Makalah
untuk memenuhi tugas matakuliah
Etika Keilmuan
yang dibina oleh Dr. Retno Wulandari
oleh
Yahya Zakaria
200516830402
2. Pembahasan
2.1 Definisi Pengetahuan, Ilmu dan Filsafat
2.1.1 Pengetahuan
Pengetahuan secara ringkas dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang diperoleh
berdasarkan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari yang menghubungkan realitas
subyek dan obyek baik secara sadar maupun tidak sadar. Pengetahuan murni
berdasarkan persepsi akal yang tergambar melalui pengalaman keseharian dan tidak
diperlukan kriteria-kriteria yang menggambarkan suatu obyek.
Beberapa tokoh dunia mendefinisikan pengetahuan secara berbeda-beda.
Muhammad Hatta mendefinisikan pengetahuan sebagai sesuatu yang didapat dari
pengalaman. Max Scheller mendefinisikan pengetahuan adalah bentuk partisipasi suatu
realitas ke realitas lain tanpa memodifikasi secara kualitas. Max membedakan
pengetahuan ke dalam tiga kategori, diantaranya: (1) pengetahuan tentang penguasaan
dan prestasi yang memberi kemungkinan kepada subyek untuk mengetahui
lingkungannya. (2) pengetahuan kultural yang memungkinkan untuk melakukan
perubahan-perubahan kolektif terhadap lingkungannya. (3) pengetahuan yang
membebaskan diri dari cengkraman dunia lahir.
Pengetahuan tidak memiliki kualifikasi standar yang memerlukan syarat-syarat
khusus. Posisi pengetahuan sangat penting khususnya dalam tradisi berfikir empirik-
deduktif, dengan kata lain pengetahuan hanya tumpukan fakta-fakta, kasus atau data
yang terjadi kemudian diserap oleh indera tanpa melalui proses yang matang. Proses
yang matang menjadi kata kunci karena tidak semua pengalaman empiris dapat
ditangkap dengan baik kemudian diuraikan secara mendalam menggunakan seperangkat
piranti akademik yang ketat. Pengalaman empiris bisa terjadi secara kebetulan tanpa
senganja atau terdorong untuk melakukan pengkajian lebih mendalam. Jumlah
pengalaman seseorang akan mempengaruhi banyak sedikitnya pengetahuan yang
dimiliki.
2.1.2 Ilmu
Ilmu dapat didefinisikan sebagai pengetahuan yang memiliki ciri, tanda dan
syarat tertentu seperti sistimatik, rasional, empiris, umum dan kumulatif. Ilmu
diperoleh berdasarkan hasil pengamatan, penelitian dan pembuktian secara ilmiah untuk
menemukan teori. Penemuan teori merupakan sasaran pokok dalam proses kerja ilmu
dengan sifat tentatif. Sifat tentatif yang dimaksud adalah teori suatu ilmu pengetahuan
dapat berganti apabila ditemukan teori-teori baru yang dianggap lebih baik dan relevan
untuk diaplikasikan. Teori lama akan mengalami penambahan seiring dengan temuan-
temuan baru yang semakin melengkapinya dan tidak merombak struktur substansi teori
tersebut.
Ilmu pengetahuan yang terus berkembang disebabkan oleh kerja yang dinamis
dan terus mengalami perubahan-perubahan selama masih ada riset. Ilmu pengetahuan
juga dapat berasal dari keraguan sebagai titik awal sumber pengetahuan. Keraguan
apapun yang muncul dalam fikiran seseorang akan melahirkan berbagai persoalan yang
nantinya dari persoalan tersebut akan muncul rasa ingin tahu untuk mencari jawaban.
Menurut Suaedi (2015), ilmu harus sistematis dan berdasarkan metodologi serta
berusaha mencapai generalisasi. Generalisasi ilmu dalam kajian ilmiah harus memiliki
data pendukung yang kuat, jika data pendukung belum kuat atau belum cukup maka
dapat menggunakan hipotesis. Hipotesis sebagai dugaan pikiran memberi arah pada
penelitian dalam menghimpun data. Data yang cukup sebagai hasil penelitian
dihadapkan dengan hipotesis, jika data tersebut mensahihkan hipotesis maka hipotesis
tersebut dapat dijadikan sebuah teori.
Ilmu memiliki berbagai macam jenis, diantaranya sebagai berikut.
1. Ilmu praktis, ilmu yang mempelajari hubungan sebab-akibat untuk diterapkan dalam
alam kenyataan. Ilmu ini tidak hanya tertuju sampai pada hukum umum atau
abstraksi serta suatu teori, tetapi juga menuju kepada dunia kenyataan.
2. Ilmu praktis normatif, ilmu ini berkaitan dengan ukuran-ukuran (kriterium) dan
norma-norma kehidupan sehari-hari.
3. Ilmu proktis positif, ilmu yang memberikan ukuran atau norma yang lebih khusus
daripada ilmu praktis normatif. Norma yang dikaji ialah bagaimana membuat sesuatu
atau Tindakan apa yang harus dilakukan untuk mencapai hasil tertentu.
4. Ilmu spekulatif ideografis, ilmu yang bertujuan mengkaji kebenaran objek dalam
wujud nyata dalam ruang dan waktu tertentu.
5. Ilmu spekulatif nomotetis, bertujuan mendapatkan hukum umum atau generalisasi
substantif.
6. Ilmu spekulatif teoretis, bertujuan memahami kuasalitas untuk memperoleh
kebenaran dari keadaan atau peristiwa tertentu.
2.1.3 Filsafat
Filsafat dalam kenyataannya mencakup bidang yang sangat luas sejauh dapat
dijangkau oleh fikiran. Filsafat berusaha untuk menjawab pertanyaan-pernyataan
mendasar tentang alam semesta tempat manusia hidup serta apa yang menjadi tujuan
hidupnya. Filsafat secara etimologik memiliki dua arti. Pertama, apabila istilah filsafat
mengacu pada istilah philein dan sophos, maka memiliki arti mencintai hal-hal yang
bersifat bijaksana. Kedua, apabila filsafat mengacu pada kata philos dan sophia maka
artinya adalah teman kebijaksanaan.
Filsafat memiliki banyak fungsi sejalan dengan cara pandang seseorang, berikut
diantarannya.
a. Filsafat sebagai suatu sikap
Filsafat adalah suatu sikap terhadap kehidupan dan alam semesta. Seseorang dalam
menghadapi masalah yang rumit akan terbesit pertanyaan bagaimana cara untuk
keluar dari permasalahan tersebut. Bentuk pertanyaan tersebut membutuhkan
jawaban secara kefilsafatan dengan tinjauan permasalahan secara luas, tenang dan
mendalam.
b. Filsafat sebagai suatu metode
Filsafat sebagai metode memiliki arti sebagai cara berfikir yang reflektif,
penyelidikan menggunakan alas an, berfikir secara hati-hati dan teliti.filsafat
berusaha memikirkan semua pengalaman manusia secara mendalam dan jelas.
Metode berfikir semacam ini bersifat inclusive, secara meluas, dan synoptic (secara
garis besar).
c. Filsafat sebagai kelompok persoalan
Persoalan-persoalan kehidupan manusia yang beragam di berbagai zaman membuat
para filosof memikirkan dan berusaha untuk menjawabnya. Persoalan dijawab secara
paripurna sesuai pada zamannya oleh para filosof. Patut dipahami bahwa pernyataan
yang bersifat filosofis berbeda dengan pernyataan non-filosofi. Pernyataan yang
bersifat non-filosofis akan mudah dijawab secara langsung dengan jawaban yang
tepat seperti dimana anda tinggal? Sisi lain pertanyaan yang bersifat filosofis akan
memerlukan penelaahan yang mendalam dan butuh energi lebih untuk bisa
menjawab secara tuntas seperti, mengapa manusia hidup di dunia?
Seiring dengan perkembangan akal pikiran manusia yang senantiasa mengalami
pertumbuhan, perkembangan, dan perubahan, maka pengertian filsafat juga mengalami
perkembangan dan perubahan konotasi yang telah menguasai kehidupan manusia
sehingga mempengaruhi filsafat hidup suatu bangsa menjadi norma negara. Kehidupan
bangsa dan negara dengan segala aspek kehidupannya berdasarkan asas-asas filosofis,
seperti nasionalisme, sosialisme, liberalisme, komunisme, dan lain sebagainya. Hamper
dapat dikatakan bahwa filsafat sebagai filsafat negara menjadi asas filsafat Pendidikan
suatu masyarakat, bangsa, dan negara dalam rangka pembentukan dan pembinaan
manusia menjadi warga negara yang baik.
Filsafat jika diperhatikan sebenarnya mengandung arti cita-cita yang mulia,
dimana orang yang belajar filsafat berusaha untuk memiliki Mutiara-mutiara
kebijaksanaan sebagai pedoman dan pegangan hidup sehingga filsafat mengandung
sesuatu yang dalam bagi manusia. Filsafat dipandang sebagai induk ilmu pengetahuan
karena pada mulanya Sebagian besar ilmu berkembang sejauh ini berasal dari filsafat.
Filsafat menjawab semua persoalan tentang hidup dan kehidupan yang bersifat hakiki.
3. Penutup
3.1 Simpulan
Ilmu dan filsafat dalam kehidupan manusia sehari-hari memiliki ketrkaitan yang
erat. Filsafat sebagai induk dari berbagai cabang ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan
yang didalami dengan cara berfikir filosofis dapat mengantarkan pola berfikir manusia
yang lebih kritis, peka terhadap lingkungan serta memiliki tingkat analisis yang baik
dalam mengatasi suatu masalah.
3.2 Saran
Penyaluran ilmu filsafat sebaiknya disampaikan secara langsung, karena
pembentukan karakter pendidikan tidak bisa hanya dengan mengandalkan bantuan alat
elektronik dan internet.
Daftar Rujukan
Idris, Abdul G. 2000. Keutamaan Ilmu & Para Ulama. Kuala Lumpur: Al-
Hidayah
Publishers.