Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

SENI SEBAGAI MEDIA DAKWAH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Agama Islam


Dosen Pengampu :
Ihsan Rojibillah, S.Th.I, M.Ag.
m

Disusun oleh :
Zahra Fitriana Ramadhani
213233096
1A

PROGRAM STUDI ANTROPOLOGI BUDAYA


FAKULTAS BUDAYA DAN MEDIA
INSTITUT SENI BUDAYA INDONESIA BANDUNG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah swt. karena atas segala nikmat, taufik dan hidayah-Nya
saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Seni Sebagai Media Dakwah”
dengan bentuk yang sederhana. Semoga makalah ini dapat memenuhi tugas mata kuliah
Pendidikan Agama Islam dan menambah ilmu bagi para pembaca.
Tak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada dosen mata kuliah Agama Islam Bpk.
Isnan Rojibillah, S.Th.,M.Ag. yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah ilmu
pengetahuan penulis dalam mencari sumber-sumber materi.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan dan jauh
dari kata sempurna. Untuk itu penulis terbuka untuk menerima masukan, kritik, dan saran dari
dosen dan para pembaca sebagai bahan evaluasi makalah ini agar menuju makalah yang
sempurna.

Tangerang, 9 Oktober 2021

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar...........................................................................................................................
Daftar Isi......................................................................................................................................
Bab I Pendahuluan......................................................................................................................
1.1. Latar Belakang.......................................................................................................................
1.2. Rumusan Masalah..................................................................................................................
1.3. Tujuan Penelitian...................................................................................................................
Bab II Pembahasan
2.1. Definisi Seni...........................................................................................................................
2.2. Kedudukan Seni Dalam Islam................................................................................................
2.3. Sejarah Seni Sebagai Media Dakwah....................................................................................
2.3.1 Tradisi Skaten..........................................................................................................
2.3.2 Lagu Tombo Ati.......................................................................................................
2.3.3 Tembang Kinanti dan Sinom...................................................................................
2.3.4 Lir Ilir
2.3.5 Kesenian Wayang Kulit
2.4. Seni Sebagai Media Berdakwah.............................................................................................
2.4.1 Unsur-Unsur Dakwah..............................................................................................
2.5 Kesenian Islam dan Permasalahannya...................................................................................
2.5.1 Nyanyian..................................................................................................................
2.5.2 Musik.......................................................................................................................
2.5.2 Tarian.......................................................................................................................
2.6 Peran Seorang Muslim Masa Kini Dalam Dakwah Melalui Kesenian..................................
Bab III Penutup
3.1. Kesimpulan dan Saran...........................................................................................................
Daftar Pustaka...............................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesenian merupakan salah satu media yang digunakan dalam melakukan dakwah Islam.
Sejak dahulu kegiatan dakwah sudah ada sejak adanya tugas dan fungsi yang diemban oleh
manusia di belantara kehidupan di dunia ini. Hal itu dilakukan seluruh alam, termasuk itu
didalamnya manusia itu sendiri. Namun, kegiatan dakwah seringkali dipahami, baik oleh
masyarakat awam ataupun masyarakat terdidik, sebagai suatu kegiatan yang praktis, sama
dengan tabligh (ceramah). Kegiatan dakwah itu terbatas hanya di majelis-majelis ta’lim,
masjid dan mimbar keagamaan lainnya.
Kegiatan dakwah seringkali dipahami sebagai upaya untuk memberikan solusi Islam
terhadap berbagai masalah kehidupan dari seluruh aspek seperti aspek ekonomi, sosial,
budaya, hukum politik dan lain-lain. Oleh karena itu, dakwah haruslah dikemas dengan cara
dan metode yang tepat dan pas, dakwah harus tampil secara aktual dalam arti memecahkan
permasalahan yang kekinian dan hangat di tengah masyarakat. Faktual dalam arti kongkrit
dan nyata, serta konstektual dalam arti relevan dan menyangkut problematika yang sedang
dihadapi oleh masyarakat.
Beberapa hal yang penting diketahui dalam dakwah adalah bahwa dua segi dakwah yang
tidak dapat dipisahkan, tetapi dapat dipisahkan, tetapi dapat dibedakan yaitu menyangkut isi
dan bentuk, substansi dan forma, pesan dan cara penyampainnya, esensi dan metode. Proses
dakwah menyangkut kedua-duanya sekaligus dan tidak dapat dipisahkan. Hanya saja perlu
disadari bahawa isi, substansi, pesan dan esensi senantiasa mempunyai dimensi universal
yang tidak terikat oleh ruang waktu. Dalam hal ini, substansi dakwah adalah pesan
keagamaan itu sendiri, itulah sisi pertama dalam dakwah. Sisi kedua, meskipun tidak kurang
pentingnya dalam dakwah yakni sisi bentuk, forma dan cara penyampainnya.
Selain hal diatas, sebuah media dakwah juga penting untuk dimengerti di dalam proses
komunikasi dakwah. Media dakwah yang dipilih tentunya tak lepas dari metode yang
digunakan. Pengembangan metode dakwah sangat berkait dengan media yang harus
menyertainya. Metode dan media yang digunakan terus berkembang dari masa ke masa
seperti mimbar, panggung, media cetak atau elektronik (radio, internet, televisi, komputer).
Kemudian dengan mengembangkan media atau metode kultural dan struktural yakni pranata
sosial, seni dan karya budaya, juga dengan mengembangkan dan menyesuaikan metode dan
media seni budaya masyarakat setempat yang relevan seperti wayang, drama, musik, dan lain
sebagainya.
Dalam pengertian yang luas, dakwah punya kaitan simbiosis dengan seni, dimana makna
dan nilai-nilai Islam dapat dipadukan. Namun, dalam hal ini perlu adanya konsep dakwah
yang lebih strategis lagi, dengan pengelolaan secara profesioanalitas yang mampu
mengakomodasi segala permasalahan sosial. Disini, seni dapat menjadi metode atau media
dakwah Islamiyah itu sendiri.
Sebagai media atau metode, seni mempunyai proyeksi yang mengarah pada pencapaian
kesadaran solidaritas kualitas keberagaman Islam yang pada giliranny amampu membentuk
sikap dan perilaku Islami yang tidak menimbukan gejolak sosial, tetapi justru semakin
memantapkan perkembangan sosial. Sedangkan, sebagai sasaran dakwah diarahkan pada
pengisian, makna dan nilai-nilai Islami yang integratif kedalam segala jenis seni dan budaya
yang akan dikembangkan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud seni sebagai media dakwah?
2. Bagaimana kedudukan seni Islam dalam berdakwah?
3. Apa yang menjadi pokok permasalahan dalam seni islam?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Untuk memahami pengertian seni sebagai media dakwah.
2. Untuk memahami bagaimana kedudukan seni dalam media dakwah.
3. Untuk mengetahui permasalahan pokok dalam seni Islam.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Seni

Kata seni berasal dari bahasa sansekerta yaitu sani yang artinya persembahan
pelayanan, dan pemberian yang tulus. Sedangkan, menurut istilah seni adalah keahlian
membuat karya yang bermutu, dilihat dari segi kehalusannya, keindahannya, fungsinya,
bentuknya, makna dari bentuknya, dan sebagainya. Seni didefinisikan sebagai penciptaan
bentuk-bentuk yang mengandung nilai estetika berpadu dengan nilai estetika Islam
(Galzaba, 1988). Istilah untuk estetika Islam itu adalah akhlak. Kesenian sebagai suatu
aspek kehidupan, tunduk kepada syari’at Allah swt. Seni sebaiknya bertujuan kepada hal
yang positif, jika seni menjerumus ke hal mujarat, maka diharamkan.
Seni adalah pernyataan emosi bangsa. Emosi bangsa mewarnai cara hidupnya
kebudayaan. Emosi dan cara hidup itu berpadu. Karena itu mengabur batas antara
kebudayaan dan kesenian. Seni sebagai nilai estetika mencakup ke dalam nilai sosial,
ekonomi, teknik, dsb. Dalam tindakan-tindakan kebudayaan seseorang ingin memuaskan
rasa kesenangannya melalui nilai-nilai estetika. Karena, manusia bukan hanya makhluk
berpikir, tapi juga merasa. Kebudayaan merupakan pernyataan cara berpikir dan cara merasa
sekelompok manusia. Karena, demikian berjalin kebudayaan dengan kesenian, maka orang
ramai tidak dapat memisahkan kesenian daripada kebudayaan, mengidentifikkan antara
keduanya. Karena itulah mereka mengasosiasikan kebudayaan dengan kesenian. Sehingga,
jika mereka mendengar atau membaca ungkapan kebudayaan dalam alam pikirnya
tergambar kesenian.
Agama memainkan peran utama dalam kehidupan. Esensi agama merupakan hal
ghaib, maka ia bertapak dalam kalbu, mekanis perasaan. Seni sebagai emosi juga bertapak
dalam kalbu. Berbaurlah dalam kalbu itu agama dengan seni. Hubungan agama dan seni
sangat erat kaitannya sehingga menimbulkan teori tentang lahirnya seni daripada agama.
Teori lahirnya seni dari agama berisi tentang bagaimana kita memikirkan Tuhan.
Siapa Dia-Nya, berapa jumlah-Nya, bagaimana sifat-sifat-Nya, bagaimana hubungan-Nya
dengan alam dan manusia, apa hukum-Nya, bagaimana kekuasaan-Nya, dan sebagainya
Tetapi, dalam agama bersahaja Tuhan tidak untuk difikirkan, melainkan dihayati. Karena
itu, pujaan-Nya diucapkan dengan susunan kata-kata yang penuh perasaan. Dari susunan
kata-kata yang indah itu lahirlah kesusteraan. Kesusasteraan adalah bahasa yang indah,
indah dalam bentuk, bunyi, dan isi. Segala tenaga keindahan bahasa dipergunakan dalam
pemujaan tersebut.
2.2 Kedudukan Kesenian Dalam Islam
Kesenian pada umumnya adalah hasil cipta karya manusia yang memiliki nilai
estetika. Sedangkan, dalam Islam kesenian memiliki arti sendiri, seni Islam adalah seni yang
dapat mengungkapkan keindahan dan konsep tauhid sebagai esensi aqidah, tata nilai, dan
norma Islam (Rizali, 2012, hlm: 4). Adapun pandangan seni Islam menurut M. Quraish
Shihab kesenian Islam tidak harus berbicara tentang Islam, ia tidak harus berupa nasihat
langsung, atau anjuran berbuat kebajikan, bukan juga abstrak tentang akidah. Seni yang
islami adalah seni yang dapat menggambarkan wujud ini, dengan ‘bahasa’ yang indah serta
sesuai dengan cetusan fitrah. Seni Islam adalah ekspresi tentang keindahan wujud dari sisi
pandangan Islam tentang Islam, hidup dan manusia yang mengantar menuju pertemuan
sempurna antara kebenaran dan keindahan (Shihab, 1996, hlm: 398).
Islam sebagai agama fitrah, menghargai seni. Islam juga mendorong kegiatan yang
bermanfaat untuk manusia. Seni yang ditampilkan mampu mengungkapkan dan
mengandung keindahan dan mendukung fitrah manusia yang suci. Selain itu, dapat
mengabdikan nilai-nilai luhur, menyucikan hati dari kotoran, serta memperluas nilai estetika
dalam pikiran manusia.
Akan tetapi, makna kesenian dalam Islam ada batasnya. Dalam kesenian Islam
mempertimbangkan antara nilai estetika dan etika, keduanya harus seimbang, tidak boleh
simpang siur seperti hanya nilai estetika nya saja yang dikedepankan. Allah tidak menyukai
perbuatan yang melampaui batas, seperti pada firman Allah swt. Yaitu :

Artinya : “ Wahai anak cucu Adam! Pakailah pakainmu yang bagus pada setiap (memasuki)
masjid, makan dan minumlah, tetapii jjangan berlebihan. Sungguh, Allah tidak menyukai
orang yang berlebihan.” (Q.S Al-Ar’af : 31)

2.3 Sejarah Seni Dijadikan Sebagai Media Dakwah

Seni menjadi media yang mudah untuk menyampaikan ajaran, nasihat. Karena
dengan perpaduan nilai seni kita tidak bosan untuk menerima materi. Adapun bentuk
dakwah atau penyampaian makna Islami yang pernah dibawa oleh penyebar ajaran-ajaran
Islam terdahulu, antara lain.

2.3.1 Tradisi Skaten


Tradisi skaten dipelopori oleh Sunan Bonang, yaitu salah satu tokoh Walisongo
yang memiliki nama asli Syekh Maulana Makdum Ibrahim. Kala itu, Sunan Bonang
menyebarkan agama Islam dengan cara menyesuakan diri terhadap corak kebudayaan
masyarakat Jawa. Orang Jawa sangat menggemari wayang dan musik gamelan. Untuk
itu, Sunan Bonang menciptakan gending-gending yang memiliki nilai-nilai keislaman.
Diciptakanlah tradisi skaten ini berupa upacara untuk memperingati Maulid Nabi
Muhammad SAW di lingkungagn Yogyakarta atau Maulud. Selain untuk Maulud,
Sekaten diselenggarakan pula pada bulan besar Dzulhijjah. Pada perayaan ini, gamelan
Sekaten diarak dari Keraton ke halaman Masjid Agung Jogja dan dibunyikan siang
malam saejak seminggu sebelum 12 Robiul Awal. Syair lagu ini berisi pesan tauhid dan
seiap baitnya diselingi pengucapan dua kalimat syahadat, kemudian menjadi Sekaten.

2.3.2 Lagu Tombo Ati


Lagu Tombo ati merupakan lagu tradisional Jawa yang ditulis oleh Sunan
Bonang, salah satu tokoh dari Walisongo yang berasal dari Tuban, Jawa Timur. Lagu ini
berisi lantunan tentanga cara-cara seorang muslim untuk mendapatkan kedamaian dan
ketenangan spirirtual, dengan melakukan solat tahajjud, membaca Al-Quran, berpuasa,
berkumpu l dengan orang soleh, dan terus-menerus mengingat Allah, semua itu
merupakan “obat hati”. Lagu ini telah diajarkan di pesantren-pesantren, dan telah
dinyanayikan, direkam, bahkan dirilis oleh beberapa penyanyi religi di Indonesia.

Lirik Lagu Tombo Ati Versi Bahasa Indonesia


Tombo Ati iku limo perkorone Obat hati ada lima perkaranya
Kaping pisan moco Kuran lan Yang pertama baca Qur'an dan
maknane maknanya
Kaping pindo sholat wengi Yang kedua sholat malam
lakonono dirikanlah
Kaping telu wong kang soleh Yang ketiga berkumpullah dengan
kumpulono orang sholeh
Kaping papat wetengiro ingkang Yang keempat perbanyaklah
luwe berpuasa (literal: perut lapar)
Kaping limo zikir wengi ingkang Yang kelima dzikir malam
suwe perpanjanglah
Salah sawijine sopo iso ngelakoni Salah satunya siapa bisa menjalani
Mugi-mugi Gusti Allah Moga-moga Allah Ta'ala
nyembadani mencukupi

2.3.2 Tembang Kinanti dan Sinom


Tembang Kinanti dan Sinom mengandung pesan dan ajaran moral hidup Sunan
Muria. Sunan Muria, salah satu tokoh wali songo dengan nama asli Raden Umar Said.
Kala itu, beliau berdakwah dengan metode menghanyutkan diri dala masyarakat atau
biasa disebut “topo ngeli”. Selain itu, Sunan Muria juga berdakwah melalui kesenian
seperti gamelan, wayang, dan tembang Jawa. Tembang Sinom ini merupakan ajakan
Sunan Muria kepada pengikutnya untuk meneladani perilaku baik Panembahan Senopati
atau Danang Sutawijaya. Pendiri Kerajaan Mataram selalu berbakti pada masyarakat dan
negara, serta bersusah payah bertapa untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. Adapun
Tembang Kinanti pada bait kedua merupakan ajakan melatih diri dan hati. Tembang
tersebut berarti, "Latihlah diri dan hati, meraih wahyu atau ilham agar cerdas, jangan
cuma bermalas-malasan, kecakapan harus dimiliki, siapkan jiwa dan raga, kurangilah
makan dan tidur." Senandung Sinom Kinanti itu berbaur dengan para peziarah dan
pengunjung taman yang turut meramaikan Parade Seribu Ketupat dan Lepet Kanjeng
Sunan Muria. Perayaan syawalan untuk melestarikan tradisi Sunan Muria, itu diawali
dengan bancaan atau makan beramai-ramai ketupat opor ayam dan lepet di tengah jalan
Desa Colo.
Seusai bancaan, warga mengangkut gunungan ketupat, lepet, dan hasil bumi menuju
Makam Sunan Muria untuk didoakan. Ketupat ini merupakan simbol permintaan maaf
Setelah rangkaian ritual doa rampung, aneka macam gunungan diarak melewati lereng-
lereng bukit untuk diperebutkan di Taman Ria Desa Colo. Tradisi ini berkembang sampai
saat ini contohnya pada setiap memperingati hari raya besar Islam. (Kompas, 2010)

2.3.3 Lir Ilir


Lir Ilir merupakan tembang Jawa yang diciptakan oleh Sunan Kalijaga, salah satu
tokoh Walisongo dengan nama asli Raden Sahid. Sunan Kalijaga memiliki cara yang
unik saat menyebarkan agama Islam di Pulau Jawa. Beliau berhasil mengenalkan ajaran
agama Islam dengan memadukan budaya Jawa seperti tembang Jawa Lir Ilir ini. Adapun
lirik dan makna lir ilir sebagai berikut.

Lirik
Lir-ilir, lir-ilir Terjemahan
Tandure wis sumilir Bangunlah bangunlah
Tak ijo royo-royo tak senggo Tanaman mulai bersemi
temanten anyar Sedemikian hijau bertumbuh
Cah angon-cah angon penekno subur
blimbing kuwi Bagaikan pengantin baru anak
Lunyu-lunyu yo penekno kanggo gembala anak gembala
mbasuh dodotiro Panjatlah pohon belimbing itu
Dodotiro-dodotiro kumitir Walau licin panjatilah untuk
bedhah ing pinggir membasuh pakaianmu
Dondomono jlumatono kanggo Pakaianmu pakaianmu terkoyak
sebo mengko sore robek di bagian pinggir
Mumpung padhang rembulane
Jahitilah, benahilah untuk Selagi terang rembulannya
menghadap nanti sore Selagibanyak waktu luang

Makna dari lagu ini yaitu mengandung nasihat pendidikan agama. Dalam lagu Lir-
Ilir ini adalah bahwa sebagai umat manusia diharapkan bisa bangun dari kesedihan,
menguatkan keyakinan, dan berjuang mendapatkan kebahagiaan. Kemudian, anak gembala
yang memanjat belimbing adalah penggambaran perintah ibadah sembahyang lima waktu
dalam agama Islam, yang harus dilakukan sekuat tenaga, meski ada halangan. Meskipun
diibaratkan sebagai pakaian yang berlubang, seseorang diharapkan bisa memperbaiki
dirinya untuk mendekatkan diri pada Tuhan. Kemudian di akhir lagu ada pesan untuk
melakukan hal di atas sebaik-baiknya, selagi masih diberi kesempatan dan kesehatan.

2.3.5 Kesenian Wayang Kulit


Kesenian wayang ini dibawa oleh Sunan Kalijaga saat menyampaikan ajaran Islam.
Beliau menggunakan metode berbaur dengaan kebudayaan Jawa. Saat berdakwah dengan
menggunakan wayang kulit. Sunan Kalijaga mengganti cerita wayang yang sebelumnya
tentang Ramayana dan Mahabarata dari cerita ajaran Hindu diubah dengan memasukan
cerita-cerita Islam. Bentuk wayang juga diubah. Di mana mengubah dari bentuk manusia
menjadi bentuk kreasi baru yang mirip karikatur. (Kompas, 2020)

2.4 Seni Sebagai Media Berdakwah


Sebagai fitrah manusia yang menyukai keindahan, manusia akan lebih mudah menerima
atau merangsang suatu pemikiran yang disertai makna keindahan atau estetika. Dalam dakwah
seni mempunyai peran penting dalam menyampaikan ajaran agama. Manusia akan lebih tertarik
jika nasihat yang disampaikan mengandung nilai estetika tersendiri. Pengetian dari seni dakwah
yaitu “ karya-karya seni yang mengandung seruan kepada ajaran dan amalan Islam. Karya disini
bukan bertujuan estetika, tapi dakwah.” (Galzaba, 1998, hlm. 188) Sehingga yang dimaksud
dalam seni dakwah yaitu penyampaian ajaran Islam melalui seni, dengan mengutamakan sisi
materinya, sedangkan sisi estetika sebagai daya tari pemikat masyarakat itu sendiri untuk
mempelajarinya. Adapun contoh-contoh seni dakwah dalam Islam, seperti :
1. Nyanyian yang melantunkan ketakwaan kepada Allah, seperti membaca ayat Al Quran
dengan merdu, dan menyebut asmaul husna dengan bernada.
2. Ayat-ayat Allah dan Hadist Nabi yang diukir dalam tulisan atau biasa disebut kaligrafi
3. Musik yang memupuk perasaan halus pada manusia, seperti lagu-lagu religi dengan
nuansa pop halus yang mengandung nilai-nilai ma’aruf
Adapun pengertian dari dakwah yaitu dakwah berasal dari bahasa Arab “Da’wah” ‫داعواه‬
dari kata do’a ‫ دعاء‬yad’u ‫ یدعو‬yang berarti panggilan, ajakan, seruan. Hal ini tertera seperti pada
salah satu firman Allah, yaitu :
Artinya : “Yusuf berkata, “Wahai Tuhanku! Penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan
mereka. Jika aku tidak Engkau hindarkan dari tipu daya mereka, niscaya aku akan cenderung
untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentu aku termasuk orang yang bodoh.” (Q.S. Yusuf :
33 )
Sedangkan, menurut para ulama memberi ta’arif atau definisi dakwah sebagai berikut :
1. Syech Ali Mahfudh dalam kitabnya “Hidayatul Mursyidin” mengatakan dakwah adalah
mendorong manusia untuk berbuat kebajikan dan mengikuti petunjuk (agama), menyeru
9merka pada kebaikan dan mencegah mereka dari perbuatan munkar agar mereka
memperoleh kebahagiaan dunia akhirat.
2. HSM. Nasaruddin Latif dalam bukunya teori dan praktek Dakwah Islamiyah mendefinisikan
dakwah Islamiyah sebagai setiap aktivitas dengan lisan dan tulisan yang bersifat menyeru,
mengajak, memanggil manusia lainnya untuk beriman dan mentaati Allah SWT, sesuai
dengan garis-garis aqidah dan syariat serta akhlak Islamiyah.
3. Prof. Dr. H. Aboebakar Atjeh dalam bukunya “Beberapa Catatan Mengenai Dakwah Islam’
mengatakan bahwa dakwah adalah seruan kepada semua manusia untuk kembali dan hidup
sepanjang ajaran Allah yang benar, dilakukan dengan penuh kebijaksanaan dan nasehat yang
baik.
Secara umum dakwah merupakan penyampaian ajaran-ajaran Allah. Namun, terdapat
pengertian lengkapnya sebagai berikut.
Kata “dakwah” berasal dari bahasa Arab, dari segi logat berarti “menyeru” dan
“mengajak”. Dakwah Islam berarti menyeru kepada Islam. Islam itu terdiri daripada
ajaran dan amalan. Maka dakwah Islam ialah menyeru kepada ajaran dan amalan Islam.
Ajaran dan amalan Islam itu adalah jalan yang digariskan Allah kepada manusia, maka
dakwah Islam ialah menyeru manusia kepada jalan Allah. Islam itu adalah dien, yang
meliputi perpaduan agama dan kebudayaan. Dakwah Islam menyeru kepada agama dan
kebudayaan. Pola kebudayaan sejagat Islam ialah; sosial, ekonomi, politik Islam, ilmu
pengetahuan dan teknik Islam, seni Islam, dan falsafah Islam. Sasaran agama Islam ialah
salam di akhirat dan salam rohaniah di dunia. Sasaran kebudayaan Islam ialah salah
kebendaan di dunia, yang pantulan nilainya diterima di akhirat. Maka Islam menyeru
kepada salam dunia dan akhirat. (Galzaba, 1998 hlm. 184)
Dakwah dalam Islam itu selain menyampaikan ajaran Tuhan, juga membahas pola sejagat
Islam seperti sosial, ekonomi, politik dsb. Dalam dakwah disampaikan perihal permasalahan
tersebut sesuai dengan syariat agama Islam. Adapun salah satu firman Allah yang menyerukan
agar kita melaksanakan dakwah, yaitu :
Artinya : ” Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang
baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih
mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-
orang yang mendapat petunjuk.” (Q.S An-Nahl: 125)

2.4.1 Unsur-Unsur Dakwah


1. Da‟I (subjek dakwah)
Da‟i adalah orang yang melaksanakan dakwah baik melalui lisan, tulisan maupun
perbuatan yang dilakukan baik secara individu, kelompok, ataupun melalui
organisasi atau lembaga. Secara umum da‟i seringkali disamakan dengan mubaliqh
(orang yang menyampaikan ajaran Islam). Namun sebenarnya sebutan tersebut
memiliki konotasi sempit yaitu hanya membatasi da‟i sebagai orang yang
menyampaikan ajaran Islam secara lisan saja. Padahal kewajiban dakwah adalah
milik siapa saja yang mengaku sebagai umat Rasulullah SAW. Da‟i juga harus
mengetahui cara menyampaikan dakwah tentang Allah, alam semesta, dan kehidupan,
serta apa yang dihadirkan dakwah untuk memberikan solusi terhadap problema yang
dihadapi manusia, serta metode yang dihadirkan menjadikan manusia secara perilaku
dan pemikiran tidak melenceng.
2. Mad‟u (objek dakwah)
Objek dakwah adalah manusia yang menjadi sasaran dakwah, atau manusia penerima
dakwah, baik sebagi individu maupun sebagai kelompok, naik manusia yang
beragama Islam maupun tidak, atau dengan kata lain manusia secara keseluruhan.
Dakwah kepada manusia yang belum beragama Islam adalah dengan maksud untuk
mengajak mereka kepada tauhid dan beriman kepada Allah, sedangkan dakwah
kepada manusia yang telah mendapat cahaya hidayah Islam adalah untuk
meningkatkan kualitas iman, islam dan ihsan.
3. Metode Dakwah
Salah satu faktor yang menyebabkan keberhasilan suatu kegiatan dakwah
adalahkarena menggunakan metode yang efektif ditentukan. Metode ini adalah satu
skema, satu rancangan bekerja untuk menyusun satu macam masalah menjadi satu
sistem pengetahuan. Secara etimologi, istilah metode dakwah berasal dari Bahasa
Yunani, yakni dari kata metodos yang berarti cara atau jalan. Dengan demikian
metode berarti imu pengetahuan yang mempelajari tentang cara-cara atau jalan yang
ditempuh untuk mencapai suatu tujuan dengan hasil yang efektif dan efisien. Tidak
semua metode cocok untuk setiap sasaran dakwah untuk setiap sasaran yang akan
dipengaruhi. Begitu pula dalam hal dakwah.
4. Materi Dakwah
Materi dakwah adalah pesan-pesan atau segala sesuatu yang harus disampaikan oleh
subyek kepada objek dakwah, keseluruhan ajaran Islam, yang ada di dalam kitabullah
maupun Sunnah Rasul-nya yang pada pokoknya mengandung tiga prinsip yaitu.
a. Aqidah, yang menyangkut sistem keimanan/kepercayaan terhadap Allah swt. Dan
ini menjadi landasan yang fundamental dalam keseluruhan aktifitas seorang muslim, baik
yang menyangkut sikap mental maupun sikap lakunya dan sifat-sifat yang dimiliki. Hal
ini merupakan manifestasi masalah-masalah yang berkaitan dengan keyakinan(keimanan)
yang meliputi: Iman kepada Allah, Iman kepada malaikat-nya, Iman kepada kitab-kitab-
nya, Iman kepada Rasul-nya, Iman kepada hari akhir, Iman kepada Qadha dan Qadhar.
b. Syari‟at, yaitu rangkaian ajaran yang menyangkut aktivitas manusia muslim di
dalam semua aspek hidup dan kehidupanya, mana yang boleh dilakukan dan mana yang
tidak boleh, mana yang halal dan haram, mana yang mudah dan lain sebagainya, dan ini
juga menyangkut hubungan manusia dengan sesamanya. Pembahasan yang termasuk
dalam syari‟at meliputi ibadah yaitu thaharah, sholat, zakat, puasa, dan haji.
c. Akhlak, yaitu menyangkut tata cara berhubungan baik secara vertical dengan
Allah. Maupun secara horizontal dengan sesama manusia dan seluruh makhluk-makhluk
Allah.

2.5 Kesenian Islam dan Permasalahannya


Hubungan seni dan agama tentu lebih tinggi agama kedudukannya. Seni lahir dari
agama, seperti halnya kesenian di Bali yang berupa ritual-ritual memuja Tuhan-Nya dengan
bernuansa estetika. Seringkali ditemukan bentrokan-bentrokan antara seni yang melanggar
batas ketentuannya. Seperti seni musik, dan tarian. Akibat dari perkembangan zaman yang
semakin modern perkembangan kesenian Islam semakin terpengaruhi arus zaman seperti
teknolog, ilmu pengetahuan, perubahan-perubahan kebudayaan sehingga menimbulkan
banyak unsur kesenian Islam yang terkontaminasi dan berubah maknanya, tidak seperti
kesenian pada zaman Rasul. Adapun beberapa pemahaman tentang kesenian nyanyian,
musik, dan tarian, yang seringkali diperdebatkan oleh masyarakat beragama.

2.5.1 Nyanyian
Nyanyian dalam Islam ada batasannya, ada yang diperbolehkan dan dilarang,
nyanyian yang diperbolehkan terikat oleh syarat berikut :
a. Susunan kata-katanya tidak bercanggah dengan syarak, misalnya tidak memuji
keindahan wanita, arak, dan pemuda remaja
b. Nyanyian tidak merupakan pekerjaan tetap atau sebagai mata pencaharian si
penyanyi.
c. Alat yang digunakan ketika menyanyi ialah alat yang diharuskan oleh syarak seperti
kompang atau rebana.
d. Jika penyanyi perempuan, tidak boleh melantunkan suara yang mengundang syahwat
laki-laki.
e. Penyanyi tidak boleh menghias dirinya yang membawa kepada fitnah
f. Penyanyi itu hendaklah menutup aurat.
Seperti pendapat salah satu ulama tafsir dan hadist, ulama sepakat mengharamkan
nyanyian yang dipersembahkan oleh penyanyi-penyanyi masyhur yang senikatanya
mengandung kata-kata yan membangkitkan hawa nafsu, melukis kejelitaan wanita,
menggambarkan arak dan perkara-perkara yang diharamkan. Sedangkan, nyanyian
yang tidak menggambarkan perkara-perkara tersebut hukumnya harus. (Galzaba,
1998, hlm. 142)

2.5.2 Musik
Musik atau alat bunyian diharamkan oleh sebagian ulama, hanya alat musik “duf”
atau kompang, rebaa pada waktu-waktu tertentu seperti perkawinan, atau hari raya
diperbolehkan. Ulama yang mengharamkan alat-alat musik disertai komentar, seperti kata
Imam An-Nawawy dalam kitabnya Minhajut Thalibin yaitu :
“Haram menggunakan alat-alat yang dipakai sebagai kesemarakan minuman
(keras), sebagai tambur, genderang, piringan tembaga, serunal dan ‘iraqy’ dan
haram pula mendengar bunyi-bunyian tersebut. Tidak haram suling pada
pendapat yang lebih sah. Saya (An-Nawawy) berpendapat bahwa sulingpun
haram hukumnya pada pendapat yang lebih sah (Al-Ashah) wallhu ‘alam”
Bunyi-bunyian tersebut diharamkan karena alat-alat itu dimainkan di tempat-tempat
minuman keras. Hukum haram alat-alat itu bukanlah bersifat zatiyah, artinya bukan benda-
benda mati itu yang haram, akan tetapi majelis minuman itu yang haram.

2.5.3 Tarian
Dalam buku Islam dan Kesenian karya Sidi Galzaba berisi mengenai hampir
pendapat ulama bahwa tarian tidak diharamkan. Tetapi, jika dilihat dari kondisi saat ini
banyak tarian yang mungkin melenceng dari ajaran Islsam, seperti membuka aurat, dan
berlenggok-lenggok sehingga dapat menimbulkan syahwat. Karena tarian dalam Islam
yang dimaksud adalah seperti “Gerakan-gerakan lurus bengkok dan karena Rasulullah saw
menyuruh seorang bangsa Habsyi untuk menari-nari dalam Masjidnya di kala hari raya”
(H.R. Bukhari Muslim)

2.6 Peran Muslim Masa Kini Dalam Dakwah Melalui Seni

Sebagai pemuda muslim atau umat muslim masa kini, kita memiliki tantangan dalam
menyampaikan ajaran-ajaran Allah. Karena, seiring perkembangan zaman pemikiran manusia
juga ikut berkembang semakin kritis. Untuk itu kita harus mempunyai inovasi dalam
berdakwah melalui seni, agar masyarakat muslim tetap mengamalkan ajaran-ajaran Allah.
Tetapi, tetap pada batas-batas kesenian sebagaimana yang telah dijelaskan. Tidak berlebihan,
namun makna nya tersampaikan. Adapun cara yang mungkin dapat kita lakukan sebagai
pemuda muslim dalam berdakwah melalui seni, yaitu.
1. Menciptakan musik religi dengan bernuansa musik pop, seperti lagu religi yang
dinyanyikan artist Nissa Sabyan
2. Membentuk dakwah dengan kalimat ringan dan pilihan kata yang indah dan mudah
dimengerti
3. Menginovasikan dan memviralkan musik religi bekas peninggalan tokoh penyebar agama.
Seperti Tombo Ati hasil peninggalan Sunan Bonang dan sekarang dibentuk lagu oleh
Opick.
4. Membuat kesenian kalilgrafi yang dapat diminati masyarakat muslim, seperti
dicantumkan di tempat ibadah umat muslim dengan nuansa warna yang indah, atau
dibentuk dalam lukisan lalu diperjual belikan, bisa juga dengan diadakan saat lomba-
lomba memperingati hari besar islam di sekolah-sekolah.
5. Membuat drama film sebagai saluran dakwah.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam rumusan permasalahan dapat ditemukan jawabannya yaitu.
1. Seni sebagai media dakwah yaitu penyampaian ajaran Islam melalui seni, dengan
mengutamakan sisi materinya, sedangkan sisi estetika sebagai daya tari pemikat masyarakat
itu sendiri untuk mempelajarinya.
2. Kedudukan seni dalam Islam yaitu Islam sebagai agama fitrah, menghargai seni. Islam juga
mendorong dan mendukung kesenian yang bermanfaat bagi manusia. Seni yang
ditampilkan mampu mengungkapkan dan mengandung keindahan dan mendukung fitrah
manusia yang suci. Selain itu, mengabdikan nilai-nilai luhur, menyucikan hati dari kotoran,
dan memperluas rasa keindahan dalam jiwa manusia. Akan tetapi, makna kesenian dalam
Islam ada batasnya. Dalam kesenian Islam mempertimbangkan antara nilai estetika dan
etika, keduanya harus seimbang, tidak boleh timpang siur seperti hanya nilai estetika nya
saja yang dikedepankan.
3. Seringkali ditemukan bentrokan-bentrokan antara seni yang melanggar batas ketentuannya.
Seperti seni musik, dan tarian. Akibat dari perkembangan zaman yang semakin modern
perkembangan kesenian Islam semakin terpengaruhi arus zaman seperti teknolog, ilmu
pengetahuan, perubahan-perubahan kebudayaan sehingga menimbulkan banyak unsur
kesenian Islam yang terkontaminasi dan berubah maknanya, tidak seperti kesenian pada
zaman Rasul.

DAFTAR PUSTAKA
Galzaba, S. (1988). Islam dan Kesenian Relevansi Islam dengan Seni Budaya Karya Manusia.
Jakarta: Pustaka Alhusna.

Kompasiana, 2020 “Manusia dan Budaya”


Kompasiana, 2010 “Senandung Sinom Kinanti Suna Muria”
https://nasional.kompas.com/read/2010/09/18/15033277/policy.html dilansir pada 15:30 WIB
Media Center, 2021 “ Seni dan Kebudayaan Dalam Perspektif Pendidikan Islam”
https://iainuonline.iainutuban.ac.id/2021/11/05/seni-dan-kebudayaan-dalam-perspektif-
pendidikan-islam/ dilansir pada 17:00 WIB
Rizali, N. (2012). Kedudukan Seni dalam Islam. Jurnal Kajian Seni Budaya, Vol.1 No.1.
Suhandi. (2014). Penyiaran Agama dalam Perspektif Islam. Penyiaran Agama, Vol.9 No.2.

Anda mungkin juga menyukai