DOSEN PEMBIMBING
Prof. Dr. Ir. Jalil Genisa, M.Sc
DISUSUN OLEH
Kelompok 1
1. Putri H031201003
2. Rosari H031201005
3. Sarah Situmorang H031201011
4. Fitriah Rahmadani Syam H031201028
5. Hanifa Fuada H031201023
6. Reski Amalia H031201026
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMTIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
KATA PENGANTAR
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.........................................................................................................ii
Daftar Isi.................................................................................................................iii
BAB I
Pendahuluan.............................................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................2
C. Tujuan....................................................................................................2
BAB II
Pembahasan..............................................................................................................3
A. Konsep Seni dan Keindahan..................................................................3
B. Fungsi Seni dalam Aspek Kehidupan Manusia.....................................4
C. Filososfi Seni dan Keindahan dalam Kehidupan Manusia....................6
D. Apresiasi Pesona Seni dan Keindahan dalam Kehidupan
Manusia..................................................................................................8
E. Menumbuhkan Kesadaran Berkesenian pada Diri Manusia..................8
BAB III
Penutup...................................................................................................................11
A. Kesimpulan...........................................................................................11
B. Saran.....................................................................................................11
Daftar Pustaka........................................................................................................13
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap manusia dalam kebutuhan hidupnya akan senantiasa memenuhinya.
Kebutuhan ini tentu sjaa berbeda-beda baik kualitas maupun kuantitasnya, juga
berdasarkan pengalaman hidup dan perhatian yang berbeda, baik manusia sebagai
makhluk pribadi atau manusia bagian dari masyarakat. Dari demikian banyak
kebutuhan manusia, salah satu kebutuhan yang selalu melekat dalam keidupan
sehari-hari manusia adalah seni.
Dalam kehidupan sehari-hari, disadari atau tidak, kita tidak dapat lepas
dari seni. Konsepsi seni ini melekat pada diri manusia dan seluruh aspek
kehidupan manusia, sehingga seni akan selalu ada dan bersama dengan kebutuhan
manusia. Dalam perkembangannya, senia manusia bersifat maju atau berkembang
dari wujud sederhana ke wujud yang megah, namun ada kalanya juga bersifat
regersif atau kembali ke wujud seni yang primitive. Misalnya dipergunakan
kembali gaya lama yang tradisional setelah orang jenuh dengan gaya baru yang
modern.
Keindahan menurut etimologi berasal dari kata latin bellum, akar dari kata
bonum yang berarti kebaikan. Menurut cakupannya dibedakan keindahan sebagai
suatu kualitas abstrak (beauty) dan sebagai sebuah benda tertentu yang indah (the
beautiful). Keindahan tidak dapat dilepaskan dari setiap manusia, karena pada
dasarnya setiap manusia memiliki kecenderungan untuk menghadirkan keindahan
dalam hidupnya, mulai dari pakaian, rumah, sekolah, tempat ibadah, buku dan lain
lain ditampilka dengan membawa cita rasa estetik tertentu. Pentingnya keindahan
dalam diri manusia mencerminkan harga dirinya, juga menunjukkan dirinya
memiliki perasaan yang halus dan menghargai kualitas.
Keindahan bagi masing-masing orang berbeda, terkadang apresiasinya
tergantung pada pribadi yang bersangkutan. Oleh karena itu sesuatu dianggap
indah namun orang lain menganggapnya tidak indah, begitupun sebaliknya. Hal
inilah yang kemudian menarik untuk diketahui tentang bagaimana konsep seni
1
dan keindahan dalam kehidupan manusia. Sehingga penulis berusaha untuk
memberikan pemahaman tentang pertanyaan ersebut dalam makalah ini.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep seni dan keindahan dalam kehidupan manusia?
2. Bagaimana seni memiliki aspek fungsi dalam keidupan manusia?
3. Bagaimana filosofi seni dan keindahan dalam kehidupan manusia?
4. Bagaimana manusia mengapresiasi pesona seni dan keindahan?
5. Bagaimana menumbuhkan kesadaran berkesenian dalam diri manusia?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep seni dan keindahan dalam kehidupan manusia
2. Untuk mengetahui fungsi seni dalam aspek kehidupan manusia
3. Untuk mengetahui filosofi seni dan keindahan dalam kehidupan manusia
4. Untuk mengetahui apresiasi pesona seni dan keindahan dalam kehidupan
manusia
5. Untuk mengetahui cara menumbuhkan kesadaran berkesenian dalam diri
manusia
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
2. Herbert Read: Aktivitas menciptakan bentuk-bentuk yang menyenangkan.
3. Ahdiat Karta Miharja: Kegiatan rohani yang merefleksi pada jasmani, dan
mempunyai daya yang bisa membangkitkan perasaan/jiwa orang lain.
4. Schopenhauer: Seni adalah suatu usaha untuk menciptakan bentuk-bentuk
yang menyenangkan.
5. Sudarmadji : Seni adalah manifestasi batin dan pengalaman estetis
menggunakan media garis,bidang,warna,tekstur, volume, dan gelap terang.
6. Ensiklopedia Indonesia : Seni adalah penciptaansegala hal atau benda
yang karena keindahannya orang senang melihatnya, mendengarkan dan
menikmatinya.
7. Suwaji Bastomi : Seni adalah aktivitas batin dengan pengalaman estetika
yang dinyatakan dalam bentuk-bentuk yang agung dan mempunyai daya
membangkitkan rasa takjub dan keharuan.
8. Wijoyo Yudoseputro : Seni adalah manifestasi artistic dari interaksi antara
kehidupan manusia dengan lingkungannya.
4
interaksi dengan orang lain atau sesuatu hal yang akhirnya
menimbulkan perasaan sedih, susah, gembira, dan sebagainya. Melalui
seni, seseorang dapat mengungkapkan perasaan dan menyalurkan daya
imajinasinya dan menikmati seni tersebut untuk menghibur hatinya.
Untuk itulah orang seringkali melukis, membuat puisi, mengdengarkan
lagu atau menonton sebagai apresiasi seni.
Seniman atau masyarakat harus berinteraksi dalam
membicarakan dan mengapresiasikan maslaah kesehariannya dalam
ruang lingkup seni. Masyarakat diharapkan dapat berbicara dan
memberikan masukan kepada seniman karena seniman dalam
menciptakan sebuah karya, disamping untuk memenuhi kebutuhan
pribadi juga untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, sehingga pada
akhirnya suatu karya seni ang dihasilkan dapat lebih baik.
2. Seni untuk Memenuhi Kebutuhan Sosial
a. Fungsi Sosial Seni di Bidang Agama
Pada bidang agama seni dapat memiliki fungi social terutama
yang berkaitan dengan tempat peribadahan. Faktor artistic pada
tempat-tempat peribadahan sangat diperlukan, salah satunya untuk
memberikan suasana sejuk, damai, indah, berwibawa, agung, suci, agar
dapat membuat umat beragama lebih betah dan ikmat untuk beribadah.
b. Fungsi Sosial Seni di Bidang Pendidikan
Setiap pemimpin selalu berupaya dan mengharapkan
masyarakatnya mempunyai budi pekerti yang luhur terpancar dari
lubuk hati dengan penuh ketulusan. Salah satu pencapainnya adalah
melalui pendidikan seni, baik secara formal maupun non formal.
c. Fungsi Sosial Seni di Bidang Komunikasi
Proses interaksi antara dua pihak dapat terjadi melalui
komunikasi. Artinya pada umumnya orang yang berkounikasi dengan
menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi, karena bahasa
merupakan alat yang paling sederhana dan mudah untuk dimengerti.
Namun seni juga dpaat digunakan sebagai alat komunikasi, mislanya
seni music dapat berkomunikasi melalui rangkaaian nada yang indah.
5
d. Fungsi Sosial Seni di Bidang Rekreasi
Dalam kesibukan pekerjaan rutinitas sehari-hari terkadang
manusia diserang rasa jenuh, apalagi seseorang yang berkerja dengan
benda mati sehingga tak jarang orang mencari suasana baru untuk
menyegarkan diri. Salah satu yang paling sesuai adalah mencari tempat
rekreasi yang bernuansa seni, yang dapat membuat hati menjadi
tentram karena adanya sentuhan seni dari benda atau objek yang ia
kunjungi.
6
menyelamatkan sampai mencelakakan dan space-space lainnya berdasarkan
spectrum pengalaman hidupnya.
Keindahan dapat mengundang keharuan, betapa tidak, setiap yang
indah memiliki ketertiban, setiap yang tertib penuh dengan informasi, sesuatu
yang penuh dengan informasi akan memiliki spektrum yang luas untuk
berkmunikasi dengan manusia melalui sensibilitas yang di milikinya. Dalam
diri manusia telah terakumulasi sejumlah memori dari yang manis sampai
yang pahit, asin sampai hambar, panas sampai dingin, susah sampai senang,
memuaskan sampai mengecewakan, menyelamatkan sampai mencelakakan
dan space-space lainnya berdasarkan spektrum pengalaman hidupnya.
Selain memori memori tersebut, dalam diri manusia tersimpan pula
angan-angan yang sementara di perjuangkan dalam kehidupannya. Apabila
terjadi persesuaian dalam bentuk koherensi dalam obyek seni dengan memori
atau angan-angan dari subyek sebagai penikmat seni, maka gejala penyesuaian
itu membangkitkan resonasi dalam diri manusia.
Gejala resonansi ini terbangkit karena frekuensi getar dari obyek seni
yang persis sama dengan penikmat seni, maka melalui empati dan simpati,
dapat saja siapapun yang mendengarkan cerita bersambung dari radio, atau
melihat sinetron dari televisi, atau menghayati cerita sinrilik atau cerita heroik,
dan lain-lain yang mengindang keharuan atau semangat. Akan tetapi
keindahan bagi setiap orang berbeda apresiasinya, tergantung pada pribadi
yang bersangkutan, oleh karena di sebabkan sesuatu yang di apresiasi dapat
dikatakan indah namun orang lain menganggapnya tidak indah, demikian pula
sebaliknya.
Misalnya orang yang melukis melalui bahan berbentuk powder
berwarna lau dia memakan atau memasukkan ke dalam perutnya secara teratur
dan dikocok dengan caranya sendiri lalu kemudian dimuntahkannya dan
muntahan itu diatur dan ditata sedemikian rupa sampai membentuk suatu
karya lukisan yang indah, dan ini bagiorang lain jarang atau sulit untuk
melakukannya. Dari segi lukisannya jelas memiliki keindahan demikian juga
dari proses cukup unik dihasilkan karya itu juga cukup unik dan itulah
keindahan seni membuat karya lukisan yang dilakukannya.
7
D. Apresiasi Pesona Seni dan Keindahan dalam Kehidupan Manusia
Apresiasi pesona seni tak hanya bagaimana menangkap makna atau
pesan yang disampaikan oleh karya seni, akan tetapi lebih jauh lagi
adalah menghayati dan mengambil manfaat dari makna yang terserap. Untuk
dapat mengapresiasikan karya seni diperlukan sejumlah perangkat
lunak yang telah diinstalkan terlebih dahulu didalam jiwa pengapresiasi.
Diantaranya adalah kepekaan analisis dan sintesis dari sensibilitas,
intelektualitas dan moralitas, yang dapat mengukur keindahan, kebenaran, dan
kebaikan. Sumber inspirasi karya seni berada pada keindahan alam dan
budaya manusia, sedangkan seni hanya merupakan upaya seniman untuk
mengapresiasikan hasil tiruannya.
Realitas karya seni secara umum tampil berupa pemikiran, tutur kata,
tulisan,dan perilaku. Karya seni yang bersifat material seperti likisan, ukiran,
pahatan, bangunan, dan karya-karya seni yang bersifat dinamik seperti musik,
holografi, tiruan air terjun, tiruan air mancur, panggung pentas lakon,
sandiwara, drama, sinetron, dan termasuk pentas olah raga. Semakin dekat
tiruan keindahan itu dengan alam dan budaya manusia yang sebenarnya, maka
karya seni tersebut semakin memperlihatkan harmoni, bahwa satu komponen
dengan komponen yang lainnya tidak saling meniadakan, tetapi saling
memperkuat pesan yang ingin di sampaukan. Itulah karya seni yang bernilai
seni atau bahkan tidak ternilai bagi seseorang. Untuk sampai pada tingkat
seperti itu, maka seniman harus memiliki kreatifitas gagasan, alas an dan
ikhtiar dalam rangka mewujudkan tiruannya itu agar memikat pesona elegan
karena kedekatannya itu dengan keindahan yang ada di alam dan budaya
manusia.
8
rangsangan dari luar dirinya berupa arus denyut sensoris seperti arus informasi
optik, akustik, termik, elektrik, magnetik dan mekanik. Berangkat dari
kesadaran yang telah terbentuk, lewat arus denyut motoric terhadap berbagai
otot dan kelenjar dalam membentuk suatu tindakan.
Tidak mengherankan apabila ahli jiwa, ahli saraf dan ahli faal telah
memasuki faese pembelajaran bersama mengenai dunia seni keindahan dan
kemudian berfikir secara interdisiplinary. Hal ini karena pemahaman holistis
tentang keindahan, kebaikan dan kebenaran memerlukan peahaman yang
mendalam, meluas, dan salng berkaitan antara yang satu dengan tang lain.
Ketiganya tidak akan memiliki batas yang tegas, sehingga yang benar itu
indah, yang indah itu baik dan begitu pula senaliknya.
Jika tujuan seni untuk mencapai kebahagiaan hidup, maka
indikatornya adalah bagaimana kebahagiaan tersebut telah terealisasi, bukan
gelak tawa atau bersenang-senang karena keriangan, akan tetapi lebih kepada
pencarian cara untuk memahami kebutuhan alam dan segala isinya. Akhirnya
kondisi ini dapat mangandung rasa syukur karena telah secara sadar
menemukan dirinya sendiri di aktara berbagai kepribadian duniawi. Wujud
karya seni terlahir dan di picu oleh kesadaran berkehendak untuk
mengekspresikan dunia batin ke dalam sebuah hasil karya seni.
Di tinjau dari segi kualitas, dapat saja suatu karya seni tidak terlalu
ekspresif dengan pesan diri sendiri dari dalam batin, tetapi lebih berupaya
kepada penataan dekoratif yang mempesona. Karya seni yang ekspresif
maupun dekoratif terlahir karena sang seniman telah menyelami ketertiban
ala, sehingga wujud karya seninya dapat memuat pesan mulia, berkualitas
syukur (ekspresif) atau bermuatan epresiatif terhadap ketertiban alam, itu
semua hanya dimiliki oleh seseorang yang memiliki sensibilitas yang tinggi.
Dengan demikian karya seni merupakan alat komunikasi ekspresif
yang darinya akan terpancar sinar ketertiban bagi semua penikmat yang
berada pada panggung kehidupan. Sinar ketertiban yang terpancar dari karya
seni, merupakan sumber kesehatan, sehingga tidak jarang pada kamar-kamar
opname di rumah sakit sering terpampang buah karya seni lukis, dan
karya-karya seni lainnya. Penggunaan terapi seni pengganti terapi medis saat
9
ini ternyata dapat di lakukan agar dapat melahirkan suasana kondusif yang
mengundang suasana penderita sakit untuk dapat keluar dari kemelut dan
kekacauan yang terjadi dalam tubuhnya sebagai manifestasi agar dapat
kembali menjadi tertib atau normal.
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Seni dalam bahasa sansekerta di sebut “cilpa” sebagai kata sifat yang
Berarti berwarna, dan berubah menjadi “su-cilpa” yang berarti sesuatu
yang berwarna dan di lengkapi dengan bentuk-bentuk yang indah atau di
hiasi dengan indah. Dalam bahasa latin, seni di sebut “Ars, artes, dan
artista”. “Ars” adalah teknik atau craftsmanship, yaitu ketangkasan dan
kemahiran dalam melakukan sesuatu. “Artes” berarti kelompok orang
yang memiliki ketangkasan atau kemahiran, dan“Artista” adalah anggota
yang ada dalam kelompok tersebut.
2. Secara garis besar seni dapat kita golongkan atas dua, yaitu golongan seni
obyektif-pragmatis dan golongan seni normatif.
3. Dalam aspek kehidupan manusia seni memiliki beberapa fungsi, di
antaranya adalah untuk memenuhi kebutuhan individu, seperti kebutuhan
fisik dankebutuhan emosional. Kemudian fungsi seni untuk memenuhi
kebutuhan sosial, seperti di bidang agama, bidang pendidikan, bidang
komunikasi, dan bidang rekreasi.
4. Keindahan bagi setiap orang berbeda apresiasinya, tergantung pada pribadi
yang bersangkutan, oleh karena di sebabkan sesuatu yang di apresiasi
dapat di katakana indah namun orang lain menganggapnya tidak indah,
demikian pula sebaliknya.
5. Kehendak seseorang manusia adalah suatu sistem ilmu raga, di kendalikan
olehtingkat kesadaran yang terbentuk dalam otak besar (cerebrum) dan
otak kecil (cerebellum), bermuara pada tindakan atau kegiatan, dan
mewujud dalam buah karyanya, yaitu karya seni (artwork).
B. Saran
Adapun saran penulis sehubungan dengan bahasan makalah ini,
kepada rekan-rekan mahasiswa agar lebih meningkatkan kesadaran akan seni
dan keindahan sebagai bagian dari kehidupan. Dan sekiranya ada dari rekan-
11
rekan mahasiswa yang memiliki bakat di bidang seni agar lebih mengasah
bakatnya, demi pelestarian, pengembangan,serta pencitaan seni-seni baru
untuk menghiasi ragam seni di masa yang akan datang.
12
DAFTAR PUSTAKA
Sudrajat, S., 2006, Kearifan Yang Berserak, Perempuan Dan keindahan, Jakarta.
Whidagdo, D., 2003, Ilmu Budaya Dasar, PT. Bumi Aksara, Jakarta.
Triyanto, M., 2015, Maksimal Prestasi Seni Budaya dan Keterampilan, Graham
Pustaka, Jakarta Selatan.
Try, P.D., 1998, Ilmu Budaya Dasar MKDU, PT. Rineka Cipta, Jakarta.
13