Anda di halaman 1dari 11

Filsafat Ilmu

Makalah
untuk memenuhi tugas matakuliah
Etika Keilmuan
yang dibina oleh Dr. Retno Wulandari

oleh
Yahya Zakaria
200516830402

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI S2 TEKNIK MESIN
Oktober 2020
1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Pendidikan sebagai landasan pokok yang dijamin Undang-Undang Dasar
Republik Indonesia Tahun 1945 sudah sepatutnya diterapkan dan didistribusikan secara
merata. Pemerataan Pendidikan di Indonesia sudah mengalami banyak kemajuan.
Kemajuan pendidikan di Indosnesia tidak terlepas dari peran tenaga pendidik yang
handal dan didukung oleh kecanggihan teknologi. Teknologi dalam peranan memajukan
Pendidikan anak bangsa terasa pada kemudahan akses pengetahuan dari berbagai arah
tanpa ada batasan. Batasan-batasan yang dulu hampir tidak mungkin dijangkau sekarang
seakan diterobos olehnya (Yatmono, 2017).
Batasan yang baru-baru ini terjadi sebagai penghambat pendistribusian
pendidikan sebagai contoh wabah virus Covid-19. Virus tersebut telah mematikan
seluruh aktivitas kehidupan tak terkecuali pada dunia pendidikan. Pandemi Covid-19
membuat Pendidikan di Indonesia terancam tidak dapat dilaksanakan jika tidak ada
sarana pendukung seperti internet dan perangkat ponsel pintar sebagai bagian dari
kemajuan teknologi (Ika, 2020).
Kemajuan teknologi bagaikan pedang bermata dua, di sisi satu ada keuntungan
sedang di sisi lain ada kerugian. Kerugian yang ditimbulkan salah satunya dapat berasal
dari kemalasan seseorang untuk berusaha berfikir lebih dalam akibat dari mudahnya
akses untuk mendapatkan jawaban praktis dari internet. Kemudahan-kemudahan
tersebut terkadang membuat seseorang malas untuk berfikir keras dalam memecahkan
suatu masalah. Kemalasan berfikir dapat membuat seseorang memiliki kelemahan
dalam hal menganalisis suatu permasalahan. Permasalahan akan langsung dianggap
sebagai hal sepele yang dapat diselesaikan secara jangka pendek tanpa mengetahui
resiko-resiko yang akan dihadapi kedepannya.
Berdasarkan pemaparan tersebut perlu dilatih pemahaman tentang hakikat
pendidikan agar manusia mampu berfikir dalam hal memecahkan suatu permasalahan
dan tidak . Salah satu hal yang perlu diajarkan dalam dunia pendidikan saat ini adalah
ilmu filsafat. Ilmu filsafat mempelajari tentang hakekat ilmu pengetahuan, landasan
berfikir secara kritis, serta melatih pola berfikir secara tepat untuk memecahkan dan
mencari solusi terhadap suatu masalah.
1.2 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka tujuan makalah ini
adalah sebagai berikut.
a. Memaparkan definisi pengetahuan, ilmu dan filsafat.
b. Memaparkan hubungan ilmu dan filsafat.
c. Memaparkan berfikir secara filosofis.
d. Memaparkan kedudukan filsafat dalam kehidupan manusia

2. Pembahasan
2.1 Definisi Pengetahuan, Ilmu dan Filsafat
2.1.1 Pengetahuan
Pengetahuan secara ringkas dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang diperoleh
berdasarkan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari yang menghubungkan realitas
subyek dan obyek baik secara sadar maupun tidak sadar. Pengetahuan murni
berdasarkan persepsi akal yang tergambar melalui pengalaman keseharian dan tidak
diperlukan kriteria-kriteria yang menggambarkan suatu obyek.
Beberapa tokoh dunia mendefinisikan pengetahuan secara berbeda-beda.
Muhammad Hatta mendefinisikan pengetahuan sebagai sesuatu yang didapat dari
pengalaman. Max Scheller mendefinisikan pengetahuan adalah bentuk partisipasi suatu
realitas ke realitas lain tanpa memodifikasi secara kualitas. Max membedakan
pengetahuan ke dalam tiga kategori, diantaranya: (1) pengetahuan tentang penguasaan
dan prestasi yang memberi kemungkinan kepada subyek untuk mengetahui
lingkungannya. (2) pengetahuan kultural yang memungkinkan untuk melakukan
perubahan-perubahan kolektif terhadap lingkungannya. (3) pengetahuan yang
membebaskan diri dari cengkraman dunia lahir.
Pengetahuan tidak memiliki kualifikasi standar yang memerlukan syarat-syarat
khusus. Posisi pengetahuan sangat penting khususnya dalam tradisi berfikir empirik-
deduktif, dengan kata lain pengetahuan hanya tumpukan fakta-fakta, kasus atau data
yang terjadi kemudian diserap oleh indera tanpa melalui proses yang matang. Proses
yang matang menjadi kata kunci karena tidak semua pengalaman empiris dapat
ditangkap dengan baik kemudian diuraikan secara mendalam menggunakan seperangkat
piranti akademik yang ketat. Pengalaman empiris bisa terjadi secara kebetulan tanpa
senganja atau terdorong untuk melakukan pengkajian lebih mendalam. Jumlah
pengalaman seseorang akan mempengaruhi banyak sedikitnya pengetahuan yang
dimiliki.

2.1.2 Ilmu
Ilmu dapat didefinisikan sebagai pengetahuan yang memiliki ciri, tanda dan
syarat tertentu seperti sistimatik, rasional, empiris, umum dan kumulatif. Ilmu
diperoleh berdasarkan hasil pengamatan, penelitian dan pembuktian secara ilmiah untuk
menemukan teori. Penemuan teori merupakan sasaran pokok dalam proses kerja ilmu
dengan sifat tentatif. Sifat tentatif yang dimaksud adalah teori suatu ilmu pengetahuan
dapat berganti apabila ditemukan teori-teori baru yang dianggap lebih baik dan relevan
untuk diaplikasikan. Teori lama akan mengalami penambahan seiring dengan temuan-
temuan baru yang semakin melengkapinya dan tidak merombak struktur substansi teori
tersebut.
Ilmu pengetahuan yang terus berkembang disebabkan oleh kerja yang dinamis
dan terus mengalami perubahan-perubahan selama masih ada riset. Ilmu pengetahuan
juga dapat berasal dari keraguan sebagai titik awal sumber pengetahuan. Keraguan
apapun yang muncul dalam fikiran seseorang akan melahirkan berbagai persoalan yang
nantinya dari persoalan tersebut akan muncul rasa ingin tahu untuk mencari jawaban.
Menurut Suaedi (2015), ilmu harus sistematis dan berdasarkan metodologi serta
berusaha mencapai generalisasi. Generalisasi ilmu dalam kajian ilmiah harus memiliki
data pendukung yang kuat, jika data pendukung belum kuat atau belum cukup maka
dapat menggunakan hipotesis. Hipotesis sebagai dugaan pikiran memberi arah pada
penelitian dalam menghimpun data. Data yang cukup sebagai hasil penelitian
dihadapkan dengan hipotesis, jika data tersebut mensahihkan hipotesis maka hipotesis
tersebut dapat dijadikan sebuah teori.
Ilmu memiliki berbagai macam jenis, diantaranya sebagai berikut.
1. Ilmu praktis, ilmu yang mempelajari hubungan sebab-akibat untuk diterapkan dalam
alam kenyataan. Ilmu ini tidak hanya tertuju sampai pada hukum umum atau
abstraksi serta suatu teori, tetapi juga menuju kepada dunia kenyataan.
2. Ilmu praktis normatif, ilmu ini berkaitan dengan ukuran-ukuran (kriterium) dan
norma-norma kehidupan sehari-hari.
3. Ilmu proktis positif, ilmu yang memberikan ukuran atau norma yang lebih khusus
daripada ilmu praktis normatif. Norma yang dikaji ialah bagaimana membuat sesuatu
atau Tindakan apa yang harus dilakukan untuk mencapai hasil tertentu.
4. Ilmu spekulatif ideografis, ilmu yang bertujuan mengkaji kebenaran objek dalam
wujud nyata dalam ruang dan waktu tertentu.
5. Ilmu spekulatif nomotetis, bertujuan mendapatkan hukum umum atau generalisasi
substantif.
6. Ilmu spekulatif teoretis, bertujuan memahami kuasalitas untuk memperoleh
kebenaran dari keadaan atau peristiwa tertentu.

2.1.3 Filsafat
Filsafat dalam kenyataannya mencakup bidang yang sangat luas sejauh dapat
dijangkau oleh fikiran. Filsafat berusaha untuk menjawab pertanyaan-pernyataan
mendasar tentang alam semesta tempat manusia hidup serta apa yang menjadi tujuan
hidupnya. Filsafat secara etimologik memiliki dua arti. Pertama, apabila istilah filsafat
mengacu pada istilah philein dan sophos, maka memiliki arti mencintai hal-hal yang
bersifat bijaksana. Kedua, apabila filsafat mengacu pada kata philos dan sophia maka
artinya adalah teman kebijaksanaan.
Filsafat memiliki banyak fungsi sejalan dengan cara pandang seseorang, berikut
diantarannya.
a. Filsafat sebagai suatu sikap
Filsafat adalah suatu sikap terhadap kehidupan dan alam semesta. Seseorang dalam
menghadapi masalah yang rumit akan terbesit pertanyaan bagaimana cara untuk
keluar dari permasalahan tersebut. Bentuk pertanyaan tersebut membutuhkan
jawaban secara kefilsafatan dengan tinjauan permasalahan secara luas, tenang dan
mendalam.
b. Filsafat sebagai suatu metode
Filsafat sebagai metode memiliki arti sebagai cara berfikir yang reflektif,
penyelidikan menggunakan alas an, berfikir secara hati-hati dan teliti.filsafat
berusaha memikirkan semua pengalaman manusia secara mendalam dan jelas.
Metode berfikir semacam ini bersifat inclusive, secara meluas, dan synoptic (secara
garis besar).
c. Filsafat sebagai kelompok persoalan
Persoalan-persoalan kehidupan manusia yang beragam di berbagai zaman membuat
para filosof memikirkan dan berusaha untuk menjawabnya. Persoalan dijawab secara
paripurna sesuai pada zamannya oleh para filosof. Patut dipahami bahwa pernyataan
yang bersifat filosofis berbeda dengan pernyataan non-filosofi. Pernyataan yang
bersifat non-filosofis akan mudah dijawab secara langsung dengan jawaban yang
tepat seperti dimana anda tinggal? Sisi lain pertanyaan yang bersifat filosofis akan
memerlukan penelaahan yang mendalam dan butuh energi lebih untuk bisa
menjawab secara tuntas seperti, mengapa manusia hidup di dunia?
Seiring dengan perkembangan akal pikiran manusia yang senantiasa mengalami
pertumbuhan, perkembangan, dan perubahan, maka pengertian filsafat juga mengalami
perkembangan dan perubahan konotasi yang telah menguasai kehidupan manusia
sehingga mempengaruhi filsafat hidup suatu bangsa menjadi norma negara. Kehidupan
bangsa dan negara dengan segala aspek kehidupannya berdasarkan asas-asas filosofis,
seperti nasionalisme, sosialisme, liberalisme, komunisme, dan lain sebagainya. Hamper
dapat dikatakan bahwa filsafat sebagai filsafat negara menjadi asas filsafat Pendidikan
suatu masyarakat, bangsa, dan negara dalam rangka pembentukan dan pembinaan
manusia menjadi warga negara yang baik.
Filsafat jika diperhatikan sebenarnya mengandung arti cita-cita yang mulia,
dimana orang yang belajar filsafat berusaha untuk memiliki Mutiara-mutiara
kebijaksanaan sebagai pedoman dan pegangan hidup sehingga filsafat mengandung
sesuatu yang dalam bagi manusia. Filsafat dipandang sebagai induk ilmu pengetahuan
karena pada mulanya Sebagian besar ilmu berkembang sejauh ini berasal dari filsafat.
Filsafat menjawab semua persoalan tentang hidup dan kehidupan yang bersifat hakiki.

2.2 Hubungan Ilmu dan Filsafat


Pengetahuan dimulai dengan rasa ingin tahu, kepastian dimulai dengan rasa
ragu-ragu, sementara filsafat dimulai dari keduanya. Bersilsafat mendorong seseorang
untuk mengetahui apa yang telah telah diketahui dan apa yang belum diketahui.
Berfilsafat berarti bersikap rendah hati dengan menyadari bahwa semuanya tidak akan
pernah diketahui dalam kemestaan yang seakan tak terbatas. Berfilsafat juga berarti
mengoreksi diri, semacam keberanian untuk berterus terang, seberapa jauh sebenarnya
kebenaran yang telah dijangkau.
Ilmu tidak bisa terlepas dari filsafat, begitu juga sebaliknya, meskipun posisi
filsafat sebagai induk yang melahirkan ilmu bukan berarti tidak membutuhkannya.
Banyak masalah filsafat yang memerlukan landasan pengetahuan ilmiah apabila
pembahasannya tidak ingin dikatakan dangkal dan keliru. Ilmu dapat menyediakan bagi
filsafat sejumlah besar bahan berupa fakta-fakta yang sangat penting bagi
pengembangan ide-ide falsafi yang tepat sehingga sejalan dengan pengetahuan ilmiah.
Interaksi antara ilmu dan filsafat menyangkut suatu tujuan yang lebih jauh dan
terarah. Filsafat berusaha untuk mengatur hasil-hasil dari berbagai ilmu-ilmu khusus ke
dalam suatu pandangan hidup dan pandangan dunia yang terintegrasi, komprehensif dan
konsisten. Secara komprehensif berarti tidak ada satu bidang yang berada di luar
jangkauan filsafat. Secara konsisten artinya uraian kefilsafatan tidak menyusun
pendapat-pendapat yang kontradiktif, dan filsafat berusaha untuk menyusun pandangan
yang terintegrasi dalam menjelaskan sesuatu.
Filsafat pada awalnya merupakan usaha manusia di bidang kerohanian untuk
mencapai kebenaran pengetahuan. Seirirng berkembangnya zaman, manusia tidak
merasa puas dengan meninjau sesuatu dari sudut yang umum, melainkan juga ingin
memperhatikan hal-hal yang khusus. Berdasarkan hal tersebut maka timbullah
penyelidikan mengenai hal-hal khusus yang sebelumnya masuk dalam lingkungan
filsafat. Penyelidikan yang sudah mencapai tingkat tinggi akan melepaskan diri dari
filsafat menjadi cabang ilmu pengetahuan baru yang berdiri sendiri.
Ilmu yang pertama kali melepaskan diri dari filsafat adalah ‘ilmu pasti’
kemudian disusul oleh ilmu-ilmu pengetahuan yang lain. Lambat laun banyak ilmu
pengetahuan yang melepaskan diri, bukan berarti tidak memerlukan filsafat, seperti
makna pengetahuan tentang atom yang bisa tampak jika dihubungkan dengan
peradapan. Seorang ahli atom berusaha menemukan fakta kemudian menciptakan
teknik-teknik yang diperlukan. Semua itu dilaksanakan dari pengetahuan tentang atom
yang semakin luas dan mendalam. Penelitian tersebut terkadang tidak memperhatikan
apa yang dilakukan manusia melainkan hanya untuk kepentingan perang yang dapat
membawa malapetaka bagi manusia itu sendiri. Permasalahan tersebut menunjukan
bahwa filsafat diperlukan sebagai pegangan hidup manusia agar terarah dalam mengkaji
suatu ilmu.
Berdasarkan uraian tersebut dapat dikatakan bahwa ilmu pengetahuan memiliki
pondasi dasar yang berasal dari filsafat dengan rincian sebagai berikut.
a. Setiap ilmu pengetahuan memiliki objek dan masalah.
b. Filsafat memberikan dasar-dasar yang umum bagi semua ilmu pengetahuan, dengan
dasar yang umum itu dirumuskan keadaan dari ilmu pengetahuan.
c. Filsafat memberikan dasar-dasar khusus yang digunakan dalam setiap ilmu
pengetahuan.
d. Dasar yang diberikan oleh filsafat mengenai sifat-sifat ilmu dari ilmu pengetahuan.
Ilmu pengetahuan memperoleh sifat ilmu jika sudah memenuhi syarat yang telah
ditentukan oleh filsafat. Artinya tidak mungkin setiap ilmu meninggalkan dirinya
sebagai ilmu pengetahuan, dengan meninggalkan syarat yang telah ditentukan oleh
filasfat.
e. Filsafat juga memberikan metode atau cara kepada setiap ilmu pengetahuan.

2.3 Berfikir sacara Filosofis


Berfilsafat adalah berfikir, namun bukan berarti semua aktivitas berfikir berarti
berfilsafat. Ada beberapa ciri berfikir secara filosofis, diantaranya sebagai berikut.
a. Bersifat radial, berfikir secara radial adalah berfikir sampai mendalam, esensial atau
hakikat sesuatu. Manusia yang berfilsafat tidak puas hanya memperoleh
pengetahuan lewat indera yang terbatas dan selalu berubah. Manusia berfilsafat
berusaha untuk menangkap pengetahuan dibalik pengetahuan empiris.
b. Bersifat universal, berfikir tentang hal-hal serta proses yang bersifat umum. Filsafat
berhubungan dengan pengalaman umum manusia. Filsafat berusaha untuk sampai
pada kesimpulan-kesimpulan yang universal melalui jalan penjajagan yang radikal.
c. Berfikir secara koheren dan konsisten, koheren berarti sesuai kaidah-kaidah berfikir
(logis), konsisten berarti tidak mengandung kontradiksi.
d. Sistematis dan komprehensif
e. Bebas, yang berarti proses dan hasil pemikiran filsafat bebas dari prasangka-
prasangka sosial, politik, historis, kultural maupun religius. Berfikir bebas bukan
berarti sembarangan, anarkis, sesuka hati, melainkan sangat hati-hati, sebuah
kebebasan yang penuh disiplin.
f. Bertanggung jawab, seseorang yang berfilsafat adalah yang berfikir dan
bertanggungjawab khususnya terhadap diri sendiri.

2.4 Kedudukan Filsafat dalam Kehidupan Manusia


Seorang yang berfilsafat adalah orang yang berfikir secara sadar dan
bertanggungjawab dengan pertanggungjawaban pertama adalah terhadap dirinya sendiri.
Kebenaran dalam pengetahuan akan diterima filsafat apabila isi pengetahuan yang
diusahakan sesuai dengan objek yang diketahui berdasarkan kebebasan berfikir untuk
menyelidiki atau tata fikir yang bermetode, bersistem, dan berlaku universal.
Berdasarkan pemaparan tersebut filsafat dapat diartikan ilmu yang berusaha mencari
ketetapan dan sebab-sebab yang mendalam bagi segala sesuatu sebagai pandangan
dunia. Apabila pandangan ini mengenai manusia berupa pikiran, budi, tingkah laku, dan
nilai-nilainya, serta tujuan hidup manusia, baik di dunia maupun sesudah dunia ini tiada.
Filsafat sebagai suatu ikhtiar berfikir bukan berarti untuk merumuskan suatu
doktrin final, konklusif, dan tidak bisa diganggu gugat. Filsafat dalam corak religius
bukan berarti disamakan dengan agama atau pengganti kedudukan agama, walaupun
filsafat dapat menjawab segala pertanyaan atau soal-soal yang diajukan. Kedudukan
agama sebagai pengetahuan lebih tinggi daripada filsafat karena di dalam agama masih
ada pengetahuan yang tak tercapai oleh budi biasa dan hanya dapat diketahui karena
diwahyukan.
Filsafat tidak mengingkari atau mengurangi wahyu, tetapi tidak mendasarkan
penyidikannya atas wahyu (firman Allah). Kebenaran sesuatu di dalam kehidupan
menurut agama sangat bergantung pada apakah kebenaran itu diwahyukan atau tidak.
Filsafat melalui penyelidikan sendiri, sedangkan kebenaran agama berdasarkan wahyu.
Pengetahuan yang berguna tidak senantiasa langsung diperoleh, tetapi dapat juga secara
tidak langsung yang merupakan eksistensi pengertian yang diambil secara empiris.
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa kedudukan filsafat dalam
kehidupan manusia adalah sebagai berikut.
a. Memberikan pengertian dan kesadaran kepada manusia akan arti pengetahuan
tentang kenyataan yang diberikan oleh filsafat.
b. Berdasarkan atas dasar-dasar hasil kenyataan itu, maka filsafat memberikan
pedoman hidup kepada manusia. Pedoman itu mengenai sesuatu yang terdapat di
sekitar manusia sendiri, seperti kedudukan dalam hubungannya dengan yang lain.
Seperti yang telah diketahui bahwa alat-alat kewajiban manusia meliputi akal, rasa,
dan kehendak. Akal terhadap filsafat memberikan pedoman hidup untuk berfikir
guna memperoleh pengetahuan. Rasa dan kehendak terhadap filsafat memberikan
pedoman tentang kesusilaan mengenai baik dan buruk.

3. Penutup
3.1 Simpulan
Ilmu dan filsafat dalam kehidupan manusia sehari-hari memiliki ketrkaitan yang
erat. Filsafat sebagai induk dari berbagai cabang ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan
yang didalami dengan cara berfikir filosofis dapat mengantarkan pola berfikir manusia
yang lebih kritis, peka terhadap lingkungan serta memiliki tingkat analisis yang baik
dalam mengatasi suatu masalah.

3.2 Saran
Penyaluran ilmu filsafat sebaiknya disampaikan secara langsung, karena
pembentukan karakter pendidikan tidak bisa hanya dengan mengandalkan bantuan alat
elektronik dan internet.
Daftar Rujukan

Anwar, Muhammad. 2015. Filsafat Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Chalik, Abdul. 2015. Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Arti Bumi Intaran

Idris, Abdul G. 2000. Keutamaan Ilmu & Para Ulama. Kuala Lumpur: Al-
Hidayah

Publishers.

Ika. 2020. Membedah Tantangan Pembelajaran Daring di Tengah Pandemi

Covid-19. Yogyakarta: UGM.

Suaedi. 2016. Pengantar Filsafat Ilmu. Bogor: IPB Press.

Yulianto, Agus. 2017. Negara Wajib Membiayai Pendidikan. Republika.co.id.

Anda mungkin juga menyukai