Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH FILSAFAT HUKUM

AKSIOLOGI HUKUM
Dosen Pengampu :
Ichwan Ahnaz Alamudi, S.H, M.H

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 7

Noor Khaliza Utami 220102030098


Siti Noormala 220102030097
Ibnu Rizkan Gynastiar 220102030002

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI ANTASARI BANJARMASIN


FAKULTAS SYARIAH
JURUSAN HUKUM TATANEGARA
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah subhanahu wa ta’ala, karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul Aksiologi Hukum.
Makalah ini diajukan guna memenuhi mata kuliah Filsafat Hukum.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini masih
jauh dari sempurna, oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun
sangat diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini memberikan informasi yang bermanfaat untuk
pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Banjarmasin, 13 November 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

BAB I .................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1
A. Latar Belakang.......................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................................... 1
C. Tujuan Penelitian...................................................................................................... 1
BAB II ................................................................................................................................. 2
PEMBAHASAN ................................................................................................................. 2
A. Aksiologi Hukum ................................................................................................... 2
A. Filsafat Tingkah Laku (Etika) .......................................................................... 3
B. Filsafat Seni (Estetika) ...................................................................................... 4
C. Nilai-nilai Dasar dalam Hukum ....................................................................... 6
BAB III ............................................................................................................................... 9
PENUTUP .......................................................................................................................... 9
A. Kesimpulan............................................................................................................. 9
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 10

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ilmu merupakan sesuatu yang paling penting bagi manusia, karena dengan
ilmu semua keperluan dan kebutuhan manusia bisa terpenuhi secara cepat dan
mudah. Dan merupakan kenyataan yang tak dapat dimungkiri bahwa peradaban
manusia sangat berhutang pada ilmu. Ilmu telah banyak mengubah wajah dunia
seperti hal memberantas penyakit, kelaparan. kemiskinandan berbagai wajah
kehidupan yang sulit lainnyaDengan kemajuan ilmu juga manusia bisa
merasakan kemudahan lainnya seperti transportasipemukiman, pendidikan,
komunikasidan lain sebagainyaSingkatnya ilmu merupakan sarana untuk
membantu manusia dalam mencapai tujuan hidupnya.
Aksiologi merupakan bagian dari filsafat ilmu yang mempertanyakan
bagaimanana manusia menggunakan ilmunya. Aksiologi adalah istilah yang
berasal dari bahasa Yunani axios yang artinya nilai dan logosartinya teori atau
ilmu. Jadi aksiologi adalah teori tentang nilai dalam berbagai bentuk. Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia aksiologi adalah kegunaan ilmu pengetahuan
bagi kehidupan manusia tentang nilai-nilai khususnya etika.
Pembahasan aksiologi menyangkut masalah nilai kegunaan ilmuIlmu tidak
bebas nilaiArtinya pada tahap-tahap tertentu kadang ilmu harus disesuaikan
dengan nilai-nilai budaya, moral suatu masyarakat, sehingga nilai kegunaan ilmu
tersebut dapat dirasakan oleh masyarakat dalam usahanya meningkatkan
kesejahteraan bersama bukan sebaliknya menimbulkan bencana.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan aksiologi hukum ?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk Mengetahui Dan Memahami Apa yang dimaksud dengan aksiologi
hukum.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Aksiologi Hukum
Istilah aksiologi berasal dari perkatan axios bahasa Yunani yang berarti
nilai/value, dan logos yang berarti ilmu atau teori. Jadi, aksiologi adalah "teori
tentang nilai" Nilai yang dimaksud adalah sesuatu yang dimiliki manusia untuk
melakukan berbagai pertimbangan tentang apa yang dinilai. Teori tentang nilai
yang dalam filsafat mengacu kepada permasalahan etika dan estetika. 1
Aksiologi adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakikat nilai, yang
umumnya ditinjau dari sudut pandang kefilsafatan. Aksiologi juga menunjukkan
kaidah-kaidah apa yang harus kita perhatikan di dalam menerapkan ilmu ke dalam
praktik.2
Aksiologi memuat pemikiran tentang masalah nilai-nilai termasuk nilai-
nilai tinggi dari Tuhan. Misalnya nilai moral, nilai agama, nilai keindahan
(estetika). Aksiologi ini juga mengandung pengertian lebih luas dari pada etika atau
higher values of life (nilai-nilai kehidupan yang bertaraf tinggi). Aksiologi
memberikan jawaban atas beberapa pertanyaan berikut. Untuk apa pengetahuan
yang berupa itu dipergunakan? Bagaimana kaitan antara cara penggunaan tersebut
dengan kaidah-kaidah moral? Bagaimana penentuan objek yang ditelaah
berdasarkan pilihan-pilihan moral? Bagimana kaitan antara teknik prosedural yang
merupakan operasional metode ilmiah dengan norma-norma moral atau
professional.3
Aksiologi bisa juga disebut sebagai Theory of Law, atau teori nilai. Menurut
Suriasumantri, aksiologi adalah teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari
pengetahuan yang diperoleh. Aksiologi merupakan kegunaan ilmu pengetahuan
bagi kehidupan manusia, kajian tentang nilai-nilai khususnya etika. Jadi, Aksiologi
yaitu bagian dari filsafat yang menaruh perhatian tentang baik dan buruk (good and

1 Mangisi Simanjuntak, Filsafat Hukum Dalam Pelaksanaan Penegakan Hukum Yang Berkeadilan,
(Jakarta, Mitra Wacana Media, 2019), hal. 28
2 Soejono Soemargono, Pengantar Filsafat, (Yogyakarta, Tiara Wacana Yogya, 2004), hal. 319
3 Mangisi Simanjuntak, Op.Cit

2
bad), benar dan salah (right and wrong), serta tentang cara dan tujuan (means and
objective). Aksiologi mencoba merumuskan suatu teori yang konsisten untuk
perilaku etis.4

Menurut Susanto (2011) mengatakan, dalam pendekatan-pendekatan ada dua


kategori dasar aksiologi:

1. objectivism, yaitu penilaian terhadap sesuatu yang dilakukan apa adanya


sesuai dengan keadaan objek yang dinilai.
2. Subjectivism, yaitu penilaian terhadap sesuatu di mana dalam proses
penilaian terdapat unsur institusi (perasaan).

Dari sini muncul empat pendekatan etika, yaitu teori nilai intuitif, teori nilai
rasional, teori nilai alamiah, dan teori nilai emotif. Teori nilai intuitif dan teori nilai
rasional beraliran objektivis, sedangkan teori nilai alamiah dan teori nilai emotif
beraliran subjektivis.5

A. Filsafat Tingkah Laku (Etika)


Bagian aksiologi yang membahas penilaian manusia dari sudut baik dan
jahat dikaji dalam etika. Dalam kehidupan setiap hari manusia sebagai makhluk
sosial berinteraksi dengan sesama manusia dan alam tempat tinggalnya. Sedari
bangun pagi hingga terlelap di malam hari ataupun sebaliknya bagi pekerja malam,
manusia melakukan banyak kegiatan yang tentunya dilakukan demi mencapai
memenuhi kebutuhannya. Dalam kegiatan itulah terdapat nilai-nilai kehidupan
yang disadari ataupun tidak, dipikirkan ataupun tidak, menuntut konsekuensi bagi
si pelaku kegiatan itu.6

Artinya, setiap kegiatan manusia memiliki nilai, dan nilai itu menentukan
kualitas kemanusian setiap orang. Apakah seorang yang masih tertidur di pagi hari,
baru bangun menjelang siang memiliki nilai hidup yang rendah?. Apakah orang

4 Ibid, hal. 29
5 Louis O. Kattsoff, Pengantar Filsafat, (Yogyakarta, Tiara Wacana Yogya, 1992), hal. 331
6 Muhammad Erwin, Filsafat Hukum Refleksi Kritis terhadap hukum dan hukum Indonesia (dalam

dimensi ide dan aplikasi), (Jakarta, PT RajaGrafindo Persada, 2016), hal. 64

3
yang bangun di pagi hari dan bergegas ke pasar memiliki nilai yang tinggi?, semua
tergantung dengan penyebab, maksud dan tujuan kegiatan itu. 7

Menurut Sidi Gazalba, nilai itu bersifat ideal, karena ia abstrak, tidak bisa
ditangkap pancaindra, yang tampak adalah tingkah lakunya sedang nilai terkandung
di dalamnya. Nilai berbeda dengan fakta, fakta berbentuk kenyataan yang ditangkap
pancaindra, sedangkan nilai ditangkap oleh akal dan hati untuk dihayati. 8

Persoalan-persoalan dalam etika di antaranya adalah:

a. apa yang dimaksud baik atau buruk secara moral?;


b. apa syarat-syarat sesuatu perbuatan dikatakan baik secara moral?;
c. bagaimanakah hubungan antara kebebasan kehendak dengan perbuatan-
perbuatan susila?;
d. apa yang dimaksud dengan kesadaran moral?;
e. bagaimanakah peranan suara hati dalam setiap perbuatan manusia?; dan
bagaimanakah pertimbangan moral berbeda dari dan bergantung pada suatu
pertimbangan yang bukan moral?.9

B. Filsafat Seni (Estetika)


Filsafat seni membahas aspek kreativitas seniman, benda seni, nilai- nilai
seni, pengalaman seni atau komunikasi seni, dan resepsi publik seni. Keberadaan
seni ditentukan oleh saling keterkaitan lima aspek, yaitu:

a. persoalan sikap estetik yang di dalamnya dibahas ketidak pamrihan seni dan
jarak estetik;
b. persoalan bentuk formal seni yang meelahirkan berbagai konsep seni yang
muskil;
c. persoalan pengalaman estetik atau pengalaman seni;
d. persoalan nilai-nilai dalam seni; dan

7 Ibid
8 Ibid, hal. 65
9 Ibid, hal.66

4
e. persoalan pengetahuan dalam seni. 10

Apakah keindahan nyaman yang dicari itu?. Keindahan merupakan


perasaan puas baik di pancaindra hingga ke dalam hati. Bayangkan puasnya dan
Leonardo Da Vinci setelah melukis Monalisa. Pelangi yang timbul setelah hujan
sangat indah, namun pelangi di matamu yang terharu jauh lebih indah.11

Penilaian akan sesuatu yang disebut indah pun berbeda-beda, ada yang
menyukai keteraturan sebagai keindahan. Orang menyusun bukunya di satu rak
yang bagus meletakkannya berurutan sesuai abjad. Ada yang menyukai ketidak
teraruran atau acak, orang senang membuat coretan di dinding, menata rambut
seperti tercabik-cabik (jabrik). Keindahan menurut nilai seni adalah hal yang
berhubungan dengan rasa dan selera, dengan hati dan intuisi. Bersifat subjektif yang
menilai, namun bisa menjadi objektif ketika orang yang menilai dengan penuh
cermat mengakui dan bebas dari keberpihakan hati dan selera bahwa objek yang
diamatinya memiliki nilai yang tinggi. 12

bagian yang mengkaji penilaian atas sesuatu dari sudut pandang indah atau
jelek dibahas dalam estetika. Persoalan-persoalan estetis di antaranya sebagai
berikut:

a. apakah keindahan itu?;


b. keindahan bersifat objektif ataukah subjektif?;
c. apa yang merupakan ukuran keindahan?;
d. apa peranan keindahan dalam kehidupan manusia?;
e. bagaimanakah hubungan keindahan dengan kebenaran?.13

10 Ibid, hal. 67
11 Ibid
12 Ibid
13 Ibid, hal. 68

5
C. Nilai-nilai Dasar dalam Hukum
Magnis-Suseno dengan mengutip para ahli Jerman antara lain
Reinhold Zippelius, mengemukakan bahwa terdapat tiga nilai dasar yang
harus direalisir di dalam hukum, yaitu nilai kesamaan, kebebasan dan
solidaritas.14

1. Nilai Kesamaan
Zippelius memandang bahwa eksistensi hukum hanya masuk akal
apabila hukum dapat menjamin nilai kesamaan. Penyelesaian konflik dalam
masyarakat modern tidak lagi didasarkan kepada siapa yang kuat atau siapa
yang lemah, melainkan didasarkan pada kriteria objektif yang berlaku bagi
pihak kuat dan pihak yang lemah. Ini memperlihatkan setiap pihak yang
berlaku untuk pihak tertentu. Dengan demikian, hukum menjamin
kedudukan dipandang sama di hadapan hukum. Hukum berlaku umum,
tidak hanya dasar yang sama bagi setiap anggota masyarakat. 15

Nilai kesamaan dalam etika politik disebut "keadilan". Keadilan


adalah keadaan antar manusia di mana manusia diperlakukan sama dalam
situasi yang sama.Nilai pertama yang harus dijamin oleh hukum adalah
keadilan Pembukaan UUD 1945 menjamin bahwa dalam mencapai tujuan
negara harus lah antara lain berdasarkan keadilan sosial. Keadilan sosial
merupakan keadilan yang pelaksanaannya tergantung dari struktur
ekonomis, politis, budaya, ideologis. Struktur-struktur tersebut merupakan
struktur kekuasaan yang menyebabkan segolongan orang tidak dapat
memperoleh apa yang menjadi hak mereka atau tidak dapat bagian yang
wajar dari harta kekayaan dan hasil pekerjaan masyarakat secara
keseluruhan. 16

14 Ibid, hal. 183


15 Ibid
16 Ibid, hal. 184

6
2. Nilai kebebasan
Inti kebebasan ialah bahwa baik setiap orang atau kelompok orang
berhak untuk mengurus dirinya sendiri lepas dari dominasi pihak lain
Kebebasan tidak berarti orang berhak hidup menurut kemauannya sendiri
secara hakiki manusia itu adalah individu yang bersifat sosial, di mana ia
hidup dalam suatu jaringan dengan manusia lain dan dengan demikian ia
harus memerhatikan serta tergantung pada orang lain. Dengan demikian,
kebebasannya dibatasi oleh kebebasan pihak lainSecara sederhana dapat
dikatakan bahwa kebebasan itu adalah kebebasan untuk mengurus diri
sendiri lepas dari campur tangan si kuat yang dipaksakan secara sewenang-
wenang. Kebebasan mengurus diri sendiri merupakan hak asasi universal.
Kebebasan ini pertama kali diperjuangkan oleh kaum liberal yang pada
mulanya berusaha untuk melindungi kehidupan pribadi dari campur tangan
yang dipaksakan oleh pihak lain. Nilai kebebasan mencakup hak untuk
hidup, kebutuhan jasmani, kebebasan mencakup hak untuk hidup,
kebutuhan jasmani, kebebasan bergerak, mengurus rumah tangga sendiri,
hak memilih pekerjaan dan tempat tinggal, kebebasan berpikir, berkumpul
dan berserikat.17

Nilai kebebasan yang harus direalisasikan oleh hukum ini


mengakibatkan adanya pembatasan terhadap tugas-tugas negara yaitu
menyelenggarakan kesejahteraan umum, sehingga dalam melaksanakan
tugas tidak melanggar nilai kebebasan. Kesejahteraan umum adalah syarat-
syarat atau kondisi-kondisi yang perlu disediakan oleh negara untuk
masyarakat, sehingga individu- individu, keluarga-keluarga dan kelompok-
kelompok dapat memanfaatkannya untuk mencapai kesejahteraan masing-
masing Negara sendiri tidak boleh secara langsung mensejahterakan
rakyatnya, melainkan membantu orang untuk mencapai sejahtera. Yang
dapat merasa kesejahteraan masing-masing itu hanya yang bersangkutan.

17 Ibid, hal. 185

7
Negara tidak memiliki kemampuan untuk merasakan kesejahteraan masing-
masing itu. 18

3. Kebersamaan
Hukum adalah institusional dari kebersamaan manusia sebagai
makhluk sosial, manusia secara hakiki harus hidup bersama. Untuk itu ia
memerlukan tatanan hukum untuk mengatur hubungannya dengan sesama
manusia. pembatasan kebebasannya untuk memberikan ruang gerak kepada
pihak lain merupakan pengakuan institusional terhadap solidaritas sesama
manusia ungkapan franternite, persaudaraan dan keadilan sosial adalah
istilah modern dari solidaritas.19
Pengakuan terhadap solidaritas atau kesetiakawanan ini
mengharuskan tatanan hukum untuk menunjang sikap sesama anggota
masyarakat sebagai senasib dan sepenanggungan. Oleh karena itu, tatanan
hukum mewajibkan kita untuk bertanggung jawab atas kita semua, tidak
boleh ada di antaranya dibiarkan menderita, apalagi dikorbankan demi
kepentingan orang lain.20

18 Ibid, hal.186
19 Ibid, hal. 186-187
20 Ibid, hal. 187

8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Aksiologi hukum membahas teori tentang nilai, termasuk nilai moral,
agama, dan keindahan. Ini mengeksplorasi kaitan antara pengetahuan, moral, dan
norma-norma profesional. Terdapat dua kategori dasar aksiologi: objectivism dan
subjectivism, yang menciptakan empat pendekatan etika. Filsafat tingkah laku
(etika) membahas penilaian manusia terhadap baik dan buruk, sedangkan filsafat
seni (estetika) membahas kreativitas seniman, nilai-nilai seni, dan pengalaman seni.
Nilai-nilai dasar dalam hukum, menurut Magnis-Suseno, melibatkan
kesamaan, kebebasan, dan solidaritas sebagai nilai-nilai esensial yang harus
direalisasikan dalam sistem hukum. Keadilan, kebebasan, dan kebersamaan
menjadi landasan untuk memahami nilai-nilai dalam konteks hukum.

9
DAFTAR PUSTAKA

Kattsoff Louis O, Pengantar Filsafat, (Yogyakarta, Tiara Wacana Yogya, 1992)

Erwin Muhammad, Filsafat Hukum Refleksi Kritis terhadap hukum dan hukum
Indonesia (dalam dimensi ide dan aplikasi), (Jakarta, PT RajaGrafindo
Persada, 2016)
Simanjuntak Mangisi, Filsafat Hukum Dalam Pelaksanaan Penegakan Hukum
Yang Berkeadilan, (Jakarta, Mitra Wacana Media, 2019)

Soemargono Soejono, Pengantar Filsafat, (Yogyakarta, Tiara Wacana Yogya,


2004),

10

Anda mungkin juga menyukai