Disusun oleh:
Berfilsafat tentang ilmu berarti berpikir apakah sebenarnya yang dimaksud dengan ilmu?
Apakah ciri-ciri yang membedakan ilmu dengan pengetahuan lainnya yang bukan ilmu?
Demikian juga dengan berfilsafat berarti berendah hati mengevaluasi segenap pengatahuan
yang kita ketahui dalam kehidupan ini, di manakah ilmu mulai dan di batas manakah dia
berhenti?
1. Asal Filsafat
Tiga hal yang mendorong manusia berfilsafat, yaitu : keheranan, kesangsian, dan
kesadaran akan keterbatasan.
a. Keheranan
Banyak filsuf menunjuk rasa heran (Yunani : thaumasia) sebagai asal dari filsafat. Seperti
plato yang mengatakan : “Mata kita memberi pengamatan bintang, matahari, dan langit.
Pengamatan ini mendorong untuk menyelidiki. Dan dari penyelidikan ini bersifat filsafat.”
Juga stertulis di kuburan Immanuel .”ceoelum stellatum supra me, lex moralis intra me,”
yang artinya adalah kedua gejala yang paling mengherankan menurut kant adalah bintang
yang ada diatas dan hukum moral dalam hatinya.
b. Kesangsian
Augustinus dan decartes, menunjukkan bahwa kesangsian sebagai sumber utama
pemikiran. Manusia heran, tapi kemudian ia ragu-ragu. Apakah ia tidak ditipu oleh
pancainderana kalau ia heran? Apakah kita tidak hanya melihat yang ingin kita lihat? Dimana
dapat ditentukan kepastian, karena dunia ini penuh dengan macam-macam pendapat,
keyakinan, dan interpretasi? Sikap ini, sikap skeptis, sangat berguna untuk menemukan suatu
titik pangkal yang tidak teragukan lagi. Titik pangkal ini dapat berfungsi sebagai dasar untuk
semua pengetahuan lebih lanjut.
c. Kesadaran akan keterbatasan
Manusia mulai berfilsafat ketika ia menyadari betapa kecil dan lemah dirinya bila
dibandingkan dengan alam semesta. Semakin manusia terpukau oleh ketakterhinggaan
sekelilingnya, semakin ia heran akan eksistensinya. Dan kalau dunia saya dan hidup saya
kelihatan tidak berarti dalam keadaan-keadaan tertentu.
2. Ilmu dan pengetahuan
Dasar-dasar pengetahuan ada empat, yaitu penalaran, logika, sumber pengetahuan, dan
kriteria kebenaran. Para filsuf dikenal telah banyak menyumbangkan metode berpikir
filsafati, dalam proses mencari kebenaran. Mereka mampu menyumbangkan konsepsi
pemikiran untuk mengungkap misteri kehidupan manusia. Bahkan tidak hanya manusia yang
menjadi objek pemikiran, tetapi meliputi segala kemungkinan yang ada (seperti Tuhan, alam
semesta, manusia). Pola pemikiran dalam metode berpikir (berfilsafat) berawal dari titik
pangkal dan dasar kepastian, seperti logika konsepsional dan intuisi, seperti penalaran
induktif dan penalaran deduktif (Nasution, 2017).
Secara bahasa, kata ilmu dalam bahasa Arab berasal dari kata “ilm” yang berarti
memahami, mengerti atau mengetahui. Ilmu adalah seluruh usaha untuk menyelidiki,
menemukan dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam
alam manusia. Sedangkan, istilah “pengetahuan” merupakan padanan dari bahasa Inggris
“knowledge” yang berarti pengetahuan umum yang belum teruji kebenarannya. Pengetahuan
adalah proses kehidupan yang diketahui manusia secara langsung dari kesadarannya sendiri.
Pengetahuan diartikan hanyalah sekedar “tahu”, yaitu hasil tahu dari usaha manusia
menjawab pertanyaan “apa”. Sedangkan ilmu bukan hanya sekedar menjawab “apa”, tetapi
akan dapat menjawab “mengapa” dan “bagaimana” (Nasution, 2017).
Pengetahuan dapat dikembangkan lebih lanjut menjadi ilmu apabila memenuhi kriteria
ilmiah sesuatu dapat disebut sebagai ilmu. Kriteria tersebut adalah objektif, metodis,
sistematis, dan universal (Nasution, 2017).
3. Ciri-ciri Ilmu Pengetahuan
Menurut The liang Gie (1987) ilmu pengetahuan memiliki lima ciri pokok, yaitu :
a. Empiris
Bahwa Pengetahuan itu diperoleh berdasarkan pengamatan dan percobaan
b. Sistematis
Bahwa berbagai keterangan dan data yang tersusun sebagai kumpulan pengetahuan itu
mempunyai hubungan ketergantungan dan teratur
c. Objektif
Bahwa ilmu pengetahuan yang bebas dari prasangma perseorangan dan kesukaaan
pribadi
d. Analisis
Bahwa pengetahuan ilmiah berusaha membeda-bedakan pokok soalnya ke dalam bagian
yang terperinci untuk memahami berbagai sifat,hubungan, dan peranan dari bagian-
bagian itu
e. Verikatif
Bahwa ilmu tersebut dapat di uji kebenarannya oleh siapapun
DAFTAR PUSTAKA
Keraf, A Sonny. 2014. Filsafat Lingkungan Hidup: Alam Sebagai Sebuah Sistem Kehidupan.
Yogyakarta: PT Kanisius.
Kiron, Syahrul. 2011. Filsafat Ilmu dan Arah Pengembangan Pancasila: Relevansinya dalam
Mengatasi Persoalan Kebangsaan. Jurnal Filsafat Vol 21, 2, 99-117.
Magnis, Franz dan Suseno. 2016. Filsafat Sebagai Ilmu Kritis. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Nasution, Muhammad Syukri Albani dan Rizki Muhammad Haris. 2017. Filsafat Ilmu. Depok:
Rajawali Pers.
Nawawi, Nurnaningsih. (2017). Tokoh Filsuf dan Era Keemasan Filsafat Edisi Revisi.
Makasar:Pusaka Almaida Makasar.
Suriasumantri, Jujun S. 2009. Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Penerbit Penebar
Swadaya.
Wahana, Paulus. 2008. Menguak Kebenaran Ilmu Pengetahuan dan Aplikasinya dalam Kegiatan
Perkuliahan. Jurnal Filsafat Vol. 18, 3, 273-294.
Wahyudi, M. 2016. Konstruksi Integritas Ilmu, Teknologi dan Kebudayaan. EL-BANAT: Jurnal
Pemikiran dan Pendidikan Islam. 6(2):235-249