KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................2
C. Tujuan Makalah............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
A. Pengertian Moral...........................................................................................3
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................11
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu pengetahuan merupakan salah satu hal penting yang harus dimiliki dalam
kehidupan manusia. Dengan ilmu semua keperluan dan kebutuhan manusia bisa
terpenuhi secara lebih cepat dan lebih mudah. Perkembangan ilmu pengetahuan
juga begitu pesat, seiring banyak nya tuntutan keperluan hidup manusia. Ilmu
telah banyak mengubah wajah dunia seperti hal memberantas penyakit, kelaparan
kemiskinan dan berbagai kehidupan yang sulit lainnya. Setiap ilmu pengetahuan
akan menghasilkan teknologi yang kemudian akan diterapkan pada masyarakat.
Proses ilmu pengetahuan menjadi sebuah teknologi yang benar – benar dapat
dimanfaatkan oleh masyarakat tentu tidak terlepas dari si ilmuannya. Seorang
ilmuwan akan dihadapkan pada kepentingan – kepentingan pribadi atau
kepentingan masyarakat akan membawa pada persoalan etika keilmuan serta
masalah bebas nilai. Untuk itulah tanggung jawab seorang ilmuwan haruslah
dipupuk dan berada pada tempat yang tepat, tanggung jawab akademis dan
tanggung jawab moral.
Masalah moral dalam menghadapi akses ilmu yang bersifat merusak, para
ilmuwan terbagi kedalam dua golongan pendapat. Golongan pertama
menginginkan bahwa ilmu harus bersifat netral terhadap nilai – nilai baik itu
secara ontologis maupun aksiologis. Dalam hal ini tugas ilmuwan adalah
menemukan pengetahuan dan terserah kepada orang lain untuk
mempergunakannya. Golongan kedua berpendapat bahwa netralits ilmu terhadap
nilai – nilai hanyalah terbatas pada metafisik keilmuwan, sedangkan dalam
penggunaannya, bahkan pemilihan obyek penelitian, maka kegiatan ilmuwan
harus berlandaskan asas – asas moral.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada makalah ini adalah;
C. Tujuan Makalah
Adapun makalah ini ini dibuat guna mengetahui pengertian moral dan ilmu
pengetahuan, hubungan antara moral dengan ilmu pengetahuan serta mengetahui
apa saja tanggung jawab moral sebagai seorang ilmuwan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Moral
Menurut Surajiyo, moral berasal dari kata Latin mos jamaknya mores yang
berarti adat atau cara hidup. Etika dan moral sama artinya, tetapi dalam penilaian
sehari – hari ada sedikit perbedaan. Moral atau moralitas dipakai untuk perbuatan
yang sedang dinilai. Adapun etika dipakai untuk pengkajian sistem nilai yang ada.
Sementara itu menurut pandangan Ihsan, kata moral dalam bahasa Yunani sama
dengan ethos yang melahirkan etika. Sebagai caang filsafat, etika sangat
menekankan pendekatan yang kritis dalam melihat nilai (takaran, harga, angka
kepandaian, kadar/mutu, sifat – sifat yang penting/berguna) dan moral tersebut
serta permasalahan – permasalahan yang timbul dalam kaitan dengan nilai dan
moral itu.
Moralitas adalah istilah manusia menyebut pada manusia atau orang lain
dalam tindakan yang mempunyai nilai positif. Manusia yang tidak memiliki moral
disebut amoral artinya manusia yang tidak bermoral dan tidak memiliki nilai
positif dimata manusia lainnya. Moral secara ekplisit adalah hal – hal yang
berhubungan dengan proses sosialisasi individu, tanpa moral manusia tidak bisa
melakukan proses sosialisasi. Moral dalam zaman sekarang mempunyai nilai
implisit karena banyak orang yang mempunyai moral atau sikap amoral itu dari
sudut pandang yang sempit.
a. Menyangkut kegiatan – kegiatan yang dipandang baik atau buruk, benar atau
salah tepat atau tidak tepat.
b. Sesuai dengan kaidah – kaidah yang diterima, menyangkut apa yang dianggap
benar dan baik, adil dan pantas.
c. Memiliki;
- Kemampuan untuk diarahkan oleh (dipengaruhi oleh) keinsyafan benar
atau salah.
- Kemampuan untuk mengarahkan orang lain sesuai dengan kaidah –
kaidah perilaku nilai benar dan salah.
d. Menyangkut cara seseorang bertingkah aku dalam berhubungan dengan orang
lain.
Definisi ilmu menurut Harre adalah kumpulan teori – teori yang sudah diuji
coba yang menjelaskan pola teratur ataupun tidak teratur diantara fenomena yang
dipelajari secara hati – hati. Definisi pemikir Marxis bangsa Rusia bernama
Alfensyef menjelaskan ilmu pengetahuan adalah pengetahuan manusia tentang
alam, masyarakat dan pikiran.
Masalah moral dalam menghadapi akses ilmu yang bersifat merusak, para
ilmuwan terbagi kedalam dua golongan pendapat. Golongan pertama
menginginkan bahwa ilmu harus bersifat netral terhadap nilai – nilai baik itu
secara ontologis maupun aksiologis. Dalam hal ini tugas ilmuwan adalah
menemukan pengetahuan dan terserah kepada orang lain untuk
mempergunakannya. Golongan kedua berpendapat bahwa netralits ilmu terhadap
nilai – nilai hanyalah terbatas pada metafisik keilmuwan, sedangkan dalam
penggunaannya, bahkan pemilihan obyek penelitian, maka kegiatan ilmuwan
harus berlandaskan asas – asas moral.
Ilmu dan moral adalah hal yang saling berhubungan. Terdapat bebrapa
pertanyaan yang menggelitik, pertama benarkah makin cerdas maka makin pandai
kita menemukan kebenaran, makin benar maka makin baik pula perbuatan kita?
Apakah manusia dengan penalaran tinggi lalu makin berbudi atau sebaliknya
makin cerdas maka makin pandai pula kita berdusta. Masalah moral tidak bisa
lepas dari tekad manusia untuk menemukan kebenaran, sebab untuk menemukan
kebenaran dan terlebih lagi untuk mempertahankan kebenaran diperlukan
keberanian moral. Tanpa landasan moral maka ilmuwan mudah sekali tergelincir
dalam melakukan prostitusi intelektual. Penalaran secara rasional yang telah
mencapai harkatnya seperti sekarang ini berganti dengan proses rasionalisasi yang
bersifat mendustakan kebenaran. Maka ilmu pengetahuan haruslah terbuka pada
konteksnya.
Adapun peran moral adalah mengingatkan afar ilmu boleh berkembang secara
optimal, tetapi ketika dihadapkan dengan masalah penerapan atau penggunaanya
harus memperhatikan segala kemanusiaan yang baik pada tataran individu
maupun kelompok. Peran tersebut membuat para ilmuwan harus mempunyai
sikap formal mengenai penggunaan pengetahuan ilmiah. Bagi kita sendiri yang
hidup dalam masyarakat pancasila, tidak mempunyai pilihan lain selain konsisten
dengan sikap kelompok ilmuwan dan secara sadar mengembangkan tanggung
jawab sosial dikalangan ilmuwan dengan Pancasila sebagai sumber moral atau
sikap formal.
Tanggung jawab seorang ilmuwan bukan hanya terletak pada penemuan dari
segala penelitian, tetapi juga bagaimana temuan tersebut dapat digunakan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Peran meningkatkan kesejahteraan
merupakan tanggung jawab terbesar seorang ilmuwan kepada masyarakat.
Berbicara mengenai tanggung jawab keilmuan, adalah sesuatu hal yang secara
tidak langsung mengenai tanggung jawab manusia, dalam hal ini, ilmuwan yang;
mencari, mempraktikkan, dan menerapkan, atau menggunakan ilmu atau
pengetahuan tersebut dalam kehidupan. Maksudnya, ilmu sebagai bagian dari
kebijaksanaan manusia dengan segala usaha sadar yang dilakukan untuk
memanusiakan diri dan lingkungannya, tidak dapat dipisahkan dari aspek
tanggung jawab dimaksud. Ilmu dan ilmuwan, sebagai seorang anak manusia,
karenanya, wajib menanggung setiap akibat apa pun yang disebabkan oleh ilmu
itu sendiri, baik dari sisi teoretisnya maupun sisi praktiknya. Ilmu dan ilmuwan
juga wajib menjawab dalam arti merespons dan memecahkan setiap masalah yang
diakibatkan oleh ilmu maupun yang tidak disebabkan oleh ilmu itu sendiri.
Tanggung jawab keilmuan, dalam ini, bukan merupakan beban atau kuk, tetapi
merupakan ciri martabat keilmuan dan ilmuwan itu sendiri. Konsekuensinya,
semakin tinggi ilmu maka semakin tinggi dan besar tanggung jawab yang
diemban oleh ilmu, ilmuwan dan lembaga keilmuan itu sendiri.
Bagi seorang ilmuwan jika ada semacam kritikan terhadap ilmu, ia harus
berjiwa besar, bersifat terbuka untuk menerima kritikan dari masyarakat. Tugas
seorang ilmuwan harus dapat menjelaskan hasil penelitiannya sejernih mungkin
atas dasar rasionalitas dan metodologis yang tepat, masalah moral tidak bisa
dilepaskan dengan tekad manusia untuk menemukan kebenaran, sebab untuk
menemukan kebenaran dan terlebih – lebih lagi untuk mempertahankan
kebenaran, diperlukan keberanian moral. Tanpa landasan moral maka ilmuwan
mudah sekali tergelincir dalam melakukan prostitusi intelektual.
Penalaran secara rasional yang telah mencapai harkatnya seperti sekarang ini
berganti dengan proses rasionalisasi yang bersifat mendustakan kebenaran.
Ditengah situasi dimana nilai mengalami kegoncangan ilmuwan harus tampil
kedepan. Pengetahuan yang dimilikinya merupakan kekuatan yang akan
memberinya keberanian. Hal yang sama harus dilakukan pada masyarakat yang
sedang membangun seorang ilmuwan harus bersikap sebagai seorang pendidik
dengan memberikan contoh yang baik.
BAB III
KESIMPULAN
Moralitas adalah istilah manusia menyebut pada manusia atau orang lain
dalam tindakan yang mempunyai nilai positif. Manusia yang tidak memiliki moral
disebut amoral artinya manusia yang tidak bermoral dan tidak memiliki nilai
positif dimata manusia lainnya. Ilmu pengetahuan adalah seluruh usaha sadar
untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari
berbagai segi kenyataan dalam alam manusia.