Anda di halaman 1dari 10

Nama : Nur Zahra Suhaeni

Kelas : R2G
NPM : 202101500530
Matkul : Filsafat Ilmu

ANALISIS SEJARAH

Filsafat dan ilmu adalah dua kata yang saling terkait, baik secara substansial
maupun secara historis, karena kelahiran ilmu tidak lepas dari peranan filsafat,
sebaliknya perkembangan ilmu memperkuat keberadaan filsafat. Filsafat telah
berhasil mengubah pola fikir bangsa Yunani dan umat manusia dari pandangan
mitosentris menjadi logosentris. Awalnya bangsa Yunani dan bangsa lain di dunia
beranggapan bahwa semua kejadian di alam ini dipengaruhi oleh para dewa.
Karenanya para dewa harus dihormatidan sekaligus ditakuti kemudian disembah.
Dengan filsafat, pola fikir yang selalu tergantung pada dewa diubah menjadi pola
fikir yang tergantung pada rasio.
Perubahan dari pola fikir mitosentris ke logosentris membawa implikasi
yang besar. Alam dengan segala gejalanya, yang selama ini ditakuti kemudian
didekati dan bahkan dieksploitasi. Perubahan ini melahirkan berbagai cabang ilmu
pengetahuan mulai dari zaman Yunani kuno sampai dengan zaman modern.
Perubahan yang mendasar adalah ditemukannya huku-hukum alam dan teori-teori
ilmiah yang menjelaskan perubahan yang terjadi, baik di alam jagad raya
(makrokosmos) maupun alam manusia (mikrokosmos).
Perkembangan sejarah filsafat di dunia barat dapat dibagi dalam empat
periodisasi. Periodisasi ini didasarkan atas ciri pemikiran yang dominan pada
waktu itu. Pertama, adalah zamanYunani Kuno atau periode klasik, ciri pemikiran
filsafat adalah kosmosentris yakni para filosof masa ini mempertanakan asal-usul
alam semesta dan jagad raya. Kedua, adalah zaman abad pertengahan, ciri
pemikiran abad ini teosentris, yakni para filosof pada masa ini memakai pemikiran
filsafat untk memperkuat dogma-dogma agama Kristiani.
[1]                                                                                                                                 
 Ketiga, adalah zaman Abad Modern, para filosof menjadikan manusia
sebagai pusat analisis filsafat, yang disebut antroposentris. Keempat, adalah zaman
abad Kontemporer, ciri pokok pemikiran zaman ini ialah logosentris, artinya teks
menjadi tema sentral pada diskusi para filosof.[2]  
Makalah ini akan mencoba menguraikan secara ringkas sejarah
perkembangan filsafat pada periode klasik dan periode pertengahan. Paparan
dikemukana secara singkat latar belakang kelahiran masing-masing periode, ciri-
ciri pokok pemikirannya beserta filosof-filosof yang berpengaruh dominan, dan
pengaruh masing-masing periode terhadap perkembangan pemikiran kemanusiaan
pada umumnya. 

Menilik pada makna secara kebahasaan dari berbagai bahasa di atas dapat
ditegaskan bahwa pengertian sejarah menyangkut dengan waktu dan peristiwa.
Oleh sebabnya persoalan waktu penting dalam mengerti satu peristiwa, maka para
sejarawan cenderung mengatasi persoalan ini dengan membikin periodisasi.
Pengertian menurut para pandai
-J.V. Bryce Sejarah adalah catatan dari apa yang telah dipikirkan, disebutkan, dan
diperbuat oleh manusia.
- W.H. Walsh Sejarah itu menitikberatkan pada pencatatan yang berfaedah dan
penting saja untuk manusia. Catatan itu mencakup tindakan-tindakan dan
pengalaman-pengalaman manusia di ketika lampau pada hal-hal yang penting
sehingga merupakan cerita yang berfaedah.
-Patrick Gardiner Sejarah adalah pengetahuan yang mempelajari apa yang telah
diperbuat oleh manusia.
-Roeslan Abdulgani Pengetahuan sejarah adalah salah satu cabang pengetahuan
pengetahuan yang meneliti dan menyelidiki secara sistematis keseluruhan
perkembangan warga serta kemanusiaan di ketika lampau beserta kejadian-
kejadian dengan maksud untuk belakang menilai secara kritis seluruh hasil
penelitiannya tersebut, untuk selanjutnya menjadi perbendaharaan pedoman untuk
penilaian dan penentuan kondisi sekarang serta arah bagian ketika depan.
-Moh. Yamin Sejarah adalah suatu pengetahuan pengetahuan yang disusun atas
hasil penyelidikan beberapa peristiwa yang dapat dibuktikan dengan bahan
kenyataan.
- Ibnu Khaldun (1332-1406) Sejarah dirumuskan untuk catatan tentang warga
umum manusia atau peradaban manusia yang terjadi pada watak/sifat warga itu.
- Moh. Ali Moh. Ali dalam bukunya Pengantar Pengetahuan Sejarah Indonesia,
mempertegas pengertian sejarah untuk berikut:
-Banyak perubahan-perubahan, kejadian atau peristiwa dalam kenyataan di sekitar
kita.
-Cerita tentang perubahan-perubahan, kejadian, atau peristiwa dalam kenyataan di
sekitar kita.
-Pengetahuan yang bertugas menyelidiki perubahan-perubahan, kejadian, dan atau
peristiwa dalam kenyataan di sekitar kita

Tujuan Sejarah
Tujuan dari (pendidikan) sejarah menurut Bourdillon adalah:
Untuk memahami masa lalu dalam kaitannya dengan masa yang sekarang.
Untuk membantu memahami identitas diri, keluarga, masyarakat serta bangsa.
Untuk membangkitkan minat pada hal hal yang terjadi di masa lalu yang memiliki
makna.
untuk membantu dalam memahami akar budaya serta inter-relasinya dengan
beragam aspek kehidupan.

Sementara itu, Louis Gotschalk dan Nugroho Notosusanto mebedakan kegunaan


atau fungsi sejarah ke dalam kelompok yakni:
Rekreatif
Inspiratif
Instruktif
Edukatif REKREATIF,

sejarah mampu memberi kesenangan serta rasa estetis karena kisah dalam sejarah
secara tidak langsung membawa kita ke peristiwa lain yang memanjakan imajinasi.
Bagi sebagian orang, sejarah adalah hal mengasikkan.
INSPIRATIF, sejarah mampu memberi ilham/inspirasi bagi mereka yang
membaca atau mempelajarinya.
INSTRUKTIF, selain mengasikkan dan inspiratif, sejarah juga bersifat instruktif
yakni sebagai alat bantu yang memberi pelajaran atau keterampilan pada mereka
yang membaca atau mempelajarinya.
EDUKATIF, sejarah pada hakekatnya adalah pelajaran. Dalam mempelajari
sejarah, kita akan menemukan beberapa hal yang layak diulang dan yang sangat
tidak layak terulang. Sejarah adalah serangkaian pengalaman, dan pengalaman
adalah tetap guru.

Manfaat sejarah
-inspirasi untuk berkarya.
Contohnya:
ingin membuat patuh seorang pahlawan yang harus mengetahui pula latar belakang
tokoh tersebut
-belajar tentang kepemimpinan
contonya:
kita meneladani seorang tokoh raja nusantara yang bijak sana dan adapat
menerapkannya dalam keadaan masa kini untuk memimpin sebuah organisasi
maupun negara.

ANALISIS NILAI DAN ETIKA

Etika menurut filasafat dapat disebut sebagai ilmu yang menyelidiki mana yang
baik dan mana yang buruk dengan memperhatikan amal perbuatan manusia sejauh
yang dapat diketahui oleh akal pikiran. Etika membahas tentang tingkah laku
manusia. Dengan kata lain etika adalah aturan atau pola tingkah laku yang
dihasilkan oleh akal manusia.
Jenis – Jenis Etika :
a. Etika Filosofis : non empiris dan praktis
b. Etika Teologis
PARADIGMA ILMU TIDAK BEBAS NILAI
Ilmu adalah kumpulan pengetahuan yang memiliki syarat-syarat tertentu, memiliki
objek material dan objek formal. Objek Material adalah sesuatu yang dijadikan
sasaran pemikiran, sesuatu yang diselidiki atau dipelajari yang menjadi pokok
persoalan. Sedang objek Formal adalah cara memandang, cara meninjau dan
prinsip-prinsip yang digunakan. Manusia sebagai objek Material dan Sosiologi
sebagai objek Formal Ilmu itu terikat kepada nilai-nilai internal yaitu nilai-nilai
dari syarat-syarat tertentu, nilai-nilai dari objek Material serta nilai-nilai dari objek
Formal. Ilmu memiliki syarat-syarat tertentu; berarti Ilmu terikat kepada beberapa
hal, beberapa hal bisa saja berarti nilai-nilai. Ilmu memiliki objek material; berarti
ilmu itu terikat kepada nilai-nilai yang terkandung di dalam objek material itu
sendiri. Ilmu memiliki objek formal (cara memandang, cara meninjau dan prinsip-
prinsip yang digunakan); berarti ilmu itu terikat kepada nilai-nilai sudut pandang,
nilai dasar melakukan tinjauan dan nilai-nilai prinsip.

PARADIGMA ILMU BEBAS NILAI


Ilmu bebas nilai dalam bahasa Inggris sering disebut dengan value free, yang
menyatakan bahwa ilmu dan teknologi adalah bersifat otonom. Ilmu secara otonom
tidak memiliki keterkaitan sama seklai dengan nilai. Bebas nilai berarti semua
kegiatan terkait dengan penyelidikan ilmiah harus disandarkan pada hakikat
Tiga faktor sebagai indikator bahwa ilmu itu bebas nilai, yaitu:
1. Ilmu harus bebas dari pengendalian-pengendalian nilai. Maksudnya adalah
bahwa ilmu harus bebas dari pengaruh eksternal seperti faktor ideologis, religious,
cultural, dan social.
2. Diperlukan adanya kebebasan usaha ilmiah agar otonom ilmu terjamin.
Kebebasan di sisni menyangkut kemungkinan yang tersedia dan penentuan diri.
3. Penelitian ilmiah tidak luput dari pertimbangan etis yang sering dituding
menghambat kemajuan ilmu, karena nilai etis sendiri itu bersifat universal.

Sikap Ilmiah seorang ilmuwan


a. Harus punya rasa ingin tahu yang besar
Rasa ingin tahu adalah dasar untuk melakukan penelitian demi mendapatkan
sesuatu yang baru. Hal tersebut harus ada di dalam diri sikap seorang ilmuawan.
b. Kejujuran
Sikap jujur juga sangat penting dimiliki seorang ilmuwan. Jujur di sini adalah
selalu menerima kenyataan dari hasil penelitiannya dan tidak mengada-ngada.
Selain itu tidak boleh mengubah data hasil penelitiannya.
c. Rajin
Rajin merupakan elemen penting untuk seorang ilmuwan. Selain itu, ilmuwan juga
tidak boleh ada kata menyerah dan putus asa. Seorang ilmuwan mengerti cara
menghilangkan malas saat bekerja. Maka dari itu, ketika ada seseorang yang
mudah putus asa dan menyerah lebih baik untuk tidak memaksakan diri menjadi
seorang ilmuwan.
d. Teliti
Untuk mendapatkan hasil penelitian yang akurat, maka seorang ilmuwan harus
memiliki sikap yang teliti. Dengan tindakan yang teliti, hati-hati, dan tidak
ceroboh, maka akan mengurangi kesalahan-kesalahan dalam proses penelitian. Jika
penelitian tersebut dalam meminimalisisr setiap kesalahan, maka data yang akurat
akan didapatkan.

Tujuan dalam kehidupan sehari-hari : membuat masyarakat menjadi individu yang memiliki nilai
norma kesopan santunan. Norma sopan santun sangat penting diterapkan di kehidupan
bermasyarakat. contoh norma sopan santun seperti menghormati yang lebih tua, menghargai
pendapat, tidak menyela/memotong pembicaarn orang lain, tidak berkata kasar dan kotor kepada
orang lain, dan sebaginya. Jika norma sopan santun tersebut dilanggar, maka si pelanggar akan
mendapat sanksi, sanksi tersebut seperti cemoohan, hinaan, dan bahkan dikucilkan dari
pergaulan masyarakat.

Moral
Kata moral bersal dari latin mores yang artinya kebiasaan-kebiasaan, adapt istiadat
yang kemudian berarti kaedah- kaedah tingkah laku. Seseorang (individu) yang
tingkah lakunya menaati kaedah-kaedah yang berlaku dalam masyarakat disebut
baik secara moral, dan jika sebaliknya jika tidak baik adalah amoral (immoral) (L.
Pramuda. 1995:15). Sebagai salah satu tokoh adalah Hans Kelsen sangat
terpengaruh pandangan Immanuel Kant (Dardji Darmodihardjo, 1976:55) Kant
menjelaskan antara legalitas (norma hukum) dan moralitas.
Legalitas yang dipahami Kant sebagai kesesuaian atau ketidaksesuaian semata-
mata suatu tindakan dengan hokum atau norma lahiriah belaka. Kesusaian dan
tidak kesesuaian ini pada dasarnya sendiri belum bernilai moral, sebab dorongan
batin sama sekali tidak diperhatikan. Nilai moral baru diperoleh di dalammoralitas
yang dimaksud Kant dengan moralitas adalah kesusaian sikap dan perbuatan kita
dengan norma atau hukum batiniah kita yakni apa yang kita pandang sebagai
kewajiban kita.
Pengertian moral sering disamakan dengan susila. Jadi moralitas disamakan
dengan kesusilaan. Penyamaan ini sebaiknya tidak digunakan karena akan
mengancaukan pemahaman kita dengan norma kesusilaan sebagai salah satu jenis
norma. Moral jauh lebih luas dari pada susila. Moral adalah hasil penilaian tentang
baik buruk seseorang atau suatu masyarakat. Penilaian disini berarti suatu tindakan
terhadap seseorang atau masyrakat.

Manfaat Norma : Norma sebagai pedoman, ukuran, aturan atau kebiasaan. Jadi
norma ialah sesuatu yang dipakai untuk mengatur sesuatu yang lain atau sebuah
ukuran. Dengan norma ini orang dapat menilai kebaikan atau keburukan suatu
perbuatan. Tetapi jika tidak adanya norma maka kiranya kehidupan manusia akan
manjadi brutal.
Macam-macam Norma:
a. Norma agama, yaitu peraturan hidup manusia yang berisi perintah dan larangan
yang berasal dari Tuhan.
b. Norma moral/kesusilaan, yaitu peraturan atau kaidah hidup yang bersumber dari
hati nurani dan merupakan nilai-nilai moral yang mengikat manusia.
c. Norma kesopanan, yaitu peraturan atau kaidah yang bersumber dari pergaulan
hidup antar manusia. Norma sopan santun adalah peraturan hidup yang timbul dari
hasil pergulan sekelompok itu. Norma kesopanan bersifat relatif artinya apa yang
dianggapsebagai kesopananberbeda-beda diberbagai tempat, lingkungan atau
waktu. Contoh-contoh norma sopan santun ialah:  Menghormati orang yang lebih
tua.  Tidak menyela pembicaraan.  Tidak berkata kasar,kotor, dan takabur, dan
lain-lain. Norma sopan santun sangat penting diterapkan dalam masyarakat ,karena
norma ini sangat erat kaitannya dengan msyarakat. Sekali saja ada yang melaggar,
pelanggar akan mendapatkan sanksi. Contoh sanksi ialah: cemoohan, celaan,
hinaan, atau dikucilkan dari pergaulan masyarakat.
d. Norma hukum, yaitu peraturan atau kaidah yang diciptakan oleh kekuasaan
resmi atau negara yang sifatnya mengikat atau memaksa.

ANALISIS PENDIDIKAN
Kneller (via Siswoyo, 1995: 5) mengatakan pendidikan dapat dipandang dalam arti
luas dan teknis, atau dalam arti hasil dan dalam arti proses. Dalam arti yang luas,
pendidikan menunjuk pada suatu tindakan atau pengalaman yang mempunyai
pengaruh berhubungan dengan pertumbuhan atau perkembangan pikiran (mind),
watak (character), atau kemampuan fisik (physical ability) individu. Pendidikan
dalam artian ini berlangsung terus seumur hidup. Dalam arti teknis, pendidikan
adalah proses yang terjadi di dalam masyarakat melalui lembaga-lembaga
pendidikan (sekolah, perguruan tinggi, atau lembaga-lembaga lain), yang dengan
sengaja mentransformasikan warisan budayanya, yaitu pengetahuan, nilai-nilai dan
ketrampilan-ketrampilan dari generasi ke generasi.

Dalam arti hasil, pendidikan adalah apa yang diperoleh melalui belajar, baik
berupa pengetahuan, nilai-nilai maupun keterampilanketerampilan. Sebagai suatu
proses, pendidikan melibatkan perbuatan belajar itu sendiri; dalam hal ini
pendidikan sama artinya dengan perbuatan mendidik seseorang atau mendidik diri
sendiri. Dewey (1916: 3) mengatakan bahwa pendidikan dalam arti yang sangat
luas diartikan sebagai cara atau jalan bagi keberlangsungan kehidupan sosial.
Setiap orang adalah bagian dari kelompok sosial yang terlahir dalam kondisi belum
memiliki perangkat-perangkat kehidupan sosial seperti bahasa, keyakinan, ide-ide
ataupun norma-norma sosial. Keberlangsungan kehidupan sosial itulah yang
menjadi pengalaman hidup manusia.
Filsafat mempunyai hubungan yang erat dengan pendidikan, baik pendidikan
dalam arti teoretis maupun praktik. Setiap teori pendidikan selalu didasari oleh
suatu sistem filsafat tertentu yang menjadi landasannya. Demikian pula, semua
praktik pendidikan yang diupayakan dengan sungguh-sungguh sebenarnya
dilandasi oleh suatu pemikiran filsafati yang menjadi ideologi pendorongnya.
Pemikiran filsafati tersebut berusaha untuk diwujudkan dalam praktik pendidikan.
Pernyataan tersebut sejalan dengan pendapat Barnadib (1994: 4) bahwa filsafat
pendidikan pada dasarnya merupakan penerapan suatu analisis filosofis terhadap
lapangan pendidikan. Dewey (via Barnadib, 1994: 4)

seorang filsuf Amerika yang sangat terkemuka mengatakan bahwa filsafat


merupakan teori umum dari pendidikan, landasan dari semua pemikiran mengenai
pendidikan. Selanjutnya, Barnadib (1994: 5) mengatakan bahwa hubungan filsafat
dan pendidikan dapat dibedakan menjadi dua berikut ini.
1. Hubungan keharusan Berfilsafat berarti mencari nilai-nilai ideal (cita-cita) yang
lebih baik, sedangkan pendidikan mengaktualisasikan nilai-nilai ini dalam
kehidupan manusia. Pendidikan bertindak mencari arah yang terbaik, dengan
berbekal teoriteori pendidikan yang diberikan antara lain oleh pemikiran filsafat
2. Dasar pendidikan Filsafat mengadakan tinjauan yang luas terhadap realita
termasuk manusia, maka dibahaslah antara lain pandangan dunia dan pandangan
hidup. Konsep konsep ini selanjutnya menjadi dasar atau landasan penyusunan
tujuan dan metodologi pendidikan. Sebaliknya, pengalaman pendidik dalam realita
menjadi masukan dan pertimbangan bagi filsafat untuk mengembangkan pemikiran
pendidikan. Filsafat memberi dasar-dasar dan nilai-nilai yang sifatnya das Sollen
(yang seharusnya), sedangkan praksis pendidikan berusaha mengimplementasikan
dasar-dasar tersebut, tetapi juga memberi masukan dari realita terhadap pemikiran
ideal pendidikan dan manusia.

- MANFAAT

Mahasiswa yang sedang menuntut ilmu di lembaga pendidikan tenaga keguruan


dituntut untuk memikirkan masalah-masalah hakiki terkait pendidikan. Pemikiran
mahasiswa menjadi lebih terasah terhadap persoalan-persoalan pendidikan baik
dalam lingkup mikro maupun makro. Hal ini menjadikan mahasiswa lebih kritis
dalam memandang persoalan pendidikan.

Di samping itu, mahasiswa yang mempelajari dan merenungkan masalahmasalah


hakiki pendidikan akan memperluas cakrawala berpikir mereka sehingga dapat
lebih arif dalam memahami problem pendidikan Sebagai intelektual muda yang
kelak menjadi pendidik atau tenaga kependidikan sudah sewajarnya bila mereka
dituntut untuk berpikir reflektif dan bukan sekedar berpikir teknis di dalam
memecahkan problem-problem dasar kependidikan dengan menggunakan
kebebasan intelektual dan tanggung jawab sosial yang melekat padanya.

- TUJUAN
Dengan berfikir filsafat seseorang bisa menjadi manusia, lebih mendidik, dan
membangun diri sendiri. Seseorang dapat menjadi orang yang dapat berfikir
sendiri.

Anda mungkin juga menyukai