Anda di halaman 1dari 12

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG..............................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH..........................................................................................1
C. TUJUAN...................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................2
A. PENGERTIAN AKSIOLOGI...................................................................................2
B. KATEGORI DASAR AKSIOLOGI.........................................................................2
C. PENGERTIAN ILMU DAN MORAL.....................................................................4
D. NILAI KEGUNAAN ILMU.....................................................................................6
E. SIKAP DAN TANGGUNG JAWAB ILMUAN......................................................8
BAB III PENUTUP............................................................................................................10
A. KESIMPULAN........................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang dari waktu
ke waktu membawa manusia kepada zaman yang lebih modern dan juga
membuat manusia menjadi lebih mudah dalam berbagai hal. Namun pada
setiap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi akan selalu timbul

1
masalah baru yang berkaitan dengan pemanfaatan dari ilmu pengetahuan
dan teknologi tersebut.
Seperti yang telah kita ketahui dalam sejarah kemanusiaan telah
banyak dampak negatif dari penggunaan teknologi, contoh yang terburuk
yang mungkin diketahui banyak orang adalah penggunaan ilmu fisika
nuklir untuk senjata pembunuh masal dalam Perang Dunia II.
Pada dasarnya ilmu pengetahuan dan teknologi adalah untuk
memudahkan manusia dan bukan untuk membuat kesengsaraan. Semoga
dengan pembahasan ini kita sebagai manusia yang berakal dan memiliki
hati nurani menjadi lebih bijak dalam penggunaan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud aksiologi?
2. Apa saja kategori dasar aksiologi?
3. Apa yang dimaksud ilmu dan moral?
4. Apa saja kegunaan aksiologi ilmu?
5. Apa saja sikap dan tanggung jawab ilmuwan?
C. Tujuan
1. Untuk memahami arti dan maksud dari aksiologi.
2. Untuk menyebutkan dan menjelaskan kategori dasar aksiologi.
3. Untuk memahami maksud dan arti ilmu dan moral.
4. Untuk mengetahui dan memahami kegunaan aksiologi ilmu.
5. Untuk memahami sikap dan tanggung jawab ilmuwan.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Aksiologi
Secara etimologis, aksiologi berasal dari kata ’’axios’’ (Yunani)
yang berarti ”nilai”, dan “logos” yang berarti ”teori”. Jadi aksiologis
adalah teori tentang nilai. (Burhanuddin Salam, 1997). Menurut Jujun S.

2
Sumantri ”aksiologi adalah teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan
dari pengetahuan yang diperoleh”. Sejalan dengan itu Wibisono
menyatakan “aksiologi adalah nilainilai (value) sebagai tolak ukur
kebenaran (ilmiah), etik, dan moral sebagai dasar normatif dalam
penelitian dan penggalian, serta penerapan ilmu. Jadi  aksiologi adalah
bagian dari filsafat yang menaruh perhatian tentang baik dan buruk (good
and bad), benar dan salah (right and wrong), serta tentang cara dan tujuan
(means and and). Aksiologi mencoba merumuskan suatu teori yang
konsisten untuk perilaku etis. Menurut Bramel Aksiologi terbagi tiga
bagian :
a. Moral Conduct, yaitu tindakan moral, Bidang ini melahirkan
disiplin khusus yaitu etika.
b. Estetic expression, yaitu ekspresi keindahan, bidang ini melahirkan
keindahan.
c. Socio-politcal life, yaitu kehidupan sosial politik, yang akan
melahirkan filsafat sosial politik.
B. Kategori Dasar Aksiologi
Menurut Susanto (2011) mengatakan, ada dua kategori dasar aksiologi :
1. Obyectivism, yaitu penilaian terhadap sesuatu yang dilakukan apa
adanya sesuai keadaan objek yang dinilai.
2. Subyectivism, yaitu penilaian terhadap sesuatu dimana dalam
proses penilaian terdapat unsur intuisi (perasaan).

Dari sini muncul empat pendekatan etika, yaitu :


1. Teori Nilai Intuitif (The Intuitive Theory of Value)
Menurut teori ini, sangat sukar jika tidak bisa dikatakan
mustahil untuk mendefinisikan suatu perangkat nilai yang absolut.
Bagaimanapun juga suatu perangkat nilai yang absolut itu eksis
dalam tatanan yang bersifat obyektif. Nilai ditemukan melalui
intuisi karena ada tatanan moral yang bersifat baku. Mereka

3
menegaskan bahwa nilai eksis sebagai piranti obyek atau menyatu
dalam hubungan antar obyek, dan validitas dari nilai tidak
bergantung pada eksistensi atau perilaku manusia. Sekali seseorang
menemukan dan mengakui nilai tersebut melalui proses intuitif, ia
berkewajiban untuk mengatur perilaku individual atau sosialnya
selaras dengan preskripsi moralnya.
2. Teori Nilai Rasional (The Rational Theory of Value)
Menurut teori ini, janganlah percaya pada nilai yang
bersifat obyektif dan murni independent dari manusia. Nilai
tersebut ditemukan sebagai hasil dari penalaran manusia. Fakta
bahwa seseorang melakukan suatu yang benar ketika ia tahu
dengan nalarnya bahwa itu benar, sebagai fakta bahwa hanya orang
jahat atau yang lalai yang melakukan sesuatu berlawanan dengan
kehendak atau wahyu tuhan. Jadi dengan nalar atau peran tuhan
nilai ultimo, obyektif, absolut yang seharusnya mengarahkan
perilakunya.
3. Teori Nilai Alamiah (The Naturalistic Theory f Value)
Menurut teori ini, nilai diciptakan manusia bersama dengan
kebutuhan-kebutuhan dan hasrat-hasrat yang dialaminya. Nilai
adalah produk biososial, artefak manusia, yang diciptakan, dipakai,
diuji oleh individu dan masyarakat untuk melayani tujuan
membimbing perilaku manusia. Pendekatan naturalis mencakup
teori nilai instrumental dimana keputusan nilai tidak absolut tetapi
bersifat relative. Nilai secara umum hakikatnya bersifat subyektif,
bergantung pada kondisi manusia.
4. Teori Nilai Emotif (The Emotive Theory Of Value)
Jika tiga aliran sebelumnya menentukan konsep nilai
dengan status kognitifnya, maka teori ini memandang bahwa
konsep moral dan etika bukanlah keputusan faktual tetapi hanya
merupakan ekspresi emosi dan tingkah laku. Nilai tidak lebih dari
suatu opini yang tidak bisa diverivikasi, sekalipun diakui bahwa
penelitian menjadi bagian penting dari tindakan manusia.

4
Teori nilai intuitif dan teori nilai rasional beraliran obyektivis
sedangkan teori nilai alamiah dan teori nilai emotif beraliran subyektivis.

C. Ilmu Dan Moral


Menurut kamus besar bahasa indonesia, ilmu adalah pengetahuan
tentang sesuatu bidang disusun secara bersistem menurut metode tertentu
yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala tertentu dibidang
pengetahuan ilmu. Ilmu bukan sekedar pengetahuan tetapi merangkum
sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat
secara sistematik diuji dengan seperangkat metode yang diakui dalam
bidang tertentu.
Sedangkan kata moral berasal dari bahasa latin yaitu, mos yang
berarti kebiasaan. Moral berasal dari bahasa latin yaitu, moralitas adalah
istilah manusia menyebut manusia atau orangl lainnya dalam tindakan
yang memepunyai nilai positif. Moral juga dapat diartikan sebagai sikap,
perilaku, tindakan, kelakuan yang dilakukan seseorang pada saat mencoba
melakukan sesuatu berdasarkan pengalaman. Sedangkan manusia yang
tidak memiliki moral disebut amoral artinya dia tidak bermoral. Yang
tidak memiliki nilai positif dimata manusia lainnya sehingga moral adalah
mutlak yang harus dimiliki manusia.
Asal usul yang melatar belakangi filsafat moral adalah istilah etika
yang dipakai aristoteles. Etika bersal dari bahasa yunani kuno etika yaitu
etos sedangkan jamaknya taeta. Etos mempunyai banyak arti yaitu tempat
tinggal yang biasa, kebiasaan atau adat, akhlak, watak, perasaan, sikap,
cara berfikir. Sedangkan arti dari taeta yaitu adat kebiasaan.
Ilmu merupakan unsur dari pengetahuan manusia karena dengan
ilmu manusia dapat memenuhi kebutuhannya secara praktis sehingga ilmu
merupakan alat atau sarana untuk menulong hidup manusia dalam
mencapai tujuan hidupnya. Setiap ilmu pengetahuan akan menghasilkan
teknologi yang kemudian akan diterapkan pada masyarakat. Teknologi
dapat diartikan sebagai penerapan konsep ilmiah dalam memecahkan
masalah praktis baik yang berupa perangkat keras maupun perangkat
lunak. Dalam tahap ini ilmu tidak hanya menjelaskan gejala alam untuk

5
tujuan pengertian atau pemahaman namun lebih jauh lagi memanipulasi
faktor-faktor yang terkait dalam gejala tersebut untuk mengontrol dan
mengarahkan proses yang terjadi. Disinilah masalah moral muncul
kembali namun dal;am kaitannya dengan faktor lain, kalau dalam
kontempolasi moral berkaitan dengan metafisika maka dalam tahap
manipulasi ini masalah moral berkaitan dengan cara penggunaan ilmu
pengetahuan atau secara filsafati dalam tahap penerapan konsep terdapat
masalah moral ditinjau dari segi aksiologi keilmuan. Ilmu pengetahuan
merupakan lanjutan konsepsional dari ciri “ingin tahu” sebagai kodrat
manusiawi. Tetapi ilmu pengetahuan itu menuntut persyaratan-persyaratan
khusus dalam pengaturannya (Bakker, 1990).
Teori tentang nilai dalam filsafat membahas tentang etika dan
estetika dimana makna etika mempunyai dua rati yaitu merupakan suatu
kumpulan pengetahuan mengenai penilaian terhadap perbuatan manusia
dan suatu predikat yang dipakai untuk emmebedakan perbuatan tingkah
laku atau yang lainnya. Nilai atau value dapat bersifat objektif kadang-
kadang bersifat subjektif. Dikatakan objektif jika nilai-nilai tersebut tidak
bergantung pada sabjek atau kesadaran yang menilai. Salah satu nilai
kegunaan ilmu yaitu dapat bermanfaat bagi seluruh umat manusia. Tugas
filsafat ilmu pengetahuan adalah membuka pikiran kita untuk mempelajari
dengan serius proses logis dan imajinatif dalam kerja ilmu pengetahuan
(Keraf, 2011).
Setiap ilmu pengetahuan akan menghasilkan teknologi yang
kemudian akan diterapkan pada masyarakat. Teknologi dapat diartikan
sebagai penerapan konsep ilmiah dalam memecahkan masalah-masalah
praktis baik yang berupa perangkat keras (hardware) maupun perangkat
lunak (software). Dalam tahap ini ilmu tidak hanya menjelaskan gejala
alam untuk tujuan pengertian dan pemahaman, namun lebih jauh lagi
memanipulasi faktor-faktor yang terkait dalam gejala tersebut untuk
mengontrol dan mengarahkan proses yang terjadi. Di sinilah masalah
moral muncul kembali namun dalam kaitannya dengan faktor lain. Kalau
dalam tahap kontempolasi moral berkaitan dengan metafisika maka dalam

6
tahap manipulasi ini masalah moral berkaitan dengan cara penggunaan
ilmu pengetahuan. Atau secara filsafati dalam tahap penerapan konsep
terdapat masalah moral ditinjau dari segi aksiologi keilmuwan
(Endrotomo, 2004).
Menurut Bakhtiar (2010) bahwa Berdasarkan sejarah tradisi islam
ilmu tidaklah berkembang pada arahyang tak terkendai, tetapi ia harus
bergerak pada arah maknawi dan umat berkuasa untuk mengendalikannya.
Kekuasaan anusia atas ilmu pengetahuan harus mendapat tempat yang
utuh, eksistensi ilmu pengetahuan bukan “melulu” untuk mendesak
kemanusiaan, tetapi kemanusiaanlah yang menggenggam ilmu
pengetahuan untuk kepentingan dirinya dalam rangka penghambaan diri
kepada sang pencipta.
D. Nilai Kegunaan Ilmu
Nilai subjektif dapat bersifat subjektif dan objektif. Nilai dapat
bersifat subjektif jika selalu memperhatikan berbagai pandangan yang
dimiliki akal budi manusia, seperti perasaan, intelektualitas. Hasil nilai
subjektif selalu akan mengarah kepada suka atau tidak suka, senang atau
tidak senang. Misalnya, seorang melihat matahari yang sedang terbenam
disore hari. Akibat yang dimunculkannya adalah menimbulkan rasa
senang karena melihat betapa indahnya matahari terbenam itu. Ini
merupakan nilai yang subjektif dari seseorang dengan orang lain memiliki
kualitas yang berbeda. Sedangkan Nilai objektif muncul karena adanya
pandangan dalam filsafat tentang objektivisme. Objektivisme ini
didasarkan suatu gagasan berada pada objeknya, sesuatu yang memiliki
kadar secara realitas benar-benar ada. Misalnya, kebenaran tidak
tergantung pada pendapat individu, melainkan pada obyektivitas fakta.
Dalam Encyslopedia of philosophy dijelaskan aksiologi disamakan
dengan value and valuation :
1. Nilai digunakan sebagai kata benda abstrak, Dalam pengertian
yang lebih sempit seperti baik, menarik dan bagus. Sedangkan
dalam pengertian yang lebih luas mencakup sebagai tambahan
segala bentuk kewajiban, kebenaran dan kesucian.

7
2. Nilai sebagai kata benda konkret. Contohnya ketika kita berkata
sebuah nilai atau nilai-nilai. Ia sering dipakai untuk merujuk
kepada sesuatu yang bernilai, seperti nilainya atau nilai dia, dan
sistem nilai dia. Kemudian dipakai untuk apa-apa yang memiliki
nilai atau bernilai sebagaimana berlawanan dengan apa-apa yang
tidak dianggap baik atau bernilai.
3. Nilai juga digunakan sebagai kata kerja dalam ekspresi menilai,
memberi nilai atau dinilai.

Dari definisi aksiologi di atas, terlihat dengan jelas bahwa


permasalahan utama adalah mengenai nilai. Nilai yang dimaksud adalah
sesuatu yang dimiliki manusia untuk melakukan berbagai pertimbangan
tentang apa yang dinilai. Teori tentang nilai yang dalam filsafat mengacu
pada masalah etika dan estetika.

Terkait dengan nilai etika atau moral, sebenarnya ilmu sudah


terkait dengan masalah-masalah moral, namun dalam perspektif yang
berbeda. Nilai menyangkut sikap manusia untuk menyatakan baik atau
jelek, benar atau salah, diterima atau ditolak. Dengan demikian manusia
memberikan konfirmasi mengenai sejauh mana manfaat dari obyek yang
dinilainya. Demikian juga terhadap ilmu.

Nilai kegunaan ilmu, untuk mengetahui kegunaan filsafat ilmu atau


untuk apa filsafat ilmu itu digunakan, kita dapat memulainya dengan
melihat filsafat sebagai tiga hal, yaitu:
1. Filsafat sebagai kumpulan teori digunakan memahami dan
mereaksi dunia pemikiran. Jika seseorang hendak ikut membentuk
dunia atau ikut mendukung suatu ide yang membentuk suatu dunia,
atau hendak menentang suatu sistem kebudayaan atau sistem
ekonomi, atau sistem politik, maka sebaiknya mempelajari teori-
teori filsafatnya. Inilah kegunaan mempelajari teori-teori filsafat
ilmu.
2. Filsafat sebagai pandangan hidup. Filsafat dalam posisi yang kedua
ini semua teori ajarannya diterima kebenaranya dan dilaksanakan

8
dalam kehidupan. Filsafat ilmu sebagai pandangan hidup gunanya
ialah untuk petunjuk dalam menjalani kehidupan.
3. Filsafat sebagai metodologi dalam memecahkan masalah. Dalam
hidup ini kita menghadapi banyak masalah. Bila ada batui didepan
pintu, setiap keluar dari pintu itu kaki kita tersandung, maka batu
itu masalah. Kehidupan akan dijalani lebih enak bila masalah
masalah itu dapat diselesaikan. Ada banyak cara menyelesaikan
masalah, mulai dari cara yang sederhana sampai yang paling rumit.
Bila cara yang digunakan amat sederhana maka biasanya masalah
tidak terselesaikan secara tuntas.penyelesaian yang detail itu
biasanya dapat mengungkap semua masalah yang berkembang
dalam kehidupan manusia.
E. Sikap dan Tanggung Jawab Ilmuan
Ilmu merupakan hasil karya ilmuwan yang dikomunikasikan dan
dikaji secara terbuka oleh masyarakat. Jika hasil karyanya itu memenuhi
syarat – syarat keilmuwan maka pasti akan diterima dan disunakan oleh
masyarakat. Oleh karena itu, ilmuwan memiliki tanggung jawab sosial
yang besar. Tanggung jawab sosial seorang ilmuwan adalah memberikan
perspektif yang benar: untung dan rugi, baik dan buruknya, sehingga
penyelesaian yang objektif dapat dimungkinkan. Hal ini dikarenakan dia
mempunyai fungsi tertentu dalam kelangsungan hidup manusia. Ilmuwan
juga meniliki fungsi untuk ikut bertanggung jawab agar produk keilmuwan
sampai dan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Sikap sosial seorang
ilmuan adalah konsisten dengan proses penelaahan keilmuan yang
dilakukan. Ilmuwan juga harus berusaha mempengaruhi opini masyarakat
berdasarkan pemikirannya. Ilmuwan juga mempunyai cara berpilir yang
berbeda dari masyarakat awam. Masyarakat awam biasanya terpukau oleh
jalan pikiran yang cerdas. Kelebihan seorang ilmuwan juga nampak dalam
cara berpikir yang cermat dan teratur yang menyebabkan dia mempunyai
tanggung jawab sosial.
Tanggung jawab sosial seorang ilmuwan adalah memberikan
perspektif yang benar: untung dan rugi, baik dan buruknya, sehingga

9
penyelesaian yang objektif dapat dimungkinkan. Dibidang etika
tanggungjawab sosial seseorang ilmuwan bukan lagi memberi informasi
namun memberi contoh. Seorang ilmuwan juga harus bersifat obyektif,
terbuka, menerima kritik dan pendapat orang lain, kukuh dalam
pendiriannya, dan berani mengakui kesalahannya. Seorang ilmuwan secara
moral tidak akan membiarkan hasil penelitian atau penemuannya
dipergunakan untuk menindas bangsa lain meskipun yang
mempergunakan bangsanya sendiri.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Seorang ilmuwan mempunyai tanggungjawab agar produk
keilmuwan sampai dan dapat dimanfaatkan dengan baik oleh masyarakat.
Dalam menggunakan ilmu kita harus menggunakannya untuk kepentingan
bersama karena ilmu merupakan alat untuk meningkatkan taraf hidup dan
bermanfaat bagi setiap orang apabila ilmu yang kita dapat digunakan

10
berdasarkan nilai atau etika, kodrat dan martabat manusia. Maka dari itu
kegunaan dan manfaat dari ilmu itu sendiri dikaji dalam aksiologi.
Dimana, Aksiologi adalah kegunaan ilmu pengetahuan bagi kehidupan
manusia. Ilmu menghasilkan teknologi yang diterapkan dan dikembangkan
pada masyarakat. Teknologi dalam perkembangannya dapat menjadi
berkah dan penyelamat bagi manusia, tetapi juga dapat menjadi bencana
bagi manusia.

DAFTAR PUSTAKA

Bakhtiar, amsal. 2010. Filsafat Ilmu. Jakarta:Rajawali pers.

Bakker, Anton, dkk. 1990. Metodologi Penelitian Filsafat. Yogyakarta: Kanisius.

Endrotomo. 2004. Ilmu dan Teknologi. Information System ITS.

Keraf, A. Sonny, dkk. 2001. Ilmu Pengetahuan sebuah tinjauan filosofis.

11
Yogyakarta: Kanisius.

Latif, Mukhtar. 2016. Orientasi Ke Arah Pemahaman Filsafat Ilmu. Jakarta :


Kencana Prenadamedia Group

S. Suriasumantri, Jujun. 1996. Filsafat ilmu sebuah pengantar populer. Jakarta :


Pustaka Sinar Harapan.

12

Anda mungkin juga menyukai