Wayang merupakan kesenian asli dari Indonesia yang sudah muncul pada
abad 1500M. Kesenian wayang sebagai mahakarya kebudayaan telah
memenangkan Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity yang
diberikan oleh orgnasasi PBB yang bergerak di bidang budaya yakni UNESCO.
Wayang Golek merupakan salah satu kesinian wayang khas daerah Jawa
Barat. Wayang Golek terbukti berhasil dilestarikan sebagai kebudayaan khas
Indonesia dari generasi ke generasi. Seperti wayang lainnya, Wayang Golek
dikoordinasikan oleh seorang multitalenta yang berjulukan ‘Dalang’. Sang dalang
memiliki peran yang besar dalam mensutradarai cerita kesenian wayang, melalui
Sabetan-nya (gerak – gerik wayang) dan Catur (penuturan kata), serta alunan
musik karawitan sebagai pemeriah dan latar belakang pertunjukan wayang.
Seni drama dalam Wayang Golek tidak akan terlepaskan dari unsur-unsur
Sabetan dan Catur, kedua hal ini lah yang akan membuat pertunjukan wayang
menjadi sangat menarik untuk dianalisis dan disaksikan. Sang dalang akan
memainkan tanganya dengan gerakan yang dinamis saat menggerakan wayangnya
dan mengeluarkan guyonan-guyonan dalam mengisi dialog karakter wayangnya
sehingga pertunjuka menjadi menarik dan tidak monoton. Selain dari segi seni
drama Wayang Golek juga menyampaikan kepada penontonya mengenai nilai-
nilai kehidupan yang merupakan makna tersendiri dari cerita kisah pertunjukan
Wayang Golek. Dan oleh sebab itu kita sebagai orang Indonesia, bukan hanya
orang Jawa Barat harus mencintai dan senantiasa melestarikan kesenian yang
tiada duanya ini.
1. Isi
Asal muasal Wayang Golek tidak tercatat dan dijelaskan secara rinci
karena tidak ada data yang konkrit, baik tertulis maupun lisan. Kehadiran Wayang
Golek berkorelasi dengan Wayang Kulit karena eksistensi dari Wayang Golek
berasal dari Wayang Kulit. Ada banyak sumber yang beropini berbeda tentang
awal munculnya Wayang Golek. Salah satunya menurut Salmun (1986),
mengatakan bahwa pada tahun 1583 M, Sunan Kudus membuat wayang dari kayu
yang kemudian disebut Wayang Golek yang dapat dipentaskan pada siang hari.
Sumber: Republika.co.id
Wayang Golek terbuat dari kayu Albasiah (Sengon) atau kayu Lame
(Pulai). Pada umunya cara membuatnya dengan mengukir dan meraut sampai
bentuk dan motif yang diinginkan terwujud, menggunakan peralatan ukir. Untuk
mewarnai dan menggambar kita dapat menggunakan cat Duko, cat ini berfungsi
untuk mewarnai bagian mata, alis, bibir, dan fitur wajah wayang lainnya.
Sumber: Liputan6.com
Seni drama dalam Wayang Golek tidak akan terlepaskan dari unsur-unsur
Sabetan dan Catur, kedua hal ini lah yang akan membuat pertunjukan wayang
menjadi sangat menarik untuk dianalisis dan disaksikan. Wayang Golek juga
menyampaikan kepada penontonya mengenai nilai-nilai kehidupan yang
merupakan makna tersendiri dari cerita kisah pertunjukan Wayang Golek.
Masroer. 2015. Spiritualitas Islam dalam Budaya Wayang Kulit Masyarakat Jawa
dan Sunda. Jurnal Ilmiah Sosiologi Agama Volume 9 No. 01: 38-61.
Amir Mertosedono, S.H. 1986. Sejarah Wayang: Asal-usul, Jenis dan Cirinya.
Semarang: Dahara Prize
Kusnadi, Dede dan Wawan Setiawan. 2019. Peremajaan Tokoh dan Cerita
Wayang Golekmelalui Komik Wayang Ulun Umbul karya “Ade Kosasih
Sunarya”. Skripsi. Universitas Pasundan : Bandung
Gandarasa, Gelar. 2019. Laporan Khusus Napas Berat Dalang Wayang Golek
Cepak Indramayu . Jawa Barat
Suryana, Jajang. 2002. Wayang Golek Sunda: Kajian Estetika Rupa Tokoh Golek.
Bandung: PT. Kiblat Buku Utama