Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

FILSAFAT SENI DAN ESTETIKA NUSANTARA

Disusun oleh :

Kelompok 11

1. Salsabila (2030302059)

2. Bagas Saputra (2030302061)

Dosen pengampu : Dr. Alfi Julizun Azwar, M.Ag

PROGRAM STUDI AQIDAH DAN FILSAFAT ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH

PALEMBANG 2023/2024
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah tuhan semesta alam yang telah memberikan

kemudahan kepada kami untuk bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “

FILSAFAT SENI DAN ESTETIKA NUSANTARA”

Makalah ini kami susun dengan sedemikian mungkin dan kami juga

menyadari makalah yang kami susun jauh dari kata sempurna,kritik dan saran dari

semua pihak yang bersifat membangun kami harapkan untuk kesempurnaan

makalah ini. Akhir kata kami ucapkan terim kasih, kepada Allah kami mohon

ampun dan kepada semua pihak kami minta maaf apabila ada penulisan kata yang

salah dalam makalah ini dan semoga Allah SWT senantiasa meridhoi usaha kita.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 3

C. Tujuan Penulisan .......................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................... 5

A. Konsep Filsafat Seni dan Estetika Nusantara .............................................. 5

B. Pengaruh Filsafat Seni dan Estetika Nusantara dalam Pelestarian Budaya . 8

BAB III PENUTUP ............................................................................................ 11

A. Kesimpulan ................................................................................................ 11

B. Saran ........................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Estetika merupakan kalimat yang dalam masyarakat luas dimaknai

dengan keindahan. Berbicara tentang keindahan sendiri memiliki beragam

objek dan penilaiannya pun cenderung subjektif. Ketika seseorang melihat

sebuah objek dan menilai bahwa objek itu memiliki keindahan belum tentu

penilaian yang sama akan diberikan oleh orang lain untuk objek yang serupa.

Namun, ketika berbicara tentang estetika maka terdapat acuan pengertian dari

beberapa tokoh yang membuat kata estetika tidak hanya diartikan secara

dangkal sebagai suatu keindahan saja.

Kata estetika sebenarnya berasal dari bahasa Yunani “aisthetika” yang

berarti hal-hal yang dapat diserap oleh pancaindera (perasaan/sensitifitas).

Oleh karena itu, estetika sering diartikan sebagai persepsi indera1. Merujuk

pada pengertian dasar tersebut, cakupan estetika bisa menjadi sangat luas

tidak hanya sebatas objek yang bias dilihat dengan mata. Hartoko (1983)

mengartikan estetika sebagai kemampuan melihat lewat penginderaan atau

penyerapan, persepsi, perasaan, dan pengalaman pemandangan.2

Menurut Aristoteles estetika merupakan keindahan yang menyangkut

keseimbangan dan keteraturan ukuran, yakni ukuran material. Pandangan

ini, menurut Aristoteles, berlaku untuk benda-benda alam ataupun untuk

1
Dharsoono Sony Kartika dan Nanang Ganda Perwira, Pengantar Estetika, (Bandung :
Rekayasa Sains,2004), hal.5
2
Ibid, hal.9

1
karya seni buatan manusia. Karya seni yang dibicarakan Aristoteles terutama

karya sastra dan drama3

Seni telah menjadi bagian integral dari kehidupan manusia sejak zaman

prasejarah, dan seni memiliki peran yang sangat penting dalam

mencerminkan budaya, identitas, dan ekspresi kreatif suatu masyarakat.

Setiap komunitas memiliki cara unik untuk menggambarkan keindahan, nilai-

nilai, dan pemahaman estetika yang khas. Dalam konteks Nusantara, yang

merupakan kawasan geografis yang terdiri dari ribuan pulau dengan beragam

budaya dan tradisi, seni memiliki beragam ekspresi yang mencerminkan

kekayaan keanekaragaman budaya.

Filsafat seni dan estetika adalah cabang ilmu yang mendalami aspek-

aspek konseptual dan filosofis dari seni. Ini mencakup pemahaman tentang

keindahan, nilai-nilai estetika, dan arti dalam seni. Di dalam konteks

Nusantara, keberadaan filsafat seni dan estetika juga sangat signifikan, karena

berbagai kepercayaan, tradisi, dan budaya yang ada di wilayah ini

memberikan dasar yang kuat untuk pemahaman unik tentang seni.

Seiring dengan modernisasi dan globalisasi, sering kali budaya-budaya

tradisional terpinggirkan dan terancam punah. Oleh karena itu, penting untuk

menggali dan memahami lebih dalam filsafat seni dan estetika Nusantara

sebagai suatu upaya untuk melestarikan serta mengapresiasi kekayaan budaya

dan seni dalam konteks lokal. Ini juga akan membantu dalam

mempromosikan pemahaman yang lebih baik tentang hubungan antara seni,

3
Sidi Gazalba, Sistematika Flsafat : Pengantar Kepada Teori Filsafat, Teori
Pengetahuan Metafisika, Teori Nilai, Jilid IV, (Jakarta : Bulan Bintang, 1978), hal.549

2
budaya, dan filsafat di wilayah Nusantara.

Makalah ini akan menjelaskan dan menggali lebih dalam konsep-

konsep filsafat seni dan estetika yang ada di Nusantara. Makalah ini juga

akan membahas pentingnya melestarikan warisan budaya dan seni Nusantara

serta bagaimana pemahaman yang lebih mendalam tentang filsafat seni dan

estetika Nusantara dapat membantu dalam menjaga keanekaragaman budaya

dan seni di masa depan.

Melalui pemahaman yang lebih dalam tentang filsafat seni dan estetika

Nusantara, diharapkan masyarakat dapat lebih menghargai dan melestarikan

seni dan budaya tradisional, sambil juga menjalin hubungan yang lebih kuat

antara seni, budaya, dan filsafat di kawasan Nusantara yang begitu beragam.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, naka dirumusakan

masalah yang akan dijelaskan pada makalah ini yaitu:

1. Bagaimana konsep filsafat seni dan estetika nusantara?

2. Bagaimana filsafat seni dan estetika dapat membantu melestarikan warisan

seni dan budaya Nusantara?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisannya berdasarkan rumusan masalah yang ada,

yaitu sebagai berikut:

3
1. Untuk menjelaskan dan menganalisis konsep-konsep filsafat seni dan estetika

yang ada di Nusantara

2. Untuk mengekplorasikan bagaimana pemahaman tentang filsafat seni dan

estetika dapat digunakan sebagai alat untuk melestarikan dan mengapresiasi

seni dan budaya nusantara.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Filsafat Seni dan Estetika Nusantara

Filsafat merupakan salah satu lembaga kebenaran tidak memiliki

metode yang baku hanya saja menggunakan nalar sebagai alat logika manusia

yang bersifat spekulatif (bukan empirik). Filsafat bercorak sangat umum

menyangkut permasalahanpermasalahan yang asasi dengan memberikan

pertanyaan serta sekaligus mencoba untuk memberikan jawaban atas

persoalan yang menarik perhatian manusia. Lembaga kebenaran ini memiliki

ciri-ciri adalah konseptual, mendasar, menyeluruh, mutlak logis, universal,

dan langgeng serta tidak memiliki sistematika yang baku dalam menjawab

persoalan-persoalan, oleh karenanya filsafat cenderung bersifat

mencengangkan dan membingungkan4

Tetapi tidak semua persoalan yang mencengangkan serta

membingungkan merupakan persoalan filsafat, karena persoalan-persoalan

tersebut harus memiliki arti yang mana bila dilihat secara intelektual akan

banyak memberikan pengertian-pengertian baru dan jalan-jalan baru untuk

kesinambungan penyelidikan selanjutnya. Pada zaman Yunani Kuno, India

Kuno, Cina Kuno, dan dijumpai diberbagai pusat peradaban purba manusia,

sejak inilah dipercayai sejarah lembaga kebenaran ini dimulai.

Filsafat seni dan estetika merupakan dua hal yang masih sulit untuk

4
Karyono, T. (2014). Korelat Empat Lembaga Kebenaran Manusia: Filsafat, Seni, Ilmu,
dan Agama. Jurnal Budaya Nusantara, 1(2), 136– 140.https://doi.org/10.36456/b.nusant
ara.vol1.no2.a414.hlm.137

5
dicari batasannya, bahkan masih banyak yang belum memahami apakah

filsafat seni dan estetika ini merupakan hal yang berbeda, sama atau saling

berhubungan. Untuk memahami filsafat seni dan estetika ini tentunya harus

berangkat dari pengertiannya masing-masing. Berdasarkan arti katanya Seni

atau art berarti teknik, keterampilan, pertukangan atau sering disebut sebagai

techne dalam Bahasa Yunani Kuno. Dalam budaya Indonesia Kuno seni juga

memiliki arti demikian juga. Munculnya istilah fine arts atau high arts (seni

halus dan seni tinggi), yang dibedakan dengan seni-seni pertukangan (craft)

baru pada pertengahan abad ke-17 di Eropa, yang dibedakan antara keindahan

umum (termasuk alam), dan keindahan karya seni atau benda seni. Seni sejak

saat itu dikategorikan sebagai artefak atau benda buatan manusia. Pada

dasarnya artefak itu dapat dikategorikan menjadi tiga golongan, yaitu benda-

benda yang berguna tetapi tidak indah, kedua, benda-benda yang berguna dan

indah, serta tiga, benda-benda yang indah tetapi tidak ada kegunaan

praktisnya. Artefak jenis ketiga inilah yang dibicarakan dalam estetika5

Istilah estetika sendiri baru muncul tahun 1750 oleh seorang filsuf

minor bernama A.G. Baumgarten (1714-1762). Istilah estetika berasal dari

bahasa Yunani Kuno aistheton yang berarti “kemampuan melihat lewat

penginderaan”. Baumgarten menamakan seni itu termasuk ke dalam

pengetahuan sensoris, dimana pengetahuan intelektual yang membedakannya

dengan logika. Tujuan estetika adalah keindahan, sedangkan tujuan logika

adalah kebenaran. Selain Baumgarten banyak pula tokoh lain yang

5
Zainurrahman. 2020. Filsafat Seni Puisi Zikir Karya D Zawawi Imron. Institutional
Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Fakultas Ushuludin. Aqidah Filsafat Islam (Skripsi).
https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/ handle/123456789/53564.hlm.16

6
memberikan pendapatnya mengani pengertian estetika seperti (Kattsoff,

Elementof philosophy, 1953) yang menyatakan bahwa segala sesuatu dan

kajian terhadap hal-hal yang terkait dengan kegiatan seni adalah estetika.

(Van Mater Ames, Colliers Encylopedia, Vol. 1) yang menyatakan bahwa

suatu telaah yang berkaitan dengan penciptaan, apresiasi, dan kritik terhadap

karya seni merupakan estetika, tetapi telaah ini difokuskan dalam konteks

keterkaitan seni dengan kegiatan manusia dan peranan seni dalam perubahan

dunia. (AA. Djelantik, Estetika Suatu Pengantar, 1999) yang menyatakan

bahwa ilmu mempelajari semua aspek yang di sebut keindahan serta ilmu

yang mempelajari segala sesuatu yang berkaitan dengan keindahan

merupakan arti dari estetika. (Agus Sachari, Estetika Terapan, 1989) yang

menyatakan bahwa estetika adalah filsafat yang membahas esensi dari

totalitas kehidupan estetik dan artitistik yang sejalan dengan jaman6

Segala bahasan dalam filsafat mengenai benda-benda seni

menggunakan istilah estetika. Tetapi karena karya seni tidak selalu “indah”

seperti dipersoalkan dalam estetika, maka lahirlah apa yang dinamakan

dengan “filsafat seni” yang diperlukan sebagai suatu bidang khusus yang

benar-benar menjawab tentang apa hakekat seni atau arts itu. Estetika dan

filsafat seni memiliki perbedaan yang mendasar yaitu terletak hanya dalam

objek materialnya saja. Estetika mempersoalkan hakekat keindahan alam dan

karya seni, sedangkan filsafat seni mempersoalkan hakekat hanya karya seni

atau benda seni atau artefak yang disebut seni. Jacob Sumardjo dalam

6
Kurniawan, Agung. dkk. 2016. Estetika Seni. Yogyakarta: Arttex.hlm.2

7
bukunya yang berjudul “Filsafat Seni” memberikan kesimpulan bahwa hal

yang disebut dengan estetika merupakan pengetahuan tentang keindahan

alam dan seni, sedangkan filsafat seni hanya merupakan bagian estetika yang

khusus membahas karya seni. Dalam studi filsafat, estetika merupakan bagian

dari filsafat yang digolongkan dalam persoalan nilai, atau filsafat tentang

nilai, sejajar dengan nilai etika. Tetapi dalam penggolongan objeknya,

estetika masuk dalam bahasan filsafat manusia, yang terdiri dari logika, etika,

estetika, dan antropologi. Studi estetika pada mulanya merupakan bagian

pemikiran filsafat umum seorang filsuf yang menggolongkan estetika sebagai

filsafat yang bersifat spekulatif, mendasar, menyeluruh serta logis7

B. Pengaruh Filsafat Seni dan Estetika Nusantara dalam Pelestarian

Budaya

Filsafat seni dan estetika Nusantara memegang peran krusial dalam

konteks pelestarian warisan budaya di kawasan Nusantara. Kedua disiplin ini

membentuk landasan epistemologis yang mendalam untuk pemahaman seni,

estetika, serta nilai-nilai yang tersirat dalam manifestasi seni sebagai

representasi budaya, dan kontribusi esensial ini telah membawa dampak

positif yang substansial dalam menjaga dan merawat warisan budaya

Nusantara.8

Filsafat seni dan estetika Nusantara memiliki peran penting dalam

memperdalam pemahaman masyarakat terhadap budaya lokal yang

7
Sumardjo, Jacob. 2016. Filsafat Seni. Bandung: ITB Press.hlm.26
8
Dewanto, Iswanto. 2016. Filsafat Seni dan Kekuatan Budaya. Jakarta: Kanisius.hlm.5

8
berkembang di seluruh wilayah Nusantara. Dalam konteks ini, konsep-konsep

filsafat seni dan estetika berfungsi sebagai alat pemahaman yang

memungkinkan individu untuk mengeksplorasi dan menginterpretasi makna

di balik berbagai ekspresi seni dan budaya di wilayah ini. Konsep-konsep

tersebut membantu masyarakat mengidentifikasi nilai-nilai yang mendasari

seni, keindahan, dan ekspresi budaya khas di berbagai daerah Nusantara.

Penting untuk diingat bahwa wilayah Nusantara memiliki

keanekaragaman budaya yang luar biasa, dengan puluhan etnis, bahasa, dan

adat istiadat yang berbeda. Filsafat seni dan estetika Nusantara berperan

sebagai alat unifikasi, membantu masyarakat menghargai perbedaan budaya

dan mengakui bahwa setiap budaya memiliki nilai-nilai keindahan yang

unik.9 Dengan pemahaman yang lebih mendalam tentang keindahan lokal,

budaya lokal dihargai sebagai aset berharga yang membentuk identitas

kolektif masyarakat. Hal ini memotivasi upaya pelestarian budaya dan

mendorong generasi muda untuk lebih memahami dan melestarikan tradisi

budaya mereka.

Pemahaman mendalam terhadap filsafat seni dan estetika Nusantara

memberikan dampak yang luar biasa dalam memberdayakan seniman lokal

untuk menjaga dan mengembangkan warisan budaya mereka. Seniman-

seniman ini menjadi agen penting dalam menjaga identitas budaya lokal dan

melestarikan kekayaan seni yang menjadi ciri khas Nusantara. Dengan

pemahaman yang kuat tentang konsep-konsep estetika yang tumbuh dalam

9
Widiatmaka, dkk. 2008. Seni, Filsafat, dan Keindahan: Beberapa Kajian Awal. Jakarta:
Kanisius.hlm.77

9
budaya setempat, seniman memiliki wawasan yang lebih dalam tentang nilai-

nilai budaya dan keindahan khas Nusantara yang tercermin dalam karya seni

mereka. Hal ini memungkinkan mereka untuk menciptakan karya seni yang

mampu mencerminkan secara autentik dan mendalam aspek-aspek budaya

yang mereka wakili.

Peningkatan kesadaran publik yang dihasilkan oleh konsep-konsep

filsafat seni dan estetika Nusantara juga dapat membawa manfaat dalam

bentuk dukungan nyata. Masyarakat yang lebih sadar akan nilai-nilai budaya

lokal cenderung lebih mendukung dan terlibat dalam berbagai upaya

pelestarian budaya, mulai dari mendukung kegiatan seni dan budaya hingga

berpartisipasi dalam inisiatif lokal untuk melestarikan warisan budaya

mereka. Dengan demikian, konsep-konsep filsafat seni dan estetika Nusantara

tidak hanya meningkatkan kesadaran, tetapi juga mendorong aksi konkret

dalam menjaga dan merawat budaya lokal di wilayah Nusantara.

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Menurut uraian pembahasan yang telah dipaparkan pada bab

sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Konsep-konsep filsafat seni dan estetika Nusantara memperkuat peran

seniman dalam menjaga dan mengembangkan warisan budaya, serta

meningkatkan kesadaran publik dan dukungan terhadap pelestarian

budaya lokal.

2. Filsafat seni dan estetika Nusantara memberikan pemahaman mendalam

tentang seni, keindahan, dan nilai-nilai budaya di wilayah Nusantara,

membantu menghargai keanekaragaman budaya, dan memotivasi

pelestarian budaya.

B. Saran

Untuk memperkuat upaya pelestarian warisan budaya Nusantara, sangat

disarankan untuk meningkatkan pemahaman dan pengajaran filsafat seni dan

estetika Nusantara di sekolah-sekolah dan lembaga pendidikan. Dengan

demikian, generasi muda dapat lebih menghargai dan melestarikan warisan

budaya secara lebih efektif. Selain itu, penting bagi pemerintah dan

masyarakat untuk memberikan dukungan yang kuat kepada seniman lokal

dan inisiatif pelestarian budaya. Tindakan konkret ini akan menjadi faktor

11
penting dalam menjaga keberlanjutan budaya Nusantara.

12
DAFTAR PUSTAKA

Dewanto, Iswanto. 2016. Filsafat Seni dan Kekuatan Budaya. Jakarta: Kanisius.

Kartika, D.S.,dan Perwira, N.G. 2004. Pengantar Estetika. Bandung : Rekayasa

Sains.

Karyono, T. 2014. Korelat Empat Lembaga Kebenaran Manusia: Filsafat, Seni,

Ilmu, dan Agama. Jurnal Budaya Nusantara, 1(2), 136–

140.https://doi.org/10.36456/b.nusant ara.vol1.no2.a414.

Kurniawan, Agung. dkk. 2016. Estetika Seni. Yogyakarta: Arttex.

Sidi Gazalba. 1978. Sistematika Flsafat : Pengantar Kepada Teori Filsafat,

Teori Pengetahuan Metafisika, Teori Nilai, Jilid IV, (Jakarta : Bulan

Bintang

Sumardjo, Jacob. 2016. Filsafat Seni. Bandung: ITB Press.

Widiatmaka, dkk. 2008. Seni, Filsafat, dan Keindahan: Beberapa Kajian Awal.

Jakarta: Kanisius.

Zainurrahman. 2020. Filsafat Seni Puisi Zikir Karya D Zawawi Imron.

Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Fakultas

Ushuludin. Aqidah Filsafat Islam (Skripsi).

https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/ handle/123456789/53564.

13

Anda mungkin juga menyukai