Disusun oleh :
Zahra Fitriana Ramadhani
213233096
1A
Puji syukur atas kehadirat Allah swt. karena atas segala nikmat, taufik dan hidayah-Nya
saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Seni Sebagai Media Dakwah”
dengan bentuk yang sederhana. Semoga makalah ini dapat memenuhi tugas mata kuliah
Pendidikan Agama Islam dan menambah ilmu bagi para pembaca.
Tak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada dosen mata kuliah Agama Islam Bpk.
Isnan Rojibillah, S.Th.,M.Ag. yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah ilmu
pengetahuan penulis dalam mencari sumber-sumber materi.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan dan jauh
dari kata sempurna. Untuk itu penulis terbuka untuk menerima masukan, kritik, dan saran dari
dosen dan para pembaca sebagai bahan evaluasi makalah ini agar menuju makalah yang
sempurna.
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar...........................................................................................................................
Daftar Isi......................................................................................................................................
Bab I Pendahuluan......................................................................................................................
1.1. Latar Belakang.......................................................................................................................
1.2. Rumusan Masalah..................................................................................................................
1.3. Tujuan Penelitian...................................................................................................................
Bab II Pembahasan
2.1. Definisi Seni...........................................................................................................................
2.2. Kedudukan Seni Dalam Islam................................................................................................
2.3. Sejarah Seni Sebagai Media Dakwah....................................................................................
2.3.1 Tradisi Skaten..........................................................................................................
2.3.2 Lagu Tombo Ati.......................................................................................................
2.3.3 Tembang Kinanti dan Sinom...................................................................................
2.3.4 Lir Ilir
2.3.5 Kesenian Wayang Kulit
2.4. Seni Sebagai Media Berdakwah.............................................................................................
2.4.1 Unsur-Unsur Dakwah..............................................................................................
2.5 Kesenian Islam dan Permasalahannya...................................................................................
2.5.1 Nyanyian..................................................................................................................
2.5.2 Musik.......................................................................................................................
2.5.2 Tarian.......................................................................................................................
2.6 Peran Seorang Muslim Masa Kini Dalam Dakwah Melalui Kesenian..................................
Bab III Penutup
3.1. Kesimpulan dan Saran...........................................................................................................
Daftar Pustaka...............................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
Kesenian merupakan salah satu media yang digunakan dalam melakukan dakwah Islam.
Sejak dahulu kegiatan dakwah sudah ada sejak adanya tugas dan fungsi yang diemban oleh
manusia di belantara kehidupan di dunia ini. Hal itu dilakukan seluruh alam, termasuk itu
didalamnya manusia itu sendiri. Namun, kegiatan dakwah seringkali dipahami, baik oleh
masyarakat awam ataupun masyarakat terdidik, sebagai suatu kegiatan yang praktis, sama
dengan tabligh (ceramah). Kegiatan dakwah itu terbatas hanya di majelis-majelis ta’lim,
masjid dan mimbar keagamaan lainnya.
Kegiatan dakwah seringkali dipahami sebagai upaya untuk memberikan solusi Islam
terhadap berbagai masalah kehidupan dari seluruh aspek seperti aspek ekonomi, sosial,
budaya, hukum politik dan lain-lain. Oleh karena itu, dakwah haruslah dikemas dengan cara
dan metode yang tepat dan pas, dakwah harus tampil secara aktual dalam arti memecahkan
permasalahan yang kekinian dan hangat di tengah masyarakat. Faktual dalam arti kongkrit
dan nyata, serta konstektual dalam arti relevan dan menyangkut problematika yang sedang
dihadapi oleh masyarakat.
Beberapa hal yang penting diketahui dalam dakwah adalah bahwa dua segi dakwah yang
tidak dapat dipisahkan, tetapi dapat dipisahkan, tetapi dapat dibedakan yaitu menyangkut isi
dan bentuk, substansi dan forma, pesan dan cara penyampainnya, esensi dan metode. Proses
dakwah menyangkut kedua-duanya sekaligus dan tidak dapat dipisahkan. Hanya saja perlu
disadari bahawa isi, substansi, pesan dan esensi senantiasa mempunyai dimensi universal
yang tidak terikat oleh ruang waktu. Dalam hal ini, substansi dakwah adalah pesan
keagamaan itu sendiri, itulah sisi pertama dalam dakwah. Sisi kedua, meskipun tidak kurang
pentingnya dalam dakwah yakni sisi bentuk, forma dan cara penyampainnya.
Selain hal diatas, sebuah media dakwah juga penting untuk dimengerti di dalam proses
komunikasi dakwah. Media dakwah yang dipilih tentunya tak lepas dari metode yang
digunakan. Pengembangan metode dakwah sangat berkait dengan media yang harus
menyertainya. Metode dan media yang digunakan terus berkembang dari masa ke masa
seperti mimbar, panggung, media cetak atau elektronik (radio, internet, televisi, komputer).
Kemudian dengan mengembangkan media atau metode kultural dan struktural yakni pranata
sosial, seni dan karya budaya, juga dengan mengembangkan dan menyesuaikan metode dan
media seni budaya masyarakat setempat yang relevan seperti wayang, drama, musik, dan lain
sebagainya.
Dalam pengertian yang luas, dakwah punya kaitan simbiosis dengan seni, dimana makna
dan nilai-nilai Islam dapat dipadukan. Namun, dalam hal ini perlu adanya konsep dakwah
yang lebih strategis lagi, dengan pengelolaan secara profesioanalitas yang mampu
mengakomodasi segala permasalahan sosial. Disini, seni dapat menjadi metode atau media
dakwah Islamiyah itu sendiri.
Sebagai media atau metode, seni mempunyai proyeksi yang mengarah pada pencapaian
kesadaran solidaritas kualitas keberagaman Islam yang pada giliranny amampu membentuk
sikap dan perilaku Islami yang tidak menimbukan gejolak sosial, tetapi justru semakin
memantapkan perkembangan sosial. Sedangkan, sebagai sasaran dakwah diarahkan pada
pengisian, makna dan nilai-nilai Islami yang integratif kedalam segala jenis seni dan budaya
yang akan dikembangkan.
Kata seni berasal dari bahasa sansekerta yaitu sani yang artinya persembahan
pelayanan, dan pemberian yang tulus. Sedangkan, menurut istilah seni adalah keahlian
membuat karya yang bermutu, dilihat dari segi kehalusannya, keindahannya, fungsinya,
bentuknya, makna dari bentuknya, dan sebagainya. Seni didefinisikan sebagai penciptaan
bentuk-bentuk yang mengandung nilai estetika berpadu dengan nilai estetika Islam
(Galzaba, 1988). Istilah untuk estetika Islam itu adalah akhlak. Kesenian sebagai suatu
aspek kehidupan, tunduk kepada syari’at Allah swt. Seni sebaiknya bertujuan kepada hal
yang positif, jika seni menjerumus ke hal mujarat, maka diharamkan.
Seni adalah pernyataan emosi bangsa. Emosi bangsa mewarnai cara hidupnya
kebudayaan. Emosi dan cara hidup itu berpadu. Karena itu mengabur batas antara
kebudayaan dan kesenian. Seni sebagai nilai estetika mencakup ke dalam nilai sosial,
ekonomi, teknik, dsb. Dalam tindakan-tindakan kebudayaan seseorang ingin memuaskan
rasa kesenangannya melalui nilai-nilai estetika. Karena, manusia bukan hanya makhluk
berpikir, tapi juga merasa. Kebudayaan merupakan pernyataan cara berpikir dan cara merasa
sekelompok manusia. Karena, demikian berjalin kebudayaan dengan kesenian, maka orang
ramai tidak dapat memisahkan kesenian daripada kebudayaan, mengidentifikkan antara
keduanya. Karena itulah mereka mengasosiasikan kebudayaan dengan kesenian. Sehingga,
jika mereka mendengar atau membaca ungkapan kebudayaan dalam alam pikirnya
tergambar kesenian.
Agama memainkan peran utama dalam kehidupan. Esensi agama merupakan hal
ghaib, maka ia bertapak dalam kalbu, mekanis perasaan. Seni sebagai emosi juga bertapak
dalam kalbu. Berbaurlah dalam kalbu itu agama dengan seni. Hubungan agama dan seni
sangat erat kaitannya sehingga menimbulkan teori tentang lahirnya seni daripada agama.
Teori lahirnya seni dari agama berisi tentang bagaimana kita memikirkan Tuhan.
Siapa Dia-Nya, berapa jumlah-Nya, bagaimana sifat-sifat-Nya, bagaimana hubungan-Nya
dengan alam dan manusia, apa hukum-Nya, bagaimana kekuasaan-Nya, dan sebagainya
Tetapi, dalam agama bersahaja Tuhan tidak untuk difikirkan, melainkan dihayati. Karena
itu, pujaan-Nya diucapkan dengan susunan kata-kata yang penuh perasaan. Dari susunan
kata-kata yang indah itu lahirlah kesusteraan. Kesusasteraan adalah bahasa yang indah,
indah dalam bentuk, bunyi, dan isi. Segala tenaga keindahan bahasa dipergunakan dalam
pemujaan tersebut.
2.2 Kedudukan Kesenian Dalam Islam
Kesenian pada umumnya adalah hasil cipta karya manusia yang memiliki nilai
estetika. Sedangkan, dalam Islam kesenian memiliki arti sendiri, seni Islam adalah seni yang
dapat mengungkapkan keindahan dan konsep tauhid sebagai esensi aqidah, tata nilai, dan
norma Islam (Rizali, 2012, hlm: 4). Adapun pandangan seni Islam menurut M. Quraish
Shihab kesenian Islam tidak harus berbicara tentang Islam, ia tidak harus berupa nasihat
langsung, atau anjuran berbuat kebajikan, bukan juga abstrak tentang akidah. Seni yang
islami adalah seni yang dapat menggambarkan wujud ini, dengan ‘bahasa’ yang indah serta
sesuai dengan cetusan fitrah. Seni Islam adalah ekspresi tentang keindahan wujud dari sisi
pandangan Islam tentang Islam, hidup dan manusia yang mengantar menuju pertemuan
sempurna antara kebenaran dan keindahan (Shihab, 1996, hlm: 398).
Islam sebagai agama fitrah, menghargai seni. Islam juga mendorong kegiatan yang
bermanfaat untuk manusia. Seni yang ditampilkan mampu mengungkapkan dan
mengandung keindahan dan mendukung fitrah manusia yang suci. Selain itu, dapat
mengabdikan nilai-nilai luhur, menyucikan hati dari kotoran, serta memperluas nilai estetika
dalam pikiran manusia.
Akan tetapi, makna kesenian dalam Islam ada batasnya. Dalam kesenian Islam
mempertimbangkan antara nilai estetika dan etika, keduanya harus seimbang, tidak boleh
simpang siur seperti hanya nilai estetika nya saja yang dikedepankan. Allah tidak menyukai
perbuatan yang melampaui batas, seperti pada firman Allah swt. Yaitu :
Artinya : “ Wahai anak cucu Adam! Pakailah pakainmu yang bagus pada setiap (memasuki)
masjid, makan dan minumlah, tetapii jjangan berlebihan. Sungguh, Allah tidak menyukai
orang yang berlebihan.” (Q.S Al-Ar’af : 31)
Seni menjadi media yang mudah untuk menyampaikan ajaran, nasihat. Karena
dengan perpaduan nilai seni kita tidak bosan untuk menerima materi. Adapun bentuk
dakwah atau penyampaian makna Islami yang pernah dibawa oleh penyebar ajaran-ajaran
Islam terdahulu, antara lain.
Lirik
Lir-ilir, lir-ilir Terjemahan
Tandure wis sumilir Bangunlah bangunlah
Tak ijo royo-royo tak senggo Tanaman mulai bersemi
temanten anyar Sedemikian hijau bertumbuh
Cah angon-cah angon penekno subur
blimbing kuwi Bagaikan pengantin baru anak
Lunyu-lunyu yo penekno kanggo gembala anak gembala
mbasuh dodotiro Panjatlah pohon belimbing itu
Dodotiro-dodotiro kumitir Walau licin panjatilah untuk
bedhah ing pinggir membasuh pakaianmu
Dondomono jlumatono kanggo Pakaianmu pakaianmu terkoyak
sebo mengko sore robek di bagian pinggir
Mumpung padhang rembulane
Jahitilah, benahilah untuk Selagi terang rembulannya
menghadap nanti sore Selagibanyak waktu luang
Makna dari lagu ini yaitu mengandung nasihat pendidikan agama. Dalam lagu Lir-
Ilir ini adalah bahwa sebagai umat manusia diharapkan bisa bangun dari kesedihan,
menguatkan keyakinan, dan berjuang mendapatkan kebahagiaan. Kemudian, anak gembala
yang memanjat belimbing adalah penggambaran perintah ibadah sembahyang lima waktu
dalam agama Islam, yang harus dilakukan sekuat tenaga, meski ada halangan. Meskipun
diibaratkan sebagai pakaian yang berlubang, seseorang diharapkan bisa memperbaiki
dirinya untuk mendekatkan diri pada Tuhan. Kemudian di akhir lagu ada pesan untuk
melakukan hal di atas sebaik-baiknya, selagi masih diberi kesempatan dan kesehatan.
2.5.1 Nyanyian
Nyanyian dalam Islam ada batasannya, ada yang diperbolehkan dan dilarang,
nyanyian yang diperbolehkan terikat oleh syarat berikut :
a. Susunan kata-katanya tidak bercanggah dengan syarak, misalnya tidak memuji
keindahan wanita, arak, dan pemuda remaja
b. Nyanyian tidak merupakan pekerjaan tetap atau sebagai mata pencaharian si
penyanyi.
c. Alat yang digunakan ketika menyanyi ialah alat yang diharuskan oleh syarak seperti
kompang atau rebana.
d. Jika penyanyi perempuan, tidak boleh melantunkan suara yang mengundang syahwat
laki-laki.
e. Penyanyi tidak boleh menghias dirinya yang membawa kepada fitnah
f. Penyanyi itu hendaklah menutup aurat.
Seperti pendapat salah satu ulama tafsir dan hadist, ulama sepakat mengharamkan
nyanyian yang dipersembahkan oleh penyanyi-penyanyi masyhur yang senikatanya
mengandung kata-kata yan membangkitkan hawa nafsu, melukis kejelitaan wanita,
menggambarkan arak dan perkara-perkara yang diharamkan. Sedangkan, nyanyian
yang tidak menggambarkan perkara-perkara tersebut hukumnya harus. (Galzaba,
1998, hlm. 142)
2.5.2 Musik
Musik atau alat bunyian diharamkan oleh sebagian ulama, hanya alat musik “duf”
atau kompang, rebaa pada waktu-waktu tertentu seperti perkawinan, atau hari raya
diperbolehkan. Ulama yang mengharamkan alat-alat musik disertai komentar, seperti kata
Imam An-Nawawy dalam kitabnya Minhajut Thalibin yaitu :
“Haram menggunakan alat-alat yang dipakai sebagai kesemarakan minuman
(keras), sebagai tambur, genderang, piringan tembaga, serunal dan ‘iraqy’ dan
haram pula mendengar bunyi-bunyian tersebut. Tidak haram suling pada
pendapat yang lebih sah. Saya (An-Nawawy) berpendapat bahwa sulingpun
haram hukumnya pada pendapat yang lebih sah (Al-Ashah) wallhu ‘alam”
Bunyi-bunyian tersebut diharamkan karena alat-alat itu dimainkan di tempat-tempat
minuman keras. Hukum haram alat-alat itu bukanlah bersifat zatiyah, artinya bukan benda-
benda mati itu yang haram, akan tetapi majelis minuman itu yang haram.
2.5.3 Tarian
Dalam buku Islam dan Kesenian karya Sidi Galzaba berisi mengenai hampir
pendapat ulama bahwa tarian tidak diharamkan. Tetapi, jika dilihat dari kondisi saat ini
banyak tarian yang mungkin melenceng dari ajaran Islsam, seperti membuka aurat, dan
berlenggok-lenggok sehingga dapat menimbulkan syahwat. Karena tarian dalam Islam
yang dimaksud adalah seperti “Gerakan-gerakan lurus bengkok dan karena Rasulullah saw
menyuruh seorang bangsa Habsyi untuk menari-nari dalam Masjidnya di kala hari raya”
(H.R. Bukhari Muslim)
Sebagai pemuda muslim atau umat muslim masa kini, kita memiliki tantangan dalam
menyampaikan ajaran-ajaran Allah. Karena, seiring perkembangan zaman pemikiran manusia
juga ikut berkembang semakin kritis. Untuk itu kita harus mempunyai inovasi dalam
berdakwah melalui seni, agar masyarakat muslim tetap mengamalkan ajaran-ajaran Allah.
Tetapi, tetap pada batas-batas kesenian sebagaimana yang telah dijelaskan. Tidak berlebihan,
namun makna nya tersampaikan. Adapun cara yang mungkin dapat kita lakukan sebagai
pemuda muslim dalam berdakwah melalui seni, yaitu.
1. Menciptakan musik religi dengan bernuansa musik pop, seperti lagu religi yang
dinyanyikan artist Nissa Sabyan
2. Membentuk dakwah dengan kalimat ringan dan pilihan kata yang indah dan mudah
dimengerti
3. Menginovasikan dan memviralkan musik religi bekas peninggalan tokoh penyebar agama.
Seperti Tombo Ati hasil peninggalan Sunan Bonang dan sekarang dibentuk lagu oleh
Opick.
4. Membuat kesenian kalilgrafi yang dapat diminati masyarakat muslim, seperti
dicantumkan di tempat ibadah umat muslim dengan nuansa warna yang indah, atau
dibentuk dalam lukisan lalu diperjual belikan, bisa juga dengan diadakan saat lomba-
lomba memperingati hari besar islam di sekolah-sekolah.
5. Membuat drama film sebagai saluran dakwah.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam rumusan permasalahan dapat ditemukan jawabannya yaitu.
1. Seni sebagai media dakwah yaitu penyampaian ajaran Islam melalui seni, dengan
mengutamakan sisi materinya, sedangkan sisi estetika sebagai daya tari pemikat masyarakat
itu sendiri untuk mempelajarinya.
2. Kedudukan seni dalam Islam yaitu Islam sebagai agama fitrah, menghargai seni. Islam juga
mendorong dan mendukung kesenian yang bermanfaat bagi manusia. Seni yang
ditampilkan mampu mengungkapkan dan mengandung keindahan dan mendukung fitrah
manusia yang suci. Selain itu, mengabdikan nilai-nilai luhur, menyucikan hati dari kotoran,
dan memperluas rasa keindahan dalam jiwa manusia. Akan tetapi, makna kesenian dalam
Islam ada batasnya. Dalam kesenian Islam mempertimbangkan antara nilai estetika dan
etika, keduanya harus seimbang, tidak boleh timpang siur seperti hanya nilai estetika nya
saja yang dikedepankan.
3. Seringkali ditemukan bentrokan-bentrokan antara seni yang melanggar batas ketentuannya.
Seperti seni musik, dan tarian. Akibat dari perkembangan zaman yang semakin modern
perkembangan kesenian Islam semakin terpengaruhi arus zaman seperti teknolog, ilmu
pengetahuan, perubahan-perubahan kebudayaan sehingga menimbulkan banyak unsur
kesenian Islam yang terkontaminasi dan berubah maknanya, tidak seperti kesenian pada
zaman Rasul.
DAFTAR PUSTAKA
Galzaba, S. (1988). Islam dan Kesenian Relevansi Islam dengan Seni Budaya Karya Manusia.
Jakarta: Pustaka Alhusna.