FILSAFAT ILMU
Dosen Pengampu:
DARISALIM TELAUMBANUA,
S.H.,M.H.
Disusun Oleh :
TRIO YUVENUS ZEGA
Nim:
212119061
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,yang telah memberikan
Rahmad dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna
memenuhi tugas Individu untuk mata kuliah Filsafat Ilmu yang berjudul “CABANG
AKSIOLOGI “
Saya ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini, terlebih-lebih kepada Bapak Darisalim Telaumbanua,S.H.,M.H.
selaku dosen pengampu mata kuliah Filsafat Ilmu yang telah membimbing saya dalam
pengerjaan makalah ini.
saya menyadari masih banyak kekurangan dalam pembuatan makalah ini,
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang saya miliki.Oleh karena itu,
Penulis mengharapkan kritik dan saranyang bersifat membangun demi penyempurnaan
makalah ini.Akhirnya saya berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
menambah wawasan kita dalam dunia pendidikan.
iii
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN ..........................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................2
D. Komponen Aksiologi...................................................................... 13
A. Kesimpulan.................................................................................... 24
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
untuk berpikir. Dan kekshasan manusia berada pada adanya hasrat untuk
semesta, sosial dan kealaman, yang kompleks untuk dapat terlepas dari
khalifah Allah di bumi. Cagito ergo sum, aku berpikir maka aku ada. Berpikir
merupakan perenungan ilmiah yang bersandar pada rasio atau akal dan
tabu, mempertanyakan tentang apa yang ada maupun yang mungkin ada,
jelas merumuskan dan menentukan apa yang hendak dikaji, bagaimana cara
1
disebut aksiologi. Oleh karenanya, pengetahuan ilmiah bertujuan untuk
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Makna Aksiologi
etika. Nilai digunakan sebagai kata benda abstrak, dalam pengertian yang
lebih sempit seperti baik, menarik dan bagus. Sedangkan dalam pengertian
kebenaran dan kesucian. Nilai sebagai kata benda konkret. Contohnya ketika
kita berkata sebuah nilai atau nilai-nilai. Ia sering dipakai untuk merujuk
kepada sesuatu yang bernilai, seperti nilainya atau nilai dia. Nilai juga dipakai
sebagai kata kerja dalam ekspresi menilai, memberi nilai atau dinilai.
Aksiologi adalah istilah yang berasal dari bahasa Yunani yaitu; axios
yang berarti nilai dan logos yang berarti ilmu. Menurut John Sinclair, dalam
lingkup kajian filsafat, nilai merujuk pada pemikiran atau suatu sistem seperti
politik, sosial dan agama. Sedangkan nilai itu sendiri adalah sesuatu yang
3
Beberapa definisi tentang aksiologi menurut para ahli
1. Menurut Suriasumantri, aksiologi adalah teori nilai yang berkaitan
utama, yaitu etika dan estetika. Etika merupakan bagian filsafat nilai dan
bagian filsafat tentang nilai dan penilaian yang memandang karya manusia
kefilsafatan.
Teori tentang nilai yang dalam filsafat mengacu pada masalah etika
dan estetika. Aksiologi ilmu terdiri dari nilai-nilai yang bersifat normatif
4
dalam pemberian makna terhadap kebenaran atau kenyataan sebagaimana
kawasan sosial, kawasan simbolik atau pun fisik material. Lebih dari itu nilai-
nilai juga ditunjukkan oleh aksiologi ini sebagai suatu conditio sine qua non
yang wajib dipatuhi dalam kegiatan kita, baik dalam melakukan penelitian
maupun di dalam menerapkan ilmu. Jadi, aksiologi adalah teori tentang nilai.
Dalam filsafat, nilai akan berkaitan dengan logika, etika, estetika. Logika
kebenaran, yaitu antara yang pantas dan tidak pantas, antara yang baik dan
tidak baik. Adapun estetika akan mengupas tentang nilai keindahan atau
Sebuah nilai bisa juga bersifat subjektif dan objektif akan sangat
pada perasaan suka atau tidak suka, senang atau tidak senang. Nilai akan
5
Sementara nilai objektif, jika ia tidak bergantung pada subjek atau kesadaran
memiliki nilai subjektif, tetapi lebih pada nilai ‘objektif’ sebab nilai ini tidak
dan teknologi. Oleh karena itu, tidak bisa dipungkiri peradaban manusia
berhutang budi pada sains dan teknologi. Berkat sains dan teknologi
awal ilmu sudah dikaitkan dengan tujuan perang. Selain itu, ilmu juga sering
teknologi.
6
pengetahuan telah menciptakan berbagai bentuk kemudahan bagi manusia.
dipihak lain hal ini bisa juga berakibat sebaliknya, yakni membawa manusia
moral dalam menghadapi ekses ilmu dan teknologi yang bersifat merusak ini,
yang menginginkan bahwa ilmu harus bersifat netral terhadap nilai-nilai baik
kedua mendasarkan pendapatnya pada beberapa hal yakni Ilmu secara faktual
keilmuwan.
7
Ilmu telah berkembang pesat dan makin eksetoris sehingga ilmuwan telah
dapat mengubah manusia dan kemanusiaan yang paling hakiki seperti pada
kasus revolusi genetika dan teknik perubahan sosial. Berkenaan dengan nilai
guna ilmu, tak dapat dibantah lagi bahwa ilmu itu sangat bermanfaat bagi
seluruh umat manusia. Dengan ilmu seseorang dapat mengubah wajah dunia.
Berkaitan dengan hal ini, menurut Francis Bacon seperti yang dikutip oleh
kekuasaan itu merupakan berkat atau justru malapetaka bagi umat manusia.
Kalaupun terjadi malapetaka yang disebabkan oleh ilmu, kita tidak bisa
mengatakan bahwa itu merupakan kesalahan ilmu karena ilmu itu sendiri
pula ilmu memiliki sifat netral, ilmu tidak mengenal baik ataupun buruk
C. Landasan Aksiologi
kehidupan manusia dan juga nilai-nilai yang harus dilembagakan pada setiap
dominannya. Aksiologi pada dasarnya bersifat ide dan karena itu ia abstrak
dan tidak dapat disentuh oleh panca indra. Yang dapat ditangkap dari aspek
aksiologis adalah materi atau tingkah laku yang mengandung nilai. Karena itu
8
tidak dapat diuji. Ukurannya sangat subjektif dan objek, kajiannya adalah
soal apakah suatu nilai dekehendaki atau tidak. Berbeda dengan fakta yang
juga abstrak namun dapat diuji dan argumentasi rasional dapat memaksa
orang untuk menerima kebenarannya. Pengukuran benar dan salah dari suatu
(untuk apa) ilmu bagi manusia?”. Dalam konteks ini, dapat ditambahkan
yang dijawab oleh ilmu itu sendiri, melainkan harus dijawab oleh manusia di
balik ilmu itu. Jawabannya adalah bahwa pengetahuan ilmiah harus dibatasi
Namun, jadi, sejauh mana hak kebebasan untuk meneliti? Hal ini merupakan
9
mengenai norma-norma rasional atau yang paling ideal sebagai kriteria. Dari
berbagai corak aliran ini maka hubungan antara nilai dan fakta dapat diselidiki
melalui tiga hal. Pertama, aliran naturalis potsitivisme yang menyatakan tidak
objektifisme logis yang menyatakan bahwa nilai merupakan esensi logis dan
substantif yang tidak ada kaitannya dengan status atau tindakan eksistensi
dalam realitas. Ketiga, aliran objektif metafisis yang menyatakan nilai adalah
norma ideal yang mengandung unsur integral objektif dan aktif dari
kenyataan metafisik.
terkait erat dengan kaitan ilmu dan moral. Hal ini telah lama menjadi bahan
pembahasan para pemikir antara lain Merton, Popper, Russel, dan pemikira
lainnya. Pertanyaan umum yang sering muncul berkenaan dengan hal tersebut
adalah : apakah itu bebas dari sistem nilai ? Ataukah sebaliknya, apakah itu
ilmu harus bersifat netral terhadap sistem nilai. Menurut mereka tugas
10
metafisik keilmuwan, sedangkan dalam penggunaannya, bahkan pemilihan
moral.
Hubungan antara ilmu dengan moral oleh Jujun S. dikaji secara hati-
ilmu dan moral maka pembahasan masalah ini harus didekati dari segi-
segi yang lebih terperinci yaitu segi ontologi, epistemologi, dan aksiologi.
kehidupan.
11
5. Secara aksiologis ilmu harus digunakan dan dimanfaatkan untuk
universal.
cukup bila hanya dibahas dari tinjauan aksiologi semata. Tinjauan ontologis
dan epistemologi diperlukan juga karena azas moral juga mewarnai perilaku
kebenaran ilmiah.
menyatakan bumi bukan merupakan pusat tata surya yang akhirnya harus
dengan mana tingkah laku manusia, institusi atau kebijakan dinilai apakah
sesuai atau menyalahi standar moral. Kriterianya: Logis, bukti nyata yang
lainnya.
dipahami sebagai etika. Dalam bahasa Inggris etika disebut ethic (singular)
12
yang berarti a system of moral principles or rules of behavior. atau suatu
sistem, prinsip moral, aturan atau cara berperilaku. Akan tetapi, terkadang
ethics (dengan tambahan huruf s) dapat berarti singular. Jika ini yang
dimaksud maka ethics berarti the branch of philosophy that deals with moral
moral. Jika ethics dengan maksud plural (jamak) berarti moral principles that
Dalam bahasa Yunani Kuno, etika berarti ethos, yang apabila dalam
bentuk tunggal mempunyai arti tempat tinggal yang biasa, padang rumput,
kandang, adat, akhlak, watak perasaan, sikap, cara berpikir. Dalam bentuk
jamak (ta etha) artinya adalah adat kebiasaan. Jadi, jika kita membatasi diri
pada asal-usul kata ini, maka “etika” berarti ilmu tentang apa yang biasa
dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan. Arti inilah yang menjadi latar
SM.) sudah dipakai untuk menunjukkan filsafat moral. Etika secara lebih
D. Komponen Aksiologi
1. Etika
13
kebaikan dari tingkah laku manusia menjadi sentral persoalan. Maksudnya
adalah tingkah laku yang penuh dengan tanggung jawab, baik tanggung
perintah- perintah Ilahi atau melindungi apa yang disebut hak-hak kodrati.
bahwa sesuatu yang baik adalah yang berguna secara praktis dalam
kehidupan. Ukuran kebenaran suatu teori adalah kegunaan praktis teori itu,
Etika berada dalam setiap faktor kehidupan manusia, meski tidak selalu
14
humas, jurnalistik, pers, dan sebagainya. Masing-masing mempunyai etika
masing-masing yang satu dengan lainnya tidak akan sama karena objek
kajiannya berbeda.
mempelajari nilai dan landasan bagi penerapannya. Hal ini pantas atau
tidak pantas, baik atau buruk. Sebuah etika tidak akan lagi mempersoalkan
namun kemudian kita tidak dapat mengatakan bahwa sebuah etika akan
seseorang apa yang harus dilakukannya pada situasi tertentu. Teori etika
Tidak akan dapat dikatakan bahwa etika adalah sesuatu yang benar
dan tidak benar, tetapi etika lebih memandang pada pertimbangan yang
relevan untuk suatu alasan berkaitan dengan tindakan yang akan diambil
oleh seseorang. Bukan berarti bila seseorang berperilaku tidak pantas itu
adalah salah dan berperilaku pantas itu benar, tetapi sejauh mana alasan
perkataan etis dan tidak etis sering sekali kita jumpai dalam peristiwa
15
Namun demikian, suatu etika bersifat relatif atau tidak mutlak, yang
berarti bahwa dalam waktu yang berbeda dan tempat yang berbeda untuk
satu etika dengan subjek sama, tidak akan mungkin sama persis. Kita
contohkan ketika kita melihat budaya kumpul kebo pada budaya barat,
yang etis dan wajar-wajar saja, tetapi dalam budaya timur seperti
Indonesia, kumpul kebo dianggap sebagai sesuatu yang tidak etis atau
Madura adalah suatu ungkapan etis, tetapi bagi masyarakat di luar itu
2. Estetika
akan menyangkut perasaan, dan perasaan ini adalah perasaan indah. Nilai
juga isi atau makna yang dikandungnya. Dengan demikian sebuah estetika
sepihak. Sebagai ilustrasi bahwa wanita cantik belum tentu indah, karena
16
pagi itu sendiri tidak indah tetapi kita mengalaminya dengan perasaan
nikmat.
menjadi sifat objek itu, artinya memandang keindahan sebagai sifat objek
yang lain dalam hal komunikasi. Komunikasi juga dapat dilihat dari sisi
majalah, serta menampilkan teras berita yang menarik dan mengena untuk
kisah berita. Ia adalah ilmu yang mencakup asas-asas yang dapat diuji
17
E. Kegunaan Aksiologi
salah jika banyak orang mengatakan bahwa ilmu sudah tidak berpihak
terjadinya revolusi industri pada akhir abad 19, yang bermula di Inggris.
18
teknologi telah meningkatkan kemampuan manusia untuk mengelola alam
bukan mustahil justru menjadi bumerang bagi kemanusiaan itu sendiri, dan
memanfaatkan ilmu. Banyak orang mulai bertanya untuk apa ilmu itu
harus dipergunakan dan ke arah mana ilmu harus diarahkan. Tentu untuk
menjawab pertanyaan ini orang harus melihat lagi tentang hakikat moral.
umat.
banyak dibahas antara lain bahwa apakah selalu ilmu itu bebas nilai atau
tidak bebas nilai. Tentu tidak ada orang yang meragukannya kalau ilmu itu
ilmu sebagai sebuah nilai adalah sesuatu yang bernilai dan masih bebas
19
ilmuwan, ia menjadi tidak bebas nilai, hal ini disebabkan sejauh mana
moral yang ada pada ilmuwan untuk bertanggung jawab terhadap ilmu
yang dimilikinya akan menyebabkan ilmu itu menjadi baik atau menjadi
buruk.
hakikat ilmu. Banyak peran yang menjadi tanggung jawab sosial terhadap
ilmu yang dimiliki. Sikap sosial ilmuwan harus selalu konsisten dengan
lain:
perhatian.
yang dianggap cukup penting dalam filsafat ilmu, terutama sekali jika kita
kaitkan dengan pertanyaan apakah ilmu bebas nilai atau tidak. Dalam
20
membahas ini, antara paham positivisme yang menganggap bahwa ilmu
harus bebas nilai. Di pihak lain ada juga yang beranggapan bahwa ilmu
berdampak bahwa kegiatan ilmiah berjalan atas dasar hakikat ilmu itu
aksiologis.
Berkenaan dengan nilai guna ilmu, baik itu ilmu umum maupun ilmu
agama, tak dapat dibantah lagi bahwa kedua ilmu itu sangat
21
mengubah wajah dunia. Berkaitan dengan hal ini, menurut Francis Bacon
disebabkan oleh ilmu, kita tidak bisa mengatakan bahwa itu merupakan
kesalahan ilmu karena ilmu itu sendiri merupakan alat bagi manusia untuk
mencapai kebahagiaan hidup, lagi pula ilmu memiliki sifat netral, ilmu
dalam menggunakannya.
ilmu itu digunakan, kita dapat memulainya dengan melihat filsafat sebagai
dunia atau ikut mendukung suatu ide yang membentuk suatu dunia, atau
22
c. Filsafat sebagai metodologi dalam memecahkan masalah. Dalam hidup
ini kita menghadapi banyak masalah. Bila ada batu di depan pintu,
setiap keluar dari pintu itu kaki kita tersandung maka dapat
enak bila masalah masalah itu dapat diselesaikan. Ada banyak cara
paling rumit. Bila cara yang digunakan amat sederhana maka biasanya
kehidupan manusia
23
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
kawasan simbolik atau pun fisik material. Lebih dari itu nilai-nilai juga
ditunjukkan oleh aksiologi ini sebagai suatu conditio sine qua non yang wajib
logika akan diperoleh sebuah keruntutan. Etika akan berbicara mengenai nilai
kebenaran, yaitu antara yang pantas dan tidak pantas, antara yang baik dan
tidak baik. Adapun estetika akan mengupas tentang nilai keindahan atau
24
DAFTAR PUSTAKA
http://ojs.umsida.ac.id/index.php/kanal
Azwar, W., & Muliono. (2020). Filsafat Ilmu: Cara Mudah Memahami Filsafat
Hakim, A. A., & Sabeni, B. A. (2018). Filsafat Umum dari Metologi sampai
id.wikipedia.org. (2020, April 27). Aksiologi. Retrieved April 27, 2020, from
kbbi.web.id. (2020, April 27). aksiologi. Retrieved April 27, 2020, from Kamus
https://kbbi.web.id/aksiologi
Sanprayogi, M., & Chaer, M. T. (2017, Juli). Aksiologi Filsafat Ilmu dalam
25
26