Anda di halaman 1dari 14

PEDOMAN HIDUP ISLAMI KEHIDUPAN DALAM

SENI DAN BUDAYA

Diajukan Sebagai Persyaratan Untuk Memenuhi Tugas


Mata Kuliah Al-Islam dan Kemuhammadiyahan V

Oleh :
Kelompok 8
Ayes Meyuzar Muslim 122021029P
M. Delika Maulidi 122021027P
M. Rivaldo Fadli 122021028P
Kelas : B
Dosen Pengampuh : Ir. Atika Dewi

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2021/2022

i
KATA PENGANTAR

Segala puji milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada
Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya penyusun mampu menyelesaikan
tugas makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah Al-Islam dan Kemuhammadiyahan V.
Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi.
Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat
bantuan, dorongan, dan bimbingan orang tua, sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi
teratasi.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang Kehidupan Dalam
Seni dan Budaya. Makalah ini disusun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu
yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh
kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi
sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa Universitas
Muhammadiyah Palembang, kami sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan
jauh dari sempurna. Untuk itu, kepada dosen pengampuh sertapara pembaca, kami
meminta masukan dan kritik demi perbaikan pembuatan makalah kami di masa yang
akan datang.

Palembang, November 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN COVER................................................................................................................i
KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.        Latar Belakang....................................................................................................1
2.        Rumusan Masalah...............................................................................................1
3.        Tujuan..................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................3
1.       Muhammadiyah dalam Kehidupan Seni dan Budaya..........................................3
2.       Peranan Muhammadiyah dalam Seni dan Budaya...............................................5
3.       Pandangan Muhammadiyah dalam Seni dan Budaya..........................................6
4.       Macam-macam Seni dan Budaya dalam Muhammadiyah...................................9
BAB III PENUTUP................................................................................................................10
1.        Kesimpulan........................................................................................................10
2.        Saran..................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................11

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.   Latar Belakang
Seni termasuk fitrah manusia. Seni banyak ragamnya, misal, seni suara, seni musik,
seni sastra, seni rupa, seni pertunjukkan, seni beladiri, dan sebagainya. Semua itu merupakan
bagian dari budaya. Disamping itu, seni merupakan bagian yang tak terpisahkan dari
kehidupan masyarakan. Apalagi menurut Sunatullah, manusia memang hidup bermasyarakat.
Tidak hidup seorang diri dan menyendiri. Karena itu, seni sebagai fitrah harus dijaga dan
disalurkan secara ma’ruf dalam setiap kehidupan manusia.
Islam dikenal sebagai agama fitrah. Agama yang bertentangan dengan fitrah manusa.
Islam juga menyakurkan, mengatur dan mengarahkan fitrah manusia untuk kemuliaan dan
kehormatan manusia sebagai makhluk Allah. Selain itu, Islam adalah agama rahmatan lil
alamin. Islam termaksud menggembirakan, menyejaherakan dan membahagiakan umat
manusia. Bukan sebaliknya menyusahkan, menyesengsarakan, dan menyedihkan umat
manusia. Karena itu, Islam mendukung segala sesuatu yang menuju ke arah itu. Dalam
rangka itu, islam memberikan kesempatan kepada manusia jelas merupakan kebutuhan.
Namun, dalam pelaksanaannya harus sesuai dengan jiwa ajaran islam. Tidak berlebihan.
Sebab, sesuatu yang berlebihan tentu tidak baik.
Muhammadiyah berasas Islam. Bagi Muhammadiyah Islam yang bersumber pada Al-
Qur’an dan Sunnah Rasul pastilah merupakan rujukan dan katalisator utama. Karena itu,
Muhammadiyah selalu menggunakan nilai-nilai Islam dalam melihat, memahami, dan
menyikapi tentang seni. Dalam menyikapi tentang seni, Muhammadiyah sesuai dengan jati
dirinya bersikap moderat. Tidak bersikap ketat/keras secara berlebiham, serba
mengharamkan. Juga tidak terlalu lunak sehingga hampir menghalalkan segalanya.

2.   Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah Muhammadiyah dalam kehidupan Seni dan Budaya?
2. Bagaimana peranan Muhammadiyah dalam seni dan budaya?
3. Bagaimana pandangan Muhammadiyah terhadap seni dan budaya?
4. Apa saja macam-macam seni dan budaya Muhammadiyah ?

3.   Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini selain tugas dari dosen pada mata kuliah Al Islam
dan Kemuhammadiyahan (AIK) VI sebagai bahan materi pembahasan pada diskusi kelompok
1
juga sebagai pembelajaran atas rasa keingintahuan yang besar terhadap kehidupan dalam seni
dan budaya berdasarkan pandangan islam khususnya bagai warga muhammadiyah.

2
BAB II
PEMBAHASAN

Manusia dalam kehidupan jelas membutuhkan seni. Kebutuhan manusia terhadap seni
dapat mengibaratkan bahwa manusia hidup membutuhkan santapan. Nah, manusia seutuhnya
membutuhkan berbagai macam santapan. Ibadah bisa dikatakan sebagai santapan. Ibadah bisa
dikatakan sebagai santapan rohani. Sedangkan santapan otak adalah pengetahuan. Lain
halnya merupakan santapannya adalah olahraga. Adapun seni merupakan santapan hati.
Silahkan menikmati seni sebagai santapan hati. Agama tidak melarangnya. Asal santapan itu
sejalan dengan etika dan norma-norma Islam.
Seni seperti itu tentu bermanfaat. Diantara manfaatnya,baik bagi pencipta maupun
penikmat, seni dapat menumbuhkan perasaan halus dan keindahan. Juga dapat menyegarkan
dan menyejukkan hati. Selain itu, seni dapat membangkitkan seorang hamba untuk lebih
mendekatkan diri kepada Allah. Dan Seni dapat menjadikan media atau sarana dakwah untuk
membangun kehidupan keberadapan.
KH Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah, seorang alim bepikiran maju
mendahului zamannya. Ia telah memberi keteladanan tentang kedekatan dengan seni pada
zamannya dan kepada generasi yang datang kemudian. Kita pernah melihat film Sang
Pencerah yang melukiskan kehidupan dan perjuangan pendiri Muhammadiyah. Dalam film
tersebut, kita dapat menyaksikan kepiawaian KH Ahmad Dahlan dalam memainkan biola.
Ketika itu banyak orang yang mencibirnya. Karena ada Kiai mengapa main biola. Hal itu
zamannya tentu merupakan sesuatu yang langka.

A. Muhammadiyah dalam Kehidupan Seni dan Budaya


Kepedulian Muhammadiyah tentang Kebudayaan dan Kesenian ini sebenarnya
bukanlah barang baru bagi Muhammadiyah.Sejumlah bentuk kesenian selalu saja menghiasi
perhelatan Muktamar Muhammadiyah.Bahkan secara khusus, Majelis Tarjih juga sudah
membahas masalah kebudayaan dan kesenian ini di Aceh tahun 1995. Keputusan Majelis
Tarjih tentang Kebudayaan dan Kesenian tersebut sebagai berikut:
1. Strategi kebudayaan Muhammadiyah menyatukan dimensi ajaran kembali kepada al-
Qur’an dan as-Sunnah dengan dimensi ijtihad dan tajdid sosial keagamaan. Ciri khas
strategi kebudayaan Muhammadiyah adalah adanya yang erat dan timbal balik antara sisi

3
normativitas al-Qur’an dan as-Sunnah serta historisitas pemahamannya pada wilayah
kesejarahan tertentu.
2. Secara teoritis, manusia memiliki empat kemampuan dasar untuk mengembangkan
kebudayaan, yakni rasio untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi,
imajinasi untuk mengembangkan kemampuan estetiknya, hati nurani untuk
mengembangkan moralitasnya, dan sensus numinis untuk mengembangkan kesadaran
ilahiahnya.
3. Agama adalah wahyu Allah SWT, merupakan sistem nilai yang mempunyai empat potensi
di atas dan mengakuinya sebagai fitrah manusia. Keempat potensi tersebut secara
bersama-sama dapat dipakai untuk menemukan kebenaran tertinggi, yakni kebenaran
Allah SWT sebagai acuan dari kebudayaan yang dikembangkan manusia.
4. Seni adalah penjelmaan rasa keindahan yang terkandung dalam jiwa manusia dilahirkan
dengan perantara alat-alat komunikasi ke dalam bentuk yang dapat ditangkap indera.
5. Seni budaya merupakan penjelmaan rasa seni yang sudah membudaya, yang termasuk
dalam aspek kebudayaan, sudah dapat dirasakan oleh orang banyak dalam rentang waktu
perjalanan sejarah peradaban manusia.
6. Rasa seni adalah perasaan keindahan yang ada pada setiap orang normal yang dibawa
sejak lahir. Ia merupakan sesuatu yang mendasar dalam kehidupan manusia yang
menuntut penyaluran dan pengawasan baik dengan melahirkannya maupun dengan
menikmatinya. Artinya proses penciptaan seni selalu bertitik tolak dari pandangan
seniman tentang realitas (Tuhan, alam dan manusia).
7. Rasa seni merupakan salah satu fitrah manusia yang dianugerahkan Allah SWT yang
harus dipelihara dan disalurkan dengan baik sesuai dengan ketentuan yang diatur oleh
Allah SWT sendiri. Allah itu Maha Indah dan Mencintai Keindahan.
8. Islam adalah agama fitrah, yaitu agama yang berisi ajaran yang tidak bertentangan dengan
fitrah manusia, justru menyalurkan dan mengatur tuntutan fitrah tersebut. Termasuk dalam
hal ini fitrah rasa seni, karena itu seni tidak bebas nilai.
9. Menciptakan dan menikmati karya seni hukumnya mubah (boleh) selama tidak mengarah
dan mengakibatkan fasad (kerusakan), darar (bahaya), ‘isyan (kedurhakaan), dan ba’id
‘anillah (keterjauhan dari Allah), yang merupakan rambu proses penciptaan dan
menikmatinya.
Fasad. Artinya: merusak, maksudnya mencipta dan menikmatinya berakibat
merusak, baik merusak orang yang menciptakannya maupun merusak orang lain maupun
lingkungan: meliputi akidah, ibadah, dan hubungan sosial.

4
Darar. Artinya: bahaya, maksudnya mencipta dan menikmatinya tidak
menimbulkan bahaya pada diri orang yang menciptakannya atau pada orang yang
menikmatinya.
‘Isyan. Artinya: kedurhakaan, maksudnya mencipta dan menikmatinya tidak
mendorong kepada pelanggaran hukum agama atau kedurhakaan kepada Allah, orang
tua, atau suami istri bagi orang berkeluarga.
Ba’id ‘anillah. Artinya: jauh dari Allah, maksudnya tidak membuat jauh dari
Allah atau menghalangi pelaksanaan ibadah.
10. Seni rupa yang obyeknya makhluk bernyawa seperti patung hukumnya mubah bila untuk
kepentingan sarana pengajaran, ilmu pengetahuan dan sejarah, serta haram bila
mengandung unsur membawa ‘isyan dan kemusyrikan.
11. Seni suara baik vokal maupun instrumental, seni sastra dan seni pertunjukan pada
dasarnya mubah, karena tidak ada nash yang sahih yang melarangnya. Larangan, baru
timbul manakala seni tersebut menjurus pada pelanggaran norma-norma agama dalam
ekspresinya, baik menyangkut penandaan tekstual maupun visual.
12. Bila seni dapat dijadikan alat dakwah untuk membina, mengembangkan dan
meningkatkan mutu keimanan dan ketaqwaan, maka menciptakan dan menikmatinya
dianggap sebagai amal shalih yang bernilai ibadah sepanjang mematuhi ketentuan-
ketentuan proses penciptaan dan menikmatinya.

B. Peranan Muhammadiyah dalam Seni dan Budaya


Seni dapat menjadikan media atau sarana dakwah untuk membangun kehidupan
berkeadaban. Era hubungannya dengan hal tersebut, DR Kuntiwijiyo (budayawan dan
sejarahwan menulis,” Kesenian sebagai ekspresi dari ke-Islaman memiliki tiga fungsi:
1. Sebagai wujud ibadah,tazkiyah, tasbih, shadaqah dan sebagainya bagi pencipta
maupun penikmat seni.
2. Kesenian dapat menjadi identitas kelompok.
3. Kesenian dapat berarti syiar (lambang kejayaan).
Dalam usia 100 tahun, Muhammadiyah telah melakasanankan Muktamar sebanyak 46
kali. Setiap menjelang Muktamar, Panitia Pusat Muktamar Muhammadiayah mengadakan
lomba mengarang lagu Mars Muktamar dan lomba poster/ logo Muktamar. Sebelumnya,
Panitia telah membentuk tim yuri untuk masing-masing lomba tersebut. Para anggotanya
terdiri dari para ahli dalam idangnya. Naskah lagu dan poster/logo dari para peserta lomba
yang setelah diteliti, dinilai, dan dipilih oleh tim yuri selanjutnya di tentukan para

5
pemenangnya masing-masing. Kepada mereka diberi hadiah yang memadai. Pemenang
pertama, baik lomba lagu maupun lomba poster / logo, biasanya yang dipilih dan ditetapkan
menjadi lagu Mars Muktamar pada pembukaan Muktamar. Lagu Mars Muktamar
dikumandangkan pada pembukaan Muktamar dan poster/ logo Muktamar dipasang di banak
tempat strategis, apalagi di tempat pembukaan dan arena Muktamar. Sebelum itu, lagu
tersebut disosialisasikan kepada keluarga besar Muhammadiaya. Demikian pula poster/ logo
Muktamar di kirim untuk dipasang di Amal Usaha Muhammadiyah se Indonesia.
Pada acara Mmuktamar Muhammadiyah, digelar atraksi kesenian yang menawan.
Terakhir, kita saksikan malam tasyakuran Muktamar Satu Abad yang di isi berbagai acara
kesenian. Berbagai keiatan penunjang itu untuk menyemarakkan dan mensyiarkan Muktamar
Satu Abad.
Secara umum di Amal Usaha Muhammadiyah, misal, sekolah, kegiatan kesenian
selama in telah berjalan adalah seni musin, drum band, dan seni beladiri Tapak SucI Putra
Muhammadiyah. Demikian menurut pengamat DR Kyntowijoyo. Bagaimanapun yang telah
berjalan harus kita yukuri. Namun, kita harus menyadari bahwa Muhammadiyah secara
bertahap perlu segera menangani seni-seni lainnya.

C. Pandangan Muhammadiyah Terhadap Seni dan Budaya


Indonesia adalah negara yang kaya akan budaya dari yang tradisional sampai dengan
yang modern. Hampir setiap propinsi mempunyai budaya, mulai dari budaya tarian daerah,
teater rakyat atau pertunjukan, lagu lagu daerah, rumag adat, dll. Dari sekian banyak cultur
yang berkembang dan eksis, banyak pula yang bertentangan dengan norma norma agama
islam.
Yogyakarta, sebagai tempat lahirnya Muhammadiyah juga sangat kental dengan
budaya keratonnya yang tidak sedikit dari budaya budaya tersebut yang bertentangan dengan
ajaran islam yang didakwahkan K.H. Ahmad Dahlan. Seperti slametan, menempatkan sesaji
di tempat tempat tertentu, meyakini akan adanya mahluk yang disebut sebagai Nyai Roro
Kidul dan sebagainya.
Jauh sebelummya islam masuk ke Indonesia, penduduknya telah menganut agama
Hindu dan Budha dengan segala amalan dan tradisi yang ada di dalamnya. Kemudian setelah
sekian abad, Islam masuk ke Indonesia.oleh karena itu, wajar kalu umat islam masa itu masih
mengamalkan ajaran islam bercampur denga kultur agama yang dianut sebelumnya dan
dalam perspektif akidah islam (tauhidullah) jelas kontradiksi dan terjebak dalam perbuatan
bid’ah yang pelakunya diancam oleh Nabi dengan ancama Neraka. Cultur tersebut seperti

6
percaya kepada benda benda keramat seperti keris, tombak, batu aji, pergi ke tempat tempat
yang dianggap keramat, adanya hari baik dan hari buruk dan sebagainya.
Kondisi kondisi tersebut mendorong K.H. Ahmad Dahlan untuk melakukan
pemurnian ajaran Islam dari pengaruh pengaruh budaya atau kultur agama atau keyakinan
lain. lalu kemudian hari Muhammadiyah dikenal dengan gerakan tajdid (pembaruan), yaitu
pemurnian ajaran Islam dari berbagai kotoran yang menempel dalam tubuhnya (Musthafa
Kamal Pasha dkk., 2003:83). Pemurnian dalam hal ini dikenal dengan istilah purifikasi.
Sifat tajdid (pembaruan) yang menjadi jati diri Muhammadiyah tersebut tidak melulu
bermakna purifikasi akan tetapi juga tajdid bermaknna reformasi atau dinamisasi yang berarti
pembaruan dalam cara cara pelaksanaan ajaran Islam dalam kehidupan masyarakat semacam
memperbaharui cara penyelenggaraan pendidikan, cara pengelolaan rumah sakit, dll.
Lantas, dengan semangat tajdidnya, apakah Muhammadiyah mengharamkan semua
budaya (termasuk di dalamnya seni, karena seni merupakan produk budaya) ?
Untuk menjawabnya, terkait sikap Muhammadiyah terhadap kebudayaan dan seni ,
berikut akan dicantumkan keputusan Muktamat Muhammadiyah ke-44 tahun 2002 di Jakarta
yang sekarang telah dicantumkan dalam PHIWM (pedoman Hidup Islami Warga
Muhammadiyah), hal.:92)
1. Islam adalah agama fitrah, yaitu agama yang berisi ajaran yang tidak bertentangan
dengan fitrah manusia, islam bahkan menyalurkan, mengatur, dan mengarahkan fitrah
manusia itu untuk kemuliaan dan kehormatan manusia.
2. Rasa seni sebagai penjelmaan rasa keindahan dalam diri manusia merupakan salah
satu fitrah yang dianugerahkan Allah swt yang harus dipelihara dan disalurkan dengan
baik dan benar sesuai dengan jiwa ajaran islam.
3. Berdasarkan keputusan Munas Tarjih ke-22 tahun 1995 bahwa karya seni hukumnya
mubah (boleh) selama tidak mengarah atau mengakibatkan fasad (kerusakan), dharar
(bahaya), ‘ishyan (kedurjhakaan), dan ba’id anillah (terjauhkan dari Allah); maka
pengembvangan kehidupan seni dan budaya dikalangan Muhammadiyah harus sejalan
dengan etika atau norma norma Islam sebagaimana dituntunkan tarjih tersebut.
4. Seni rupa yang obyeknya mahluk bernyawa seperti patung hukumnya mubah bila
untuk kepentingan sarana pengajaran, ilmu pengetahuan, dan sejarah; serta menjadi
haram bila mengandung unsur yang membawa ‘ihsyan (kedurhakaan) dan
kemusyrikan.
5. Seni suara baik seni vokal maupun instrumental, seni sastra dan seni pertunjukan pada
dasarnya mubah (boleh), serta menjadi terlarang manakala seni dan ekspresinya baik

7
dalam wujud penandaan tektual maupun visual tersebut menjurus pada pelanggaran
norma norma agama.
6. Setiap warga Muhammaddiyah baik dalam menciptakan maupun menikmati seni dan
budaya, selain dapat menumbuhkan perasaan halus dan keindahan juga menjadikan
seni dan budaya sebagai sarana mendekatkan diri kepada Allah, dan sebagai media
atau sarana dakwah untuk membagun kehidupan yang berkeabadan.
7. Menghidupkan sastra islam sebagai bagian dari strategi membangun peradaban dan
Kebudayaan Muslim.
Dari point point keputusan Muktamar diatas, dapat diketahui dengan jelas pandangan
muhammadiyah terhadap kebudayaan dan seni. Muhammadiayah berpandangan bahwa
berbudaya atau berseni merupakan fitrah manusia.Allah telah memberikan fitrah tersebut
kepada manusia dan karunia itu tidak boleh dihilangkan dan dibiarkan liar dan bebas. Akan
tetapi Islam telah memberikan arahan bagaimana seharusnya menyalurkan fitrah itu sehingga
tetap berada diatas koridor yang telah ditetapkan Allah dan sesuai dengan jiwa ajaran islam
(lihat point 1 dan 2).
Endang dalam bukunya “Wawasan Islam” mengatakan: ” sepanjang pengetahuan
penulis, Islam tidak memberikan teori atau ajaran yang terinci mengenai seni dan estetika
(berbeda halnya dengan etika). Jika kesimpulan penulis tidak keliru, maka hal demikian
barangkali termasuk kategori “dunya” dalam hadits Rasulullah saw, “antum a’lamu bi umuri
dunyakum” kalian lebih mengetahuai urusan dunia kalian).(2004:105)
Berkaitan dengan ujaran Endang dapat ditarik kesimpulan bahwa kesenian itu
termasuk urusan dunia yang dalam Muhammadiyah dikenal dengan sebutan “mu’amalah
dunyawiyah”.Oleh karena itulah, Muhammadiyah berpandangan bahwa pada dasarnya seni
itu hukumnya mubah (boleh).Dalah kaidah fikih disebutkan bahwa “al-ashlu fil mu’amalah
al-ibahah” (pada dasarnya hukum yang kuat dalam perkara mu’amalah adalah boleh). Akan
tetapi manakala dalam seni tersebut ada hal hal lain yang mengarah atau menyebabkan
pelanggaran terhadap norma norma islam baik berupa kerusakan (fasad), kedurhakaan kepada
Allah, maka hukumnya menjadi haram.(lihat point 3 dan 5).
Jadi, sebenarnya yang diharamkan bukan seninya, akan tetapi hal hal lain yang diluar
seni tersebut. Seperti bernyanyi hukumnya boleh, akan tetapi karena dalam lirik nyanyian itu
mengandung kata kata yang bertentangan dengan norma islam, maka ia menjadi haram.
Begitu juga dengan budaya tari tarian.Tari tarian asalnya boleh, menjadi tidak boleh semisal
jika tari tarian tersebut menggunakan pakaian yang tidak menutup aurat, dll.

8
D. Macam-macam Seni Budaya dalam Muhammadiyah
a. Seni Musik : Rebana, Nasyid, Hadrah, Kosidah, keroncong, Angklung, Drum band, Band.
b. Seni Rupa : Kaligrafi, melukis, menggambar,kriya, menyulam dan lain-lain.
c. Seni Tari : Tari Saman ala Aceh, Tari Payung dan lain-lain.
d. Seni Teater : Drama, sandiwara, sinetron,baca puisi, pantonim.

9
BAB III
PENUTUP

1.        Kesimpulan
Dengan demikian, jelaslah bahwa dalam pandangan Islam dan Muhammadiyah
sangat mendukung berkembangnya seni dan budaya dengan tetap memerhatikan nilai nilai
atau norma norma islam supaya jangan sampai melampaui batas. Bahkan Muhammadiyah
sekarang membuat strategi dakwah yang disebut dengan dakwah kultural, yaitu: upaya
menanamkan nilai nilai islam dalam seluruh dimensi kehidupan dengan memperhatikan
potensi dan kecenderungan manusia sebagai mahluk budaya secara luas, dalam rangka
mewujudkan masyarakat islam yang sebenar benarnnya.

2.        Saran
Bila seni dan udaya dapat dijadikan alat dakwah untuk membina, mengembangkan
dan meningkatkan mutu keimanan dan ketaqwaan, maka dengan menciptakan dan
menikmatinya dianggap sebagai amal shalih yang bernilai ibadah sepanjang mematuhi serta
tidak melewati ketentuan agama Islam itu sendiri.

10
DAFTAR PUSTAKA

1. Saleh, Muhammad.2011. Perspektif Muhammadiyah Terhadap Kebudayaan dan


Seni.http://www.docstoc.com/docs/70132865/SENI-DAN-BUDAYA-PERSPEKTIF-
MUHAMMADIYAH..

2. Abror Muchlas M.2012. Artikel Muhammadiyah dan Seni.

11

Anda mungkin juga menyukai