BAB III..................................................................................................................17

KESIMPULAN......................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................18

3
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan sebuah negara yang dikenal memiliki banyak sekali
kebudayaan yang telah dikenal luas. Kebudayaan-kebudayaan tersebut Sebagian
besar merupakan kebudayaan asli nenek moyang yang dilestarikan secara turun
temurun kemudian mengalami berbagai peristiwa yang menyebabkan kebudayaan
tersebut berakulturasi dan digunakan secara luas, sehingga dapat terlihat bahwa
satu kebudayaan dapat memiliki versinya yang lain di daerah lain pula. Salah satu
kesenian yang disinggung adalah kesenian kriya, atau pakaian. Indonesia
mengalami transformasi bentuk, jenis bahkan corak pakaian setiap masanya, tetapi
adaa salah satu jenis seni kriya yang memang tak lekang oleh waktu dan telah
mendunia, yakni kesenian kain batik. Kain batik telah ada sejak zaman dahulu dan
menyebar dengan berbagai golongan dan daerah yang telah membuat corak batik
menjadi sangat beragam.

Tetapi kemudian yang lebih unik ialah fungsi batik berkembang ke


berbagai arah, tidak hanya sebagai kain yang nantinya akan digunakan untuk
menutupi tubuh. Lebih dari iitu, fungsi batik berkembang menjadi sebuah karya
seni bernilai tinggi dengan kolaborasinya Bersama seni Lukis. Batik dalam seni
Lukis hasilnya biasanya bisa dijadikan pajangan karena memiliki makna serta
nilai estetis yang mendalam. Dalam perkembangannya pula seni Lukis kain batik
mengalami percampuran dengan berbagai kebudayaan yang membuat motifnya
sangat beragam, tetapi kemudian yang menjadi pertanyaan adalah seperti apa
motif kain batik yang telah mengalami percampuran dengan unsur Islam?.
Makalah ini akan membahas mengenai seni, Batasan seni, seni Lukis, serta seni
Lukis kain batik.

4
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana seni dalam pandangan Islam beserta batasan-batasannya?

2. Bagaimana proses masuk dan berkembangnya seni Lukis di Indonesia?

3. Bagaimana perkembangan seni Lukis kain batik di Indonesia?

1.3 Tujuan Pembahasan


1. Mengetahui seni dalam pandangan Islam beserta Batasan-batasannya.

2. Mengetahui proses masuk dan berkembangnya seni Lukis di Indonesia.

3. Mengetahui perkembangan seni Lukis kain batik di Indonesia.

5
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Seni Lukis dalam Pandangan Islam di Indonesia
Menurut Ki Hajar Dewantara, seni adalah kumpulan perbuatan seseorang
yang timbul dari kehidupan emosionalnya dan sangat indah sehingga dapat
menyentuh jiwa manusia. “Nilai seni dalam Islam sangat dijunjung tinggi dan
selalu didukung secara aktif oleh warga muslim. Dan tidak benar jika para
orientalis mengatakan bahwa Islam adalah agama konservatif tanpa mengetahui
bahwa agama Islam adalah agama alam dan seni. Termasuk didalamnya juga
fitrah sehingga tidak mungkin ada Islam tanpa pengakuan seni.Segala bentuk dan
corak seni, baik seni rupa, sastra maupun seni lukis, selalu mendapat dukungan
aktif dalam perkembangan sejarah umat Islam. Apakah kecantikan. Itu adalah
ekspresi jiwa dan budaya manusia yang mengandung dan memanifestasikan
keindahan. Ia lahir dari lubuk hati manusia, dari kegemaran seniman akan
keindahan, apapun itu. Nafsu adalah naluri atau fitrah manusia yang diberikan
oleh Allah kepada hamba-Nya.1

Prinsip-prinsip seni dalam Islam2 adalah sebagai berikut:

 Sebuah seni yang dapat meningkatkan harkat dan martabat manusia dan
tidak meninggalkan nilai kemanusiaan
 Seni dapat menekankan masalah etika dan kebenaran yang mempengaruhi
aspek estetika, manusia, dan etika.
 Seni yang dapat membawa nilai keindahan tergantung dari nilai Islam itu
sendiri, sedangkan menurut Islam seni yang paling bernilai adalah seni
yang dapat membawa kepada ketakwaan, ma’rufan dan akhlak.
 Sebuah seni yang dapat menghubungkan manusia dengan Tuhan, manusia
dengan manusia dan manusia dengan lingkungan alam. 
Islam dapat menerima semua ciptaan manusia selama mereka sesuai
dengan pandangan Islam tentang keberadaan alam semesta ini. Namun, wajar
untuk bertanya-tanya mengapa sikap masyarakat terhadap sebuah karya seni tidak

1
Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an: Tafsir Maudhu’i Atas Berbagai Persoalan Umat, Cet III
(Bandung: Mizan, 1996) hal.385.
2
Khazali: Kesenian Dalam Islam

6
selaras dengan budaya penghuninya. Dalam hal ini, perlu ditekankan bahwa
Alquran memerintahkan umat Islam untuk menghormati kebajikan, berbuat baik,
dan melarang berbuat jahat. Makruf adalah budaya masyarakat menurut nilai-nilai
agama sedangkan munkar adalah perbuatan yang bertentangan dengan budaya
masyarakat. Oleh karena itu, setiap muslim hendaknya menjunjung tinggi nilai-
nilai budaya yang anggun dan sejalan dengan ajaran agama, yang menuntunnya
untuk mendukung pencapaian budaya dan seni setiap masyarakat. Ketika
pengaruh negatif dapat sangat merusak adat istiadat dan produksi seni suatu
komunitas, umat Islam di daerah itu harus membela nilai-nilai yang diakui oleh
komunitas mereka, dan menentang perusahaan mana pun yang dapat merusak
nilai-nilai ini. 

Lukisan juga dapat digunakan sebagai alat dakwah, cara-cara tersebut


antara lain melukis, foto, grafik, gambar digital, dll. Memang, media-media
tersebut, terutama di era digital, banyak menarik perhatian dan sering digunakan
untuk menggambarkan tujuan pendidikan yang ingin disampaikan seseorang
kepada orang lain. Media atau saluran dakwah bisa berupa seseorang. Kelompok
orang dan organisasi. Dengan mengkomunikasikan pikiran dan perasaan mereka.
Menurut Arifuddin, medium harus berupa seperangkat simbol verbal dan
nonverbal yang dapat dipahami oleh penerima pesan. Pesan adalah pesan yang
disampaikan oleh pengirim kepada penerima. Selain itu, Aribuddin mengatakan
bahwa pesan tersebut memiliki tiga bagian:Makna, simbolisme atau organisasi
pesan. Simbol yang paling penting adalah kata-kata, bahasa atau gambar (non-
verbal). Selain kaligrafi Islam, contohnya bisa berupa lukisan bertema Islam;
gambar anak sedang membaca Al-Qur’an, gambar pemandangan yang mewakili
situasi aksi keagamaan, misalnya sekelompok orang beriman termasuk orang tua
dan anak-anak pergi ke mesjid atau gambar seseorang memberi uang kepada
orang lain atau sedang membutuhkan tema Islami.

Sampai saat ini sebagian masyarakat Indonesia jika mengacu pada seni
lukis islami persepsinya selalu terfokus pada karya kaligrafi islami, meskipun seni
islami tidak hanya kaligrafi islami, tetapi juga termasuk kaligrafi islami termasuk

7
lukisan bertema manusia dengan berbagai tindakan, baik beribadah kepada allah
swt maupun berkaitan dengan Muamalat. . Antara orang, misalnya, lukisan
menggambarkan praktik ibadah Muslim seperti doa dan puasa. Sumbangan,
ziarah, dll. Sebenarnya dakwah melalui seni lukis adalah salah satu jenis seni lukis
kaligrafi, karena perkembangan kaligrafi modern telah banyak mengenalkan unsur
artistik seperti garis, warna, tekstur, unsur terang dan gelap, dll. Selain itu, prinsip
artistik juga diterapkan pada kaligrafi, seperti prinsip keseimbangan, ritme, dan
kesatuan. Bahan-bahan dan sebagainya. Dengan demikian, unsur lukisan lebih
terlihat dari pada unsur kata-kata tertulis, yaitu sekilas dapat melihat lukisan
terlebih dahulu, kemudian melihat secara dekat untuk melihat karya tersebut yang
sebenarnya berisi teks. 

Hingga saat ini, ketika sebagian masyarakat Indonesia menyebut lukisan


Islam, persepsi mereka masih terfokus pada karya kaligrafi Islam, meskipun seni
Islam tidak hanya kaligrafi Islam, tetapi juga mencakup lukisan bertema manusia
dengan berbagai tindakan, baik itu menyembah Allah SWT maupun hubungan
Muamalat. Antara orang-orang, misalnya lukisan yang menggambarkan kegiatan
ibadah umat Islam seperti shalat dan puasa. Sumbangan, ziarah, dll. Padahal,
dakwah melalui lukisan termasuk jenis lukisan kaligrafi, karena perkembangan
kaligrafi modern telah memperkenalkan banyak unsur artistik seperti garis, warna,
tekstur, unsur gelap dan terang, dll. Selain itu, prinsip-prinsip seni rupa diterapkan
pada kaligrafi, misalnya prinsip keseimbangan, ritme, kesatuan. Komposisi dan
sebagainya. Sehingga unsur lukisannya lebih terlihat dari pada unsur tulisannya,
artinya jika dilihat sepintas akan terlihat lukisannya terlebih dahulu, baru
kemudian jika dilihat secara seksama akan terlihat karya yang sebenarnya
mengandung tulisan.

Islam menganggap seni pada umumnya dan lukisan pada khususnya sebagai
sesuatu yang dapat diukur sebagai Halal, Haram atau diperbolehkan. Bagi mereka
yang melihat seni dari sudut pandang ideologis, mereka akan menganggap seni
yang diciptakan sebagai hasil kerja manusia sebagai sesuatu yang terlarang untuk
dinilai dan disajikan kepada publik, karena menurut mereka adalah segala sesuatu

8
yang dapat dilihat. Sebagai penghambat kekhususan seni. Kultus tersebut secara
psikologis akan membuat seseorang cepat bosan karena dunia di sekitarnya sudah
didominasi oleh industri hiburan. Ini dapat diatasi dengan memperbaiki
pelanggaran seketat mungkin, atau dengan mematikan televisi dan tidak
menayangkan industri hiburan kepada publik. Contoh yang kita lihat adalah yang
terjadi di Iran. Dimana mereka menerapkan kebijakan menurunkan piring rakyat.
Mereka hanya diperbolehkan menonton siaran nasional yang hanya menyiarkan
berita dan ibadah Islam. 3

Contoh Lukisan Karya Abd aziz ahmad 1 berjudul semua dipertanggung jawabkan

Ada pantangan-pantangan tertentu dalam Islam atau larangan-larangan


dalam Islam terhadap berbagai kesenian, seperti seni ukir, yang karena beberapa
alasan dilarangnya kesenian ini, yaitu:

Dalam surat Al-Anbiya ayat 21 menjelaskan tentang patung-patung yang dipuja


oleh bapak nabi Ibrahim dan kaumnya. Sikap Al-Qur’an terhadap patung-patung
tersebut tidak hanya menolaknya tetapi juga ingin menghancurkan patung-patung
tersebut. Di sini Tuhan menghendaki agar patung-patung buatan manusia tidak
dijadikan sebagai berhala atau sesuatu yang mewakili Pencipta Yang Maha Esa,
yaitu Tuhan yang disembah atau berhala. Pada dasarnya pendapat tentang karya

3
M. Quraisy Shihab Dok, Islam dan Kesenian, (Jakarta: Majelis Kebudayaan Muhammadiyah
Universitas Ahmad Dahlah Lembaga Litbang PP Muhammadiyah, 1995), hal. 185

9
seni secara umum atau tentang seni lukis sangat bervariasi, ada yang
membolehkan, ada yang melarang. 

Dalil yang menghalalkan bisa merujuk kepada hadits yang menerangkan bahwa :
Diriwayatkan dari Aisyah ra ia berkata: 

Diriwayatkan dari Aisyah ra ia berkata: Aku selalu bermain boneka di


dekat Nabi saw. Aku mempunyai beberapa orang teman yang bermain
bersamaku. Apabila Rasulullah saw datang mereka bubar, lalu beliau
mengumpulkan mereka untuk bermain kembali bersamaku.” [HR. al-Bukhari,
VII: 133, hadis no. 6130].

Selanjutnya landasan yang melarang terkait seni rupa ataupun seni lukis
merujuk kepada hadits yang menjelaskan bahwa:diriwayatkan dari ibnu umar ra
Rasulullah SAW bersabda:

Sesungguhnya orang orang yang membuat gambar ini akan disiksa di


hari kiamat, dikatakan kepada mereka”hidupkan lah apa yang kau buat itu”.(HR
Muslim II 323 )

Jika ditelaah lebih dalam lagi, kedua hadits di atas memang terkesan
kontradiktif atau kontradiktif, namun tentunya pandangan halal dan haram dalam
seni khususnya seni lukis adalah terserah pada masing-masing individu. Menurut
Majlis Tarjih Muhamadiyah, ada tiga standar tentang hukum mengukir atau
melukis:

 Untuk disembah, hukumnya haram berdasarkan nash


 Untuk sarana pengajaran, hukumnya mubah
 Untuk perhiasan, ada dua macam;jika tidak dikhawatirkan mendatangkan
fitnah, hukumnya mubah, jika khawatir mendatangkan fitnah(maksiat)
hukumnya makruh, dan jika fitnah (musrik) hukumnya haram.
2.2 Masuknya Seni Lukis ke Indonesia
Seni lukis merupakan salah satu cabang dari seni rupa yang tercipta dari
hasil imajinasi seniman yang diekspresikan melalui media garis, warna, tekstur,
gelap terang, maupun bidang dan bentuk. Seni lukis disajikan dalam bidang dua

10
dimensi, seperti kanvas, papan, kertas, dan lainnya. Karya dari seni lukis ini
disebut dengan lukisan.

Seni dan Agama secara empiris memiliki korelasi yang erat pada mulanya,
mengingat seni dan agama memiliki dua unsur yang sama-sama vital didalmnya
yakni ritual dan emosi. Ritual merupakan transformasi simbolis dan ungkapan
perasaan dari pengalaman manusia dan hasil akhir dari artikulasi yang demikian
itu merupakan emosi yang spontan dan kompleks.4

Sebelum islam datang, masayarakat Nusantara telah mengenal berbagai


kesenian, baik yang asli Nusantara maupun kesenian yang kemudian dibawa oleh
para penganut agama Hindu-Budha. Hal demikian menjadiakn kehidupan
masayarakat Nusantara tidak dapat dipisahkan dari berbagai jenis kesenian yang
ada. Bahkan sampai saat ini, kesenian menjadi sebuah jalur alternatif yang masif
untuk menyiarkan berbagai agama yang ada, tidak terkecuali dengan Islam.

Seni Islam menurut Nasr setidaknya mengandung tiga hal, 5 (1)


mencerminkan nilai-nilai religius sehingga tidak ada yang disebut seni sekuler.
Tidak ada dikotomi religius dan sekuler dalam Islam. Kekuatan atau unsur sekuler
dalam masyarakat Islam selalu memiliki pengertian religius seperti halnya hukum
Ilahi yang secara spesifik memiliki unsur-unsur religius. (2) Menjelaskan kualitas-
kualitas spiritual yang bersifat santun akibat pengaruh nilai-nilai sufisme. (3) Ada
hubungan yang halus dan saling melengkapi antara masjid dan istana dalam hal
perlindungan, penggunaan, dan fungsi berbagai seni.

Kesenian bernafaskan Islam khususnya seni sastra, seni rupa, musik, dan
sebagainya perkembangannya tidak begitu pesat. Sepintas dalam sejarah
kebudayaan Islam melahirkan sedikit sekali karya-karya seni rupa dan karenanya
sebagai gantinya melahirkan karya-karya kaligrafi dan arsitektur. Islam tidak
melarang umat Islam untuk berkesenian, asalkan dengan syarat bahwa seni harus
takwa, dan konsekuen antara ucapan dan perbuatan. Dalam hal ini harus diingat

4
Hadi, Y. Sumandiyo. 2006. Seni dalam Ritual Agama. Yogyakarta: Pustaka.
5
Siti binti A.Z. 2005. “Spiritualitas dan Seni Islam Menurut Sayyed Hossein Nasr” dalam
Harmonia: Jurnal Pengetahuan dan Pemikiran Seni, Vol. VI No. 3/September-Desember.

11
bahwa sebebas-bebasnya kreativitas tetap ada batasnya. Pembatasan tersebut
berupa hati nurani manusia (moral) atau dalam istilah Islam disebut akhlak.
Kreativitas seni harus menjadi bagian moral yang pola dasarnya telah ditentukan
oleh agama.6

Kesinambungan dalam perkembangan seni rupa Indonesia-Hindu


mencapai tradisi baru pada zaman kekuasaan para raja yang memeluk agama
Islam seperti juga pada zaman Hindu. Perkembangan seni rupa Islam di Indonesia
berpusat di istana para raja. Di pusat seni budaya inilah kesenian dibina dan
dikembangkan berdasarkan nilai-nilai baru. Seni rupa Islam di Indonesia pada
tahap awal ialah hasil penerapan tradisi seni Indonesia Hindu sesuai dengan fungsi
dan kaidah seni baru. Agama Islam sebagai nilai budaya baru di Indonesia
memang tidak banyak memberi citra baru di bidang seni rupa pada awal
perkembangannya. Dalam hal ini toleransi Islam ikut mendukung dalam proses
kesinambungan tradisi seni rupa lama dengan nafas baru. Proses transformasi
budaya ketika berdirinya kekuasaan Islam pertama didirikan oleh para wali di
daerah pesisir yang menampilkan tradisi seni rupa zaman Hindu sebagai landasan
perkembangan arsitektur Islam di Indonesia. Dua jenis bangunan utama dari
zaman Islam ialah masjid dan istana. Masjid-masjid tertua dari Banten, Cirebon,
Demak, Kudus, Jepara, dan Tuban adalah contoh masjid yang mengambil struktur
dasar bangunan dari balai pertemuan dengan sebutan pendapa dari zaman Hindu.7

Adapun perkembangan masuknya seni Islam ke Nusantara bersamaan


dengan teori masuknya Islam ke Nusantara. Seperti pada teori-teori yang sudah
kita kenal di bawah ini :

 Teori Gujarat
Teori yang berpendapat bahwa Islam masuk melalui para pedagang dari
Gujarat, juga mengartikan bahwa kebudayaan Islam yang ada di Indonesia
turut berasal dari sana. Kebudayaan yang dibawa, kemudian menjadi
6
Sahid, Nur. 2004. “Pandangan Hidup Islami dalam Sejumlah Karya Sastra Ahmad Tohari” dalam
Tonil: Jurnal Kajian Sastra, Teater, dan Sinema, Vol. 1, Nomor 3, Mei.
7
Yudoseputro, Wiyoso. 1990. “Seni Rupa Klasik” dalam Mochtar Kusuma-Atmaja, et al. (eds.)
Perjalanan Seni Rupa Indonesia: dari Zaman Prasejarah Hingga Masa Kini. Bandung: Panitia
Pameran KIAS.

12
sebuah jalur yang ditempuh untuk menyebarkan agama Islam di
Nusantara. Adapun contoh keseniannya ialah corak yang ada pada batu
nisan Malik As-Saleh yang merupakan salah satu dari pendiri kerajaan
Samudra Pasai
 Teori Persia
Teori yang menjelaskan bahwa Islam masuk ke Indonesia dari Persia ini,
sekaligus membawa serta kesenian Islam yang ada di Persia. Contoh
kesenian yang ada di Persia yang dibawa serta adalah Khat penulisan
Kaligrafi.
 Teori Makkah
Teori ini yang mendasari pendapat bahwa Islam datang ke Indonesia dari
Makkah, yang mana sekaligus membawa kesenian yang ada di Mekkah ke
Indonesia. Contoh kesenian yang dibawa adalah nagham Tilawatil Quran

Teori-teori tersebut kemudian menjadikan berbagai ahli sependapat bahwa


kesenian Islam yang ada di Indonesia juga memiliki sanad yang berasal dari
negara lainnya. Begitu juga dengan kesenian yang meliputi seni lukis, baik seni
lukis kain maupun seni lukis biasa.

2.3 Seni Lukis Kain Batik di Indonesia


A. Sejarah Batik

Batik (kata batik) berasal dari bahasa Jawa “amba” yang berarti menulis
dan “titik”. Kata batik digunakan sebagai sebutan pada sebuah kain dengan corak
yang dihasilkan oleh bahan “malam” yang dioleskan dengan pola tertentu ke atas
kain, sehingga menahan masuknya bahan pewarnaan (dye) atau dalam bahasa
Inggrisnya (wax-resist dyeing).8 Seni batik merupakan suatu keahlian yang
diwariskan secara turun temurun, yang terus dilestarikan sebagai seni bahkan
menjadi sumber penghasilan bagi sebagian besar masyarakat di daerah tertentu.
Selain itu, batik juga merupakan perwujudan kebudayaan masyarakat yang
mengandung nilai-nilai keindahan yang sifatnya filosofis serta harus dijaga.

8
Deden Dedi S, 2011, Sejarah Batik Indonesia, Bandung: PT. Sarana Panca Karya Nusa. Hlm. 1.

13
Sejak tahun 2009 batik sudah diresmikan menjadi salah satu warisan
budaya Indonesia oleh UNESCO, batik dinobatkan sebagai salah satu cerminan
dari budaya bangsa yang mewakili karakteristik masyarakat Indonesia. Dibalik
kerumitan motif batik terdapat filosofi yang berhubungan dengan kehidupan
manusia, diatas kain putih, malam dioleskan secara perlahan-lahan penuh dengan
kehati-hatian hingga membentuk sebuah corak yang saling bersambung dan
membentuk satu kesatuan yang indah pada akhirnya,

Batik memiliki sejarah yang Panjang, pembuatan batik pada awalnya


dikerjakan terbatas hanya di lingkungan keraton dan untuk kepentingan keraton
pula, kemudian hasilnya digunakan keluarga kerajaan dan para perangkat keraton
saja. Banyaknya pengikut Raja yang berasal dari luar kemudian membuat batik
ikut dikerjakan di daerah masing-masing dan seiring berjalannya waktu mulai
banyak masyarakat biasa yang memiliki kemampuan membatik. Meskipun
demikian, asal muasal batik tetap menjadi misteri dan mengundang perdebatan
hingga saat ini. Ada beberapa vesi lain mengenai sejarah batik selain dari versi
yang telah disebutkan diatas. Terdapat beberapa catatan, misalnya catatan pada
1677 yang beris tentang perdagangan sutera dari Cina ke Jawa, Persia, Sumatera
dan Hindustan. Kemudian terdapat catatan mengenai ekspor batik dari Jawa ke
Malabar pada tahun 1516 dan 1518, catatan tersebut mengungkapkan mengenai
kain-kain indah yang diwarnai indah.

Van Roojen menyatakan bahwa apa yang dimaksud dengan batik


bersumber pada arus budaya yang mendasarinya yakni pada masa Kerajaan
Mataram II (1575-1755) di pulau Jawa. Adapun istilah batik itu sendiri ditujukan
sebagai sebutan bagi sebuah ragam hias dari masa pra-Hindu, Hindu-Jawa
Majapahit dan masa kesultanan yang berasal dari pengaruh kerajaan Islam Demak
dan Pajang.9

Perkembangan batik disebut berjalan pesat sejak abad ke-10 tatkala Jawa
banyak mengimpor kain mori (kain yang berwarna putih), kemudian banyaknya

9
Iskandar. Batik Sebagai Identitas Kultural Bangsa Indonesia di Era Globalisasi. GEMA, THN
XXX/52/Agustus 2016-JAnuari 2017. Hlm 2458

14
warga local yang membuat batik diluar untuk para petugas kerajaan juga telah
membuat batik menjadi salah satu karya seni yang popular saat itu. Batik
berkembang pesat di Jawa disebutkan karena kepadatan penduduk Jawa serta
keberadaan Jawa sebagai pusat perdagangan membuat pulau Jawa menjadi pulau
yang banyak memproduksi batik10

Pendapat lain diungkapkan oleh G.P Rouffaer, bahwa Teknik batik ini
pertama kali diperkenalkan oleh India atau Srilanka terhitung pada abad ke-6 atau
ke-7. Pendapat ini didasari oleh adanya seni mencelup kain di India atau srilanka.
Pendapat lain pula diungkapkan oleh seorang arkeolog Belanda yang
Bernama .L.A. Brandes, ia mengungkapkan bahwa jauh sebelum India dating dan
memiliki hubungan dengan Nusantara, Nusantara sendiri telah memiliki 10
kebudayaan antara lain: wayang, gamelan, puisi, pengecoran logam mata uang,
pelayaran, ilmu falak, budidaya padi, irigasi, pemerintahan, serta batik.11

Pendapat terakhir dikemukakan oleh seorang arkeolog IndonesiaF.A.


Sutjipto, ia percaya bahwa tradisi batik berasal dari daerah seperti Toraja, Flores,
Halmahera, dan Papua. Meskipun wilayah tersebut tidak termasuk area yang
dipengaruhi oleh Hinduisme, tetapi mereka tradisi kuna membuat batik. Tetapi
teori teori-teori tersebut ditolak dengan mentah, dengan adanya ukiran-ukiran
yang memperlihatkan motif batik Sehigga teori-teori tersebut menolak mentah-
mentah bahwa batik berasal dari India Selatan.Jika kita perhatikan relief-relief
candi Prambanan dan Candi Borobudur yang menunjukan adanya motof batik.
Perlu diketahui bahwa bangunan tersebut sudah berdiri sejak abad ke-8, maka bisa
disimpulkan bahwa batik sudah ada dan berkembang sebagai seni asli Nusantara
sejak abad ke-8.12 Dalam perkembangannya, batik kemudian memiliki beragam
corak dipengaruhi oleh tata kehidupan, alam, maupun daerah pembuat, kemudian
perpaduan budaya antar daerah serta pengaruh dari budaya luar. Terlepaa dari

10
Ibid,…
11
Iskandar. Batik Sebagai Identitas Kultural Bangsa Indonesia di Era Globalisasi. GEMA, THN
XXX/52/Agustus 2016-JAnuari 2017. Hlm 2459.
12
Amanah Agustin. Sejarah Batik dan Motif Batik di Indonesia. Seminat Nasional RIset Inovatif II.
Tahun 2014. Hlm 541.

15
berbagai pengaruh, batik berkembang secara dinamis dan tetap mempertahankan
ciri-ciri yang dimilikinya.

B. Perkembangan Motif Batik

Berdasarkan pemaparan diatas, dapat disimpulkan Bahwa batik memiliki


kaitan yang erat dengan kerajaan Majapahit baik

masa Hindu maupun masa Islam. Dari Majapahit batik kemudian


berkembang pada masa Mataram Dan sejak saat itu berkembang pesat ke berbagai
daerah. Batik wengker diketahui sebagai motif batik tertua di Indonesia yang
berasal Dari Ponorogo, Jawa Tengah. Pada abad-abad selanjutnya banyak
kalangan ikut membuat batik dengan ciri khas masing-masing.

Motif batik yang tertua mengikuti motif batik wengker adalah Motif batik
mega mendung. Motif ini sangat populer, motif ini memiliki pola seperti awan
dengan 7 gradasi warna yang memiliki setiap filosofi tersendiri, salah satunya
kesabaran. Motif iniberasal Dari Cirebon, dengan mega yang berarti awan atau
langit dan mendung berarti langit yang sedang mendung.

Motif Batik Mega Mendung dari Cirebon

Kemudian ada batik motif sogan yang merupakan jenis batik asal keraton
Solo dan Yogyakarta. Batik ini memiliki karakteristik asli dan khas keraton

16
dengan perpaduan warna hitam, coklat Dan putih. Kemudian memiliki asked titik-
titik dan bunga, garis maupun lengkungan dan lain sebagainya.

Motif Batik Sogan

Kemudian Ada batik Pekalongan yang berasal dari daerah yang seeing
disebut sebagai pusatnya batik, yakni Pekalongan. Dengan motif pesisirnya yang
beragam mulai Dari tumbuh-tumbuhan hingga motif lainnya Dan dengan berbagai
warna sebagai cerminan bahwa Pekalongan berada di pesisir dan telah
berakulturasi dengan budaya lain yang mempengaruhi corak yang dihasilkan.

Motif Batik Pesisir

17
Motif batik Indonesia selanjut adalah batik kartini yang dikenal di daerah
Jepara sebagai daerah penghasil ukiran kayu. Selain batik kartini, ada dua motif
yang paling terkenal dari Jepara yaitu motif lama dan motif baru.Motif batik
Jepara, memiliki beberapa karakteristik yang cukup mencolok, contohnya seperti
lung dengan warna hitam hingga flora fauna yang berupa daun ulir hijau atau
gajah dengan warna coklat. Sementara itu, untuk versi motif batik baru, Jepara
telah melakukan inovasi contohnya seperti batik tenun hingga batik tulis yang saat
ini telah dikenal sebagai batik kartini.

Motif Batik Buketan Bunga Kartini

Setiap daerah di wilayah Indonesia, memiliki motif khas batiknya


tersendiri,termasuk di masyarakat Betawi atau Jakarta. Batik betawi ini menjadi
motif batik yang banyak disukai oleh para kolektor batik di nusantara.Pada
umumnya, batik betawi menonjolkan warna-warna cerah serta menampilkan nilai
budaya dari masyarakat Betawi. Ada beberapa gambar motif yang cukup dominan
pada kain batik Betawi, contohnya seperti ondel-ondel, Monas, Sungai Ciliwung
hingga Peta Ceila. Biasanya, motif dari batik Betawi cocok dikenakan pada acara-
acara formal, seperti perhelatan dari Abang None Jakarta atau acara kenegaraan.

18
Suciati dalam tulisannya yang berjudul “Unsur Religi Islam pada Desain
Batik Pekalongan” membangi motif batik berdasarkan beberapa kategori, antara
lain:

Menurut Nian S. Djoemena batik dibagi menjadi dua pola, yaitu:

a. Batik pedalaman

Merupakan batik yang mendapat pegaruh langsung dan kuat dari keraton,
terlihat dari corak maupun warnanya. Corak batik pedalaman merupakan
perpaduan antara adat, seni, kepribadian lingkungan dan pandangan hidup yang
berkembang di lingkungan keraton.

b. Batik pesisiran

Merupakan batik yang coraknya telah mendapat pengaruh dari budaya


luar, serta diproduksi diluar lingkungan keraton.

berdasarkan pembuatnya, jenis batik di Jawa terdiri dari:

a. Batik Sudagaran

Merupakan Batik yang diproduksi oleh para saudagar, pola yang


digunakan bersumber pada pola batik keraton maupun pola batik pesisiran yang
disesuaikan dengan selera para saudagar sehingga menciptakan pola baru.

b. Batik Petani

Merupakan jenis batik yang digunakan oleh para petani setelah terjadi
perkembangan batik sebagai pakaian bagi masyarakat luas. Pola batik petani
berupa ragam hias yang berkaitan dengan alam sekitar lingkungan mereka, seperti
burung, tumbuhan dan lain-lain.

c. Batik Wong cilik

Merupakan batik yang diproduksi oleh para pekerja dalam berbagai


lingkungan kerja.

d. Batik Wong Kaji

19
merupakan batik yang diproduksi oleh para Haji, tentunya orang yang
telah melaksanakan haji, pola batiknya menggambarkan kepatuhannya pada ajaran
Islam.

berdasarkan motifnya, batik pesisiran terdiri dari:

a. Batik India atau Batik Sembagi

b. Batik Belanda

c. Batik Cina

d. Batik Djawa Hokokai13

C. Temuan

Berdasarkan pemaparan diatas dapat temuan yang kami dapatkan adalah


bahwa batik merupakan sebuah cerminan bagi pernyataan bahwa seni adalah
panggilan hidup ataupun ekspresi dari pembuatnya. Dimana dapat terlihat dari
berbagai motif batik yang ada, si pembuat menambahkan nilai-nilai ataupun corak
yang ada melalui berbagai hal yang berkaitan dengan dirinya, baik daerah asal,
kedudukan hingga pekerjaan yang ia miliki. Sebagai contoh dari perkembangan
batik yang semula hanya ada di keraton dengan setiap filosofi dan aturannya,
masyarakat mengembangkan pola-pola yang melambagkan identitas maupun hal-
hal yang berkaitan dengannya, tetapi tetap dengan menjaga aturan keraton.

BAB III

KESIMPULAN
Kain batik merupakan salah satu peninggalan maupun kebudayaan yang
sangat berharga, yang dimiliki oleh Indonesia saat ini. Keragamana pola batik
yang dipengaruhi oleh beberapa kebudayaan lain menunjukan bahwa memang
tingkat keragaman di Indonesia sendiri sangatlah tinggi. Selain itu, beragamnnya

13
Suciati. Unsur Religi Islam pada Desain Batik Pekalongan. Prodi Pendidikan Tata BUSana JPKK
FPTK UPI. Hlm 3-19.

20
pola menunjukan bahwa memang kebudayaan Indonesia dapat bersifat adaptif
dengan kebudayaan lain, kebudayaan Indonesia dapat berakulturasi dengan
kebudayaan lain tanpa menghilangkan identitas aslinya. Kain juga merupakan
sebuah bukti bahwa islamisasi Indonesia berlangsung dari segala aspek, Islam
yang sifatnya adaptif tidak menghilangkan nilai-nilai kain batik, begitu pula
dengan kain batik yang tidak melanggar batas-batas seni dalam Islam.

DAFTAR PUSTAKA
A.Z, S. B. (n.d.). Spiritualistas dan Seni Islam menurut Sayyed Hossein NAsr.
Harmonia: Jurnal Pengetahuan dan Pemikiran Seni.

Agustin, A. (2014). Sejarah Batik dan Motif Batik di Indonesia. Seminat Nasional
RIset Inovatif II.

21
Aripudin, A. (2011). PEngembangan Metode Dakwah. Jakarta: RAja Graffindo
Persada.

Atmaja, M. K. (1990). Perjalanan Seni Rupa Indonesia. Bandung: Panitia


Pameran KIAS.

Dedi, D. (2011). Sejarah Batik Indonesia. Bandung: PT. Sarana Panca Karya.

Iskandar. (gustus 2016-JAnuari 2017). Batik Sebagai Identitas Kultural Bangsa


Indonesia di Era Globalisasi. . GEMA, THN XXX/52/A.

Khazali. (n.d.). Kesenian dalam Islam.

Sahid, N. (n.d.). Pandangan Hidup Islami dalam Sejumlah Karya Sastra Ahmad
Tohari. Tonil: Jurnal Kajian Sastra.

Shihab, Q. (1995). Islam dan Kesenian. Jakarta: Majelis Kebudayaan


Muhammadiyah Universitas Ahmad Dahlan Lembaga Litbang PP
Muhammadiyah.

Shihab, Q. (1996). Wawasan Al-Qur'an: Tafsir Maudhu'i atas Berbagai


Persoalan Umat. Bandung: Mizan.

Suciati. (n.d.). Unsur Religi Islam pada Desain Batik Pekalongan. . Prodi
Pendidikan Tata Busana JPKK FPTK UP.

Sumandiyo, H. (2006). Seni dalam RItual Agama. Yogyakarta: Pustaka.

Tim abdi guru. (2003). Kerajinan Tangan dan Kesenian tangan. Jakarta:
Erlangga.

22
23

Anda mungkin juga menyukai