Anda di halaman 1dari 13

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................1

B. Rumusan Masalah.........................................................................................2

C. Tujuan Makalah............................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3

A. Pengertian Moral...........................................................................................3

B. Pengertian Ilmu Pengetahuan........................................................................4

C. Hubungan antara Ilmu dan Moral.................................................................5

D. Tanggung Jawab Ilmuwan............................................................................7

E. Hubungan antara Ilmu dan Moral.................................................................8

BAB III KESIMPULAN......................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................11

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ilmu pengetahuan merupakan salah satu hal penting yang harus dimiliki dalam
kehidupan manusia. Dengan ilmu semua keperluan dan kebutuhan manusia bisa
terpenuhi secara lebih cepat dan lebih mudah. Perkembangan ilmu pengetahuan
juga begitu pesat, seiring banyak nya tuntutan keperluan hidup manusia. Ilmu
telah banyak mengubah wajah dunia seperti hal memberantas penyakit, kelaparan
kemiskinan dan berbagai kehidupan yang sulit lainnya. Setiap ilmu pengetahuan
akan menghasilkan teknologi yang kemudian akan diterapkan pada masyarakat.
Proses ilmu pengetahuan menjadi sebuah teknologi yang benar – benar dapat
dimanfaatkan oleh masyarakat tentu tidak terlepas dari si ilmuannya. Seorang
ilmuwan akan dihadapkan pada kepentingan – kepentingan pribadi atau
kepentingan masyarakat akan membawa pada persoalan etika keilmuan serta
masalah bebas nilai. Untuk itulah tanggung jawab seorang ilmuwan haruslah
dipupuk dan berada pada tempat yang tepat, tanggung jawab akademis dan
tanggung jawab moral.

Dewasa ini, ilmu bahkan sudah berada diambang kemajuan yang


mempengaruhi reproduksi dan penciptaan manusia itu sendiri. Jadi ilmu bukan
saja menimbulkan gejala dehumanisasi namun bahkan kemungkinan hakikat
kemanusiaan itu sendiri, atau dengan perkataan lain, ilmu bukan lagi merupakan
sarana yang membantu manusia mencapai tujuan hidupnya, namun bahkan
kemungkinan mengubah hakikat kemanusiaan itu sendiri. Sehingga diperlukan
moral keilmuan agar ilmu yang dimiliki dan yang diperoleh dapat bermanfaat bagi
diri sendiri maupun orang lain.

Masalah moral dalam menghadapi akses ilmu yang bersifat merusak, para
ilmuwan terbagi kedalam dua golongan pendapat. Golongan pertama
menginginkan bahwa ilmu harus bersifat netral terhadap nilai – nilai baik itu
secara ontologis maupun aksiologis. Dalam hal ini tugas ilmuwan adalah
menemukan pengetahuan dan terserah kepada orang lain untuk
mempergunakannya. Golongan kedua berpendapat bahwa netralits ilmu terhadap
nilai – nilai hanyalah terbatas pada metafisik keilmuwan, sedangkan dalam
penggunaannya, bahkan pemilihan obyek penelitian, maka kegiatan ilmuwan
harus berlandaskan asas – asas moral.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada makalah ini adalah;

a. Pengertian moral dan ilmu pengetahuan


b. Hubungan antara moral dan ilmu pengetahuan
c. Tanggung jawab ilmuwan

C. Tujuan Makalah
Adapun makalah ini ini dibuat guna mengetahui pengertian moral dan ilmu
pengetahuan, hubungan antara moral dengan ilmu pengetahuan serta mengetahui
apa saja tanggung jawab moral sebagai seorang ilmuwan.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Moral
Menurut Surajiyo, moral berasal dari kata Latin mos jamaknya mores yang
berarti adat atau cara hidup. Etika dan moral sama artinya, tetapi dalam penilaian
sehari – hari ada sedikit perbedaan. Moral atau moralitas dipakai untuk perbuatan
yang sedang dinilai. Adapun etika dipakai untuk pengkajian sistem nilai yang ada.
Sementara itu menurut pandangan Ihsan, kata moral dalam bahasa Yunani sama
dengan ethos yang melahirkan etika. Sebagai caang filsafat, etika sangat
menekankan pendekatan yang kritis dalam melihat nilai (takaran, harga, angka
kepandaian, kadar/mutu, sifat – sifat yang penting/berguna) dan moral tersebut
serta permasalahan – permasalahan yang timbul dalam kaitan dengan nilai dan
moral itu.

Moralitas adalah istilah manusia menyebut pada manusia atau orang lain
dalam tindakan yang mempunyai nilai positif. Manusia yang tidak memiliki moral
disebut amoral artinya manusia yang tidak bermoral dan tidak memiliki nilai
positif dimata manusia lainnya. Moral secara ekplisit adalah hal – hal yang
berhubungan dengan proses sosialisasi individu, tanpa moral manusia tidak bisa
melakukan proses sosialisasi. Moral dalam zaman sekarang mempunyai nilai
implisit karena banyak orang yang mempunyai moral atau sikap amoral itu dari
sudut pandang yang sempit.

Menurut Immanuel dalam jurnal (Batoebara, 2016), moralitas adalah hal


keyakinan dan sikap batin bukan hal sekedar penyesuaian dengan aturan dari luar,
entah itu aturan hukum negara, agama atau adat-istiadat. Selanjutnya dikatakan
bahwa, kriteria mutumoral seseorang adalah hal kesetiaannya pada hatinya
sendiri.

Adapun pengertian moral dalam kasus filsafat dapat dijabarkan sebagai


berikut;

a. Menyangkut kegiatan – kegiatan yang dipandang baik atau buruk, benar atau
salah tepat atau tidak tepat.
b. Sesuai dengan kaidah – kaidah yang diterima, menyangkut apa yang dianggap
benar dan baik, adil dan pantas.
c. Memiliki;
- Kemampuan untuk diarahkan oleh (dipengaruhi oleh) keinsyafan benar
atau salah.
- Kemampuan untuk mengarahkan orang lain sesuai dengan kaidah –
kaidah perilaku nilai benar dan salah.
d. Menyangkut cara seseorang bertingkah aku dalam berhubungan dengan orang
lain.

B. Pengertian Ilmu Pengetahuan


Ilmu pengetahuan berasal dari dua kata; ilmu dan pengetahuan. Secara
etimologi dalam bahasa Inggris disebut sebagai science, yang merupakan serapan
dari bahasa latin scientia, yang merupakan turunan dari kata scire, dan
mempunyai arti mengetahui, yang juga berarti belajar. Sementara pengetahuan
dalam bahasa Inggris disebut sebagai Knowledge yang mempunyai arti; (1)
kenyataan atau kondisi menyadari sesuatu; (2) kenyataan atau kondisi mengetahui
sesuatu yag diperoleh secara umum melalui pengalaman atau asosiasi; (3)
sejumlah pengetahuan, susunan kebenaran informasi, dan prinsip – prinsip yang
diperoleh manusia, (4) kenyataan atau kondisi memiliki informasi yang sedang
dipelajari.

Definisi ilmu menurut Harre adalah kumpulan teori – teori yang sudah diuji
coba yang menjelaskan pola teratur ataupun tidak teratur diantara fenomena yang
dipelajari secara hati – hati. Definisi pemikir Marxis bangsa Rusia bernama
Alfensyef menjelaskan ilmu pengetahuan adalah pengetahuan manusia tentang
alam, masyarakat dan pikiran.

Defenisi ilmu pengetahuan secara umum adalah suatu pengetahuan tentang


objek tertentu yang disusun secara sistematis, objektif, rasional dan empiris
sebagai hasil. Ilmu pengetahuan adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki,
menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan
dalam alam manusia. Segi – segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan – rumusan
yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya
dan kepastian ilmu – ilmu diperoleh dari keterbatasannya.

Tidak semua pengetahuan menjadi ilmu pengetahuan, namun mempunyai


karakteristik khusus. Adapun karakteristik khusus ilmu pengetahuan adalah
sebagai berikut;

a. Disusun secara metodis, sistematis, dan kohern (bertalian) tentang suatu


bidang tertentu dan kenyataan (realitas).
b. Dapat digunakan untuk menerangkan gejala – gejala tertentu dibidang
pengetahuan. Unsur penting ilmu pengetahuan adalah penataan secara
terperinci dan mampu memperjelas sebuah bidang pengetahuan. Semakin
dalam ilmu pengetahuan menggali dan menekuni hal – hal yang khusus dari
kenyataan (realitas) semakin nyatalah tuntutan untuk mencari tahu tentang
seluruh kenyataan. Semakin dalam pencarian kebenaran suatu fenomena
semakin secermat pula ilmu itu. Prinsip – prinsip metodis dan kejelasan ilmu
merupakan rangkaian berpikir filsafat.

C. Hubungan antara Ilmu dan Moral


Merupakan kenyataan yang tidak bisa dipungkiri bahwa peradaban manusia
sanat berhutang kepada ilmu. Berkat ilmu maka pemenuhan kebutuhan manusia
bisa dilakukan secara lebih cepat dan lebih mudah disamping penciptaan berbagai
kemudahan dalam bidang – bidang seperti kesehatan, pengangkutan, pemukiman,
pendidikan dan komunikasi (Suriasumantri, 2000).

Jujun S. Suriasumantri dikutip (Ihsan, 2010) pada buku Filsafat Ilmu,


perkembangan ilmu sejak pertumbuhannya diawali dan dikaitkan dengan sebuah
kebutuhan kondisi realitas saat itu. Pada saat terjadi peperangan atau ada
keinginan manusia untuk memerangi orang lain, maka ilmu berkembang,
sehingga penemuan ilmu bukan saja ditunjukkan untuk menguasai mereka. Di
pihak lain, perkembangan dan kemajuan ilmu sering melupakan kedudukan atau
faktor manusia. Penemuan ilmu semestinya untuk kepentingan manusia. jadi ilmu
yang menyesuaikan dengan kedudukan atau faktor manusia. Penemuan ilmu
semestinya untuk kepentingan manusia, jadi ilmu yang menyesuaikan dengan
kedudukan manusia, namun keadaan justru sebaliknya yaitu manusialah yang
akhirnya harus menyesuaikan diri dengan ilmu.

Masalah moral dalam menghadapi akses ilmu yang bersifat merusak, para
ilmuwan terbagi kedalam dua golongan pendapat. Golongan pertama
menginginkan bahwa ilmu harus bersifat netral terhadap nilai – nilai baik itu
secara ontologis maupun aksiologis. Dalam hal ini tugas ilmuwan adalah
menemukan pengetahuan dan terserah kepada orang lain untuk
mempergunakannya. Golongan kedua berpendapat bahwa netralits ilmu terhadap
nilai – nilai hanyalah terbatas pada metafisik keilmuwan, sedangkan dalam
penggunaannya, bahkan pemilihan obyek penelitian, maka kegiatan ilmuwan
harus berlandaskan asas – asas moral.

Jadi ilmu bukan saja menimbulkan gejala dehumanisasi namun bahkan


kemungkinan mengubah hakikat kemanusiaan. Ilmu bukan lagi merupakan sarana
yang membantu manusia mencapai tujuan hidupnya, namun bahkan kemungkinan
mengubah hakikat kemanusiaan. Ilmu bukan lagi merupakan sarana yang
membantu manusia mencapai tujuan hidupnya, namun juga menciptakan tujuan
hidup itu sendiri.

Dalam hal ini, ilmuwan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan harus


memperhatikan kodrat manusia, martabat manusia, menjaga keseimbangan
ekosistem, bertanggung jawab pada kepentingan umum, kepentigan generasi
mendatang dan bersifat universal karena pada dasarnya ilmu pengetahuan adalah
mengembangkan dan memperkokoh eksistensi manusia bukan menghancurkan
eksistensi manusia. (Aminulloh, 2019).

Ilmu dan moral adalah hal yang saling berhubungan. Terdapat bebrapa
pertanyaan yang menggelitik, pertama benarkah makin cerdas maka makin pandai
kita menemukan kebenaran, makin benar maka makin baik pula perbuatan kita?
Apakah manusia dengan penalaran tinggi lalu makin berbudi atau sebaliknya
makin cerdas maka makin pandai pula kita berdusta. Masalah moral tidak bisa
lepas dari tekad manusia untuk menemukan kebenaran, sebab untuk menemukan
kebenaran dan terlebih lagi untuk mempertahankan kebenaran diperlukan
keberanian moral. Tanpa landasan moral maka ilmuwan mudah sekali tergelincir
dalam melakukan prostitusi intelektual. Penalaran secara rasional yang telah
mencapai harkatnya seperti sekarang ini berganti dengan proses rasionalisasi yang
bersifat mendustakan kebenaran. Maka ilmu pengetahuan haruslah terbuka pada
konteksnya.

Adapun peran moral adalah mengingatkan afar ilmu boleh berkembang secara
optimal, tetapi ketika dihadapkan dengan masalah penerapan atau penggunaanya
harus memperhatikan segala kemanusiaan yang baik pada tataran individu
maupun kelompok. Peran tersebut membuat para ilmuwan harus mempunyai
sikap formal mengenai penggunaan pengetahuan ilmiah. Bagi kita sendiri yang
hidup dalam masyarakat pancasila, tidak mempunyai pilihan lain selain konsisten
dengan sikap kelompok ilmuwan dan secara sadar mengembangkan tanggung
jawab sosial dikalangan ilmuwan dengan Pancasila sebagai sumber moral atau
sikap formal.

D. Tanggung Jawab Ilmuwan


Tanggung jawab mengandung makna penyebab (kausalitas), dalam arti
"bertanggung jawab atas". Tanggung jawab dalam arti demikian berarti; apa yang
harus ditanggung. Subyek yang menyebabkan dapat diminta
pertanggungjawabannya, meskipun permasalahan - permasalahan tersebut tidak
disebabkan oleh ilmu atau ilmuwan itu sendiri. Aspek tanggung jawab sebagai
sekap dasar keilmuan, dengan ini, telah menjadi satu dalam kehidupan keilmuan
itu sendiri dan sulit dipisahkan. Tanggung jawab keilmuan, tidak dapat
dilepaspisahkan dari perkembangan pengetahuan maupun keilmuan dari abad ke
abad.

Tanggung jawab seorang ilmuwan bukan hanya terletak pada penemuan dari
segala penelitian, tetapi juga bagaimana temuan tersebut dapat digunakan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Peran meningkatkan kesejahteraan
merupakan tanggung jawab terbesar seorang ilmuwan kepada masyarakat.
Berbicara mengenai tanggung jawab keilmuan, adalah sesuatu hal yang secara
tidak langsung mengenai tanggung jawab manusia, dalam hal ini, ilmuwan yang;
mencari, mempraktikkan, dan menerapkan, atau menggunakan ilmu atau
pengetahuan tersebut dalam kehidupan. Maksudnya, ilmu sebagai bagian dari
kebijaksanaan manusia dengan segala usaha sadar yang dilakukan untuk
memanusiakan diri dan lingkungannya, tidak dapat dipisahkan dari aspek
tanggung jawab dimaksud. Ilmu dan ilmuwan, sebagai seorang anak manusia,
karenanya, wajib menanggung setiap akibat apa pun yang disebabkan oleh ilmu
itu sendiri, baik dari sisi teoretisnya maupun sisi praktiknya. Ilmu dan ilmuwan
juga wajib menjawab dalam arti merespons dan memecahkan setiap masalah yang
diakibatkan oleh ilmu maupun yang tidak disebabkan oleh ilmu itu sendiri.
Tanggung jawab keilmuan, dalam ini, bukan merupakan beban atau kuk, tetapi
merupakan ciri martabat keilmuan dan ilmuwan itu sendiri. Konsekuensinya,
semakin tinggi ilmu maka semakin tinggi dan besar tanggung jawab yang
diemban oleh ilmu, ilmuwan dan lembaga keilmuan itu sendiri.

E. Hubungan antara Ilmu dan Moral


Ilmu merupakan sesuatu yang paling penting bagi manusia, karena dengan
ilmu semua keperluan dan kebutuhan manusia bisa terpenuhi secara lebih
cepat dan mudah. Keterkaitan ilmu dengan nilai – nilai moral (agama)
sebenarnya sejak pertumbuhannya ilmu sudah terkait dengan masalah - masalah
moral namun dalam perspektif yang berbeda. Ketika Capernicus mengajukan
teorinya tentang kesemestaan alam dan menemukan bahwa “bumi berputar
mengelilingi matahari” sementara ajaran agama menilai sebaliknya, maka
timbullah interaksi antara ilmu dengan moral yang berkonotasi metafisik,
sedangkan dipihak lain, terdapat keinginan agar ilmu mendasarkan kepada
pertanyaan – pertanyaan yang terdapat dalam ajaran – ajaran diluar bidang
keilmuan, diataranya agama.

Dihadapkan dengan masalah moral dalam menghadapi akses ilmu dan


teknologi yang bersifat merusak ini para ilmuwan terbagi ke dalam dua golongan
pendapat. Golongan pertama menginginkan bahwa ilmu harus bersifat netral
terhadap nilai – nilai baik itu secara ontologis maupun aksiologis. Dalam hal ini
tugas ilmuwan adalah menemukan pengetahuan dan terserah kepada orang lain
untuk tujuan yang baik, ataukah dipergunakan untuk tujuan yang buruk. Golongan
kedua sebaliknya berpendapat bahwa netralitas ilmu terhadap nilai – nilai
hanyalah terbatas pada metafisik keilmuan, sedangkan dalam penggunaannya,
bahkan pemilihan objek penelitian, maka kegiatan keilmuan haruslah
berlandaskan asas - asas moral.

Bagi seorang ilmuwan jika ada semacam kritikan terhadap ilmu, ia harus
berjiwa besar, bersifat terbuka untuk menerima kritikan dari masyarakat. Tugas
seorang ilmuwan harus dapat menjelaskan hasil penelitiannya sejernih mungkin
atas dasar rasionalitas dan metodologis yang tepat, masalah moral tidak bisa
dilepaskan dengan tekad manusia untuk menemukan kebenaran, sebab untuk
menemukan kebenaran dan terlebih – lebih lagi untuk mempertahankan
kebenaran, diperlukan keberanian moral. Tanpa landasan moral maka ilmuwan
mudah sekali tergelincir dalam melakukan prostitusi intelektual.

Penalaran secara rasional yang telah mencapai harkatnya seperti sekarang ini
berganti dengan proses rasionalisasi yang bersifat mendustakan kebenaran.
Ditengah situasi dimana nilai mengalami kegoncangan ilmuwan harus tampil
kedepan. Pengetahuan yang dimilikinya merupakan kekuatan yang akan
memberinya keberanian. Hal yang sama harus dilakukan pada masyarakat yang
sedang membangun seorang ilmuwan harus bersikap sebagai seorang pendidik
dengan memberikan contoh yang baik.
BAB III
KESIMPULAN

Moralitas adalah istilah manusia menyebut pada manusia atau orang lain
dalam tindakan yang mempunyai nilai positif. Manusia yang tidak memiliki moral
disebut amoral artinya manusia yang tidak bermoral dan tidak memiliki nilai
positif dimata manusia lainnya. Ilmu pengetahuan adalah seluruh usaha sadar
untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari
berbagai segi kenyataan dalam alam manusia.

Para ilmuwan terbagi kedalam dua golongan pendapat. Golongan pertama


menginginkan bahwa ilmu harus bersifat netral terhadap nilai – nilai baik itu
secara ontologis maupun aksiologis. Golongan kedua berpendapat bahwa netralits
ilmu terhadap nilai – nilai hanyalah terbatas pada metafisik keilmuwa. Sebagai
pertanggungjawaban moral dan sosial seorang ilmuwan harus memiliki sikap-
sikap ilmiah yaitu tidak ada rasa pamrih karena pengetahuan ilmiah harus
obyektif, bersikap selektif, adanya rasa percaya yang layak baik terhadap
kenyataan maupun terhadap alat-alat indra dan budinya, adanya dorongan dari
dalam diri untuk selalu melakukan kegiatan riset, dan harus memiliki sikap etis
yang selalu berkehendak untuk mengembangkan ilmu untuk kemajuan ilmu dan
untuk kebahagiaan manusia.
DAFTAR PUSTAKA

Aminulloh, Y. (2019, May 21). Makalah Ilmu Pengetahuan dan Moralitas.


Retrieved from Slideshare: https://www.slideshare.net/yuliamy2/makalah-
ilmu-pengetahuan-dan-moralitas
Asep Sopian, N. F. (2022). Tanggung Jawab Moral Ilmuan dan Netralitas Ilmu.
JIIP-Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan, 172-180.
Asep Sopian, N. F. (2022). Tanggung Jawab Moral Ilmuan dan Netralitas Ilmu.
Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan, 175-177.
Batoebara, M. U. (2016). Dampak Moral Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Bagi
Manusia. Jurnal Warta, 11.
Ihsan, F. (2010). Filsafat Ilmu. Jakarta: Rineka Cipta.
Izzatur Rusuli, Z. F. (2015). ILMU PENGETAHUAN DARI JOHN LOCKE KE
AL-ATTAS. Jurnal Pencerahan, 12-22.
Mukti, A. (2022). ETIKA DAN MORAL DALAM DUNIA ILMIAH DAN
KEMANUSIAAN. Jurnal AS-SAID, 80-99.
Surajiyo. (2004). Ilmu Dalam Perspektif Moral. Jurnal Ilmu - Ilmu Agama Islam
dan Kebudayaan, 582.
Surajiyo. (2019). Tanggung Jawab Moral dan Sosial Ilmuwan : Sikap Ilmiah
Ilmuwan Di Indonesia. Prosiding Comnews, 414-423.
Suriasumantri, J. S. (2000). Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan.
Wilujeng, S. R. (n.d.). FILSAFAT, ETIKA DAN ILMU : Upaya Memahami
Hakikat Ilmu dalam Konteks Ke Indonesiaan.
Wisnu Al Amin, M. U. (2018). Hunbungan Ilmu Pengetahuan dan Moralitas:
Analisis Problem dan Tanggung Jawab Keilmuan. Jurnal Peradaban
Islam, 25 - 54.

Anda mungkin juga menyukai