Anda di halaman 1dari 53

MAKALAH

MPK AGAMA ISLAM


“PENGEMBANGAN SENI, BUDAYA, DAN IPTEK BERDASAR AJARAN
AGAMA ISLAM”

Disusun oleh :
Alwan Ibrahim (1606873750)
Cyntia Ayudia (1606873744)
Destriana Kintantri (1606925224)
Niswatul Hasanah (1606925350)
Shafira Akmala (1606925325)

FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI


UNIVERSITAS INDONESIA
TAHUN 2016

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-
Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini. Makalah ini membahas pengembangan budaya,
seni, dan IPTEK berdasarkan ajaran agama Islam.
Dalam penyusunan makalah ini, tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang kami alami,
namun berkat dukungan, dorongan dan semangat dari orang terdekat, sehingga kami mampu
menyelesaikannya.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif kami harapkan untuk penyempurnaan makalah
selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian.

Depok, November 2016

Penulis

2
DAFTAR ISI

COVER (Niswatul Hasanah)…...………………………………………………………….. 1


KATA PENGANTAR (Destriana Kintantri)...……………………………………………. 2
DAFTAR ISI (Alwan Ibrahim)……………………………...…………………………….. 3

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang (Cyntia Ayudia)...……………………………………………………... 5
1.2 Rumusan Masalah (Alwan Ibrahim)……………………………………........................ 6
1.3 Tujuan Penulisan (Shafira Akmala)……………………………………………………. 6

BAB II ISI
2.1 Pengembangan Budaya Islam…….……………………………………………………. 7
2.1.1 Pengertian dan Ruang Lingkup Budaya Islam (Cyntia Ayudia)...................... 7
2.1.2 Perspektif Al-Quran dan As-Sunnah Tentang Budaya Islam (Cyntia Ayudia) 8
2.1.3 Budaya Kerja Islam (Niswatul Hasanah)…………………….………..…….. 11
2.2 Pengembangan Seni Islam…………..…………………………………………………. 12
2.2.1 Pengertian dan Ruang Lingkup Seni Islam (Cyntia Ayudia)…………………12
2.2.2 Perspektif Al-Quran dan As-Sunnah Tentang Seni Islam (Cyntia Ayudia)…. 16
2.2.3 Seni Islam (Niswatul Hasanah)……………...………………….……………. 19
2.3 Pengembangan IPTEK dalam Islam…………………………………………………… 23
2.3.1 Pengertian dan Sumber-Sumber IPTEK (Destriana Kintantri)……………… 23
2.3.2 Tujuan Penggunaan IPTEK (Shafira Akmala)………………………………. 26
2.3.3 Kegunaan IPTEK (Shafira Akmala)…………………………………………. 27
2.3.4 Dampak Penggunaan IPTEK (Shafira Akmala)……………………………... 31
2.3.5 Motivasi Islam dalam Mengembangkan IPTEK…………………….............. 36
2.3.5.1 Dasar Islam Memotivasi Manusia dalam Mengembangkan IPTEK
(Destriana Kintantri)……………………………………………………….. 36
2.3.5.2 Tujuan Motivasi Islam dalam Penggunaan IPTEK (Destriana
Kintantri)……………………………………………………………………38
2.3.5.3 Makna Ilmu Pengetahuan Bagi Umat Beragama (Destriana

3
Kintantri)…………………………………………………………………… 38
2.3.6 Perspektif Al-Quran dan As-Sunnah Tentang IPTEK (Destriana Kintantri)…40
2.4 Konsep Pengembangan Budaya, Seni, IPTEK, dan Budaya Akademik Islam…….. 45
2.4.1 Konsep Pengembangan Budaya Islam (Alwan Ibrahim)……………….......... 45
2.4.2 Konsep Pengembangan Seni Islam (Alwan Ibrahim)…...…………………… 46
2.4.3 Konsep Pengembangan IPTEK (Shafira Akmala)…………………………....46
2.4.4 Konsep Pengembangan Budaya Akademik Islam (Alwan Ibrahim)………… 47

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan (Cyntia Ayudia)…...……………………………………………………… 50
3.2 Kritik dan Saran (Niswatul Hasanah)….………………………………………………. 50

DAFTAR PUSTAKA (Niswatul Hasanah)...……………………………………………… 51

4
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Arus globalisasi yang semakin hari semakin pesat perkembangannya terutama di
Indonesia tentu perlu disikapi dengan cara yang bijak. Kita dituntut untuk memiliki sikap terbuka
dengan perubahan-perubahan tersebut tanpa melupakan akar bangsa dan jati diri kita sebagai
seorang muslim, karena sebuah kebudayaan pada dasarnya berkembang secara terus. Namun,
kebudayaan tersebut perlu dipilah kembali mana yang baik dan yang buruk.
Permasalahan utama ialah bagaimana kesiapan kita dan bagaimana seharusnya bersikap
dalam menghadapi globalisasi tersebut. Pada masa ini, kita sebagai generasi muda dituntut untuk
kreatif dan inovatif dalam berbagai hal untuk mengembangkan sumber daya yang tersedia, seperti
dalam bidang kesenian dan ilmu pengetahuan.
Untuk dapat mengembangkan hal tersebut, diperlukan wawasan luas dalam memandang
suatu hal melalui beragam perspektif, terutama berdasarkan pandangan Islam. Menuntut ilmu
adalah wajib bagi setiap muslim. Kita perlu menganalisis terlebih dahulu mengenai budaya, seni,
serta ilmu pengetahuan dan teknologi menurut ajaran agama Islam. Hal ini berkaitan pula dengan
konsep pengembangannya dan bertujuan agar ilmu dan kreativitas yang kita miliki dapat memberi
manfaat bagi diri kita sendiri maupun untuk kepentingan orang banyak.

5
1.2 Rumusan Permasalahan
Berikut adalah rumusan permasalahan berdasarkan latar belakang :
1. Apakah yang dimaksud dengan budaya menurut ajaran agama Islam serta tinjauannya
berdasar Al-Quran dan As-Sunnah?
2. Apakah yang dimaksud dengan seni menurut ajaran agama Islam serta tinjauannya
berdasar Al-Quran dan As-Sunnah?
3. Apakah yang dimaksud dengan ilmu pengetahuan dan teknologi menurut ajaran agama
Islam, manfaat serta tinjauannya berdasar Al-Quran dan As-Sunnah?
4. Bagaimana konsep pengembangan budaya, seni, dan IPTEK?

1.3 Tujuan Penulisan


Berikut adalah tujuan penulisan berdasarkan rumusan masalah tersebut :
1. Menganalisis definisi budaya menurut Islam, ruang lingkup, serta perspektif Al-Quran dan
As-Sunnah terhadap budaya
2. Menganalisis definisi seni menurut Islam, serta perspektif Al-Quran dan As-Sunnah
terhadap seni
3. Menganalisis definisi ilmu pengetahuan dan teknologi, manfaat dan dampak yang
diberikan serta perspektif Al-Quran dan As-Sunnah terhadap ilmu pengetahuan dan
teknologi
4. Menganalisis konsep pengembangan budaya, seni, dan IPTEK menurut ajaran agama Islam

6
BAB II
ISI

2.1 Pengembangan Budaya Islam


2.1.1 Pengertian dan Ruang Lingkup Budaya Islam
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan
bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi
dan akal manusia. Menurut The American Herritage Dictionary, kebudayaan adalah suatu
keseluruhan dari pola perilaku yang dikirimkan melalui kehidupan sosial, seni agama,
kelembagaan, dan semua hasil kerja dan pemikiran manusia dari suatu kelompok manusia.
Secara etimologi merupakan perpaduan dari istilah “budi” yang berarti akal, pikiran,
pengertian, paham, perasaan, dan pendapat; dan “daya” yang berarti tenaga, kekuatan,
kesanggupan. Menurut terminologi kebudayaan adalah himpunan segala daya dan upaya yang
dikerjakan dengan menggunakan hasil pendapat budi, untuk memperbaiki sesuatu tujuan dalam
rangka mencapai kesempurnaan, (Agus Salim, 1954:300).
Definisi kebudayaan secara khusus dikemukakan oleh para seniman dan budayawan Islam
sebagai menifestasi dari ruh, zauq, iradah, dan amal (cipta, rasa, karsa, dan karya) dalam seluruh
segi kehidupan insani sebagai fitrah, ciptaan karunia Allah SWT. Berdasarkan definisi tersebut,
dapat dipahami bahwa kebudayaan muncul dari pengerahan semua potensi yang diberikan Allah
kepada semua manusia. Kebudayaan Islam selalu terkait dengan nilai-nilai Illahiyah yang
bersumber dari ajaran kitab suci Al-Qur’an dan Hadist, sehingga dapat dipahami bahwa
kebudayaan Islam itu adalah implementasi dari Quran dan Sunnah oleh umat Islam dalam
kehidupannya, baik dalam bentuk pemikiran, tingkah laku, maupun karya untuk kemaslahatan
umat manusia dalam rangka mendekatkan diri (taqarub) kepada Allah dan mencari keridhoaan-
Nya.
Secara umum kebudayaan dapat dipahami sebagai hasil olah akal, budi, ciptarasa, karsa,
dan karya manusia. Kebudayan pasti tidak lepas dari nilai-nilai ketuhanan. Kebudayaan yang telah
terseleksi oleh nilai-nilai kemanusiaan yang universal berkembang menjadi peradaban. Dalam
perkembangannya perlu dibimbing oleh wahyu dan aturan-aturan yang mengikat agar tidak
terperangkap pada ambisi yang bersumber dari nafsu hewani sehingga akan merugikan dirinya

7
sendiri. Disini agama Islam berfungsi untuk membimbing manusia dalam mengembangkan akal
budinya sehingga menghasilkan kebudayaan yang beradab berdasar Islam.
Sehubungan dengan hasil perkembangan kebudayaan yang dilandasi nilai-nilai ketuhanan
atau disebut sebagai peradaban Islam, maka fungsi agama disini semakin jelas. Ketika
perkembangan dan dinamika kehidupan umat manusia itu sendiri mengalami kebekuan karena
keterbatasan dalam memecahkan persoalannya sendiri, disini sangat terasa akan perlunya suatu
bimbingan wahyu.
Allah mengangkat seorang Rasul dari jenis manusia karena yang akan menjadi sasaran
bimbingannya adalah umat manusia. Oleh sebab itu misi utama Muhammad diangkat sebagai
Rasul adalah menjadi Rahmat bagi seluruh umat manusia dan alam. Mengawali tugas utamanya,
Nabi meletakkan dasar-dasar kebudayaan Islam yang kemudian berkembang menjadi peradaban
Islam. Ketika dakwah Islam keluar dari jazirah Arab, kemudian tersebar keseluruh dunia, maka
terjadilah suatu proses panjang dan rumit, yaitu asimilasi budaya-budaya setempat dengan nilai-
nilai Islam yang kemudian menghasilkan kebudayaan Islam. Kebudayaan ini berkembang menjadi
suatu peradaban yang diakui kebenarannya secara universal.
Islam datang untuk mengatur dan membimbing masyarakat menuju kepada kehidupan
yang baik dan seimbang. Dengan demikian Islam tidaklah datang untuk menghancurkan budaya
yang telah dianut suatu masyarakat, akan tetapi dalam waktu yang bersamaan Islam menginginkan
agar umat manusia ini jauh dan terhindar dari hal-hal yang yang tidak bermanfaat dan membawa
madlarat di dalam kehidupannya, sehingga Islam perlu meluruskan dan membimbing kebudayaan
yang berkembang di masyarakat menuju kebudayaan yang beradab dan berkemajuan serta
mempertinggi derajat kemanusiaan.

2.1.2 Perspektif Al-Quran dan As-Sunnah Tentang Budaya Islam


A. Perspektif Al-Quran Tentang Budaya Islam
Kebudayaan atau peradaban yang berdasarkan pada nilai – nilai ajaran Islam disebut
kebudayaan Islam. Dalam pandangan ajaran Islam, aktivitas kebudayaan manusia harus
memperoleh bimbingan agama yang diwahyukan oleh Allah SWT melalui para nabi dan rasul-
Nya. Dengan demikian, agar kebudayaan terlepas dari ajaran yang sesat dan sebaliknya mengikuti
jalan yang benar dan terpuji yang dilandasi oleh ajaran agama.

8
Islam mengajarkan kepada umatnya untuk selalu beramal dan berkarya, untuk selalu
menggunakan pikiran yang diberikan Allah untuk mengolah alam dunia ini menjadi sesuatu yang
bermanfaat bagi kepentingan manusia. Dengan demikian, Islam telah berperan sebagai pendorong
manusia untuk “berbudaya“, dalam satu waktu Islamlah yang meletakkan kaidah, norma dan
pedoman.
Salah satu unsur budaya yang memiliki pengaruh terbesar bagi kehidupan masyarakat
adalah bahasa. Al-Quran yang diturunkan dengan bahasa Arab, selain kaya akan makna, juga
mengandung keindahan sastra, mudah dihafal, dan enak didengar.
Setiap orang dalam masyarakat dituntut untuk berbudaya, berkreasi menciptakan hal-hal
yang bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain. Budaya yang baik dalam Islam dikenal sebagai
amal shalih. Amal saleh tidak terbatas pada ibadah saja, bahkan segala perbuatan, aktivitas, kreasi,
ciptaan-ciptaan seni berupa sesuatu yang bermanfaat bagi masyarakat adalah amal shalih. Allah
berfirman dalam Surat An-Nahl ayat 97 yang artinya :
“Barangsiapa yang mengerjakan amal salih, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan
beriman,maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan
sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa
yang telah mereka kerjakan.” (QS. An-Nahl: 97)
Dalam istilah lain budaya di dalam Al-Qur’an dikenal dengan kasab (usaha, perbuatan,
tindakan, perkataan, kreasi, dsb). Kasab bisa berupa perbuatan (budaya) yang baik dan bermanfaat,
dan bisa pula berupa perbuatan (budaya) yang buruk. Budaya buruk seperti ketidak pedulian pada
lingkungan, membabat hutan semena-mena, membuang sampah sembarangan, dan sebagainya.
Berbudaya dalam Al-Qur’an juga dikenal sebagai “musta’mir” (pemakmur), beramal dan
berbuat berbagai hal serta menciptakan alat-alat (teknologi) untuk memakmurkan bumi,
sebagaimana firman Allah dalam QS.Hud : 61 yang artinya :
“Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya,karena itu
mohonlah ampunan-Nya lagi memperkenankan doa hamba-Nya.” (QS.Hud:61)
Oleh karena itu, mungkin bisa dikatakan bahwa kebudayaan itu sendiri, berasal dari agama.
Kebudayaan Islam adalah peradaban yang berdasarkan pada nilai-nilai ajaran Islam. Nilai
kebudayaan Islam dapat dilihat dari tokoh-tokoh yang lahir di bidang ilmu pengetahuan agama
dan bidang sains dan teknologi. Semua itu diilhami oleh ayat-ayat Al Quran dan sunnah.

9
Nilai-nilai kebudayaan Islam yang ada harus terus dikembangkan dan diterapkan dalam
kehidupan bermasyarakat sangat banyak, pada kajian ini akan dibahas beberapa hal yang dianggap
sangat penting dan relevan dalam kehidupan masa kini, yaitu:
1. Bersikap Ikhlas
Dalam mengembangkan kebudayaan dan peradaban, manusia muslim diarahkan agar
melakukannya dengan ikhlas karena Allah SWT dan diarahkan agar memberikan manfaat
yang besar bagi hidup dan kehidupan umat manusia.
2. Berorientasi Ibadah
Ikrar yang terdapat dalam doa iftitah, mengantarkan setiap muslim agar melakukan
berbagai kegiatannya dengan berorientasi pada ibadah, baik ibadah mahdhah maupun
ibadah sosial. Dalam melakukan aktivitasnya diarahkan agar melaksanakan kegiatannya
untuk hal yang lebih bermakna.
3. Bekerja Secara Profesional
Bekerja secara profesional dan memiliki etos kerja yang tinggi merupakan perwujudan dari
ajaran Islam yang terdapat dalam ayat-ayat al-Qur’an dengan perintah bekerja secara baik
dengan etos kerja yang tinggi dan mengarah pada profesionalisme.
4. Kejujuran dalam Berbagai Aspek Kehidupan
Kejujuran merupakan sikap terpuji yang harus dimiliki oleh setiap orang agar tidak terjadi
hal-hal yang merugikan. Kejujuran amat dibutuhkan dalam segala aspek diantaranya ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni.
5. Berpikir Rasional dan Filosofis
Salah satu ciri berpikir filosofis adalah kritis dan argumentatif. Berpikir kritis adalah
berpikir yang dilakukan secara aktif, argumentatif, dam mempertimbangkan apakah
sesuatu itu bisa diterima atau ditolak. Dengan berpikir rasional dan filosofis, akan
mengantarkan seseorang bersikap arif, dan memiliki wawasan yang luas.
6. Bersikap Obyektif
Pengembangan kebudayaan yang ditekankan pada sains, teknologi dan seni harus
diarahkan pada kondisi yang obyektif secara maksimal. Setiap kegiatan harus dilakukan
seobyektif mungkin, sehingga memberikan manfaat yang lebih menyeluruh.

10
B. Perspektif As-Sunnah Tentang Budaya Islam
Budaya adalah usaha, perbuatan, perkataan, tindakan, ciptaan, kreasi yang telah menjadi
kebiasaan masyarakat. Ada beragam budaya yang telah dicontohkan oleh Rasulullah untuk
dijadikan teladan bagi kita, umat Islam ketika bertingkah laku dalam kehidupan sehari-hari. Seperti
halnya budaya dan kebiasaan bertegur sapa, Rasulullah bersabda:
“(Agar kiranya) yang muda memberi salam kepada yang tua, yang berjalan kepada yang duduk,
dan yang sedikit kepada yang banyak.” (HR. Muttafar ‘alaih)
Ada pula budaya menggunakan tangan kanan. Suatu hal yang perlu dipertahankan dan
dididik kepada anak-anak dan keluarga, agar dalam memberi, menerima, dan melakukan hal-hal
yang baik dan terpuji dilakukan dengan menggunakan tangan kanan sebagaimana sabda
Rasulullah:
“Jika anda makan, makanlah dengan tangan kanan, minum dengan tangan kanan, mengambil
dengan tangan kanan, dan memberi dengan tangan kanan.” (HR. Al-Hasan bin Saifan)
Budaya saling tolong menolong dan menghargai pertolongan, budaya saling
mengungkapkan rasa terimakasih juga perlu dipertahankan terutama dalam kehidupan
bermasyarakat.

2.1.3 Budaya Kerja Islami


Pengertian kerja dalam kacamata Islam hakekatnya adalahnya manifestasi amal kebajikan.
Sebagai sebuah amal, maka niat dalam menjalankannya akan menentukan penilaian. Amal
seseorang akan dinilai berdasar apa yang diniatkannya. Dalam sebuah hadits, Nabi Muhammad
bersabda, “Sesungguhnya nilai amal itu ditentukan oleh niatnya.”
Kerja adalah perintah suci Allah kepada manusia. Meskipun akhirat lebih kekal daripada
dunia, namun Allah tidak memerintahkan hambanya meninggalkan kerja untuk kebutuhan
duniawi.
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (untuk kebahagiaan)
negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi, dan berbuat
baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu. Dan janganlah
kamu berbuat kerusakan di bumi.” (QS. Al-Qashash: 77).
Maka, budaya kerja adalah nilai-nilai sosial atau suatu keseluruhan pola perilaku yang
berkaitan dengan akal dan budi manusia dalam melakukan suatu pekerjaan. Setiap individu yang

11
bekerja harus memiliki budaya kerja yang baik. Budaya kerja yang baik sangat diperlukan agar
menjadi pekerja yang berbudi pekerti dan mengerti nilai-nilai yang dijalaninya dan tidak
membawa individu kepada penyimpangan. Jadi itulah perlunya kita memahami budaya kerja yang
baik. Budaya kerja masing-masing individu akan menentukan terbentuknya budaya instansi
dimana dia bekerja. Tentu saja hal ini juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti
kepemimpinan. Budaya Instansi yang mengandung nilai-nilai agama karena selalu mendahulukan
pembinaan terhadap akhlakul karimah, sejak tahap awal perlu dimantapkan sebagai manifestasi
utama dari budaya instansi. Budaya instansi akan terekspresi dalam seremoni dan ritual yang
substansinya adalah substansi agamawi. Maka tahap confontation of dependency and
authority dapat dilembutkan melalui budaya jujur, sabar, tidak mudah iri dan terpancing untuk
melakukan hal-hal yang dimurkai agama.
Dalam agama Islam manusia ditentukan untuk berusaha dengan sebaik-baiknya agar
tercapai suatu tujuan yang halal. Pada tahap ini, dengan dukungan budaya instansi, pegawai akan
mencoba berusaha untuk menghasilkan prestasi terbaiknya, apalagi bila penerimaan
hasil dilakukan dengan adil dan objektif.
Melakukan pekerjaan dengan ikhlas adalah ajaran utama dalam Islam. Dalam budaya
instansi dapat dibina suasana bekerja dengan ikhlas. Usaha yang diupayakan hanya karena Allah
semata. Bekerja dengan dilandasi keikhlasan, dapat mencegah SDM dari stres atau jenis emosi
lain yang merugikan. Apabila manusia rajin bekerja dan berupaya, ia akan menciptakan budaya
kerja yang disiplin, berkemauan keras dan tidak cepat putus asa. Selanjutnya diimbangi
dengan terus menerus berdoa dan meminta tolong kepada Allah, agar usahanya membuahkan
hasil. Sifat ini akan membawa manusia ke perilaku rendah hati, tidak takabur dan senantiasa
menyadari baik kelemahan maupun kekuatannya.
Agama Islam mengajarkan manusia untuk giat dalam bekerja. Namun dalam bekerja, harus
sesuai dengan syariat agama dengan mengedepankan kejujuran, kedisiplinan dan keihklasan.
Bekerja adalah ibadah, selama apa yang dikerjakan adalah untuk tujuan yang baik dan benar.

2.2 Pengembangan Seni Islam


2.2.1 Pengertian dan Ruang Lingkup Seni Islam
Seni merupakan bagian dari kebudayaan yang menekankan pada persoalan kehidupan.
Kata “seni” semula merupakan sebuah kata sifat yang setara dengan kata “halus” dalam berbagai

12
arti seperti elok, tipis, kecil, dan sebagainya. Pengertian umum dalam mengartikan seni
diantaranya keindahan, ungkapan, perasaan, imajinasi, intuisi, dan ekspresi. Seni merupakan suatu
hasil kegiatan manusia secara individu atau kelompok dengan keterampilan khusus, berkualitas
tinggi dalam konsep dan pembuatannya dalam menghasilkan sesuatu yang indah dan bernilai
estetis. Menurut Koentjaraningrat, kesenian adalah suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-
nilai, norma-norma, dan peraturan dimana kompleks aktivitas dan tindakan berpola dari manusia
dalam masyarakat dan biasanya berwujud benda-benda hasil manusia.
Seni adalah sesuatu yang bersifat abstrak, dapat dipandang, didengar, dan disentuh oleh
jiwa tetapi sulit dinyatakan melalui kata-kata, hal ini identik dengan keindahan dan kesenangan.
Al-Farabi menjelaskan bahwa seni adalah ciptaan yang berbentuk keindahan. Al-Ghazali
menyatakan bahwa seni adalah kerja yang berkaitan dengan rasa jiwa manusia yang sesuai dengan
fitrahnya.
Seni ada yang berasal dari hasil karya manusia, ada pula yang secara alamiah. Secara
umum, seni terbagi dalam beberapa cabang seni yang masing-masing memiliki ruang lingkup
didalamnya, hal tersebut diantaranya:
1. Seni Musik
Seni musik merupakan bentuk suara yang disusun sedeimikan rupa sehingga menciptakan
suatu irama dan keharmonisan. Seni musik memiliki ruang lingkup vokal dan instrumen.
2. Seni Rupa
Seni rupa adalah membentuk karya seni dengan media yang bisa ditangkap mata dan
dirasakan dengan rabaan. Ruang lingkup seni rupa adalah karya yang berbentu dua dimensi
dan tiga dimensi.
3. Seni Tari
Seni tari adalah gerak tubuh secara berirama untuk mengungkapkan perasaan, pikiran, dan
tujuan tertentu. Ruang lingkup seni tari adalah seni tari tradisional dan modern.
4. Seni Sastra
Seni sastra merupakan seni yang menonjolkan keindahan tutur kata dan cerita sehingga
dapat dinikmati melalui membaca atau mendengarnya dibacakan. Seni sastra meliputi puisi
dan prosa.
5. Seni Teater

13
Seni Teater merupakan penampilan perilaku manusia dengan gerak, tari, dan musik yang
disajikan dengan dialog serta permainan peran pemainnya. Seni teater memiliki ruang
lingkup tradisional dan modern.
Dalam perspektif Islam, daya kreatif seni adalah dorongan yang diberikan oleh Allah yang
perlu digunakan sebagai bantuan untuk mensyiarkan kebesaran Allah. Berseni harus didasari pada
motif perbuatan yang makruf atau kebaikan, halal, dan berakhlak, karena seni bukanlah sebuah hal
yang hampa nilai. Fungsi seni tidak jauh berbeda dengan akal, yaitu agar manusia menyadari
keterkaitan antara alam, Ketuhanan dan rohani atau dengan alam fisikal. Hal ini bertujuan agar
manusia dapat menyadari keagungan Tuhan dan keunikan penciptaan-Nya. Selain itu, konsep seni
menurut perspektif Islam adalah membimbing manusia ke arah Tauhid dan pengabdian diri kepada
Allah. Seni dibentuk untuk melahirkan manusia yang baik dan beradab, serta sebagai proses
pendidikan yang bernilai positif dan tidak melenceng dari batas-batas syariah karena setiap
aktivitas hidup kita merupakan bentuk ibadah kepada Allah. Seni Islam harus memiliki unsur
penting dalam pembentukannya, yaitu jiwanya, prinsipnya, cara penyampaiannya, tujuan, dan
sasarannya. Hal ini berkaitan dengan bagaimana seni tersebut dapat dijadikan semangat untuk
beribadah kepada Allah, bukan semata mencari popularitas dan materi duniawi.
Perkembangan seni dalam Islam diawali dengan adanya hubungan timbal balik antara
peradaban orang-orang Arab dengan bermacam peradaban penduduk asli di Timur Tengah, serta
pencampuran beberapa tradisi berlandaskan Islam. Bentuk-bentuk seni yang dibangun sesuai
dengan perspektif nilai Islam, yakni berusaha menampilkan Keesaan Tuhan (tauhid) dalam
karyanya. Bentuk-bentuk seni pada masa awal perkembangan diantaranya :
1. Puisi
Puisi yang diciptakan oleh para penyair sesuai dengan citarasa Islam dan mengungkapkan
cita-cita Islam dalam setiap syairnya, karena Islam tidak mengizinkan jenis puisi tertentu
yang bersifat tidak Islami. Tokoh-tokoh penyair dalam Islam diantaranya Hasan bin Tsabit
dan Ka’b bin Zuhayr.
2. Masjid
Pada masa awal perkembangan seni Islam, dibangun beberapa masjid, diantaranya masjid
Al-Nabawi di Madinah pada abad pertama hijriyah atau abad ke-7 M, masjid Jami’ Al-
Umawi di Damaskus, dan Qubbat Al-Sakhra (Kubah Batu) di Yerussalem pada tahun 72

14
H atau 691 M. Kubah Batu tersebut dibangun oleh aristek-arsitek Syiria dan dapat dikenali
tanda kebesaran bangunan arsitektur Islam masa awal.
Pada abad pertengahan, seni terus berkembang. Kebangkitan seni pada abad ini meliputi
beberapa bidang, diantaranya :
1. Seni Sastra
Salah satu tokoh seni sastra pada abad ini adalah Jalaluddin Muhammad bin Muhammad
Al-Balkhi Al-Qanawi atau dikenal dengan sebutan Jalaluddin Rumi. Beliau merupakan
seorang pujangga sastra yang dikenal dengan karyanya yang berjudul “Diwani Syamsi
Tabriz” dan “Al-Masnawi”. Selain itu, terdapat pula penyair sufi yang berasal dari India,
yaitu Malik Muhammad Jayadi dengan karyanya yang berjudul Padmawat.
2. Seni Kaligrafi
Kaligrafi merupakan seni menulis indah dalam membentuk huruf-huruf tulisan Arab. Seni
kaligrafi telah berkembang sejak masa Rasulullah. Pada abad pertengahan, seni kaligrafi
berkembang pesat melalui media kertas, dinding bangunan, tiang yang menghiasi
bangunan masjid, dan sebagainya.
3. Arsitektur
Pada abad pertengahan, seni arsitektur yang berkembang merupakan perpaduan antara seni
arsitektur Yunani, Romawi, Persia, dan Arab. Beberapa masjid yang dibangun oleh Dinasti
Usmani diantaranya Masjid Muhammad Al-Fatih, Masjid Sulaiman, Masjid Salim, dan
lain-lain. Sedangkan pada masa Dinasti Safawi, didirikan pula masjid di kota Isfahan,
ibukota Safawi.
Menurut Yusuf Al-Qardhawi, terdapat beberapa kaedah yang menjadi dasar
pengembangan seni dalam Islam, diantaranya :
a. Dalam sentuhan estetika, harus mengandung pesan-pesan kebijakan dan ajaran kebaikan
agar terhindar dari laghwun (hampa, sia-sia),
b. Menjaga dan menghormati nilai-nilai susila Islam dalam pertunjukannya,
c. Tetap menjaga aurat dan menghindari erotisme,
d. Menghindari semua syair, teknik, metode, sarana, dan instrument yang diharamkan syariah,
terutama yang mengandung unsur gaya ritual agama lain dan menjurus pada kemusyrikan,
e. Menjauhi kata-kata, gerakan, gambaran, yang tidak mendidik atau meracuni fitrah,
f. Menjaga disiplin dan prinsip hijab,

15
g. Menghindari perilaku takhonnuts (kebancian),
h. Menghindari fitnah dan praktik kemaksiatan dalam pertunjukannya,
i. Dilakukan sebatas keperluan dan menghindari berlebihan sehingga melalaikan kewajiban
kepada Allah.
Seni Islam harus memiliki risalah dakwah melalui pertunjukannya, serta perlu
menyampaikan pesan-pesan kebajikan diantaranya :
1. Ketauhidan dalam mengungkapkan kekuasaan, keagungan dan kemahaan-Nya, ekspresi
dan penghayatan keindahan alam, prinsip uluhiyah dan ‘ubudiyah,
2. Kemanusiaan, hak asasi manusia serta memelihara lingkungan, seperti memberantas
kriminalitas, kebodohan, kemiskinan, kedzaliman, menganjurkan keadilan, kepedulian
sosial, dan sebagainya,
3. Akhlak dan kepribadian Islam, seperti solidaritas, kedermawanan, rendah hati, keikhlasan,
dan sebagainya.

2.2.2 Perspektif Al-Quran dan As-Sunnah Terhadap Seni


A. Perspektif Al-Quran Terhadap Seni
Seni adalah keindahan. Ia merupakan ekspresi ruh dan budaya manusia yang mengandung
dan mengungkapkan keindahan. Ia lahir dari sisi terdalam manusia didorong oleh kecenderungan
seniman kepada yang indah, apa pun jenis keindahan itu. Dorongan tersebut merupakan naluri
manusia, atau fitrah yang dianugerahkan Allah kepada hamba-hamba-Nya.
Kemampuan berseni merupakan salah satu perbedaan manusia dengan makhluk lain. Jika
demikian. Islam mendukung kesenian selama penampilan lahirnya mendukung fitrah manusia
yang suci itu, dan karena itu pula Islam bertemu dengan seni dalam jiwa manusia, sebagaimana
seni ditemukan oleh jiwa manusia di dalam Islam.
Allah Swt. tidak hanya menciptakan 1angit, melainkan juga memeliharanya. Bukan hanya
hifzhan, tetapi juga zinatan (hiasan yang indah). Begitu pernyataan Allam dalam surat Ash-Shaffat
(37): 6-7 dan Fushshilat (41): 12. Laut pun diciptakan antara lain agar dapat diperoleh darinya
bukan sekadar daging segar, tetapi juga hiasan yang memperindah penampilan seseorang.
Pada saat masa Nabi Muhammad SAW , para seniman tidak terlalu ditonjolkan
keahliannya karena Nabi baru berhasil dalam karyanya jika ia dapat berinteraksi dengan gagasan,
menghayatinya secara sempurna sampai menyatu dengan jiwanya, lalu kemudian mencetuskannya

16
daLam bentuk karya seni. Nah, pada masa Nabi dan sahabat beliau, proses penghayatan nilai-nilai
Islami baru dimulai, bahkan sebagian mereka baru dalam tahap upaya membersihkan gagasan-
gagasan Jahiliah yang telah meresap selama ini dalam benak dan jiwa masyarakat, sehingga kehati-
hatian amat diperlukan baik dari Nabi sendiri sebagai pembimbing maupun dari kaum Muslim
lainnya.
Dua macam seni yang seringkali dinyatakan terlarang, dalam Islam :
1. Seni Lukis, Pahat, atau Patung
Dalam surat Al-Anbiya (21): 51-58 diuraikan tentang patung-patung yang disembah oleh
ayah Nabi Ibrahim dan kaumnya. Sikap Al-Quran terhadap patung-patung itu, bukan
sekadar menolaknya, tetapi merestui penghancurannya.
2. Seni Suara
Ayat ketiga yang dijadikan argumentasi keharaman menyanyi atau mendengarkannya
adalah Surat Luqman ayat 6,
“Di antara manusia ada yang mempergunakan lahwa al-hadits (kata-kata yang tidak
berguna) untuk menyesatkan manusia dari jalan Allah tanpa pengetahuan, dan
menjadikan jalan Allah itu olok-olokan. Mereka itu akan memperoleh siksa yang
menghinakan.” (QS. Luqman: 6)
Mereka mengartikan kata-kata yang tidak berguna (lahwa al-hadits) sebagai nyanyian.
Pendapat ini jelas tidak beralasan untuk menolak seni-suara, bukan saja karena lahwa al-hadits
tidak berarti nyanyian, tetapi juga karena seandainya kalimat tersebut diartikan nyanyian, yang
dikecam di sini adalah bila kata-kata yang tidak berguna itu menjadi alat untuk menyesatkan
manusia. Jadi masalahnya bukan terletak pada nyanyiannya, melainkan pada dampak yang
diakibatkanya.
Muhammad Quthb menulis bahwa kesenian islam tidak harus berbicara tentang Islam
tetapi kesenian Islam adalah kesenian yang dapat menggambarkan penampilan yang wujud ada
didalam akal tetapi dalam jalan sesuai dengan fitrah atau pandanga isalm.Islam tidak melarang
untuk mengekspresika seni , bahkan seni itu sudah dibuat oleh Allah SWT dalmam ciptaanNya di
bumi ini.
Kita dapat memilih objek dan cara menampilkan seni, tetapi jangan sampai seni tersebut
bertentangan dengan fitrah atau padangan islam yang wujud itu sendiri ataupun memiliki nia
bahwa seseorang dapat mengagungkan dan melebihi keesaan Allah SWT.

17
B. Perspektif As-Sunnah Terhadap Seni
Seni adalah dua hal yang sudah lama menjadi bagian dari kehidupan manusia. Seni dan
budaya ini selalu berkembang di setiap zamannya. Islam sebagai agama Rahmatan Lil Alamin juga
menjadi salah satu bagian dari perkembangan budaya dan seni. Banyak seni yang memasukkan
nilai-nilai islam dalam karya seninya, misalnya seni kaligrafi, nasyid, dan lainnya. Dalam setiap
karya yang dihasilkan, nilai-nilai Islam yang juga merupakan sebagai syiar Islam di kehidupan
bermasyarakat. Budaya pun berkembang dengan nilai-nilai Islam didalamnya.
Kebudayaan atau peradaban yang berdasarkan pada nilai – nilai ajaran islam disebut
kebudayaan islam. Dalam pandangan ajaran islam, aktivitas kebudayaan manusia harus
memperoleh bimbingan agama yang diwahyukan oleh Allah SWT melalui para nabi dan rasul-
Nya. Dengan demikian, agar kebudayaan terlepas dari ajaran yang sesat dan sebaliknya mengikuti
jalan yang benar dan terpuji yang dilandasi oleh ajaran agama, Islam mengajarkan kepada umatnya
untuk selalu beramal dan berkarya, dan menggunakan pikiran yang diberikan Allah untuk
mengolah alam dunia ini menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi kepentingan manusia.
Dengan demikian, Islam telah berperan sebagai pendorong manusia untuk “berbudaya“.
Dalam satu waktu, Islamlah yang meletakkan kaidah, norma dan pedoman. Oleh karena itu,
mungkin bisa dikatakan bahwa kebudayaan itu sendiri, berasal dari agama. Kebudayaan Islam
adalah peradaban yang berdasarkan pada nilai-nilai ajaran Islam. Nilai kebudayaan Islam dapat
dilihat dari tokoh-tokoh yang lahir di bidang ilmu pengetahuan agama dan bidang sains dan
teknologi. Semua itu diilhami oleh ayat-ayat Al Quran dan sunnah. Nilai kebudayaan Islam yang
harus dikembangkan: bersikap ikhlas, berorientasi ibadah, bekerja secara professional,
mengembangkan IPTEK, kejujuran dalam berbagai aspek kehidupan, mengutamakan
kemaslahatan umum, berfikir rasional, bersikap objektif.
Agama Islam mendukung kesenian selama tidak melenceng dari nilai-nilai agama.
Sebaliknya apabila seni itu bertentangan dengan ajaran agama dilarang secera keras. Apabila seni
membawa manfaat bagi manusia, memperindah hidup dan hiasannya yang dibenarkan agama,
mengabadikan nilai-nilai luhur dan menyucikannya, serta mengembangkan serta memperhalus
rasa keindahan dalam jiwa manusia, maka sunnah Nabi mendukung, tidak menentangnya. Karena
ketika itu ia telah menjadi salah satu nikmat Allah yang dilimpahkan kepada manusia.
Seni mempunyai daya tarik yang selalu bertambah bagi orang-orang yang kematangan
jiwanya terus bertambah. Seni di dalam agama Islam mendapatkan tempat yang istimewa. Hampir

18
seluruh aspek ajaran Islam mengandung unsur seni. Seni di dalam Islam harus diarahkan kepada
hal yang positif, menimbulkan budi pekerti, sopan santun yang lemah lembut, tidak mengarahkan
kepada hal yang negatif, seperti menimbulkan syahwat dan kemungkaran.
Semua aspek kehidupan manusia sebenarnya mengandung unsur seni seperti pada pakaian,
tutur kata, kendaraan, perumahan, alat-alat rumah tangga, alat tulis,dan lainnya. Karya seni bagi
umat islam dapat ditunjukan dengan bentuk bangunan yang indah, seperti istana raja seni tari, seni
rabana dulunya, masjid, menara, kubah, dan lain-lain. Islam selalu memiliki batasan-batasan
tertentu untuk mengatur umatnya agar tidak melenceng dari ajaran Islam. Seni yang dikehendaki
islam adalah seni yang bisa mendatangkan manfaat, bukan mendatangkan mudarat seperti
menimbulkan kemungkaran, syirik, menimbulkan syahwat, dan lain sebagainya.
Ada hadist Nabi yang menyatakan bahwa Nabi memberi kesan bolehnya memperhatikan
keindahan diri sampai pada batas “bersaing” untuk menjadi yang terbaik. Makna kata “bersaing”
yang tidak diperbolehkan dalam hal ini adalah meremehkan hak dan merendahkan orang lain.
Rasulullah sendiri memakai pakaian yang indah, namun beliau menyadari sepenuhnya tentang
keindahan surgawi.

2.2.3 Seni Islami


Kehidupan manusia tidak bisa lepas dari kehidupan seni karena posisi seni di sini sebagai
stabilisator antara perkembangan ilmu dan teknologi. Oleh karena itu, seni sendiri memiliki nilai
strategis dan mempunyai peranan penting agar kehidupan bisa berjalan dengan normal. Dilihat
dari pentingnya seni dan kedudukannya, Islam beranggapan seni adalah sesuatu yang sangat
penting. Islam mengajarkan pengikutnya untuk bisa menghargai ketiga nilai di atas (ilmu,
teknologi, dan seni), karena ketiga nilai itu begitu penting diajarkan di dalam Islam dan harus
berjalan selaras.
Seni dalam Islam mengajarkan sesuatu yang berbentuk estetik (sesuatu yang indah), akan
memperkuat perenungan objek-objek dan kenikmatan estetis yang akan memperkuat ideologi
dasar dan memperkuat kesadaran akan ciptaan Allah SWT. Seni itu indah dan keindahan itu
adalah kesenian. Sebagaimana hadis Nabi SAW yang bermaksud: “Sesungguhnya Allah itu
maha indah dan Dia sukakan keindahan”. Keindahan merupakan salah satu ciri keesaan,
kebesaran, dan kesempurnaan Allah SWT lantas segala yang diciptakanNya juga merupakan
pancaran keindahanNya. Sebagaimana manusia yang dijadikan sebagai makhluk yang paling

19
indah dan paling sempurna. Allah menciptakan manusia dengan penuh keseniaan dari segi
perbedaan rupa dan warna kulit. Bahkan, kesenian unggul dalam Islam sendiri terpancar pada
Ummul Kitab (al-Quran) yang diturunkan sebagai panduan dan pedoman untuk semua umat
manusia. Naskah lengkap panduan hidup umat Islam merupakan seni yang tidak dapat ditangkis
oleh siapapun kerana ketinggian nilai budi, sarana akhlak, juga peraturan hidup manusia.
Seni islami pada zaman nabi terjadi pembatasan yang menghambat perkembangan seni
pada masa itu sebabnya menurut Sayyid Quthb karena seniman baru berhasil dalam karyanya
jika ia dapat berinteraksi dengan gagasan, menghayatinya secara sempurna sampai menyatu
dengan jiwanya, lalu mencetuskannya dalam bentuk karya seni. Pada masa Nabi dan sahabat
beliau, proses penghayatan nilai-nilai islami baru dimulai, bahkan sebagian mereka baru dalam
tahap upaya “membersihkan” gagasan-gagasan Jahiliah yang telah meresap selama ini dalam
benak dan jiwa masyarakat sehingga kehati-hatian amat diperlukan baik dari Nabi sebagai
pembimbing maupun dari kaum lainnya. Atas dasar inilah kita harus memahami larangan yang
ada, kalau kita menerima adanya larangan penampilan karya seni tertentu. Apalagi seperti
dikemukakan di atas bahwa apresiasi Alquran terhadap seni sedemikian besar. Mari kita coba
melihat dua macam seni yang sering dinyatakan terlarang dalam Islam.
Motif seni dalam Islam haruslah menjurus kepada yang makruf, mengutamakan
pembangunan akhlak serta mencegah kepada perkara mungkar. Jika seni membawa seseorang itu
kepada kelalaian dan melupakan Allah, maka seni itu telah lari dari prinsip Islam yang
sebenarnya. Oleh itu, setiap pencinta seni haruslah memahami maksud seni dalam Islam. Motif
seni dalam Islam mestilah menjurus kepada yang makruf dan mengutamakan yang akhlak. Islam
telah membuka ruang yang seluas-luasnya kepada para seniman untuk melahirkan pengucapan
rasa keindahan dan pengalaman yang lahir dari naluri asasi manusia yang sememangnya
menjurus ke arah keselamatan, kesenangan dan keindahan
Seni pada asasnya tidak bertentangan dengan Islam. Apa yang menjadi isu sebenarnya
adalah apabila ‘perlaksanaan tidak menghalalkan cara’. Atau secara jelasnya, bagaimana cara
perlaksanaannya (cara seni itu dikendalikan dan dilaksanakan), adakah ianya dibenarkan dalam
islam serta sejajar dengan tuntutan tauhid dan syara’. Sebagai contoh, seni suara misalnya, perlu
dilihat dari aspek di mana dia menyanyi, bagaimana pemakaiannya, menutup aurat atau tidak,
dan siapakah pula pendengarnya. Jika perlaksanaannya tidak bertentangan dengan prinsip Islam,
maka ia tidak dilarang.

20
Kesenian Islam tidak hanya terbatas pada menyanyi dan menari saja. Sama seperti
kesenian lain yang berkembang di dunia, perkembangan agama Islam juga dibarengi dengan
perkembangan kesenian. Kesenian bisa menjadi salah satu upaya dalam menyebarluaskan dan
mengembangkan konsep agama Islam. Terdapat beberapa jenis kesenian Islam yang dikenal oleh
masyarakat, antara lain:
1. Seni lukis, pahat, dan Patung
Alquran secara tegas dan dengan bahasa yang sangat jelas berbicara tentang patung pada
tiga surat Alquran. yaitu:
a. Dalam surat Al-Anbiya‟ (21): 5158 diuraikan tentang patung-patung yang disembah oleh
“ayah” Nabi Ibrahim dan kaumnya. Sikap Alquran terhadap patung-patung itu, bukan
sekadar menolaknya, tetapi merestui penghancurannya. Ada satu catatan kecil yang dapat
memberikan arti dari sikap Nabi Ibrahim di atas, yaitu bahwa beliau menghancurkan
semua berhala kecuali satu yang terbesar. Membiarkan satu di antaranya dibenarkan
karena ketika itu berhala tersebut diharapkan dapat berperan sesuai dengan ajaran tauhid.
Melalui berhala itulah Nabi Ibrahim membukti-kan kepada mereka bahwa berhala
betapapun besar dan indahnya tidak wajar untuk disembah. “Sebenarnya patung yang
besar inilah yang melakukannya (penghancuran berhala-berhala itu). Maka tanyakanlah
kepada mereka jika mereka dapat berbicara, “Sesungguhnya kamu sekalian adalah
orang-orang yang menganiaya (diri sendiri). “ (QS Al-Anbiya‟ [21]: 63-64). Sekali lagi
Nabi Ibrahim a.s. tidak menghancurkan berhala yang ter-besar pada saat berhala itu
difungsikan untuk satu tujuan yang benar. Jika demikian, yang dipersoalkan bukan
berhalanya, tetapi sikap terhadap berhala, serta peranan yang diharapkan darinya.
b. Dalam surat Saba‟ (34): 12-13 diuraikan tentang nikmat yang dianugerahkan Allah
kepada Nabi Sulaiman, yang antara lain adalah,“ (Para jin) membuat untuknya
(Sulaiman) apa yang dikehendakinya seperti gedung-gedung yang tinggi dan patung-
patung… “ (QS Saba‟ [34]: 13). Dalam Tafsir Al-Quthubi di-sebutkan bahwa patung-
patung itu terbuat dari kaca, marmer, dan tembaga, dan konon menampilkan para ulama
dan nabi-nabi terdahulu. (Baca tafsirnya menyangkut ayat tersebut). Di sini, patung-
patung tersebut karena tidak disembah atau diduga akan disembah, keterampilan
membuatnya serta pemilikannya dinilai sebagai bagian dari anugerah ilahi.

21
c. Dalam Alquran surat Ali Imran (3): 48-49 dan Al-Maidah (5): 110 diuraikan mukjizat
Nabi Isa a.s. antara lain adalah menciptakan patung berbentuk burung dari tanah liat dan
setelah ditiupnya, kreasinya itu menjadi burung yang sebenarnya atas izin Allah. “Aku
membuat untuk kamu dari tanah (sesuatu) berbentuk seperti burung kemudian aku
meniupnya, maka ia menjadi seekor burung seizin Allah. (QS Ali „Imran [3]: 49).
Kaum Tsamud amat gandrung melukis dan memahat, serta amat ahli dalam bidang ini
sampai-sampai relief-relief yang mereka buat demikian indah bagaikan “sesuatu yang hidup”,
menghiasi gunung-gunung tempat tinggal mereka. Kaum ini enggan beriman, maka kepada
mereka disodorkan mukjizat yang sesuai dengan “keahliannya” itu, yakni keluarnya seekor unta
yang benar-benar hidup dari sebuah batu karang. Mereka melihat unta itu makan dan minum.
Ketika itu relief-relief yang mereka lukis tidak berarti sama sekali dibanding dengan unta yang
menjadi mukjizat itu. Sayang mereka begitu keras kepala dan kesal sampai mereka tidak
mendapat jalan lain kecuali menyembelih unta itu sehingga tuhan pun menjatuhkan palu godam
terhadap mereka. Yang digarisbawahi di sini adalah bahwa pahat-memahat yang mereka tekuni
itu merupakan nikmat Allah Swt. yang harus disyukuri, dan harus mengantar kepada pengakuan
dan kesadaran akan kebesaran dan keesaan Allah Swt. Allah sendiri yang menantang kaum
Tsamud dalam bidang keahlian mereka itu, yang pada hakikat-nya merupakan “seniman agung”
kalau istilah ini dapat diterima. Kembali kepada persoalan sikap Islam tentang seni pahat atau
patung, maka agaknya dapat dipahami antara lain melalui penjelasan berikut. Syaikh Muhammad
Ath-Thahir bin Asyur ketika menafsirkan ayat-ayat yang berbicara tentang patung-patung Nabi
Sulaiman menegaskan, bahwa Islam mengharamkan patung karena agama ini sangat tegas dalam
memberantas segala bentuk kemusyrikan yang demikian mendarah daging dalam jiwa orang-
orang Arab serta orang-orang selain mereka ketika itu. Sebagian besar berhala adalah patung-
patung sehingga Islam mengharamkannya karena alasan tersebut bukan karena dalam patung
terdapat keburukan, tetapi karena patung itu dijadikan sarana bagi kemusyrikan.
2. Seni Kaligrafi
Alquran berpengaruh menjadikan kaligrafi bentuk seni yang paling penting dalam budaya
Islam. Pengaruh dan keutamaannya ditemukan pada setiap wilayah dunia Muslim, pada setiap
abad dalam sejarah Islam, pada setiap cabang produksi, dan pada setiap tipe objek seni yang
dibayangkan. Di antara semua kategori seni Islam, kaligrafi adalah yang paling umum, paling
penting, paling banyak diapresiasi, dan paling dihormati kaum muslim. Wahyu yang turun

22
kepada Muhammad, yang kemudian tersusun sebagai Alquran Suci, segera dihafal oleh nabi dan
sahabatnya. Selain itu, sebagian sahabat nabi yang dapat menulis, menuliskan surah demi surah
di atas lempung, batu, tulang, atau material lain yang dapat digunakan. Beberapa bagian Alquran
disimpan di Masjid Nabi, sebagian di rumah Nabi, dan sebagian di rumah sahabat. Dengan
wafatnya Nabi pada 10/632, dan gugurnya para pengikut nabi yang hafal seluruh Alquran di
medan perang, umat merasakan ke-butuhan mendesak untuk mencatat wahyu dalam bentuk lebih
permanen. Atas desakan Umar bin Al-Khaththab, Abu Bakar, khalifah pertama memerintahkan
sekretaris Nabi, Zaid bin Tsabit untuk menghimpun dan menulis semua ayat Alquran dalam
susunan seperti yang ditunjukkan Nabi. Setelah problem awal pengemba-ngan sistem tulisan
yang lengkap dan akurat terpecahkan, kaum Muslim awal lalu memperindah tulisan mereka.
Selain variasi gaya tulisan kufi yang diperpanjang secara vertikal atau horizontal, ahli-ahli
kaligrafi Muslim mengembangkan varian baru bentuk yang pada dasarnya bundar.
Seni Kaligrafi biasa juga disebut dengan Khat, merupakan seni menulis huruf arab
dengan indah. Bagian yang sering ditulis adalah penggalan ayat-ayat Al-Quran, doa-doa, dan
hadist. Dalam perkembangannya, menulis kaligrafi tidak hanya pada media kertas dengan
menggunakan tinta, tapi sudah lebih canggih yaitu menggunakan benang dan diukir pada kain
atau permadani. Saat ini seni menulis kaligrafi banyak diabadikan di permadani, dinding masjid,
ilustrasi buku, dan lainnya.
3. Seni Baca Al-qur’an
Seni ini adalah seni membaca kitab suci Al-Quran dengan irama yang diperindah dan
tajwid yang sempurna. Seni ini sering disebut dengan Tilawatil Quran. Orang yang
mmembacanya disebut Qori. Membaca Al-Quran akan lebih indah jika menggunakan irama.
Para Ahli di Indonesia membagi irama lagu menjadi 7 bagian, yaitu Bayati, Shoba, Hijaz,
Nahawand, Rost, Jiharkah, dan Sikah.
4. Seni Nasyid
Nasyid merupakan lagu atau nyanyian yang liriknya mengandung kata-kata nasihat,
pemujaan terhadap Allah atau menceritakan kisah-kisah para nabi.

2.3 Pengembangan IPTEK dalam Islam


2.3.1 Pengertian dan Sumber-Sumber IPTEK

23
A. Ilmu Pengetahuan
Menurut sudut pandang filsafat, Ilmu dan Pengetahuan sangatlah berbeda. Ilmu adalah
pengetahuan yang sudah diklasifikasikan, diorganisasi, disistematisasi dan diinterpretasi sehingga
menghasilkan kebenaran obyektif, sudah diuji kebenarannya, dan dapat diuji secara ilmiah.
Sedangkan pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui manusia melalui tangkapan panca
indera, intuisi, dan firasat.
Ilmu dalam bahasa Arab `ilm berarti memahami, mengerti atau mengetahui. `Ilm menurut
bahasa berarti kejelasan, karena itu segala kata yang terbentuk dari akar katanya mempunyai ciri
kejelasan. Misalnya: `alam (bendera), a`lam (gunung-gunung), `alamat (alamat), dan sebagainya.
Ilmu adalah pengetahuan yang jelas tentang segala sesuatu.
Ilmu atau sains memiliki arti lebih spesifik yaitu usaha mencari pendekatan rasional dan
pengumpulan fakta-fakta empiris, dengan melalui pendekatan keilmuan akan didapatkan sejumlah
pengetahuan atau juga dapat dikatakan ilmu adalah sebagai pengetahuan yang ilmiah.
Kata Ilmu dalam Al-Quran terulang lebih kurang sebanyak 854 kali. Kata ini digunakan
dalam arti proses pencapaian pengetahuan dan obyek pengetahuan sehingga memperoleh suatu
kejelasan. Dalam Agama Islam, Ilmu Pengetahuan dapat diperoleh dengan beberapa cara, yaitu:
1. Menggunakan Alat Indra
Dalam firman Allah Surat An-Nahl ayat 78, yang berbunyi :
“Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu
apapun. Dan dia memberikamu pendengaran, penglihatan dan hati agar kamu
bersyukur”. Ayat tersebut mengisyaratkan penggunaan empat sarana yaitu, pendengaran,
mata (penglihatan) dan akal serta hati sesuai petunjuk ilahi untuk memperoleh
pengetahuan.
2. Trial Error dan Coba-Coba
Dalam memperoleh suatu ilmu baru tidaklah akan selalu berhasil pada awal
pembelajarannya, pasti ada saja kesalahan yang dilakukan, oleh karena itu kita dituntut
untuk selalu sabar dan berani terus mencoba tanpa menyerah.
3. Dalam pemikiran Islam ada dua sumber ilmu, yaitu akal dan wahyu dan keduanya tidak
boleh dipertentangkan.
4. Pengamalan Ilmu itu sendiri

24
Ibnu ‘Abbas radhiyallaahu ‘anhumaa berkata: “Barangsiapa yang berusaha mengamalkan
ilmu yang telah diketahuinya, maka Allah akan menunjukkan mereka apa yang belum
mereka ketahui”

B. Teknologi
Istilah teknologi merupakan produk ilmu pengetahuan. Teknologi sendiri sebenarnya
berasal dari kata Bahasa Perancis yaitu “La Teknique” yang dapat diartikan dengan “Semua proses
yang dilaksanakan dalam upaya untuk mewujudkan sesuatu secara rasional”. Dalam hal ini yang
dimaksudkan dengan sesuatu tersebut dapat saja berupa benda atau konsep.

IPTEK memiliki berbagai sumber, diantaranya:


1. Al-Quran dan Sunnah
Allah telah memerintahkan hambanya untuk tunduk dan mengikuti apa yang telah ia
perintahkan dan menjadikan Al-Quran dan Sunnah sebagai sumber Ilmu Pengetahuan yang
pertama bagi Ummat Islam, dikarenakan kedua sumber tersebut merupakan sumber yang
terpercaya dan mendapat pengawasan langsung dari Allah SWT
2. Alam Semesta
Allah juga menyuruh manusia untuk memikirkan alam semesta dan mengambil hukum
serta manfaat darinya, hal ini tercantum dalam (QS. Ali-Imran:190-192).
3. Diri Manusia
Allah memerintahkan manusia untuk memerhatikan proses penciptaanya baik secara fisik
dan psikologis/jiwanya, hal ini tercantum dalam :
a. (QS. 86:5) yang berbunyi: "Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apakah
dia diciptakan?"
b. (QS. 91:7-10) yang berbunyi: “Demi jiwa dan penyempurnaan (ciptaannya), maka
Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya,
sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu, dan sesungguhnya
merugilah orang yang mengotorinya.”
4. Sejarah
Allah SWT memerintahkan manusia agar melihat kebenaran wahyu-Nya melalui lembar
sejarah (QS. 12:111).

25
2.3.2 Tujuan Pengembangan IPTEK
Al-Qur’an terus mendorong manusia untuk mencari ilmu pengetahuan serta
mengembangkannya dalam bentuk tekonologi yang berguna bagi manusia. Hal ini ditujukan untuk
membuat manusia menyadari akan keagungan Allah SWT. Manusia pun ditantang untuk
menembus langit, yaitu mempelajari alam semesta di luar bumi, menembus jarak yang sangat jauh,
dimana itu merupakan bukti kekuasaan Allah SWT. Misal, perkembangan teknologi antariksa.
Dengan teknologi antariksa, terjadi perkembangan ilmu pengetahuan mengenai alam semesta.
Manusia dapat menjelajah alam semesta dengan mudah dan mengagumi kekuasaan Allah SWT.
Dengan kecanggihan jet, manusia bisa keluar dari bumi, menuju luar angkasa. Bahkan telat
diciptakan pesawat luar angkasa tanpa awak yang digunakan untuk mendeteksi dan mengirimkan
informasi yang telah direkam ke bumi. Selain menyadari kekuasaan Allah SWT, penjelajahan
alam semesta membuat manusia sadar jika mereka hanyalah debu di alam semesta ini. Tantangan
Allah SWT kepada makhluk-Nya tertulis dalam Al-Qur’an:
”Wahai golongan jin dan manusia, jika kamu ingin menembus langit dan bumi, cobalah,
tapi kamu tidak akan dapat melakukannya kecuali dengan sultan. “(QS 55:33).
Sultan disini memiliki arti yang memiliki kekuatan. Namun, pengertian ini terus
berkembang. Saat ini, arti “penguasa” dan “kekuatan” lebih dapat disumbangkan oleh kekuatan
dan kekuasaan ilmu pengetahuan serta teknologi.
Perkembangan IPTEK dibutuhkan manusia untuk mempermudah pekerjaan mereka. Ada
beberapa hal yang tidak bisa dilakukan manusia namun bisa dilakukan oleh teknologi. Misal saja,
petani bisa saja menggali 10m sampai 20m. Namun, jika ingin menggali lebih dalam lagi, mereka
membutuhkan alat-alat canggih, dan itu dapat dipenuhi oleh teknologi. Dengan IPTEK, manusia
dapat membuat apapun di luar batas-batas yang ada. IPTEK dapat membuat hal yang tidak
mungkin menjadi mungkin.
Di dalam pengembangan IPTEK, manusia membutuhkan pedoman. Pedoman itu adalah
Al-Qur’an. Di dalam Al-Qur’an, telah banyak dituliskan pengetahuan mengenai alam semesta ini.
Al-Qur’an dijadikan pedoman agar manusia menciptakan teknologi yang tidak menyimpang dari
ajaran Islam. Al-Qur’an akan membimbing manusia dalam menciptakan teknologi yang
menghasilkan manfaat positif. Teknologi bukan hanya sekedar cangih, tapi juga harus memiliki
manfaat positif serta tidak berdampak buruk bagi hidup manusia di dunia dan di akhirat.

26
Di dalam penciptaannya, manusia diberikan akal dan qalbu untuk membantu manusia
dalam bertahan hidup di bumi. Allah SWT mengajarkan manusia untuk memahami elemen-elemen
di alam dan menggunakannya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan memahami apa yang
terkandung di alam, manusia akan berpikir siapa yang menciptakan semua ini? Jika mereka
beriman, jawabannya hanyalah Allah SWT yang mampu menciptakan semuanya. Maka, hanya
Allah SWT, Tuhan yang patut disembah.
Di era modern saat ini, perkembangan IPTEK terjadi dengan cepat dan tidak ada
batasannya. Perkembangan yang cepat belum tentu diimbangi dengan sikap manusia dalam
menerima kemajuan IPTEK tersebut. Ada beberapa orang yang menerima perkembangan IPTEK
secara “mentah-mentah” tanpa mengkaji dulu apakah hal tersebut mempunyai dampak positif atau
negatif. Jadi, meskipun kita dituntut untuk terus mengkembangkan IPTEK, kita tetap harus bisa
memilah nilai positif dan negatif dari IPTEK tersebut.
Maka dapat disimpulkan bahwa Allah SWT, seperti yang disebutkan dalam Al-Qur’an,
menuntut manusia untuk terus menggali pengetahuan bahkan hingga mencapai luar angkasa. Hal
ini agar manusia semakin menyadari besarnya kekuasaan Allah SWT. Namun, tidak semua
perkembangan IPTEK memiliki dampak positif. IPTEK juga memiliki dampak negatif yang bisa
saja merusak iman atau menambah dosa seseorang. Maka, sebagai seorang muslim yang beriman,
haruslah kita pandai dalam memilah nilai positif dan negatif dari perkembangan IPTEK.

2.3.3 Kegunaan IPTEK


Ilmu pengetahuan merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari ajaran agama Islam,
sebab kata islam itu sendiri, dari kata dasar aslama yang artinya “tunduk patuh”, mempunyai
makna “tunduk patuh kepada kehendak atau ketentuan Allah”. Dalam Surat Ali Imran ayat 83,
Allah menegaskan bahwa seluruh isi jagat raya, baik di langit maupun di bumi, selalu berada dalam
keadaan islam, artinya tunduk patuh kepada aturan-aturan Ilahi. Allah memerintahkan manusia
untuk meneliti alam semesta yang berisikan ayat-ayat Allah. Sudah tentu manusia takkan mampu
menunaikan perintah Allah itu jika tidak memiliki ilmu pengetahuan. Itulah sebabnya, kata alam

dan ilmu mempunyai akar huruf yang sama: ain-lam-mim. Di antara manfaat‑manfaat IPTEK

tersebut adalah:
1. Memperoleh Kemudahan

27
Kemampuan fisik manusia untuk meraih berbagai kebutuhan hidup sangat terbatas.
Pandangan mata, pendengaran telinga manusia terbatas, begitu pula kekuatan dan keterampilan
tangan dan kakinya. Kemampuan fisik manusia itu tidak sebanding dengan kebutuhan yang

diinginkan. Tetapi manusia sebagai khalifah Allah diberikan kemampuan akal‑pikiran untuk

memanfaatkannya menemukan cara‑cara yang tepat dan efektif guna meraih kebutuhan hidup

yang tidak mungkin dicapai melalui kemampuan fisik semata. Akal‑pikiran manusia mampu

mendayagunakan segala yang Allah ciptakan di bumi ini. Kemampuan itu memang telah

ditentukan oleh Allah Swt sebagaimana Allah nyatakan dalam firman‑Nya

َ ‫ت فِي َما لَكُم َو‬


‫س َّخ َر‬ ِ ‫س َم َوا‬ ِ ‫ الجاثية( يَتَفَك َُّرونَ ِلقَوم ََليَات ذَ ِلكَ فِي إِنَّ ِمنهُ ج َِميعًا األَر‬: 13)
َّ ‫ض فِي َو َما ال‬
Artinya: “Dan Dia menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi
semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar
terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berpikir (QS. Al-Jatsiyah (45):13).
2. Mengenal dan Mengagungkan Allah.
Apabila manusia mampu menghayati akan makna sains dan teknologi yang

dikembangkannya, bahwa sernua itu bukan semata‑mata karena faktor diri pribadi manusia, tetapi

ada faktor lain di luar dirinya, maka manusia akan memperoleh jalan untuk mengenal sesuatu yang
lain di luar dirinya itu, yaitu Yang Maha Agung, Yang Maha Kuasa, dan Yang Maha Bijaksana,
yaitu Allah SWT. Kesempurnaan alam dengan struktur dan sistemnya tidak bisa dibayangkan akan
terbentuk dengan sempurna apabila tidak ada kesengajaan pihak lain, yaitu Yang Maka Kuasa dan
Maha Sempurna. Semakin luas dan dalam pengetahuan manusia akan rahasia alam ini, maka
semakin dekat manusia untuk mengenal Pencipta alam ini, yaitu Allah, Sang Khalik.
Ketika pertama manusia mengembangkan teknologi bangunan, manusia telah diberikan
contoh langit yang tinggi, yang luas dan kokoh, yang tidak takut akan runtuh. Begitu pula ketika
manusia mengembangkan teknologi pesawat udara, Allah telah memberikan contoh bagaimana
burung bisa terbang di angkasa dengan stabil, mampu mempertahankan keseimbangan tanpa takut
jatuh, dan lain sebagainya. Karena itu ketika menerangkan berbagai struktur di alam ini, Allah
menyatakan bahwa semua itu menjadi pelajaran bagi manusia untuk lebih mengenal dan
mengangungkan Allah penciptanya. Dalam firman Allah dinyatakan:
ِ ‫ت خ َْل‬
‫ق فِي ِإن‬ ِ ‫ف َواْأل َ ْر‬
ِ ‫ض الس َم َوا‬ ِ ‫ب ِألُو ِلي ََليَات َوالن َه‬
ْ ‫ار الل ْي ِل َو‬
ِ َ‫اختِال‬ ِ ‫األ َ ْلبَا‬.
ْ (‫ عمران ال‬: 190)

28
Artinya: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan

siang terdapat tanda‑tanda bagi orang yang berakal “. (QS. Ali Imran (3) : 190).

Teknologi dan sains hanyalah sarana untuk lebih meningkatkan pengenalan manusia
kepada Allah Penciptanya. Kebesaran Allah akan lebih jelas bagi orang yang berpengetahuan
dibandingkan dengan orang yang kurang pengetahuannya. Karena itu Allah berfirman :
… ‫ فاطر( … ْالعُلَ َم ُؤا ِعبَا ِد ِه ِم ْن للاَ يَ ْخشَى إِن َما‬: 28)

Artinya: “Sesungguhnya orang yang takut kepada Allah di antara hamba hainba‑Nya,

hanyalah orang yang berilmu pengetahuan” (QS. Fathir (35) : 28).


3. Meningkatkan Kualitas Pengabdian Kepada Allah

Manusia diciptakan oleh Allah hanyalah untuk mengabdi kepada‑Nya. Demikian

dinyatakan oleh Allah dalam firman-Nya:


‫س ال ِجنَّ َخلَقتُ َو َما‬
َ ‫ ِليَعبُدُو ِن إِلَّ َوا ِإلن‬. (‫ الذاريات‬: 56)
Artinya: “Dan tidaklah Au menciptakan jin dan manusia melainkan untuk mengabdi kepada-

Ku” (QS. Al‑ Dzariyat (51) : 56).

Seluruh aktivitas hidup manusia hendaknya diwujudkan sebagai pelaksanaan pengabdian


kepada Allah tersebut. Pengabdian manusia kepada Allah di sini adalah pengabdian dalam arti
luas, yaitu seluruh aktivitas, yang memenuhi kriteria (1) diniatkan untuk menaati aturan Allah; (2)
dilakukan dengan mengikuti ketentuan yang diberikan alah, baik dalam bentuk kegiatan yang telah
ditentukan tata caranya maupun dalam bentuk penggalian jenis kegiatan yang bermanfaat yang
sejalan dengan nilai-nilai kebenaran yang ditunjukkan Allah; dan (3) dimaksudkan untuk
memperoleh ridha Allah.
Nilai sebuah pengabdian manusia kepada aalah membuat manusia harus
mengesampingkan kesenangan atau kepuasan pribadi, dengan catatan bahwa apa yang Allah ridhai
bagi manusia adalah sesuatu yang terbaik bagi manusia. Allah Maha Tahu akan segala sesuatu
yang paling bermanfaat bagi manusia, dan Allah tidak menginginkan kesenangan-Nya sendiri
dengan mengorbankan kepentingan manusia. Alah Maha Kaya dan Maha Kuasa sehingga Dia
tidak menginginkan apapun dari pengabdian manusia kepada-Nya. Kewajiban yang Allah berikan
pada manusia untuk mengabdi kepada-Nya adalah untuk kepentingan manusia sendiri, untuk
kemaslahatan manusia.

29
Teknologi apabila dirancang dan dimanfaatkan secara benar dalam konteks tugas
pengabdian manusia tersebut, maka teknologi diyakini akan mampu meningkatkan kualitas
pengabdiannya kepada Allah. Jam misalnya, adalah produk teknologi yang dimanfaatkan oleh
umat Islam setiap hari untukl mengetahui waktu-waktu shalat sehingga umat Islam dapat
menunaikan ibadah shalat tepat pada waktunya, begitu pula kompas dimanfaatkan untuk
mengetahui arah kiblat sehingga tidak terjadi salah arah dalam shalat. Dalam hal produk teknologi
pangan, dengan banyaknya produk makanan yang beredar di masyarakat, kita mampu mengetahui

komponen‑komponen yang dipergunakan sebagai bahan, proses pembuatannya, sehingga kita

dapat mengetahui apakah makanan yang kita konsumsi itu halal atau haram, begitu pula dengan

produk‑produk teknologi lainnya.

4. Memperoleh Kesenangan dan Kebahagiaan Hidup

Kemudahan‑kemudahan yang diperoleh manusia melalui pemanfaatan teknologi membuat

manusia dapat memperoleh kesenangan dan kebahagiaan hidup serta tetap dalam koridor
kesenangan dan kebahagiaan yang halal, yang diridhai Allah. Allah tidak menghendaki manusia
hidup susah, tetapi sebaliknya Allah menghendaki manusia hidup senang, hidup bahagia. Ketika
Allah menempatkan Adam dan istrinya di bumi, Allah berfirman:
ِ ‫حيْن إِلَى َو َمتَاع ُم ْستَقَر اْأل َ ْر‬.
… ‫ض فِي َولَ ُك ْم‬ ِ (‫ البقرة‬: 36)
Artinya: “ …. dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu
yang ditentukan” (QS. Al-Baqarah (2): 36)
5. Meningkatkan Kemampuan Memanfaatkan Kekayaan Alam
Seorang pekerja bangunan yang kuat dan masih muda, masih memiliki semangat kerja dan
daya tahan tubuh tinggi menggali tanah dengan peralatan tradisional untuk pondasi bangunan
dalam satu hari ia hanya mampu menggali beberapa meter kubik, begitu pula pekerja tambang,

dan lain‑lain. Ketika para pekerja tersebut menggunakan peralatan berat, ia mampu meningkatkan

produktivitas kerja berlipat ganda. Bahkan banyak kekayaan alam yang tidak mungkin dideteksi
keberadaannya dan dilakukan eksplorasi tanpa menggunakan teknologi canggih, seperti sumber
minyak yang berada di kedalaman ribuan meter atau di dasar laut. Padahal semua itu disediakan
oleh Allah untuk kesejahteraan hidup manusia.
Teknologi meningkatkan kemampuan manusia melakukan eksplorasi kekayaan alam

30
tersebut secara optimal. Banyak negara, bangsa yang tidak memiliki kekayaan alam memadai
tetapi karena memiliki kemampuan teknologi canggih hidup lebih sejahtera dibandingkan dengan
negara, bangsa yang memiliki kekayaan alam melimpah tetapi teknologinya tertinggal. Jepang
umpamanya, adalah sebuah negara kecil, yang miskin akan kekayaan alam, tetapi kemajuan
teknologinya tinggi, ia lebih kaya dibandingkan dengan Indonesia yang kekayaannya melimpah
tetapi tertinggal kemajuan teknologinya dibandingkan dengan Jepang. Masih banyak negara di
dunia ini yang kaya seperti Jepang dan yang tertinggal seperti Indonesia.
Eksplorasi kekayaan alam diingatkan oleh Allah agar jangan sampai tak terkontrol
sehingga berubah menjadi eksploitasi alam, yang mengakibatkan kerusakan alam, terganggunya
keseimbangan lingkungan, karena justru akan mengakibatkan timbulnya malapetaka bagi
manusia, seperti banjir pencemaran lingkungan, ,dan lain-lain. Dalam firman Allah:
‫سا ُد َظه ََر‬ َ ‫اس أَيدِي َك‬
َ َ‫سبَت ِب َما َوالبَح ِر ال َب ِر فِي الف‬ َ ‫يَر ِجعُونَ لَ َعلَّ ُهم ع َِملُوا الَّذِي بَع‬. (‫ الروم‬: 41)
ِ َّ‫ض ِليُذِيقَ ُهم الن‬
Artinya: “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan
manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar
mereka kembali (ke jalan yang benar)” (QS. Ar-Rum (30):41).
6. Menumbuhkan Rasa Syukur Kepada Allah.
Bagi orang beriman, sekecil apapun nikmat yang ia dapatkan dari rezeki halal yang

diberikan Allah kepadanya akan melahirkan rasa syukur kepada‑Nya sebagai pemberi nikmat.

Apalagi dengan kemajuan teknologi yang mampu melipat‑gandakan nikmat itu kepadanya, maka

rasa syukur kepada‑Nya pun juga akan berlipat ganda. Rasa syukur kepada Allah yang paling

ringan adalah mengucapkan “alhamdulillahi rabbil ‘alamin”, namun hakikat syukur yang
sebenarnya adalah memanfaatkan nikmat itu secara, benar untuk meningkatkan ketakwaannya
kepada Allah. Karena itu diperlukan tekad, kesungguhan untuk mewujudkan rasa syukur dalam
amal kehidupan secara riil. Allah mengingatkan:
‫شكَرت ُم لَئِن َر ُّبكُم تَأ َذَّنَ َو ِإذ‬
َ ‫عذَا ِبي ِإنَّ َك َفرت ُم َولَئِن َألَ ِزي َد َّنكُم‬ َ َ‫ل‬. (‫ إبراهيم‬: 7)
َ ‫شدِيد‬
Artinya: “Dan (ingatlah) tatakala Tuhanmu memaklumkan “Sesungguhnya jika kamu

bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat‑

Ku), maka sesungguhnya azab‑Ku sangat pedih” (QS. Ibrahim (14) : 7).

31
Teknologi membuat manusia semakin mudah meraih keinginannya, semakin ringan beban
hidup yang harus ditanggung, semakin besar hasil yang bisa diperoleh. Kemudahan, keringanan,
dan kenikmatan itu tidak mustahil membuat manusia semakin lupa kepada Allah, semakin jauh
dari-Nya, apabila tidak disikapi secara cermat dan diiringi dengan iman yang teguh. Karena itu
ilmu pengetahuan dan teknologi harus dilandasi oleh iman agar pemanfaatannya terarah untuk
meningkatkan kualitas takwanya kepada Allah SWT.

2.3.4 Dampak Penggunaan IPTEK


Dalam menjalani kehidupan, manusia banyak mendapat pengalaman, pengalaman dapat
dijadikan sebagai pembelajaran untuk hidup manusia kedepannya, dari pengalaman itu didapatkan
sejumlah pengetahuan atau knowledge yang memiliki sifat keajegan tertentu tanpa kemampuan
untuk menjelaskan sebab-sebabnya secara terinci dan rasional. Pengetahuan demikian banyak
macamnya dalam kehidupan ini. Tiap manusia memiliki perbedaan dalam jumlah dan macamnya
pengalaman yang dialami tersebut, tanpa ada kemampuan untuk menjelaskannya.
Perkembangan IPTEK yang sangat pesat pada zaman ini, tentunya membawa berbagai
dampak dalam kehidupan di dunia ini. Baik dampat positif maupun dampak negatif. Berikut adalah
dampak positif perkembangan IPTEK :
1. Memperoleh Kemudahan
Memperoleh kemudahan dalam hidup dengan mengembangkan potensi diri dan dengan
memanfaatkan segala yang Allah tundukkan bagi manusia di alam ini sejalan dengan kehendak
Allah. Allah menghendaki manusia memperoleh kemudahan, dan tidak menghendaki menghadapi
kesusahan hidup. Hal itu dinyatakan oleh Allah dalam firman-Nya (QS. Al-Baqarah (2):185) yang
artinya“Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu”
Allah menyatakan, bahwa memang Allah sengaja memberikan berbagai kemudahan kepada
manusia agar manusia hidup dengan mudah. (QS. al-A’la (87) : 8) yang artinya “Dan Kami
memberimu kemudahan agar kamu memperoleh kemudahan”.
2. Mengenal dan Mengagungkan Allah
Ketika pertama manusia mengembangkan teknologi bangunan, manusia telah diberikan
contoh langit yang tinggi, yang luas dan kokoh, yang tidak takut akan runtuh. Begitu pula ketika
manusia mengembangkan teknologi pesawat udara, Allah telah memberikan contoh bagaimana
burung bisa terbang di angkasa dengan stabil, mampu mempertahankan keseimbangan tanpa takut

32
jatuh, dan lain sebagainya. Karena itu ketika menerangkan berbagai struktur di alam ini, Allah
menyatakan bahwa semua itu menjadi pelajaran bagi manusia untuk lebih mengenal dan
mengangungkan Allah penciptanya.
3. Meningkatkan Kualitas Pengabdian Kepada Allah
Manusia diciptakan oleh Allah hanyalah untuk mengabdi kepada-Nya. Demikian
dinyatakan oleh Allah dalam firman-Nya (QS. Al-Dzariyat (51) : 56) yang artinya “Dan tidaklah
Au menciptakan jin dan manusia melainkan untuk mengabdi kepada-Ku”.
Teknologi apabila dirancang dan dimanfaatkan secara benar dalam konteks tugas
pengabdian manusia tersebut, maka teknologi diyakini akan mampu meningkatkan kualitas
pengabdiannya kepada Allah. Jam misalnya, adalah produk teknologi yang dimanfaatkan oleh
umat Islam setiap hari untukl mengetahui waktu-waktu shalat sehingga umat Islam dapat
menunaikan ibadah shalat tepat pada waktunya, begitu pula kompas dimanfaatkan untuk
mengetahui arah kiblat sehingga tidak terjadi salah arah dalam shalat. Dalam hal produk teknologi
pangan, dengan banyaknya produk makanan yang beredar di masyarakat, kita mampu mengetahui
komponen-komponen yang dipergunakan sebagai bahan, proses pembuatannya, sehingga kita
dapat mengetahui apakah makanan yang kita konsumsi itu halal atau haram, begitu pula dengan
produk-produk teknologi lainnya.
Apabila berbagai kemajuan yang dicapai manusia diniatkan dan diarahkan untuk
kepentingan peningkatan kualitas pengabdiannya kepada Allah, maka kemajuan yang dicapai itu
tidak membuat manusia menjadi lalai akan tugas kehidupannya.
4. Memperoleh Kesenangan dan Kebahagiaan Hidup
Kemudahan-kemudahan yang diperoleh manusia melalui pemanfaatan teknologi membuat
manusia dapat memperoleh kesenangan dan kebahagiaan hidup serta tetap dalam koridor
kesenangan dan kebahagiaan yang halal, yang diridhai Allah. Allah tidak menghendaki manusia
hidup susah, tetapi sebaliknya Allah menghendaki manusia hidup senang, hidup bahagia. Ketika
Allah menempatkan Adam dan istrinya di bumi. Dimana dijelaskan oleh Allah dalam firman-Nya
(QS. Al-Baqarah (2): 29) yang artinya “Dia-lah Alah yang menjadikan segala yang ada di bumi
untuk kamu sekalian dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit.
Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu”
5. Meningkatkan Kemampuan Memanfaatkan Kekayaan Alam

33
Teknologi meningkatkan kemampuan manusia melakukan eksplorasi kekayaan alam
tersebut secara optimal. Banyak negara, bangsa yang tidak memiliki kekayaan alam memadai
tetapi karena memiliki kemampuan teknologi canggih hidup lebih sejahtera dibandingkan dengan
negara, bangsa yang memiliki kekayaan alam melimpah tetapi teknologinya tertinggal. Jepang
umpamanya, adalah sebuah negara kecil, yang miskin akan kekayaan alam, tetapi kemajuan
teknologinya tinggi, ia lebih kaya dibandingkan dengan Indonesia yang kekayaannya melimpah
tetapi tertinggal kemajuan teknologinya dibandingkan dengan Jepang. Masih banyak negara di
dunia ini yang kaya seperti Jepang dan yang tertinggal seperti Indonesia.
Bumi ini Allah ciptakan dengan baik, artinya memiliki kesempurnaan dankeseimbangan
sehingga dapat bertahan dan menyediakan berbagai kebutuhan hidup manusia. Karena itu Allah
mengingatkan agar pemanfaatan kekayaan alam yang ada di bumi ini jangan sampai mengganggu
keseimbangan alam tersebut. Hal itu Allah ingatkan dalam firman-Nya (QS. al-A’raf (7) : 56)
yang artinya “Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah)
memperbaikinya, dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan
harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang
berbuat baik.”
6. Menumbuhkan Rasa Syukur Kepada Allah
Bagi orang beriman, sekecil apapun nikmat yang ia dapatkan dari rezeki halal yang
diberikan Allah kepadanya akan melahirkan rasa syukur kepada-Nya sebagai pemberi nikmat.
Apalagi dengan kemajuan teknologi yang mampu melipat-gandakan nikmat itu kepadanya, maka
rasa syukur kepada-Nya pun juga akan berlipat ganda. Rasa syukur kepada Allah yang paling
ringan adalah mengucapkan “alhamdulillahi rabbil ‘alamin “, namun hakikat syukur yang
sebenarnya adalah memanfaatkan nikmat itu secara, benar untuk meningkatkan ketakwaannya
kepada Allah. Karena itu diperlukan tekad, kesungguhan untuk mewujudkan rasa syukur dalam
amal kehidupan secara riil. Allah mengingatkan dalam firman-Nya QS. Ibrahim (14) : 7) yang
artinya: “Dan (ingatlah) tatakala Tuhanmu memaklumkan “Sesungguhnya jika kamu bersyukur,
pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka
sesungguhnya azab-Ku sangat pedih“.
Sekalipun demikian, memang banyak manusia, bahkan kebanyakan manusia tidak
menyadari kalau nikmat itu adalah anugerah Allah sehingga ia tidak mensyukuri nikmat tersebut.

34
Teknologi membuat manusia semakin mudah meraih keinginannya, semakin ringan beban hidup
yang harus ditanggung, semakin besar hasil yang bisa diperoleh. Kemudahan, keringanan, dan
kenikmatan itu tidak mustahil membuat manusia semakin lupa kepada Allah, semakin jauh dari-
Nya, apabila tidak disikapi secara cermat dan diiringi dengan iman yang teguh. Karena itu ilmu
pengetahuan dan teknologi harus dilandasi oleh iman agar pemanfaatannya terarah untuk
meningkatkan kualitas takwanya kepada Allah SWT.
Sedangkan, dampak negatif dari perkembangan IPTEK ini adalah:
a. Meningkatnya aksi terorisme yang memanfaatkan kemudahan akses komunikasi dan
perakitan senjata atau bom.
b. Penggunaan informasi dan situs tertentu, seperti kasus penyebaran pornografi yang
semakin marak saat ini.
c. Selain itu ada kecemasan skala kecil akibat teknologi komputer seperti kerusakan komputer
karena terserang virus, kehilangan berbagai file penting dalam komputer yang dapat
menyebabkan stres karena teknologi.
d. Terjadinya pengangguran bagi tenaga kerja yang tidak mempunyai kualifikasi yang sesuai
dengan yang dibutuhkan.
e. Sifat konsumtif sebagai akibat kompetisi yang ketat pada era globalisasi akan juga
melahirkan generasi yang secara moral mengalami kemerosotan: konsumtif, boros dan
memiliki jalan pintas yang bermental "instant".
f. Asimilasi kepribadian pria dan wanita.
g. Bertukarnya peran antara pria dan wanita.
h. Dekadensi moral.
i. Kenakalan dan tindak menyimpang di kalangan remaja semakin meningkat seiring dengan
semakin lemahnya kontrol sosial masyarakat.
j. Individualistis yang semakin parah, serta
k. Penyalahgunaan pengetahuan.

Beberapa upaya yang dapat kita lakukan untuk meminimalisir dampak negatif diatas
diantaranya sebagai berikut :
1. Perlu kesadaran pada diri sendiri bahwa tidak semua video layak untuk dilihat. Hindari
situs–situs yang tidak jelas. Selain itu, bagi anak di bawah umur, diperlukan pengawasan

35
dari orang tua. Saat menonton TV atau membuka internet, dampingilah sang anak agar
tehindar dari melihat hal tak senonoh.
2. Tidak menjadikan media elektronik sebagai satu-satunya sumber ilmu. Anak harus
diajarkan untuk tetap cinta budaya membaca buku.
3. Dibutuhkan pengawasan ketat pihak pemerintah dalam mengontrol situs-situs di internet.
4. Menyadari jika kecerdasan yang manusia miliki merupakan pemberian Allah SWT
sehingga janganlah manusia menjadi sombong dan menjauhi Allah SWT.
5. Manusia tidak boleh hanya mengandalkan teknologi dalam bekerja karena tubuh manusia
juga butuh bergerak untuk menjaga kesehatan.
6. Penegakkan hukum bagi pelaku cyber crime. Menyaring yang manakah nilai positif dan
mana nilai negatif dari IPTEK

2.3.5 Motivasi Islam dalam Mengembangkan IPTEK


2.3.5.1 Dasar Islam Memotivasi Manusia Mengembangkan IPTEK
Islam sebagai agama yang berdasarkan Al-Qur’an dan al-Sunnah telah mendorong
umatnya untuk selalu mencari dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk
kebaikan. Salah satu ayat di dalam Al-Qur’an bahkan menyebutkan bahwa orang yang tinggi ilmu
pengetahuannya akan ditinggikan derajatnya. Nabi Muhammad S.A.W juga pernah mengatakan
untuk menuntut ilmu sampai negeri Cina, yang pada saat itu negeri Cina belum semaju sekarang,
namum terbukti sekarang bahwa negeri Cina saat ini merupakan negeri yang maju ilmu
pengetahuannya dan teknologi, serta ketekunan bangsanya dalam menuntut ilmu. Hal ini
membuktikan bahwa agama Islam adalah agama yang mengarahkan umatnya untuk terus mencari
dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi bagi kemajuan umat manusia dalam segi
apapun dan dari manapun.
Ayat-ayat Al-Qur’an memerintahkan manusia untuk terus berupaya meningkatkan
kemampuan ilmiahnya. Jangankan manusia (biasa), Nabi Muhammad S.A.W. pun sebagai
Rasulullah diperintahkan selalu berusaha dan berdo’a agar pengetahuan bertambah. Do’anya
dirumuskan Allah sendiri di ujung ayar 114surat Taha yang artinya kurang lebih: “ Tuhanku
tambahkanlah ilmu pengetahuanku”. Disamping itu perlu dikemukakan bahwa manusia memiliki
naluri haus pengetahuan sebagaimana dilukiskan Rasulullah S.A.W. dalam sunnahnya; “Ada dua

36
keinginan yang tidak pernah memuaskan, yaitu keinginan untuk mencari ilmu dan keinginan untuk
mencari harta”. (M. Quraish Shihab, 1996:447)
Ilmu pengetahuan dan teknologi sendiri didapatkan dan diterapkan untuk memudahkan
manusia dalam kegiatan sehari-harinya. Mulai dari aspek terkecil, yaitu diri kita sendiri, hingga
aspek yang lebih besar, yaitu seluruh umat manusia. Pada masa kejayaan Islam dulu, tidak sedikin
cendekiawan muslim yang mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Bahkan para
cendekiawan tersebut tidak hanya menemukan dan mengembangkan satu ilmu pengetahuan,
namun ada yang menemukan dan mengembangkan ilmu pengetauan dalam dua bidang yang
berbeda bahkan lebih dari dua mataupun tiga ilmu pengetahuan.
Saat ini, yang perlu diusahakan adalah mengarahkan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi untuk kemashlahatan hidup dan kehidupan manusia, tidak untuk merusak dan
membahayakan umat manusia serta lingkungan hidupnya. Pengarahnya adalah agama dan moral
yang selaras dengan ajaran agama. Dalam pengembangan ilmu dan penerapannya, agama islam
mampu menjadi pemandu dengan ilmu pengetahuan, mampu memandukan wahyu dan akal pikiran
manusia. Dan disinilah letak hubungan antara agama Islam yang bersumber dari Al-Qur’an dan
al-Hadis dan ilmu pengetahuan yang bersumber dari akal dan penalaran manusia. (M. Daud Ali,
2003:399)
Dalam ajaran Islam, usaha pengembangan iptek merupakan bagian dari pengabdian
manusia kepada Allah, untuk meningkatkan kualitas ketakwaannya kepada Allah, sehingga tidak
ada kegiatan yang sia-sia atau yang hanya berakhir di kehidupan dunia ini semata. Untuk meraih
nilai pengabdian tersebut, pengembangan iptek harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
a. Niat karena Allah
Karena menuntut ilmu merupakan kewajiban setiap orang Islam, maka mengembangkan
IPTEK merupakan perwujudan ketaatan seorang muslim terhadap kewajiban tersebut. Niat
karena Allah dalam setiap usaha akan melandasi keikhlasan dan ketundukan pada aturan
Allah.
b. Mengintegrasikan pengetahuan yang disediakan oleh Allah dalam bentuk ayat-ayat
kauniah dan ayat-ayat tanziliah
Ayat kauniah adalah pengetahuan yang terhampar di alam kehidupan dan ayat tanziliah
adalah wahyu Allah yang diturunkan kepada Rasulullah saw berupa Al-Qur'an.
c. Berorientasi pada kemashlahatan umat manusia

37
Rasulullah saw mengingatkan bahwa sebaik-baik manusia adalah orang yang paling tinggi
kebaikannya terhadap orang lain. Karena itu IPTEK jangan sampai menimbulkan kerugian
bagi kehidupan umat manusia.
d. Menjaga keseimbangan alam
Kegiatan penelitian dalam rangka pengembangan IPTEK harus memperhatikan
keseimbangan alam, jangan sampai menimbulkan kerusakan yang dapat mengganggu
keseimbangannya yang justru akan merugikan manusia sendiri.
e. Menyadari bahwa IPTEK adalah hasil kerja manusia yang tidak dapat menghasilkan
kebenaran mutlak
Kebenaran mutlak hanyalah datang dari Allah Yang Maha Mutlak. karena itu kebenaran
IPTEK harus diposisikan dibawah kebenaran mutlak yang ditunjukkan oleh Allah

2.3.5.2 Tujuan Motivasi Islam Dalam Pengembangan IPTEK


Abad modern sekarang ini yang disebut abad ilmu pengetahuan, ditandai dengan pemikiran
rasional dan filosofis serta kemajuan-kemajuan yang luar biasa di bidang sains dan teknologi.
Dengan adanya agama, akan mengajarkan umatnya menggunakan akal fikirannya semaksimal
mungkin, memerintahkan untuk meraih ilmu pengetahuan dan mengarah pada keluhuran akhlak
akan diterima dengan baik oleh masyarakat modern. Agama seperti itulah yang sangat dibutuhkan
dalam kehidupan modern sekarang ini, karena pada hakekatnya manusia membutuhkan
kebahagiaan jasmani dan rohani, kebahagiaan lahir dan bathin. Kebahagiaan yang lengkap itu
tidak akan diperoleh manusia modern tanpa mengikuti bimbingan agama.
Agama Islam adalah agama yang sangat memperhatikan ilmu pengetahuan. Ia mendorong
umatnya agar terus menuntut ilmu, meraih sains dan teknologi, menggunakan akal fikiran,
menggali dan menganalisa setiap aspek ilmu pengetahuan dalam segala lapangan kehidupan. Islam
adalah agama kehidupan yang selalu sesuai dengan perkembangan zaman dan dapat diterapkan
dalam segala tempat.
Pentingnya ilmu menurut Islam, dorongan serta kewajiban mencari dan menuntut ilmu
telah dijadikan dunia Islam pada suatu masa di zaman lampau menjadi pusat perkembangan ilmu
dan kebudayaan. Di masa yang akan, kejayaan di masa lampau itu insyaAllah akan berulang, kalau
pemeluk agama Islam menyadari makna firman Allah yang menjelaskan bahwa umat Muhammad

38
SAW adalah umat terbaik yang dlahirkan untuk manusia, mempelajari dan mengamalkan agama
secara menyeluruh.

2.3.5.3 Makna Ilmu Pengetahuan Bagi Umat Beragama


Islam memandang penting ilmu pengetahuan dan menjadikannya kunci untuk memimpin
peradaban. Oleh sebab itu, wahyu pertama yang diturunkan oleh Allah berisi perintah untuk belajar
(Q.S Al-Alaq [96]:1-5). Nabi Muhammad kemudian membimbing semua sahabatnya menjadi
pencinta ilmu seraya berkata “satu bab ilmu yang dipelajari seseorang adalah lebih baik daripada
dunia dan segala isinya” (H.R Abu Nuaim). Beliau mewajibkan umatnya untuk mencari ilmu
sepanjang hayat dan menyebarkannya walaupun hanya satu ayat (H.R Bukhari). Islam
memperhatikan pentingnya ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni dalam kehidupan manusia.
Martabat manusia selain ditentukan oleh peribadatannya juga ditentukan oleh kemampuannya
mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.
Manusia diciptakan oleh Allah dengan potensi mengetahui rahasia alam raya. Dalam
bahasa Arab, alam adalah satu akar kata dengan ilmu dan alamah (alamat, pertanda). Selain itu
Allah memberikan lahan yang diciptakannya sehingga mengantarkan manusia untuk
memanfaatkan alam yang telah ditundukan Tuhan. Usaha untuk memanfaatkan alam tersebut
dinamakan teknologi. Hal ini berarti jagat raya adalah pertanda adanya Allah SWT Yang Maha
Pencipta. Sebagai pertanda adanya Tuhan, jagat raya ini disebut ayat-ayat yang menjadi sumber
ajaran dan pelajaran bagi manusia. Pelajaran yang dapat diambil dari pengamatan terhadap alam
semesta ialah keserasian, keharmonisan, dan ketertiban. Tersurat juga dalam Al Quran bahwa alam
ini diciptakan dan ditundukkan Allah untuk manusia. Allah berfirman : “Dia menundukkan
untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-
Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah)
bagi kaum yang berpikir.” (Q.S. Al-Jatsiyah : 13)
Alam diciptakan tidak karena suatu kebetulan atau ketidaksengajaan. Segala yang ada di
alam ini mempunyai suatu arti dan tidak merupakan suatu kesia-siaan. Al Quran diciptakan dengan
tujuan agar manusia terus mencari ilmu pengetahuan untuk kemudian dikembangkan menjadi
suatu teknologi sehingga manusia menyadari akan keberadaan Penciptanya.
Seiring perkembangan ilmu dan teknologi, manusia seharusnya semakin menyadari dan
mengakui akan kebesaran serta kekuasaan Allah SWT. Seperti difirmankan dalam Al Quran :

39
“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk dan
pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi Islam mereka bahwa Al Quran itu adalah benar.
Dan apakah Tuhanmu tidak cukup (bagi kamu) bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala
sesuatu?” (Q. S. Fushshilat : 53)
Teknologi merupakan sesuatu yang dianjurkan Al Quran, ini berarti bahwa sains dan
hasilnya harus selalu Islam membuat manusia ingat kepada kemahakuasaan Allah SWT, juga harus
mengingatkan manusia adalah khalifah yang kepadanya tunduk segala yang ada di alam ini. Dapat
dikatakan bahwa teknologi merupakan perpanjangan organ manusia. Teknologi sekarang sudah
demikian berkembang. Teknologi bukan hanya menjadi perpanjangan organ manusia tetapi juga
dapat menjadi organ baru bagi manusia. Misalnya pesawat terbang, dengan menggunakan pesawat
terbang, manusia yang tidak memiliki sayap dapat terbang. Seandainya penggunaan hasil teknologi
membuat seseorang menjadi lalai dalam dzikir dan tafakkur, maka bukan hasil teknologinya yang
mesti ditolak melainkan penggunaan teknologi itu. Karena itu menjadi masalah bagi manusia
untuk mengembangkan dan menciptakan teknologi baru dengan tetap memelihara nilai fitrahnya.
Dengan kata lain kita selaku umat Islam harus memadukan dzikir, pikir, ilmu dengan ajaran Islam.
Dengan ilmu yang dimiliki manusia membuat manusia menjadi makhluk yang paling mulia
dibandingkan dengan makhluk lain. Allah akan mengangkat derajat dan martabat orang yang
berilmu, seperti difirmankan dalam QS.58 (Al-Mujaddilah) : 11
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu:“Berlapang-lapanglah
dalam majelis”, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan
apabila dikatakan, “Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-
orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa
derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. Syariat Islam ditegakkan atas
dasar ilmu dan mengajak umatnya agar menggunakan ilmu pengetahuan, baik sains ataupun
teknologi dalan segala urusan, baik urusan di dunia maupun di akhirat.

2.3.6 Perspektif Al-Quran dan As-Sunnah Tentang IPTEK


A. Al-Qur’an
Al-Qur’an memerintahkan manusia untuk terus berupaya meningkatkan kemampuan
ilmiahnya. Jangankan manusia biasa, Rasulullah Muhammad SAW pun diperintahkan berusaha
dan berdoa agar selalu ditambah pengetahuannya. Qul Rabbi zidni ‘ilma (berdoalah [hai

40
Muhammad], “Wahai Tuhanku tambahkanlah untukku ilmuku”) (Q.S Thaha, 20:114), karena
fauqa kullu dzi ‘ilmin ‘aliim (di atas setiap yang berilmu ada yang lebih mengetahui.
Manusia memiliki naluri selalu haus akan pengetahuan. Rasulullah saw bersabda: “Dua
keinginan yang tidak pernah puas, keinginan menuntut ilmu dan keinginan menuntut harta.” Hal
ini dapat menjadi pemicu manusia untuk terus mengembangkan teknologi dengan memanfaatkan
anugerah Allah yang dilimpahkan kepadanya. Karena itu, laju teknologi memang tidak dapat
dibendung. Hanya saja menusia dapat berusaha mengarahkan diri agar tidak memperturutkan
nafsunya untuk mengumpulkan harta dan ilmu/tekologi yang dapat membahayakan dirinya. Agar
ia, tidak menjadi seperti kepompong yang membahayakan dirinya sendiri karena kepandaiannya,
dalam QS.10 (Yunus) : 24 Allah menegaskan yang artinya:
“Sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniawi itu, adalah seperti air (hujan) yang Kami
turunkan dan langit, lalu tumbuhlah dengan suburnya karena air itu tanam-tanaman bumi, di
antaranya ada yang dimakan manusia dan binatang ternak. hingga apabila bumi itu telah
sempurna keindahannya, dan memakai (pula) perhiasannya, dan pemilik-permliknya mengira
bahwa mereka pasti menguasasinya, tiba-tiba datanglah kepadanya azab Kami di waktu malam
atau siang, lalu Kami jadikan (tanam-tanamannya) laksana tanam-tanaman yang sudah disabit,
seakan-akan belum pernah tumbuh kemarin. Demikianlah Kami menjelaskan tanda-tanda
kekuasaan (Kami) kepada orang-orang yang berfikir.” (QS. 10:24).
Al-Qur`an memuji sekelompok manusia yang dinamainya “albab”. Ciri mereka antara lain
disebutkan dalam QS 3:190-191. Dengan demikian, objek ilmu meliputi materi dan non materi,
fenomena dan non fenomena, bahkan ada wujud yang jangankan dapat dilihat, diketahui manusia
pun tidak. Dalam QS.16 (Al-Nahl) : 8 Allah berfirman:
َ ‫َو ْال َخ ْي َل َو ْال ِبغَا َل َو ْال َح ِم‬
َ‫ير ِلت َْر َكبُوهَا َو ِزينَةً ۚ َويَ ْخلُ ُق َما ََل تَ ْع َل ُمون‬
Artinya:
dan (Dia telah menciptakan) kuda, bagal dan keledai, agar kamu menungganginya dan
(menjadikannya) perhiasan. Dan Allah menciptakan apa yang kamu tidak mengetahuinya.
Dari sini jelas pula bahwa pengetahuan manusia amatlah terbatas. Karena itu wajar sekali
Allah menegaskan dalam QS.17 (Al-Isra') :85
ً ‫الرو ُح ِم ْن أ َ ْم ِر َر ِبي َو َما أُوتِيت ُ ْم ِمنَ ْال ِع ْل ِم ِإ اَل قَ ِل‬
‫يل‬ ُّ ‫َويَ ْسأَلُونَكَ َع ِن‬
ُّ ‫الروحِ ۖ قُ ِل‬
Artinya:

41
Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu termasuk urusan Tuhan-ku,
dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit".
Kemudian dalam QS.3 (Ali Imran) : 190-191 Allah menegaskan
‫﴾ ٱلاذِينَ يَذْ ُك ُرونَ ا‬۱۹‫ب﴿ە‬
‫ٱَّللَ قِ َٰيَ ًًۭما َوقُعُو ًۭدًا َو َعلَ َٰى ُجنُو ِب ِه ْم‬ ِ َ‫ار َل َءا َٰيَ ٍۢت ِْل ُ ۟و ِلى ْٱْل َ ْل َٰب‬ ِ َ‫ٱختِ َٰل‬
ِ ‫ف ٱلا ْي ِل َوٱلنا َه‬ ْ ‫ض َو‬ ِ ‫ت َو ْٱْل َ ْر‬ ِ ‫س َٰ َم َٰ َو‬ ِ ‫إِ ان فِى خ َْل‬
‫ق ٱل ا‬
﴾۱۹۱﴿ ‫ار‬ ِ ‫اب ٱل ان‬ ُ ‫ض َربانَا َما َخ َل ْقتَ َٰ َهذَا َٰبَ ِط ًۭ ًل‬
َ َ‫س ْب َٰ َحنَكَ َف ِقنَا َعذ‬ ِ ‫ت َو ْٱْل َ ْر‬ِ ‫س َٰ َم َٰ َو‬ ِ ‫َويَت َ َف اك ُرونَ فِى خ َْل‬
‫ق ٱل ا‬
Artinya:
“Sesungguhnya, dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang, terdapat
tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat
Allah sambil berdiri, duduk, atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang
penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan
semua ini sia-sia; Mahasuci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka.” (QS. Ali-‘Imran: 190-
191).
Al-Qur`an ketika mula pertama diturunkan, telah menegur kekeliruan yang dilakukan
manusia. Selama di era kejahilan Tuhan-tuhan diciptakan dan disembah sebagai berhala.
Masyarakat tersentak ketika muncul suatu informasi bahwa “diri mereka” sendiri diciptakan
secara berproses dari segumpal darah kemudian diciptakan menjadi manusia, lalu lahir ke dunia.
Agar mereka belajar, mencari dan mengembangkan ilmu pengetahuan dengan membaca, mencoba,
memperhatikan, menyelidiki dan merumuskan suatu teori. Kesemuanya hendaklah dilakukan
dengan berbasis iman, dengan menyebut nama Tuhan atau mengucap “bismi rabbika allazi
khalaq” (Membaca dan belajar dengan nama Tuhanmu Yang Menciptakan), sebagaimana firman-
Nya dalam QS. 96 (Al-'Alaq) : 1-5.
Tuhan mengajar manusia (wa `allama Aadamal asma-a kullaha), mengajari Adam nama-
nama benda seluruhnya. Alam semesta ini sebagai kosmos yang berarti “serasi, harmonis.” Dalam
bahasa Arab “alam” adalah satu akar kata dengan ilmu (ilmu pengetahuan) dan `alamah (alamat,
pertanda). Disebut demikian karena jagad raya ini adalah pertanda adanya Yang Maha Pencipta,
yaitu Tuhan Yang Maha Esa. Karena itu sebagai pertanda adanya Tuhan, jagad raya ini disebut
ayat-ayat yang menjadi sumber ajaran dan pelajaran bagi manusia. Salah satu pelajaran dan ajaran
yang diambil dari pengamatan terhadap alam semesta ialah keserasian, keharmonisan dan
ketertiban.
Hakikat kosmos adalah teologis, yakni penuh maksud, memenuhi maksud penciptanya, dan
kosmos bersifat demikian adalah karena adanya rancangan (teknologi). Alam tidaklah diciptakan

42
dengan sia-sia, atau secara main-main. Alam bukanlah ada secara kebetulan, ada dengan tidak
disengaja. Alam diciptakan dengan kondisi sempurna sebagaimana firman Allah dalam QS.21 (Al-
Anbiya') : 16
َ ‫س َما َء َو ْاْل َ ْر‬
َ‫ض َو َما بَ ْينَ ُه َما ََل ِعبِين‬ ‫َو َما َخلَ ْقنَا ال ا‬

Artinya:
Dan tidaklah Kami ciptakan Iangit dan bumi dan segala yang ada di antara keduanya dengan
bermain-main.
Al-Qur’an sangat konsen dalam mendorong manusia untuk terus mencari ilmu
pengetahuan dan mengembangkannya menjadi nyata dalam teknologi agar manusia menyadari
akan kebesaran PenciptaNya. Apapun yang akan ditemukan oleh manusia dalam kemajuan ilmu
dan teknologi akan mengantar manusia pada suatu pengakuan terhadap kebesaran dan kekuasaan
Allah sebagai Pencipta, sebagaimana firman-Nya dalam QS. 41 (Fushshilat) : 53
‫ش ِهيد‬
َ ‫ش ْيء‬ ِ ‫ق َوفِي أ َ ْنفُ ِس ِه ْم َحت ا َٰى يَتَبَيانَ لَ ُه ْم أَناهُ ْال َح ُّق ۗ أ َ َولَ ْم يَ ْك‬
َ ‫ف بِ َر ِبكَ أَناهُ َعلَ َٰى ُك ِل‬ ِ ‫سنُ ِري ِه ْم آيَا ِتنَا فِي ْاْلفَا‬
َ
Artinya:
Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segala wilayah bumi
dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al Quran itu adalah benar.
Tiadakah cukup bahwa sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?
Diantara ayat-ayat Al-Qur'an ada yang berbicara tentang teknologi khusus, seperti :
a. Teknologi Transportasi
Di dalam QS.16 (al-Nahl) : 8 Allah berfirman
َ ‫َو ْال َخ ْي َل َو ْالبِغَا َل َو ْال َح ِم‬
َ‫ير ِلت َْر َكبُوهَا َو ِزينَةً ۚ َويَ ْخلُ ُق َما ََل تَ ْع َل ُمون‬
Artinya:
dan (Dia telah menciptakan) kuda, bagal dan keledai, agar kamu menungganginya dan
(menjadikannya) perhiasan. Dan Allah menciptakan apa yang kamu tidak mengetahuinya.

b. Teknologi Informasi
Dalam QS.96 (Al-'Alaq) : 4-5 Allah berfirman
)5( ‫سانَ َما لَ ْم يَ ْعلَ ْم‬ ِ ْ ‫) َعلا َم‬4( ‫علا َم ِب ْالقَلَ ِم‬
َ ‫اْل ْن‬ َ ‫الاذِي‬
Artinya:

43
Dia yang mengajarkan dengan qalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya.
c. Teknologi Antariksa
Dalam QS.55 (Ar-Rahman) : 33 Allah berfirman
َ ‫س ْل‬
‫طان‬ ِ ‫ت َو ْاْل َ ْر‬
ُ ‫ض فَا ْنفُذُوا ۚ ََل تَ ْنفُذُونَ إِ اَل ِب‬ ِ ‫س َم َاوا‬
‫ار ال ا‬
ِ ‫ط‬َ ‫ط ْعت ُ ْم أ َ ْن ت َ ْنفُذُوا ِم ْن أ َ ْق‬ ِ ْ ‫يَا َم ْعش ََر ْال ِج ِن َو‬
َ َ ‫اْل ْن ِس إِ ِن ا ْست‬
Artinya:
Hai jama'ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi,
maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan.

B. As-Sunnah
Sifat sunatullah yang pertama ialah pasti. Hal ini diterangkan dalam beberapa ayat yang
muhkamat di dalam Al-Quran, diantaranya: "Yang kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi
dan Dia tidak mempunyai anak dan tidak ada sekutu bagi-Nya dalam kekuasaan-Nya, dan Dia
telah menciptakan segala sesuatu, Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya."
(QS.25:2)
Sifat sunatullah yang pasti ini merupakan jaminan, yang memberikan kemudahan bagi
manusia di dalam membuat suatu rencana yang berdasarkan perhitungan. Seseorang yang
memanfaatkan sunatullah ini untuk merencanakan rencana yang besar, seperti yang biasa
dilakukan oleh insinyur, tidak perlu melakukan meragukan ketepatan perhitungannya, karena
adanya jaminan Allah ini.
Menurut Jan Hendrik Rapar menjelaskan bahwa pengetahuan ilmiah (scientific knowledge)
adalah pengetahuan yang diperoleh lewat penggunaan metode-metode ilmiah yang lebih menjamin
kepastian kebenaran yang dicapai Pengetahuan yang demikian dikenal juga dengan sebutan
science.
Teknologi adalah penerapan ilmu-ilmu dasar untuk memecahkan masalah guna mencapai
suatu tujuan tertentu, atau dapat dikatakan juga teknologi adalah ilmu tentang penerapan ilmu
pengetahuan untuk memenuhi suatu tujuan. Perkembangan iptek, adalah hasil dari segala langkah
dan pemikiran untuk memperluas, memperdalam, dan mengembangkan iptek.

2.4 Konsep Pengembangan Budaya, Seni, IPTEK, dan Budaya Akademik Islam
2.4.1 Konsep Pengembangan Budaya Islam
44
Secara umum kebudayaan dapat dipahami sebagai hasil akal, budi, cipta, rasa, karsa dan
karya manusia yang tidak lepas dari nilai ketuhanan. Hasil olah akal, budi, rasa dan karsa yang
telah terseleksi oleh nilai kemanusiaan yang universal berkembang menjadi sebuah peradaban.
Dalam pengembangannya perlu dibimbing oleh wahyu dan aturan-aturan yang mengikat agar tidak
terperangkap pada ambisi yang bersumber dari nafsu hewani sehingga akan merugikan diri sendiri.
Disini agama islam berfungsi untuk membimbing manusia dalam mengembangkan akal budaya
sehingga menghasilkan kebudayaan yang beradab atau peradaban islam. Sehubungan dengan hasil
perkembangan kebudayaan yang dilandasi nilai-nilai ketuhanan atau yang disebut peradaban
islam, maka fungsi agama disini akan semakin jelas. Ketika perkembangan dan dinamika
kehidupan kehidupan umat manusia itu sendiri mengalami kebekuan karena keterbatasan dalam
pemecahan persoalan. Kehidupannya sendiri akan sangat terasa akan perlunya suatu bimbingan.
Wahyu Allah SWT mengangkat seorang rasul dari golongan manusia yang menjadi sasaran
bimbingannya adalah umat manusia. Oleh karen itu misi utama Muhammad SAW diangkat
sebagai rasul adalah menjadi rahmat bagi seluruh umat manusia dan alam semesta. Mengawali
tugas kerasulannya Nabi meletakkan dasar-dasar kebudayaan islam yang kemudian berkembang
menjadi peradaban islam. Ketika dakwah islam keluar jazirah arab dan tersebar ke seluruh dunia,
maka terjadilah suatu proses panjang yang rumit, yaitu asimilasi budaya-budaya setempat dengan
nilai-nilai islam yang kemudian menghasilkan kebudayaan islam. Kemudian ini berkembang
secara universal.

2.4.2 Konsep Pengembangan Seni Islam


Seperti yang telah diketahui bahwa Islam merupakan salah satu Agama yang masuk dan
berkembang di Indonesia. Hal ini tentu bukanlah sesuatu yang asing bagi Umat Islam, karena di
media massa sudah sering mendengar atau membaca bahwa Indonesia adalah negara yang
memiliki penganut Agama Islam terbesar di dunia. Agama Islam masuk ke Indonesia dimulai dari
daerah pesisir pantai, kemudian diteruskan ke daerah pedalaman oleh para ulama atau penyebar
Ajaran Islam. Dan dalam perkembangannya Islam merupakan Agama yang tidak hanya membawa
tuntunan untuk beribadah dengan Allah SWT, melainkan Islam juga membawa Pengaruh Budaya
dan Seni. Kesenian dan Kebudayaan Islam adalah bentuk kesinambungan dari kesenian pada
zaman silam yang telah berkembang dan dicorakkan oleh konsep tauhid yang tinggi kepada Allah
SWT.
45
Kesenian Islam memiliki khazanah sejarahnya yang tersendiri dan unik. Kesenian Islam
dikatakan telah berkembang sejak zaman Nabi Daud AS dan puteranya Nabi Sulaiman AS dan
terus berkembang di zaman Nabi Muhammad SAW. Kemudian di zaman selepas kewafatan Nabi.
Sampai Sekarang Kesenian Islam terus berkembang di dalam bentuk dan falsafahnya yang
berorientasikan sumber Islam yang menitikberatkan kesejajaran dengan tuntutan tauhid dan syara’.
Ajaran Islam secara tidak langsung telah memberi inspirasi yang kuat bagi tumbuhnya berbagai
bentuk karya seni dalam kehidupan manusia dan masyarakat. Sejak masa Rasulullah SAW, karya
seni tidaklah bisa dipisahkan dari sejarah perkembangan Islam. Oleh karena itu, dalam pandangan
Prof. Dr. H. Ali Abdurrahman, hubungan seni dan Islam adalah hubungan yang tidak dapat
dipisahkan.
Seni sebagai salah satu bentuk kebesaran Allah SWT, menciptakan keadaan yang bernama
keindahan. Setiap bangsa dan negara mempunyai bentuk atau aliran seni yang bermacam-macam
bergantung kepada kebudayaan atau kebiasaan penduduk setempat yang mungkin pula
dipengaruhi oleh kebudayaan yang masuk dari luar daerah ataupun bangsa tersebut.
Seni adalah sebagai salah satu bentuk hiburan masyarakat atau penduduk pada suatu
tempat, juga sebagai pelembut rasa seseorang kepada orang lain. Islam dalam hal ini
memperbolehkan kita mencintai seni asalkan tidak mengalahkan rasa cinta kita kepada Allah
SWT. Seni yang didasarkan pada nilai-nilai Islam, yakni agama dan ketuhanan inilah yang menjadi
pembeda antara seni Islam dengan ragam seni yang lain. Seni yang Islami adalah seni yang
menggambarkan wujud dengan bahasa yang indah serta sesuai dengan fitrah manusia. Kesenian
Islam membawa manusia kepada pertemuan yang sempurna antara keindahan dan kebenaran.
Dari berbagai uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa konsep pengembangan seni Islam
adalah satu, yakni Islam memberikan kebebasan sepenuhnya asalkan sesuai dengan prinsip seni
Islam, yakni harus mendidik, menghibur, memberikan ilmu dan kesadaran pada diri umat Islam
sehingga akan lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT, serta yang paling penting harus didasari
oleh keikhlasan dengan tujuan untuk beribadah kepada Allah SWT.

2.4.3 Konsep Pengembangan IPTEK


Allah menciptakan manusia memiliki potensi akal dan pikiran sebagai bekal untuk hidup
di dunia. Melalui akal dan pikiran tersebut, manusia dapat memahami dan menyelidiki elemen-
elemen yang terdapat di alam serta memanfaatkannya untuk kesejahteraan mereka. Akal dan

46
pikiran tersebut merupakan kelebihan dan keistimewaan yang diberikan oleh Allah kepada
manusia sebagaimana firman Allah dalam QS. Al Isra ayat 70,
ْ‫ت ِمنَ َو َرزَ ْقنَاهُم َو ْالبَحْ ِر ْالبَ ِر فِي َو َح َم ْلنَا ُه ْم آدَ َم َبنِي كَر ْمنَا َولَقَد‬
ِ ‫ضيال َخلَ ْقنَا ِمم ْن َكثِير َعلَى َوفَض ْلنَا ُه ْم الطيِبَا‬
ِ ‫تَ ْف‬
Artinya: Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di
daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka
dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.
Manusia juga diciptakan oleh Allah sebagai khalifah di muka Bumi dengan kedudukan
yang lebih tinggi dibandingkan makhluk ciptaan Allah lainnya di alam ini. Ketika Allah dalam
firman-Nya di Q.S. Ar Ra’du 2 memilih kata ”sakhkhara” yang berarti ”menundukkan” atau
”merendahkan”, hal tersebut menunjukkan bahwa alam dengan segala manfaat yang dapat
diperoleh darinya harus tunduk dan dianggap sebagai sesuatu yang posisinya berada di bawah
manusia.
ُ‫ت َر َف َع الذِي للا‬ِ ‫سخ َر ْال َع ْر ِش َعلَى ا ْست ََوى ثُم ت ََر ْونَ َها َع َمد ِبغَي ِْر الس َم َاوا‬ َ ‫س ًّمى أل َ َجل يَجْ ِري ُكل َو ْالقَ َم َر الش ْم‬
َ ‫س َو‬ َ ‫األ َ ْم َر يُدَ ِب ُر ُّم‬
ِ ‫تُوقِنُونَ َربِ ُك ْم بِ ِلقَاء لَعَل ُكم اَليَا‬
ِ َ‫ت يُف‬
‫ص ُل‬
Artinya: Allah-lah yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat,
kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arasy, dan menundukkan matahari dan bulan. masing-masing
beredar hingga waktu yang ditentukan. Allah mengatur urusan (makhluk-Nya), menjelaskan
tanda-tanda (kebesaran-Nya), supaya kamu meyakini Pertemuan (mu) dengan Tuhanmu.
Dengan demikian, dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan
memanfaatkan alam yang ”ditundukkan” oleh Allah untuk manusia, manusia hendaknya
memahami konsep dan tugasnya sebagai khalifah di Bumi. Manusia jangan sampai “ditundukkan”
oleh alam melalui nilai-nilai materialistik dan keserakahan karena sesungguhnya hal tersebut
melanggar kodrat manusia yang diberikan oleh Allah.
Dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, umat Islam hendaknya memiliki
dasar dan motif bahwa yang mereka lakukan tersebut adalah untuk memperoleh kemakmuran dan
kesejahteraan di dunia sebagai jembatan untuk mencari keridhaan Allah sehingga terwujud
kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Allah berfirman dalam Q.S. Al Bayyinah 5:
‫صينَ للاَ ِليَ ْعبُد ُوا إِّل أ ُ ِم ُروا َو َما‬
ِ ‫ْالقَيِ َم ِة ِدينُ َوذَلِكَ الزكَاة َ َويُؤْ تُوا الص َالة َ َويُ ِقي ُموا ُحنَفَاء الدِينَ لَهُ ُم ْخ ِل‬
Artinya: Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan
ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan
shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus.

47
Terhambatnya kemajuan umat Islam di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini
disebabkan umat Islam tidak memahami konsep dan mengoptimalkan fungsinya sebagai khalifah
di Bumi. Seharusnya, dengan memahami konsep dan fungsinya sebagai khalifah di Bumi, umat
Islam mampu mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam rangka menguasai dan
memanfaatkan alam demi kebahagiaan di dunia dan akhirat. Terlebih lagi, umat Islam adalah umat
pilihan Allah yang dianugerahi iman dan petunjuk berupa Al Quran dan sunnah rasul.

2.4.4 Konsep Pengembangan Budaya Akademik Islam


Secara umum kebudayaan dapat dipahami sebagai hasil akal, budi, cipta, rasa, karsa dan
karya manusia yang tidak lepas dari nilai ketuhanan. Hasil olah akal, budi, rasa dan karsa yang
telah terseleksi oleh nilai kemanusiaan yang universal berkembang menjadi sebuah peradaban.
Dalam pengembangannya perlu dibimbing oleh wahyu dan aturan-aturan yang mengikat agar tidak
terperangkap pada ambisi yang bersumber dari nafsu hewani sehingga akan merugikan diri sendiri.
Disini agama islam berfungsi untuk membimbing manusia dalam mengembangkan akal budaya
sehingga menghasilkan kebudayaan yang beradab atau peradaban islam. Sehubungan dengan hasil
perkembangan kebudayaan yang dilandasi nilai-nilai ketuhanan atau yang disebut peradaban
islam, maka fungsi agama disini akan semakin jelas. Ketika perkembangan dan dinamika
kehidupan kehidupan umat manusia itu sendiri mengalami kebekuan karena keterbatasan dalam
pemecahan persoalan. Kehidupannya sendiri akan sangat terasa akan perlunya suatu bimbingan.
Wahyu Allah SWT mengangkat seorang rasul dari golongan manusia yang menjadi sasaran
bimbingannya adalah umat manusia. Oleh karen itu misi utama Muhammad SAW diangkat
sebagai rasul adalah menjadi rahmat bagi seluruh umat manusia dan alam semesta. Mengawali
tugas kerasulannya Nabi meletakkan dasar-dasar kebudayaan islam yang kemudian berkembang
menjadi peradaban islam. Ketika dakwah islam keluar jazirah arab dan tersebar ke seluruh dunia,
maka terjadilah suatu proses panjang yang rumit, yaitu asimilasi budaya-budaya setempat dengan
nilai-nilai islam yang kemudian menghasilkan kebudayaan islam. Kemudian ini berkembang
secara universal.

 Budaya Akademik Islam

Budaya akademik sebenarnya adalah budaya universal. Artinya, dimiliki oleh setiap orang
yang melibatkan dirinya dalam aktivitas akademik. Membangun budaya akademik bukan perkara

48
yang mudah. Dilihat dari pengertian budaya akademik maka pengertian budaya akademik islam
adalah budaya universal yang bersifat Islami. Artinya dimiliki oleh setiap orang yang melibatkan
dirinya dalam aktivitas akademik yang mengandung unsur Islam. Membangunnya tidak mudah.
Diperlukan sosialisasi yang dilakukan secara terus menerus, sehingga individu-individu dalam
masyarakat kampus terbiasa melakukan norma-norma kegiatan akademik dan dengan sendirinya
akan menjadi tradisi dan budaya bagi para individu-individu masyarakat kampus itu sendiri.
Norma-norma yang diberikan juga merupakan norma-norma agama islam. Biasaya hal ini
diberlakukan didalam institusi pendidikan yang mendasarkan agama islam sebagai dasar
pendidikan, sebagai contoh Universitas Indonesia. Karena itu budaya akademik islam menjadi
pilihan yang tepat untuk membangun generasi yang berkualitas.

Akhlak merupakan hal yang sangat penting yang menjadi basis bagaimana seorang
manusia tumbuh, hidup dan bergaul dalam lingkungan sosial. Akhlak tidak akan pernah bisa lepas
dari penilaian baik maupun buruk. Seorang manusia akan dicap berakhlak baik jika mampu
memenuhi standar perilaku di dalam masyarakat. Dan akan dicap berakhlak buruk jika melanggar
ataupun menyimpang.
Akhlak itu sendiri pada umumnya menerangkan tentang perilaku atau perbuatan manusia.
Akhlak bersumber pada agama. Perangai sendiri mengandung pengertian sifat dan watak yang
merupakan bawaan seseorang. Pembentukan perangai kearah baik atau buruk, ditentukan oleh
faktor dari dalam diri sendiri maupun dari luar, yaitu kondisi lingkungan. Maka dari itu Budaya
Akademik Islam merupakan kondisi lingkungan yang cocok atau sesuai agar akhlak itu kearah
yang baik.
Budaya Agama Islam mempersiapkan generasi yang siap mengabdi untuk negara dan
bangsa yang sesuai dengan karakteristik islam
Membangun Budaya Akademik Islam di kampus itu tidak mudah. Dalam membangun
budaya akademik islam dapat dilakukan dengan menentukan sesuatu yang lebih kecil dahulu yaitu
misalnya dengan cara kampus mengadakan program bersih-bersih lingkungan kampus. Bersih
merupakan sebagian dari iman dengan lingkungan yang bersih dapat membuat menambah
motivasi atau minat belajar mahasiswa dan minat mengajar dosen. Beris-bersih lingkungan juga
meningkatkan kerja sama antar masyarakat kampus dalam hal positif.

49
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Budaya adalah suatu keseluruhan dari pola perilaku yang dikirimkan melalui kehidupan
sosial, seni agama, kelembagaan, dan semua hasil kerja dan pemikiran manusia dari suatu
kelompok manusia. Kebudayan Islam berkembang dalam masyarakat dan terus mengalami
perubahan namun tidak lepas dari nilai-nilai ketuhanan. Islam mengajarkan kepada
umatnya untuk selalu beramal dan berkarya, untuk selalu menggunakan pikiran yang
diberikan Allah untuk mengolah alam dunia ini menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi
kepentingan manusia.
2. Seni adalah sesuatu yang bersifat abstrak, dapat dipandang, didengar, dan disentuh oleh
jiwa tetapi sulit dinyatakan melalui kata-kata, hal ini identik dengan keindahan dan
kesenangan. Dalam pandangan Islam, berseni harus didasari pada motif perbuatan yang
makruf atau kebaikan, halal, dan berakhlak serta tidak melenceng dari batas-batas syariah.
3. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi adalah pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun
secara bersistem menurut metode-metode tertentu, yang dapat digunakan untuk
menerangkan gejala-gejala tertentu. Islam menganjurkan manusia untuk mengembangkan
ilmu yang dimiliki bagi kemajuan peradaban kehidupan manusia itu sendiri.

50
4. Islam memberikan kebebasan kepada manusia untuk dapat mengembangkan budaya, seni,
maupun ilmu pengetahuan dan teknologi selama hal tersebut tidak bertentangan dengan
ajaran yang terkandung dalam Islam.

3.2 Kritik dan Saran


Sebagai generasi muda muslim, kita perlu untuk terus mengembangkan diri, meningkatkan
kapasitas diri, menggali potensi kita jauh lebih dalam lagi, serta menambah wawasan kita melalui
pembelajaran dengan berlandaskan ajaran yang telah diatur dalam Islam agar dapat berkreasi dan
berkarya tak hanya untuk diri kita sendiri, melainkan untuk kepentingan orang banyak.

DAFTAR PUSTAKA

Arif, M. A. (2014, November 4). Perkembangan Ilmu Pengtahuan dan Teknologi Menurut Agama
Islam dan Al-quran. Retrieved November 3, 2016, from http://ldk.stmik-
dci.ac.id/?post=perkembangan-ilmu-pengtahuan-dan-teknologi-menurut-agama-islam-dan-al-
quran
Imam Wahyu Priyanto, Sistem Informasi, Universitas Indonesia. Konsep Pengembangan Budaya
dan Seni Menurut Islam
Kaelany. 2010. Islam Agama Universal. Jakarta: Midada Rahma Press
Mubarak, Zaki. 2007. Menjadi Cendekiawan Muslim. Jakarta: PT Magenta Bhakti Guna
Mujilan, dkk.2016. Materi Pembelajaran Matakuliah Pengembangan Karakter Agama Islam
Universitas Indonesia. Depok
Online. Manfaat Positif dan Negatif IPTEK dalam Agama Islam.
http://www.langkahpembelajaran.com/2015/03/manfaaat-positif-dan-negatif-iptek.html (Diakses
pada 3 November 2016)

51
Purwanto, Yedi. 2011. Online. Seni dalam pandangan al-qur’an.
https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=8&cad=rja&uact=8&ve
d=0ahUKEwjrpbf4vIzQAhXMuY8KHQ66AIwQFghJMAc&url=http%3A%2F%2Fjournal.fsrd.i
tb.ac.id%2Fjurnal-desain%2Fpdf_dir%2Fissue_3_9_19_2.pdf&usg=AFQjCNFDtJrZTkhIhZz-
OlYUwUsEQvXDMA&bvm=bv.137132246,d.c2I(Diakses pada 2 november 2016)
Rizali, Nanang. 2012. Online. Kedudukan seni dalam islam.
https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&uact=8&ve
d=0ahUKEwjrpbf4vIzQAhXMuY8KHQ66AIwQFggZMAA&url=http%3A%2F%2Feprints.uad.
ac.id%2F1485%2F1%2F01-tsaqafa-Nanang-Rizali-kedudukan-seni-dalam-
islam.pdf&usg=AFQjCNHdphBGra7c5rSNKvjackqbxPbNFQ&bvm=bv.137132246,d.c2I(Diaks
es pada 2 november 2016)
Sora. 2015. Online. Pengertian IPTEK Atau Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Lengkap.
http://www.pengertianku.net/2015/01/pengertian-iptek-atau-ilmu-pengetahuan-dan-teknologi-
lengkap.html (Diakses pada 29 Oktober 2016)
Sudibyo, Lies, 2011 ‘Peranan dan Dampak Teknologi Informasi Dalam Dunia Pendidikan di
Indonesia’. Universitas Veteran Bangun Nusantara. Volume 20, No. 2, <
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=268282&val=7107&title=Peranan%20dan
%20Dampak%20Teknologi%20Informasi%20%20dalam%20Dunia%20Pendidikan%20di%20In
donesia> , diakses pada tanggal 31 Oktober 2016 pukul 12.01
Supamin, Asyari. Membangun Budaya Kerja Islami. Online.
http://www.forumbisnissyariah.com/berita-membangun-budaya-kerja-islami.html (Diakses pada
3 november 2016)
Syarifuddin. 2013. Online. Dampak Negatif Teknologi Informasi Terhadap Pembinaan Akhlak Umat
Islam. http://www.syafaruddin.com/2013/12/dampak-negatif-teknologi-informasi.html (Diakses
pada 3 November 2016)
Taufiqqurohman, A. (2014, November 4). Pandangan Islam Terhadap Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi. Retrieved November 3, 2016, from http://ldk.stmik-dci.ac.id/?post=pandangan-islam-
terhadap-ilmu-pengetahuan-dan-teknologi

http://abuenadlir.blogspot.co.id/2015/02/surat-al-alaq-segumpal-darah-ayat-1-5.html
https://almanhaj.or.id/2263-pengertian-as-sunnah-menurut-syariat.html

52
http://nidaaini.blogspot.co.id/2013/06/surat-al-alaq-ayat-1-5.html
http://ojs.uniska-bjm.ac.id/manfaat-iptekbagiagamaislam
http://rain-choco.blogspot.co.id/2015/08/qs-ali-imran-190-191_19.html
http://tafsirq.com/21-al-anbiya/ayat-16
http://tafsirq.com/41-fussilat/ayat-53
http://tafsirq.com/16-an-nahl/ayat-8
http://tafsirq.com/55-ar-rahman/ayat-33
http://tafsirq.com/17-al-isra/ayat-85
http://tafsir.cahcepu.com/alalaq/al-alaq-1-5/

53

Anda mungkin juga menyukai