Anda di halaman 1dari 15

DAFTAR ISI

JUDUL.................................................................................................................................1

DAFTAR ISI.......................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................3

1.1 Rumusan Masalah....................................................................................................3


1.2 Tujuan......................................................................................................................4
1.3 Macam.....................................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................5

2.1 Pengertian Ilmu Pengetahuan Dan Moral...............................................................5

2.2 Sejarah Perkembaangan Ilmu Sains.......................................................................5

2.3 Sejarah Perkembangan Moral.................................................................................7

2.4 Sistem Dalam Ilmu Pengetahuan............................................................................8

2.5 Teori-Teori Moral...................................................................................................10

2.6 Hubungan Antara Ilmu Pengetahuan Dengan Moral.............................................11

2.7 Ilmu Pengetahuan Dalam Prespektif Moral............................................................13

2.8 Peran Moral Dalam Ilmu Pengetahauan.................................................................14

BAB III PENUTUP.............................................................................................................15

3.1 Kesimpulan.............................................................................................................15

3.2 Saran.......................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................16

2
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG

Ilmu pengetahuan merupakan salah satu hal penting yang harus dimiliki dalam kehidupan
manusia. Dengan ilmu semua keperluan dan kebutuhan manusia bisa terpenuhi secara lebih
cepat dan lebih mudah. Perkembangan ilmu pengetahuan juga begitu pesat, seiring
banyaknya tuntutan keperluan hidup manusia. Ilmu telah banyak mengubah wajah dunia
seperti hal memberantas penyakit, kelaparan, kemiskinan, dan berbagai kehidupan yang sulit
lainnya. Dengan kemajuan ilmu juga manusia bisa merasakan kemudahan lainnya seperti
transportasi, pemukiman, pendidikan, dan komunikasi. Singkatnya, ilmu merupakan sarana
membantu manusia dalam mencapai tujuan hidupnya. Di sisi lain, timbul kekhawatiran yang
sangat besar terhadap perkembangan ilmu itu, karena tidak ada seorang pun atau lembaga
yang memiliki otoritas untuk menghambat implikasi negatif dari perkembangan ilmu.
Dewasa ini ilmu bahkan sudah berada di ambang kemajuan yang mempengaruhi reproduksi
dan penciptaan manusia itu sendiri. Jadi ilmu bukan saja menimbulkan gejala dehumanisasi
namun bahkan kemungkinan hakikat kemanusiaan itu sendiri, atau dengan perkataan lain,
ilmu bukan lagi merupakan sarana yang membantu manusia mencapai tujuan hidupnya,
namun bahkan kemungkinan mengubah hakikat kemanusiaan itu sendiri. Sehingga
diperlukan moral keilmuaan agar ilmu yang dimiliki dan yang diperoleh dapat bermanfaat
bagi diri sendiri maupun orang lain.

Dalam kehidupan sehari-hari moral lebih dikenal dengan arti susika. Moral mengandung arti
praktis, in merupakan ide-ide universal tentang tindakan seseorang yang baik dan wajar
dalam masyarakat. Dari pengertian diatas dapat di simpulkan bahwa moral adalah budi
pekerti, sikap mental atau budi perangai yang tergambar dalam bentuk tingkah laku berbicara,
berpikir dan sebagainya yang merupakan ekspresi jiwa seseorang yang akan melahirkan
perbuatan baik menurut akal dan syari’at atau perbuatan buruk. Ruang lingkup moral
meliputi bagaimana caranya agar dapat hidup lebih baik dan bagaimana caranya untuk
berbuat baik serta keburukan.

1.1 RUMUSAN
1. Apa pengertian dari ilmu pengetahuan?
2. Apa pengertian dari moral?
3. Bagaimana Perkembangan sejarah dari moral?
4. Bagaimana perkembangan sejarah dari ilmu pengetahuan?
5. Apa saja teori-teori dari moral?
6. Apa hubungan moral dengan ilmu pengetahuan?
7. Bagaimana peran moral dalam ilmu pengetahuan?

3
1.2 TUJUAN
1. Untuk mengetahui apa itu ilmu pengetahuan dan moral?
2. Untuk mengetahui perkembangan sejarah dari moral dan ilmu pengetahuan?
3. Untuk mengetahuai teori-teori moral?
4. Untuk mengetahui hubungan moral dan ilmu pengetahuan?
5. Untuk mengetahui peran moral dalam ilmu pengetahuan?

4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Ilmu Pengetahuan Dan Moral

Ilmu dan moral adalah dua kata yang memiliki makna berbeda namun sebenarnya
kedua makna kata tersebut saling melengkapi dan berhubungan erat dengan kepribadian
seseorang. Sejak saat pertumbuhannya, ilmu sudah terkait dengan masalah moral. Ketika
Copernicus (1473—1543) mengajukan teorinya tentang kesemestaan alam dan
menemukan bahwa “bumi yang berputar mengelilingi matahari” dan bukan sebaliknya
seperti yang dinyatakan dalam ajaran agama maka timbullah interaksi antara ilmu dan
moral (yang bersumber pada ajaran agama) yang berkonotasi metafisik. Secara metafisik
ilmu ingin mempelajari alam sebagaimana adanya, sedangkan di pihak lain terdapat
keinginan agar ilmu mendasarkan kepada pernyataan-pernyataan (nilai-nilai) yang
terdapat dalam ajaran-ajaran di luar bidang keilmuan (nilai moral), seperti agama.
Ilmu pengetahuan itu ialah hasil usaha pemahaman manusia yang disusun dalam suatu
system mengenai hukum-hukum tentang hal ikhwal yang diselidikinya (alam, manusia,
dan juga agama) sejauh yang dapat dijangkau daya pemikiran manusia yang dibantu
penginderaannya, yang kebenarannya diuji secara empiris, riset dan eksperimental.
Ilmu pengetahuan itu ialah hasil usaha pemahaman manusia yang disusun dalam suatu
system mengenai hukum-hukum tentang hal ikhwal yang diselidikinya (alam, manusia,
dan juga agama) sejauh yang dapat dijangkau daya pemikiran manusia yang dibantu
penginderaannya, yang kebenarannya diuji secara empiris, riset dan eksperimental.

2.2 Sejarah Perkembangan Ilmu Pengetahuan

Secara sederhana, sains dapat diartikan sebagai studi mengenai ilmu pengetahuan. Ada
banyak sekali jenis ilmu pengetahuan dalam sains, mulai dari ilmu kedokteran (medis),
ilmu Bumi, ilmu sosial, fisika, matematika, psikologi, hukum, ilmu kimia, astronomi,
bahasa, sejarah, dan bidang keilmuan lainnya yang masuk pada koridor penalaran
manusia secara umum.

Perkembangan sains tentu saja tidak terjadi begitu saja, melainkan membutuhkan waktu
dan proses yang sangat panjang, bahkan sejak zaman purba.

 Sains di masa manusia purba


Mungkin ada beberapa orang yang berpikir bahwa penemuan dan pengetahuan akan
sains hanya ada di zaman modern saja. Faktanya, sains sudah dipahami sejak zaman
manusia purba, lho. Namun, tentu saja pengetahuan manusia purba mengenai sains masih
terbatas dan terlihat sangat sederhana jika dibandingkan dengan sains modern.

Humans and Nature dalam lamannya mencatat bahwa manusia purba sudah
mengembangkan teknik berburu dengan cukup baik. Mungkin pengetahuan mereka

5
masih terbatas dalam membuat alat-alat berburu yang efisien. Alat-alat semacam batu
asah dan tombak biasanya dijadikan peralatan wajib dalam berburu.

Jelas mereka tidak memiliki GPS, map digital, senjata api, atau apa pun yang dapat
memudahkan mereka dalam bertahan hidup. Namun faktanya, menurut fosil-fosil dan
peninggalan purba yang ditemukan oleh ilmuwan, dapat disimpulkan bahwa ilmu
pengetahuan mengenai hewan dan cara berburu sudah ada sejak zaman manusia purba.

 Ilmu pengetahuan sudah jauh lebih maju pada era Sebelum Masehi
Kehidupan manusia tidak terbatas pada berburu dan bertahan hidup semata. Pada
perkembangannya, manusia selalu mengembangkan sesuatu karena memang pada
dasarnya manusia memiliki sifat yang ingin tahu dan tak pernah puas. Jika berburu dirasa
merepotkan, manusia bisa mengembangkan peternakan atau perkebunan.

Bahkan, manusia sudah mulai memikirkan bagaimana caranya untuk menyembuhkan


wabah atau penyakit di zaman kuno. Memang, ribuan tahun Sebelum Masehi ada banyak
orang menganggap bahwa penyakit datangnya dari sihir atau guna-guna. Namun, di
antara mereka, tetap ada sedikit tabib atau dokter yang sanggup menalar kejadian
tersebut sebagai sesuatu yang logis dan bebas dari takhayul.

 Sains terus berkembang pada abad pertengahan


Pada era Masehi, lebih tepatnya di zaman abad pertengahan, sains dan ilmu pengetahuan
mengenai banyak hal sudah mulai berkembang dengan sangat pesat. Beberapa penemuan
yang berpengaruh juga sudah ada di zaman ini. Bahkan, beberapa di antara ilmuwan
tersebut sudah memiliki pemikiran yang revolusioner dan maju ke masa depan.

Ilmuwan-ilmuwan besar, seperti Anatolius, Nicolaus Copernicus, Paulus Aigineta, Roger


Bacon, Ibnu Sina, Thomas Aquinas, Abu Nasr Al-Farabi, Constantine the African,
Michael Psellos, Ibnu Al-Haytham, Galileo Galilei, dan masih banyak lagi ilmuwan
lainnya, merupakan akademisi yang telah meletakkan fondasi bersejarah bagi
perkembangan sains di abad pertengahan.

Faktanya, menjadi ilmuwan dan akademisi di abad pertengahan sungguh bukan


perjuangan yang mudah. Bahkan, beberapa di antara mereka ada yang mendapatkan
hukuman mati dari kaum fanatik keagamaan setempat. Meski begitu, ilmu dan gagasan-
gagasan mereka justru telah digunakan dalam dunia sains hingga saat ini.

 Perkembangan sains saat ini


Saat ini, sains telah berkembang menjadi pengetahuan yang telah menjadi keharusan
untuk diajarkan pada tiap-tiap sekolah dan lembaga pendidikan di dunia. Diawali pada
awal 1900-an, Albert Einstein telah menemukan teori-teori besar yang sangat
berpengaruh bagi dunia. Mulai saat itu, perkembangan sains semakin tak terbendung.

Science Daily mencatat bahwa teori relativitas Einstein merupakan salah satu teori besar
yang masih sanggup bertahan hingga kini. Sebelumnya ada, Hukum Gravitasi yang

6
pernah digagas oleh ilmuwan besar bernama Isaac Newton. Padahal, memahami teori
milik Einstein dan Newton tersebut tidaklah mudah dan dibutuhkan pendalaman yang
sangat detail.

Kita yang hidup di zaman modern saat ini selalu ditemani oleh begitu banyak penemuan-
penemuan dan teknologi yang sebelumnya digagas oleh ilmuwan dan akademisi dunia.
Internet, telekomunikasi, medis, transportasi modern, sumber daya nuklir, perangkat
listrik, ilmu astronomi modern, dan semua hal yang berkaitan dengan sains sudah bisa
kita nikmati saat ini melalui perjalanan yang cukup panjang.

 Sains di masa depan


Untuk saat ini, impian tinggal di planet lain mungkin hanya terdengar sebagai omong
kosong, namun di masa depan hal tersebut bisa saja terjadi. Pasalnya, pada 2030
mendatang, manusia melalui NASA dan badan antariksa lainnya sudah mulai berencana
mengirim astronaut ke Planet Mars.

Belum lagi jika membicarakan teknologi medis di masa depan. Diperkirakan, sains
medis di masa depan dapat memperpanjang usia manusia secara umum. Kloning akan
menjadi hal biasa yang dilakukan di banyak negara. Bahkan, secara ekstrem, akan ada
sebuah teknologi canggih yang dapat “membangkitkan” manusia yang telah meninggal.
Penasaran? Semoga saja kita masih ada pada saat sains berkembang pesat di masa yang
akan datang.

2.3 Sejarah Perkembangan Moral

Moral berasal dari kata latin mos jamaknya mores yang berarti adat atau cara hidup.
Etika dan moral sama artinya, tetapi dalam penilaian sehari-hari ada sedikit perbedaan.
Moral dan atau moralitas dipakai untuk perbuatan yang sedang dinilai. Sementara itu
Wila Huky, sebagaimana dikutip oleh Bambang Daroeso (1986: 22) merumuskan
pengertian moral secara lebih komprehensip rumusan formalnya sebagai berikut :

 Moral sebagai perangkat ide-ide tentang tingkah laku hidup, dengan warna dasar
tertentu yang dipegang oleh sekelompok manusia di dalam lingkungan tertentu.
 Moral adalah ajaran tentang laku hidup yang baik berdasarkan pandangan hidup atau
agama tertentu.
 Moral sebagai tingkah laku hidup manusia, yang mendasarkan pada kesadaran, bahwa
ia terikat oleh keharusan untuk mencapai yang baik , sesuai dengan nilai dan norma yang
berlaku dalam lingkungannya.
Kata moral juga sering disinonimkan dengan etika, yang berasal dari kata Ethos dalam
bahasa Yunani Kuno, yang berarti kebiasaan, adat, akhlak, watak, Perasaan, sikap, atau
cara berfikir. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989: 237) etika diartikan sebagai

 ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan Tentang hak dan kewajiban moral
(akhlak),
 kumpulan asas atau nilai yang Berkenaan dengan akhlak

7
 nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu Golongan atau masyarakat.

Sementara itu menurut Frans Magnis Suseno (1987) membedakan ajaran moral dan
etika. Ajaran moral adalah ajaran-ajaran, wejangan-wejangan, khotbah-khotbah,
peraturan-peraturan lisan atau tulisan tentang bagaimana manusia harus hidup dan
bertindak agar ia menjadi manusia yang baik. Sumber langsung ajaran moral adalah
pelbagai orang dalam kedudukan yang berwenang, seperti orang tua dan guru, para
pemuka masyarakat dan agama, dan tulisan para bijak. Etika bukan sumber tambahan
bagi ajaran moral tetapi filsafat atau pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran dan
pandangan moral. Etika adalah sebuah ilmu dan bukan sebuah ajaran. Jadi etika dan
ajaran moral tidak berada di tingkat yang sama. Yang mengatakan bagaimana kita harus
hidup, bukan etika melainkan ajaran moral. Etika mau mengerti ajaran moral tertentu,
atau bagaimana kita dapat mengambil sikap yang bertanggung jawab berhadapan dengan
pelajaran moral.

 SIFAT MORAL
Objektivistik vs Realistivistik

Menurut perspektif Objektivistik, baik dan buruk itu bersifat pasti atau tidak berubah.
Suatu perilaku Yang dianggap baik akan tetap baik, bukan kadang baik dan kadang tidak
baik. senada dengan pandangan Objektivistik adalah pandangan absolut yang
menganggap bahhwa baik dan buruk itu bersifat mutlak, sepenuhnya, dan tanpa syarat.
Menurut Pandangan ini perbuatan mencuri itu sepenuhnya tidak baik, sehingga orang
tidak Boleh mengatakan bahwa dalam keadaan terpaksa, mencuri itu bukan perbuatan
yang Jelek. Demikian pula halnya dengan pandangan yang universal, prinsip-prinsip
moral Itu berlaku di mana saja dan kapan saja. Prinsip-prinsip moral itu bebas dari
batasan ruang dan waktu. Sebaliknya pandangan yang menyatakan bahwa persoalan
Moralitas itu sifatnya relatif, baik dan buruknya suatu perilaku itu sifatnya “tergantung”,
dalam arti konteksnya, kulturalnya, situasinya, atau bahkan tergantung Pada masing-
masing individu. Dari dimensi ruang, apa yang dianggap baik bagi Lingkungan
masyarakat tertentu, belum tentu dianggap baik oleh masyarakat yang Lain. Dari dimensi
waktu, apa yang dianggap baik pada masa sekarang, belum tentu Dianggap baik pada
masa-masa yang lalu.

2.4 Sistem Dalam Ilmu Pengetahuan

Disamping cara pandang (objek formal) dan metode ilmiah, dalam rangka mencapai
kebenaran ilmiah dari suatu objek materi maka diperlukan sistem. Sistem adalah
hubungan secara fugsional dan konsisten antara bagian-bagian yang terkandung dalam
suatu hal atau barang sehingga merupakan satu kesatuan utuh. Hubungan seperti itu
dalam rangka mencapai tujuan, yaitu kebenaran ilmiah. Cara pandang, metode, dan
sistem merupakan hal yang sangat menentukan ketercapaianya kebenaran ilmiah.

Sistem ini merupakan daya kerja aktif yang menggerakkan dan mengarahkan langkah-
langkah yang telah ditentukan dalam metode yang diatur sedemikian rupa sehingga

8
kontiniuitas dan konsistensi daya kerja metode itu mencapai tujuan akhir. Ada 6 sistem
yang lazim dikenal dalam ilmu pengetahuan, yaitu

1. Sistem Tertutup
Sistem ini tidak memungkinkan memasukan unsur-unsur baru kedalamnya, misalnya,
susunan alam semesta yang merupakan satu kesatuan. Ini terdiri dari unsur-unsur yang
jumlah jenisnya tetap dan tidak mengalami perubahan sejak dari mulai sampai masa
berakhirnya

2. Sistem Terbuka
Sistem ini memang dimaksudkan untuk memberikan peluang bagi masuknya unsur-unsur
baru agar keberadaan sesuatu hal kemungkinan bisa tetap berlangsung. Lebih dari itu
agar perkembangan sesuatu itu juga dimungkinkan. Misalnya, kehidupan masyarakat
manusia yang memiliki kodrat sebagai makhluk sosial di mana orang yang satu
cenderung secara alami bergantung kepada orang lain secara timbal balik.

3. Sistem Alami
Sistem ini memang sudah sejak awal merupakan suatu kesatuan yang utuh dalam rangka
mencapai tujuan yang juga telah ditentukan sejak awal. Misal, susunan alam semesta ini,
baik secara keseluruhan maupun secara bagian-bagian. Secara keseluruhan unsur-unsur
yang jumlah jenisnya tetap dan tidak mengalami perubahan sejak memulai sampai masa
berakhirnya. 4. Sistem buatan, sistem ini jelas merupakan hasil karya manusia. Hal ini
tercipta atau diciptakan secara sengaja untuk memenuhi sagalam macam kebutuhan
hidup sehari-hari yang semakin komplek yang disebabkan oleh perkembangan kualitas
manusia itu sendiri. Ini terjadi mungkin karena ia memiliki potensi cipta, rasa dan karsa.

Salah satu contoh sistem buatan manusia dapat dilihat pada perkembangan pengetahuan
yang menjadi suatu sistem filsafat. Dari sini perkembangan pengetahuan menjadi sistem
ilmu pengetahuan yang beraneka ragam semakin mampu berperan atau berfungsi
sebagau alat perlengkap bagi pemenuhan kebutuhan hidup seharu-hari.

4. Sistem yang Berbentuk Lingkaran


Sistem ini merupakan perkembangan dari sistem buatan, yang dibuat agar lebih
memudahkan tercapainya salah satu tujuan hidup. Dalam sistem ini masalah sentralnya
diletakkan pada sentral dari suatu lingkaran. Dari sini orang mulai menjelaskan sejauh
mana masalah itu dapat memengaruhi bidang-bidang lainnya. Semakin jauh suatu titik
dari titik sentral itu maka titik itu akan mendapatkan pengaruh yang semakin lemah.
Sistem ini dapat diasosiasikan dengan berkas sinar yang semakin jauh jaraknya maka
pancaran daya sinarnya akan semakin berkurang.

5. Sistem yang Berbentuk Garis


Sistem ini juga merupakan perkembangan dari sistem buatan. Agar dapat mencapai
tujuan yang lebih mudah, sistem ini dususun menurut jenjang-jenjang atau tingkat-

9
tingkat mulai dari yang paling tinggi ke jenjang yang paling rendah. Susunan ini
memperlihatkan suatu tatanan bahwa jenjang yang lebih rendah mendasarkan diri kepada
jenjang yang lebih tinggi.

2.5 Teori-Teori Moral

Teori – teori Moral Menurut Para Ahli

a. Pengertian moral dalam kamus pisikologi (Chaplin, 2006):

dituliskan bahwa moral mengacu pada akhlak yang sesuai dengan peraturan sosial, atau
menyangkut hukum atau adat kebiasaan yang mengatur tingkah laku.

b. Pengertian moral dalam Hurlock (Edisi ke-6, 1990): mengatur

bahwa perilaku moral adalah perilaku yang sesuai dengan kode moral kelompok sosial.
Moral sendiri berarti tatacara, kebiasaan, dan adat. Perilaku moral dikendalikan konsep-
konsep moral atau peraturan perilaku yang telah menjadi kebiasaan bagi anggota suatu
budaya.

c. Pengertian moral menurut Webster new word dictionary (Wantah, 2005):

bahwa moral adalah suatu yang berkaitan atau ada hubungannya dengan kemampuan
menentukan benar salah dan baik buruknya tingkah laku.

d. Maria Assumpta

Pengertian moral adalah aturan-aturan(rule) mengenai sikap (attitude) dan perilaku


manusia (human behavior) sebagai manusia. Hal ini mirip bila dikatakan bahwa orang
yang bermoral atau dikatakan memiliki moral adalah manusia yang memanusiakan orang
lain.

e. Bapak Sonny Keraf: bahwa moral merupakan sebuah tolak ukur.

Moral dapat digunakanuntuk mengukur kadar baik dan buruknya sebuah tindakan
manusia sebagai manusia, mungkin sebagai anggota masyarakat (member of society)
atau sebagai manusia yang memiliki posisi tertentuh atau pekerjaan tertentuh.

f. Bapak Zainudin Saifullah Ninggolan:

Bahwa pengertian moral adalahsuatu tendensi rohani untuk melakukan seperangkat


standard an norma yang mengatur perilaku seseorang dan masyarakat . pengertian moral
kali ini erat hubungannya dengan akhlak manusia ataupun untuk membedakan mana
yang baik dan mana yang buruk.

g. Bapak Imam Sukardi:

10
bahwa pengertian moral adalah kebaikankebaikan yang sesuai dengan ukuran-ukuran
tindakan yang diterima oleh masyarakat atau umum, meliputi kesatuan sosial maupun
lingkungan tertentuh. Disini, dapat anda perhatikan bahwa pengertian moral selalu
dihubungkan dengan adat istiadat suatu masyarakat.

h. Menurut Wantah (2005):

Moral adalah suatu yang harus dilakukan atau tidak ada hubungannya dengan
kemampuan untuk menentukan siapa yang benar dan perilaku yang baik dan buruk.

Dengan demikian, pengertian moral dapat dipahami dengan mengklasikasikannya


sebagai berikut:

a. Moral sebagai ajaran kesusilaan, berarti segala sesuatu yang berhubungan dengan
tuntan untuk melakukan perbuatan-perbuatan baik dan meningalakan perbuatan jelek
yang bertentangan dengan ketentuhan yang berlaku dalam suatu masyarakat.

b. Moral sebagai aturan, berarti ketentuhan yang digunakan oleh masyarakat untuk
menilai perbuatan seseorang apakah termasuk baik dan buruk.

c. Moral sebagai gejala kejiwaan yang timbul dalam bentuk perbuatan seperti berani,
jujur, sabar, gairah dan sebagainya.

2.6 hubungan Moral Dengan Ilmu Pengetahuan

Ilmu merupakan hasil karya perseorangan yang dikomunikasikan dan dikaji secara
terbuka oleh masyarakat.(Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu, 1990, hal. 237). Jikalau
hasil penemuan perseorangan tersebut memenuhi syarat-syarat keilmuan maka ia akan
diterima sebagai bagian dari kumpulan ilmu pengetahuan dan dapat digunakan dalam
masyarakat.

Moral merupakan tekad manusia untuk menemukan kebenaran, sebab untuk


menemukan kebenaran dan terlebih-lebih lagi untuk mempertahankan kebenaran,
diperlukan keberanian moral. Moral berkaitan dengan metafisika keilmuan maka
masalah moral berkaitan dengan cara penggunaan pengetahuan ilmiah. (Jujun S.
Suriasumantri, Filsafat Ilmu, 1990, hal. 234 - 235).

Pada kenyataan sekarang tidak bisa dipungkiri bahwa peradaban manusia sangat
tergantung kepada ilmu dan teknologi. Dengan kemajuan ilmu pengetahuan maka
pemenuhan kebutuhan hidup manusia dapat dilakukan secara lebih cepat dan lebih
mudah. Dengan diciptakannya peralatan teknologi dibidang kesehatan, transportasi,
pendidikan dan komunikasi, maka mempermudah manusia dalam menyelesaikan
pekerjaan untuk pemenuhan kebutuhan hidupnya. Namun dalam kenyataan apak ilmu

11
selalu merupakan berkah, terbebas dari hal-hal negatif yang membawa malapetaka dan
kesengsaraan?

Sejak dalam tahap pertumbuhannya ilmu sudah dikaitkan dengan tujuan perang. Ilmu
bukan saja digunakan untuk mengusai alam melainkan juga untuk memerangi sesama
manusia dan mengusai mereka. Teknologi tidak lagi berfungsi sebagai sarana yang
memberikan kemudahan bagi kehidupan manusia melainkan dia berada untuk tujuan
eksistensinya sendiri.

Dewasa ini ilmu bahkan sudah berada di ambang kemajuan yang mempengaruhi
reproduksi dan penciptaan manusia itu sendiri. Jadi bukan saja menimbulkan gejala
dehumanisasi namun bahkan kemungkinan mengubah hakikat kemanusiaan itu sendiri,
atau dengan perkataan lain, ilmu bukan lagi merupakan sarana yang membantu manusia
mencapai tujuan hidupnya, namun bahkan kemungkinan mengubah hakikat kemanusiaan
itu sendiri, atau dengan perkataan lain ilmu bukan lagi merupakan sarana yang
membantu manusia mencapai tujuan hidupnya, namun juga menciptakan tujuan hidup itu
sendiri. Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu, 1990, hal. 231).

Sejak saat pertumbuhannya ilmu sudah terkait dengan masalah-masalah moral namun
dalam perspektif. Ketika Copernicus (1473-1543) mengajukan teorinya tentang
kesemestaan alam dan menemukan bahwa “bumi yang mengelilingi matahari” dan bukan
sebaliknya seperti yang dinyatakan oleh ajaran agama, maka timbullah interaksi antara
ilmu dan moral (yang bersumber pada ajaran agama). Dari hal tersebut timbullah konflik
yang bersumber pada penafsiran metafisik ini yang berkulminasi pada pengadilan
inkuisisi Galileo pada tahun 1633. Pengadilan inkuisisi Galileo ini selama kurang lebih
dua setengah abad mempengaruhi proses perkembangan berfikir di Eropa, pada dasarnya
mencerminkan pertarungan antara ilmu yang terbebas dari nilai-nilai diluar bidang
keilmuan dan ajaran-ajaran di luar bidang keilmuan yang ingin menjadikan nilai-nilainya
sebagai penafsiran metafisik keilmuan.

Dalam kurun ini para ilmuwan berjuang untuk menegakkan ilmu yang berdasarkan
penafsiran alam sebagaimana adanya dengan semboyan: Ilmu yang Bebas Nilai! Setelah
pertarungan kurang lebih dua ratus lima puluh tahun maka para ilmuwan mendapatkan
kemenangan. Setelah saat itu ilmu memperoleh otonomi dalam melakukan penelitiannya
dalam rangka mempelajari alam sebagaimana adanya.

Dalam perkembangan selanjutnya ilmu dan teknologi tidak selamanya berjalan sesuai
dengan yang diharapkan yaitu dalam rangka mensejahterakan kehidupan manusia.
Masalah teknologi telah mengakibatkan proses dehumanisasi. Dari perkembangan ilmu
dan teknologi dihadapkan dengan moral, para ilmuwan terbagi ke dalam dua golongan
pendapat. Golongan pertama ingin melanjutkan tradisi kenetralan ilmu secara total
seperti pada era Galileo sedangkan golongan kedua mencoba menyesuaikan kenetralan
ilmu secara pragmatis berdasarkan perkembangan ilmu dan masyarakat. Golongan kedua
mendasarkan pendapatnya pada beberapa hal yakni: (1) Ilmu secara faktual telah

12
dipergunakan secara destruktif oleh manusia yang dibuktikan dengan adanya dua perang
dunia yang mempergunakan teknologi-teknologi keilmuan; (2) Ilmu telah berkembang
dengan pesat dan makin esoterik sehingga kaum ilmuwan lebih mengatahui tentang
ekses-ekses yang mungkin terjadi bila terjadi penyalagunaan; dan (3) Ilmu telah
berkembang sedemikian rupa di mana terdapat kemungkinan bahwa ilmu dapat
mengubah manusia dan kemanusiaan yang paling hakiki seperti pada kasus revolusi
genetika dan teknik perubahan sosial (sosial engineering). Berdasarkan ketiga hal ini
maka golongan kedua berpendapat bahwa ilmu secara moral harus ditujukan untuk
kebaikan manusia tanpa merendahkan martabat atau mengubah hakikat kemanusiaan.

2.7 Ilmu Pengataghuan Dalam Perspektif Moral

Ilmu pengetahuan berfungsi sebagai intrepertasi tentang kehidupan manusia. Yang


menentukan fakta konkret sampai pada yang paling mendasar. Ilmu pengetahuan harus
dibarengi dengan adanya moralitas yang bagus. Ilmu berupaya mengungkapkan realitas
sebagaimana adanya, sedangkan moral pada dasarnya adalah petunjuk-petunjuk tentang
apa yang harusnya dilakukan manusia. Karena hasil-hasil dari keilmuan memberikan
alternatif-alternatif untuk membuat keputusan ilmu dengan berkiblat pada pertimbangan
moral.

ilmu merupakan sesuatu yang paling penting bagi manusia, karena dengan ilmu semua
keperluan dan kebutuhan manusia bisa terpenuhi secara lebih cepat dan mudah.
Perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan telah menciptakan berbagai bentuk
kemudahan bagi manusia, dimana ilmu pengetahuan dan teknologinya merupakan berkah
dan penyelamat bagi manusia, terbebas dari kutukan yang membawa malapetaka dan
kesengsaraan. Memang dengan jalan mempelajari teknologi seperti pembuatan bom
atom, manusia bisa memanfaatkan wujudnya sebagai sumber energi bagi keselamatan
manusia, tetapi dipihak lain hal ini bisa berakibat sebaliknya seperti pemboman yang
terjadi di bali membawa manusia kepada penciptaan boom atom yang menimbulkan
malapetaka.

Keterkaitan ilmu dengan nilai-nilai moral (agama) sebenarnya sejak adanya ilmu sudah
terkait dengan masala moral namun dalam perspektif yang berbeda, ketika ilmu dapat
mengembangkan dirinya, yakni dari pengembangan konseptual yang bersifat
komtemplatif disusul penerapan-penerapan konsep ilmiah ke masalah-masalah praktis
(bersifat manipulatif) atau dengan perkataan lain dari konsep ilmiah yang bersifat abstrak
dalam bentuk konkrit bersama teknologi, konflik antara ilmu dan moral berlanjut.
Masalah moral dalam menghadapi akses ilmu dan teknologi yang bersifat merusak ini
para ilmuwan terbagi ke dalam dua golongan pendapat. Golongan pertama menginginkan
bahwa ilmu harus bersifat netral terhadap nilai-nilai baik itu secara ontologis maupun
aksiologis, dalam hal ini tugas ilmuwan adalah menemukan pengetahuan kepada orang
lain untuk tujuan yang baik, atau dipergunakan untuk tujuan yang buruk. Golongan
kedua sebaliknya berpendapat bahwa netralitas ilmu terhadap nilai-nilai hanyalah
terbatas pada metafisik keilmuan, sedangkan dalam penggunaannya, bahkan pemilihan
objek penelitian, maka kegiatan keilmuan haruslah berlandaskan asas-asas moral.

13
Masalah moral tidak bisa dilepaskan dengan tekad manusia untuk menemukan
kebenaran, sebab untuk menemukan kebenaran dan terlebih lagi untuk mempertahankan
kebenaran, diperlukan keberanian moral. Tanpa landasan moral maka ilmuwan mudah
sekali tergelincir dalam melakukan prostitusi intelektual. Penalaran secara rasional yang
telah mencapai harkatnya seperti sekarang ini berganti dengan proses rasionalisasi yang
bersifat mendustakan kebenaran. Maka ilmu pengetahuan haruslah terbuka pada
konteksnya , dan agamalah yang menjadi konteksnya itu, agama mengarahkan ilmu
pengetahuan pada tujuan hakikinya, yakni memahami realitas alam, dan memahami
eksistensi Allah agar manusia menjadi sadar pada hakikat pencipta dirinya, dan tidak
mengarahkan ilmu pengetahuan saja, akan tetapi kekuasaan manusia atas ilmu
pengetahuan harus mendapat tempat yang utuh , eksistensi ilmu pengetahuan bukan
untuk mendesak kemanusiaan, tetapi kemanusianlah yang mengenggam ilmu
pengetahuan untuk kepentingan dirinya dalam rangka penghambaan dirinya kepada sang
pencipta.

2.8 Peran Moral Dalam Ilmu Pengetahuan

Adapun peran moral adalah mengingatkan agar ilmu boleh berkembang secara optimal,
tetapi ketika dihadapkan dengan masalah penerapan atau penggunaannya harus
memperhatikan segi kemanusiaan yang baik pada tataran individu maupun kelompok.
Peran tersebut membuat para ilmuwan harus mempunyai sikap formal mengenai
penggunaan pengetahuan ilmiah. Bagi kita sendiri yang hidup dalam masyarakat
pancasila, tidak mempunyai pilihan lain selain konsisten dengan sikap kelompok
ilmuwan kedua, dan secara sadar mengembangkan tanggung jawab sosial di kalangan
ilmuwan dengan pancasila sebagai sumber moral atau sikap formal kita.

Bila hubungan antara hati dan akal telah diputuskan maka manusia akan menghadapi
kenyataan bahwa pertanyaan tentang hidup ideal tidak akan pernah akan terjawab. Tanpa
landasan moral maka ilmuwan mudah sekali melakukan prostitusi intelektual. Mereka
menilih ilmu dan teknologi sebagai gantungan hidup, padahal meletakkan ilmu dan
teknologi sebagai pemegang otoritas tertinggi dalam kehidupan berarti ia telah
menyerahkan kehidupan manusia kepada alat yang dibuatnya sendiri.

14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

1. Ilmu wawasan yang harus didapatkan seseorang untuk mengambil atau menata setiap
langkah didalam kehidupan individu seseorang. Selain ilmu pengetahuan setiap individu
harus mempunyai moral yang mana hubungan ilmu dengan moral sangatlah
bersinggungan untuk menjadi pribadi yang baik.
2. Sejarah adanya ilmu pengetahuan yaitu untuk mengidentifikasi segala sesuatu yang
akan dihadapi kedepanya. Seperti beradaptasi si era perkembangan teknologi yang
semakin canggih. Dan orang-orang dengan segala pemikiran yang lebih luas.
3. Moral mempunyai sejarah, dimana moral yakni menentukan kita dalam bertindak agar
tidak melanggar batasan-batasan yang bisa merugikan kita dan orang sekitar kita. Jika
moral di tiadakan mungkin sudah banyak hal yang buruk akan terjadi di setiap kediupan
seseorang.
4. Sistem dalam ilmu pengetahuan mempunyai 5 sistem: yang pertama yaitu sistem
tertutup adalah sisitem yang tidak menerima unsur baru, yang kedua sistem terbuka yaitu
menerima berbagai unsur untuk masuk, ketiga sistem alami yakni sistem yang sejak awal
merupakan suatu kesatuan yang utuh, keempat sistem yang berbentuk lingkaran adalah
sistem buatan yang dibuat agar terpcapai tujuannya, yang kelima sistem berbentuk garis
yaitu perkembangan dari sistem buatan.
5. Teori-teori setiap para ahli mempunyai pendapat yang sama dimana moral sangatlah
penting untuk kehidupan manusia kedepannya.
6. Ilmu penegetahuan dan moral saling melengkapi untuk menanta suatu kehidupan
seseorang. Dimana moral untuk akhlak setiap individu sedangkan ilmu untuk
bertambahnya wawasan seseorang.
7. Moral berperan dalam pendidikan demi menegakkan setiap langkah yang kita ambil
sesuia atau tidak dengan norma-norma kehidupan.

3.2 Saran

Setiap individu harus mempunya ilmu untuk menambah pengetahuan di era zaman yang
semakin maju dimana setiap manusia harus menguasi berbagai bidang untuk berada
dikaki mereka masing-masing. Bukan hanya ilmu pengetahuan saja yang dibutuhkan
tetapi juga moral, agar setiap individu bisa memilih apa yang benar dan tidak benar.
Moral dan ilmu sangat bersinggunagan agar ilmu tersebut tidak menyesatkan di
kehidupan seseorang tersebut. Ilmu tanpa akhlak ibaratkan pohon tanpa buah karena bias
bertumbuh tetapi tidak bisa mengambil hasilnya.

15
DAFTAR PUSTAKA

http://conference.unika.ac.id/index.php/fra2020/FRA/paper/
downloadSuppFile/312/283

https://www.neliti.com/id/publications/173605/sejarah-klasifikasi-dan-
strategi-perkembangan-ilmu-pengetahuan

https://sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB314136210011.pdf

16

Anda mungkin juga menyukai