Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

AKSIOLOGI ILMU PENGETAHUAN


Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Filsafat Ilmu
yang di ampu oleh Sari Henda Astuti, M. Pd

Disusun oleh : Kelompok 6

Anggara Kurnia 2021014


Annisa Octaviani G 2021015
Apriyana 2021016
Indri Rahmawati 2021039
Leni Siti Nuraeni 2021096
Salsa Nurkhaliza 2021091

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) BAITUL ARQOM AL –
ISLAMI
Jln. Raya Pacet KM. 09 Lemburawi Pacet Bandung 40385
Telp. (022) 85962223 e-mail : staicool4you@gmail.com

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah – Nya Penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul Aksiologi Ilmu Pengetahuan, sebagai suatu
barang yang berguna dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan
juga kami berterima kasih pada Ibu Sari Henda Astuti, M.Pd., yang telah
memberikan tugas ini kepada kami sebagai penulis.

Kami sangat berharap Makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan mengenai materi ini. Kami menyadari sepenuhnya
bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna.
Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan
makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.


Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi penulis maupun
orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat
kesalahan kata – kata yang kurang berkenan dan kami mohon kritik dan saran.

Pacet, 18 April 2021

Penulis,

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................ i

DAFTAR ISI ............................................................................................... ii

BAB I : PENDAHULUAN ......................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1


1.2 Rumusan Masalah ............................................................................ 1
1.3 Tujuan .............................................................................................. 2

BAB II : PEMBAHASAN .......................................................................... 3

2.1 Pegertian Aksiologi dan Ilmu Pengetahuan ..................................... 3


2.2 Aksiologi dalam Islam ..................................................................... 4
2.3 Perbedaan Pendapat tentang Aksiologi dalam
Pandangan Barat dan Islam .............................................................. 4
2.4 Makna Nilai ...................................................................................... 5
2.5 Pembagian Aksiologi ....................................................................... 6
2.6 Ilmu dan Kemanfaatan ..................................................................... 7
2.7 Kaitan Aksiologi dengan Filsafat Ilmu ............................................ 8

BAB III : PENUTUP .................................................................................. 9

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. iii

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Bekalang


Mengkaji filsafat tidak lepas dari ruang lingkup manusia. Karena
pada dasarnya manusialah yang menentukan apakah sesuatu itu baik atau
tidak baik, benar atau salah, netral atau tidak netral. Karena pada
hakekatnya ilmu itu netral dan bebas nilai. Menurut Einstin, bahwa ilmu
tanpa agama adalah buta dan agama tanpa ilmu adalah lumpuh. Oleh
karena itu, aksiologi dalam ilmu pengetahuan adalah produk dari ilmu
yakni etika, nilai, estitika dan moral.
Aksiologi menurut bahasa berasal dari bahasa Yunani “axios” yang
berarti, bermanfaat dan “logos‟ berarti ilmu pengetahuan atau ajaran.
Secara istilah, aksiologi adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki
hakikat nilai yang ditinjau dari sudut kefilsafatan. Sejalan dengan itu,
maka aksiologi adalah studi tentang hakikat tertinggi, realitas, dan arti dari
nilai-nilai (kebaikan, keindahan, dan kebenaran).
Sementara Aksiolgi dalam pandangan islam berbeda dengan
ilmuwan barat. Dalam hal ini manusia ingin mengetahui tentang
“ada” atau eksistensi yang dapat dicerap oleh panca indera. Sedangkan
Epsitemologi merupakan landasan kedua filsafat yang mengungkapkan
bagaimana manusia memperoleh pengetahuan atau kebenaran tersebut.
Setelah memperoleh pengetahuan, manfaat apa yang dapat digunakan dari
pengetahuan itu. Inilah yang kemudian membawa pemikiran kita
menengok pada konsep aksiologi. Yaitu, filsafat yang membahas masalah
nilai kegunaan dari nilai pengetahuan.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan makalah yang diperoleh adalah sebagai berikut :

1
1. Apa yang di maksud dengan Aksiologi ?
2. Bagaimana Aksiologi dalam pandangan Islam ?
3. Apa saja perbedaan mendasar mengenai Aksiologi yang dikembangkan
oleh ilmuwan barat dan ilmuwan islam ?
4. Bagaimana pembagian konsep dalam Aksiologi ?
5. Bagaimana kaitannya Aksiologi dengan filsafat ilmu ?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan yang kami peroleh dari pembahasan isi makalah ini
adalah sebagai berikut :

1. Memahami Aksiologi (nilai kegunaan suatu ilmu).


2. Memahami Aksiologi menurut pandangan Islam.
3. Memahami perbedaan pendapat antara ilmuan barat dan ilmuan islam.
4. Memahami nilai dan etika dalam Aksiologi.
5. Memahami apa hubungan antara Aksiologi dengan Filsafat Ilmu.
6. Memahami pembagian Aksiologi

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Aksiologi dan Ilmu Pengetahuan


Aksiologi menurut bahasa berasal dari bahasa Yunani “axios” yang
berarti, bermanfaat dan “logos‟ berarti ilmu pengetahuan atau ajaran.
Secara istilah, aksiologi adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki
hakikat nilai yang ditinjau dari sudut kefilsafatan. Sejalan dengan itu,
maka aksiologi adalah studi tentang hakikat tertinggi, realitas, dan arti dari
nilai-nilai (kebaikan, keindahan, dan kebenaran).
Menurut kamus Bahasa Indonesia aksiologi adalah kegunaan ilmu
pengetahuan bagi kehidupan manusia, kajian tentang nilai-nilai khususnya
etika. Sementara Suriasumantri mengatakan, aksiologi adalah teori nilai
yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh.
Dikatakan bahwa aksiologi adalah suatu pendidikan yang menguji dan
mengintegrasikan semua nilai tersebut dalam kehidupan manusia dan
menjaganya, membinanya di dalam kepribadian peserta didik.
Dari beberapa defiinisi diatas, dapat kita simpulkan bahwa Aksiologi
merupakan suatu ilmu/teori yang berkaitan dengan kegunaan suatu nilai
dari pengetahuan yang diperoleh bagi keberlangsungan hidup manusia.
Nilai yang dimaksud adalah sesuatu yang dimiliki manusia, untuk
melakukan berbagai pertimbangan tentang apa yang dinilai.
Sedangkan jika kita berbicara tentang arti ilmu pengetahuan adalah
Istilah ilmu berasal dari bahasa Arab, yaitu alima – ya’lamu – ilman yang
menganung makna kepahaman terhadap suatu objek tertentu. Dalam
Kamus Bahasa Indonesia disebutkan bahwa ilmu pengetahuan adalah
pengetahuan yang tersusun secara bersistem menurut metode tertentu.3
Dalam Istilah Inggris kata Ilmu pengetahuan sering dimaknai dengan
knowledge atau Science (Inggris) yang mengandung makna dasarnya

3
mengetahui. Jalaluddin mengutip pernyataan Van Puersen yang
menyebutkan bahwa ilmu pengetahuan adalah suatu pengetahuan yang
terorganisir dengan rapi baik berkaitan dengan sistem maupun metode
tertentu dalam rangka menemukan hubungan antar berbagai fenomena
yang ada.

2.2 Aksiologi dalam Islam


Aksiologi dalam islam adalah ilmu yang mempelajari entang nilai
atau etika. Dan etika (ahklak) merupakan tujuan pokok bagi orang yang
mempelajari ilmu itu sendiri. Sebagian lain berpendapat, bahwa ilmu
adalah sebagai jalan, atau sarana untuk memperoleh etika, kemudahan-
kemudahan dalam hidupnya di dunia. Sedangkan Kontowijoyo
menyebutkan aksiologi dalam paradigm islam yaitu ilmu tidak ada yang
benar-benar netral. Ilmu pada dasarnya tidak ada yang bebas nilai, ia
syarat dengan bias-bias kepentingan perumusnya dan pembuatnya.
Islam menyatakan bahwa Agama yang melahirkan ilmu
pengetahuan. Ilmu bagian dari agama itu sendiri, karena itu Rasulullah
SAW mewajibkan manusia untuk mencari Ilmu. Sementara tujuan dari
agama adalah mencari ridha Allah dan datangnya kebenaran itu dari Allah
SWT.
Dalam konstruksi keilmuan islam, ilmu bekerja dalam bingkai
paradigm islam itu sendiri, dimana ilmu bersumber langsung dari teks
wahyu Al-quran. Maka nilai etis yang terkandung dalam ilmu keislaman
berada dalam bingkai etika-moral yang sangat erat. Karena misi kenabian
Muhammad Saw adalah membangun etika-moral (ahlak).

2.3 Perbedaan Pendapat Tentang Aksiologi dalam Pandangan Barat dan


Islam

4
Adapun perbedaan pendapat tentang aksiologi dalam pandangan Barat
dan Islam adalah sebagai berikut :
1. Ilmuan Islam menginginkan bahwa ilmu harus bersifat netral terhadap
nilai-nilai baik secara ontologis (hakikat hidup) maupun aksiologis.
Dalam hal ini, ilmuwan Barat adalah menemukan pengetahuan dan
terserah pada orang lain untuk mempergunakannya, apakah ilmu
tersebut digunakan untuk tujuan baik atau untuk tujuan buruk.
2. Ilmuan Barat berpendapat bahwa netralitas ilmu terhadap nilai-nilai
hanyalah terbatas pada metafisika keilmuan, sedangkan dalam
penggunaannya ilmu terletak pada objek penelitian harus dilandaskan
pada asas-asas moral. Oleh karena itu, bahwa ilmu tidak ada yang
benar-benar bebas nilai, tetapi disangat tergantung kepada siapa dan
dokma yang diyakini. Sedangkan aksiologi Islam, memandang bahwa
ilmu itu berasal dari Allah Swt, sang maha pencipta (pemberi Nilai).
Karena nilai kebaikan dan keburukan itu sejatinya adalah dari tuhan
untuk manusia. Dan manusia yang akan memberikan nilai terhadap
prilaku dan perbuatan.

2.4 Makna Nilai


Nilai adalah suatu sifat atau prinsip yang memberi makna pada suatu
objek tetapi bukan berarti objek itu sendiri. Contohnya yaitu senyuman,
bila diartikan senyuman hanyalah gerakan bibir ke atas yang tidak
memiliki nilai, namun bila dilihat dari sudut pandang nilai maka senyuman
tersebut memiliki nilai yang lain seperti memberikan kebahagiaan kepada
setiap orang yang melihatnya.
Selanjutnya, Nilai ini akan diterjemahkan ke dalam nilai yang lebih
normative yaitu norma. Norma adalah pedoman atau ketentuan yang
mengatur tingkah laku manusia berdasarkan nilai-nilai tertentu. Norma
terbagi menjadi dua bagian.

5
1) Khusus; aturan yang berlaku dalam bidang tertentu, dan
mengharuskan ketaatan bagi orang-orang yang berada di
lingkungan khusus tersebut.
2) Umum;
 Etiket (prancis) atau kesopanan, hakikatnya kepatuhan.
 Hukum merupakan himpunan petunjuk hidup yang
sanksinya bersifat mengikat dan memaksa.
 Kebiasaan.
 Moral merupakan baik buruknya perbuatan; sikap,
akhlak, budi pekerti, asusila.
 A-moral : perilaku yang bebas dilakukan karna
tidak berhubungan dengan moral hukumnya
Mubah
 Im-moral : tidak bermoral, tidak berakhlak,
hukumnya jahat

2.5 Pembagian Aksiologi


Menurut Bramel, aksiologi terbagi tiga bagian, yaitu :
1) Moral Conduct, yaitu tindakan moral, bidang ini melahirkan disiplin
khusus, yaitu etika. Etika (Yunani;Ethos yang berarti adat, kebiasaan,
watak, cara berfikir, akhlak) yaitu ilmu tentang baik dan buruk, tentang
hak dan kewajiban moral, kumpulan azas-azas nilai yang berkenaan
dengan akhlak, nilai mengenai yang benar dan yang salah yang dianut
oleh masyarakat.
Dalam khazanah pemikiran Islam, etika diartikan sebagai al-
akhlak. Menurut pendekaatan etimologi, perkataan “akhlak” berasal
dari bahasa arab, jama’ dari bentuk mufrodatnya khuluqun yang
diartikan: budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Etika pada
hakikatnya mengamati realitas moral secara kritis. Etika tidak

6
memberikan ajaran, melainkan memeriksa kebiasaan, nilai-nilai,
norma-norma dan pandangan-pandangan moral secara kritis.
Etika terbagi menjadi beberapa konsep diantaranya :
a. Hedonisme : sesuatu yang baik itu adalah yang mengandung
kenikmatan bagi kehidupan manusia. Dikembangkan oleh Epicurus
(341-217 SM).
b. Eudemonisme : kegiatan manusia yang orientasinya pada tujuan
dan tujuan akhirnya ialah mendapatkan kebahagiaan. Pandangan
ini berasal dari filsuf terkenal yaitu Aristoteles (384-322 SM).
c. Utilitarisme : bagaimana sesuatu itu diorientasikan kepada
kepentingan golongan terbanyak bukan pada sekelompok orang
tertentu. Jeremy Bentham (1748- 1832) dan John Stuart Mill
(1806-1873) the greatest happiness for the greatestn number.
d. Pragmatisme : sesuatu dikatakan benar apabila berguna atau
bermanfaat (utility) bagi kehidupan, tentu saja maksudnya adalah
kehidupan di dunia ini. Pelopor aliran pragmatisme adalah Charles
Sanders Pierce (1819-1914).
2) Estetic Expression, yaitu ekspresi keindahan. Bidang ini melahirkan
keindahan yang menyangkut perasaan. Tidak semata-mata pada bentuk
atau kualitas objeknya, tetapi juga isi atau makna yang dikandungnya.
Dengan demikian sebuah estetika akan ditemukan dalam sisi lahirnya
maupun batinnya, bukan hanya sepihak.
3) Sosio-political life, yaitu kehidupan sosial politik, yang akan
melahirkan, filsafat sosial politik.

2.6 Ilmu dan Kemanfaatan


Ilmu sebagai sebuah nilai adalah sesuatu yang bernilai dan masih
bebas nilai. Yang dimaksud dengan bebas nilai ialah bahwa ilmu itu
independen, atau otonom tidak mempunyai keterikatan dengan nilai. Jika
ilmu tidak bebas nilai maka perkembangan ilmu akan terhambat karena

7
terikat oleh nilai-nilai yang ada. Sedangkan ilmu dikatakan bernilai karena
menghasilkan pengetahuan yang dapat dipercaya kebenarannya objektif.
Oleh karena itu nilai tersebut masih diperdebatkan oleh para ilmuan.
Nilai ilmu terletak pada manfaat yang diberikannya sehingga manusia
dapat mencapai kemudahan dalam hidup. Sikap social yang mungkin
dilakukan ilmuwan sebagai cermin tanggung jawab social antara lain :
a) Menjelaskan semua permasalahan yang tidak diketahui masyarakat
dengan bahasa yang mudah dicerna.
b) Memengaruhi opini dalam rangka memunculkan masalah yang penting
untuk segera dipecahkan.
c) Meramalkan apa yang terjadi dengan sebuah fenomena.
d) Menemukan alternatif dari objek permasalahan yang menjadi pusat
perhatian.
e) Di bidang etika, ilmuan tidak hanya memberikan informasi tetapi juga
memberikan contoh

2.7 Kaitan Aksiologi dengan Filsafat Ilmu


Aksiologi Ilmu Pengetahuan – Nilai itu bersifat objektif, tapi kadang-
kadang bersifat subjektif. Dikatakan objektif jika nilai-nilai tidak
tergantung pada subjek atau kesadaran yang menilai. Tolak ukur suatu
gagasan berada pada objeknya, bukan pada subjek yang melakukan
penilaian. Kebenaran tidak tergantung pada kebenaran pada pendapat
individu melainkan pada objektivitas fakta.
Sebaliknya, nilai menjadi subjektif, apabila subjek berperan dalam
memberi penilaian; kesadaran manusia menjadi tolak ukur penilaian.
Dengan demikian nilai subjektif selalu memperhatikan berbagai
pandangan yang dimiliki akal budi manusia, seperti perasaan yang akan
mengasah kepada suka atau tidak suka, senang atau tidak senang.

8
BAB III

PENUTUP

Secara umum para ahli filsafat sepakat mengelompokkan studi filsafat


ilmu pengetahuan itu menjadi 3 (tiga) aspek utama, yaitu aspek Ontologi,
Epistemologi dan Aksiologi. Ontologi lebih memfokuskan pembahasannya di
sekitar hakikat dari suatu ilmu pengetahuan, epistemologi menekankan pentingnya
cara atau metodologi ilmu pengetahuan dan aksiologi lebih banyak membahas
tentang aspek manfaat atau nilai guna dari ilmu itu sendiri. Meskipun demikian,
dalam kesempatan ini hanya menelaah satu aspek saja dari tiga aspek kajian
filsafat ilmu, yaitu aksiologi yang berkenaan dengan kemanfaatan ilmu
pengetahuan, khususnya bagi kehidupan sosial, yang meliputi arti ilmu
pengetahuan, ukuran atau kriteria ilmu yang bermanfaat dan nilai praktis manfaat
ilmu bagi kehidupan sosial.

Lebih jauh, kajian ini ingin menelusuri axiologi ilmu dakwah. Kajian
tentang kebermanfaatan ilmu (aksiologis) ini salah satunya bertujuan ingin
memberikan dukungan terhadap proses kemajuan ilmu dakwah di antara ilmu-
ilmu lainnya. Memang tidak mudah untuk menentukan kriteria/ ukuran suatu ilmu
itu bermanfaat atau tidak. Namun demikian, tulisan ini mencoba memberikan
kriteria kebermanfaatan itu secara sederhana dalam perspektif ilmu dakwah.

9
DAFTAR PUSTAKA

Kontowijoyo, islam sebagai ilmu: epistimologi, metodologi dan etika


(Jakarta:teraju,2005) hal. 67

Salam Burhanuddin, Logika Materil, Filsapat Ilmu Pengetahuan, (Jakarta:


Reneka Cipta, 1997), cet. Ke-1 hal.109

Soelaiman, Darwis A. FILSAFAT ILMU PENGETAHUAN, (Kota Banda


Aceh: Bandar Publishing, 2019), cet. Ke-1

Franz Magnis Suseno, Etika Dasar Masalah-Masalah Pokok Filsafat


Moral, Penerbit Kanisius, Yogyakarta, 1987. h.18 bhs arab tea

https://ejournal.stital.ac.id/index.php/alibrah/article/download/80/60/,
diakses pada tanggal 20 April 2021.

Jalaluddin, Filsafat Ilmu Pengetahuan: Filsafat, Ilmu pengetahuan dan


Peradaban, (Jakarta: Rajawali Pres, 2014), hal. .98.

iii

Anda mungkin juga menyukai