Anda di halaman 1dari 22

HUBUNGAN ANTARA FILSAFAT, MANUSIA

DAN PENDIDIKAN
Dr. Yamanto Isa, S. Ag, M.Pd
OUT LINE
MANUSIA DAN FILSAFAT

FILSAFAT DAN TEORI PENDIDIKAN

HUBUNGAN FILSAFAT, MANUSIA DAN


PENDIDIKAN
1. MANUSIA DAN FILSAFAT

Manusia memiliki akal pikiran yang


senantiasa bergejolak dan berpikir,
dan karena situasi dan kondisi alam di
mana dia hidup selalu berubah-rubah
dan penuh dengan peristiwa-peristiwa
penting bahkan dahsyat, yang kadang-
kadang dia tidak kuasa menentang dan
menolaknya, menyebabkan manusia
itu tertegun, termenung, memikirkan
segala hal terjadi di sekitar dirinya.
Dipandangnya tanah tempat dia berpijak, dilihatnya
bahwa segala segala sesuatu tumbuh diatasnya,
berkembang, berbuah, dan melimpah ruah.
Diarahkan pandangannya kelangit biru, maka nampak
olehnya, benda-benda angkasa, mengembang
bersemayam lebih tinggi.
Hal-hal seperti itulah yang menakjubkan manusia,
menyebabkan dia termenung, merenung segala
sesuatu.
Dia berpikir, sepanjang masa dan sepanjang zaman. Dia
memikirkan dirinya sebagai mikro-kosmos dan
memikirkan jangad raya sebagai makro-kosmos.
Jadi untuk menghadapi kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang begitu pesat sudah jelas sistem pendidikan,
teori pendidikan, dan filsafat pendidikan harus
disesuaikan dengan situasi dan kondisi dunia sekarang ini.
Sistem pendidikan, teori pendidikan, filsafat pendidikan
dan peralatan pendidikan tradisional sudah jelas tidak
akan dapat menjawab tantangan zaman yang sekarang
kita hadapi.
Tanggung jawab kita yang berat adalah dalam bidang
pendidikan. Banyak sekolah-sekolah dari segala jenis
pendidikan harus kita adakan dari yang rendah sampai
hingga pendidikan universitas.
Kurikulum harus dirubah, cara berpikir harus dirubah,
sistem, teori, dan filsafat pendidikan haris disesuaikan
dengan situasi dan kondisi baru, abad komputer dan
teknologi baru.
2. FILSAFAT DAN TEORI PENDIDIKAN

Tidak semua masalah kependidikan


dapat dipecahkan dengan
menggunakan metode ilmiah semata-
mata. Banyak di antara masalah-
masalah kependidikan tersebut yang
merupakan pertanyaan-pertanyaan
filosofis, yang memerlukan
pendekatan filosofis pula dalam
pemecahannya.
Analisa filsafat terhadap masalah-masalah
kependidikan tersebut, dengan berbagai
cara pendekatannya, akan dapat
menghasilkan pandangan-pandangan
tertentu mengenai masalah-masalah
kependidikan tersebut, dan atas dasar itu
bisa disusun secara sistematis teori-teori
pendidikan.
Disamping itu jawaban-jawaban yang telah
dikemukakakan oleh jenis dan aliran filsafat
tertentu sepanjang sejarah terhadap
problematika pendidikan yang dihadapinya
menunjukkan pandangan-pandangan
tertentu, yang tentunya akan memperkaya
teori-teori pendidikan .
Hubungan fungsional antara filsafat dan teori pendidikan tersebut secara
lebih rinci dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Filsafat, dalam arti analisa filsafat adalah merupakan


salah satu cara pendekatan yang digunakan oleh para
ahli pendidikan memecahkan problematika
pendidikan dan menyusun teori-teori pendidikannya,
disamping mengunakan metode ilmiah lainnya.
Sementara ini dengan filsafat, sebagai pandangan
tertentu terhadap suatu obyek, misalnya filsafat
idealisme, realisme, materialisme, dan sebagainya
akan mewarnai pula ahli pendidikan tersebut dalam
teori pendidikan yang dikembangkannya.
b. Filsafat, juga berfungsi memberikan arah agar teori
pendidikan yang telah dikembangkan oleh para
ahlinya, berdasarkan dan menurut pandangan dan
aliran filsafat tertentu, mempunyai relevansi dengan
kehidupan nyata. Artinya mengarahkan agar teori-
teori agar pandangan filsafat pendidikan yang telah
dikembangkan tersebut bisa dipraktek kependidikan
sesuai dengan kenyataan dan kebutuhan hidup yang
juga berkembang ditengah masyarakat.
c. Filsafat, termasuk juga filsafat pendidikan, juga
mempunyai fungsi untuk memberikan petunjuk dan
arah dalam pengembangan teori-teori pendidikan
menjadi ilmu pendidikan atau pedagogik. Analisa
filsafat berusaha untuk menganalisa dan
memberikan arti terhadap data-data kependidikan
tersebut dan untuk selanjutnya menyimpulkan serta
dapat disusun teori-teori pendidikan yang realistis
dan selanjutnya akan berkembanglah ilmu
pendidikan (pedagogik)
3. HUBUNGAN FILSAFAT MANUSIA DAN PENDIDIKAN

a. Kedudukan Filsafat dalam Ilmu Pengetahuan.


Dalam ilmu pengetahuan, filsafat mempunyai
kedudukan sentral, asal, atau pokok. Karena
filsafatlah yang merupakan satu-satunya usaha
manusia di bidang kerohanian untuk mencapai
kebenaran atau pengetahuan. Maka timbullah
penyelidikan mengenai hal-hal yang khusus yang
sebelumnya masuk masuk dalam lingkungan
filsafat. Jika penyelidikan yang telah mencapai
tingkat yang tinggi, maka cabang penyelidikan itu
melepaskan diri dari filsafat sebagai cabang ilmu
pengetahuan yang baru dan berdiri sendiri.
Adapun yang pertama sekali melepaskan diri
dari filsafat adalah ilmu pasti, kemudian
disusul oleh ilmu pengetahuan lainnya.
Kemudian pembahasan tentang kedudukan atau
hubungan antara filsafat dan ilmu pengetahuan atau
berpikir filsosofis dan berfikir ilmiah akan dilengkapi
dengan uraian dari Piaget tentang efistimologi
genetis, yaitu fase-fase berfikir dan fikiran manusia
dengan mengambil contoh perkembangan akan mulai
dari tahun pertama usia anak hingga dewasa.
Menurut Piaget mengenai perkembangan anak
dalam hal tingkah laku yang terdiri atas 4 fase, yaitu:
1)Fase sensorimotor, berlangsung antara umur 0
tahun sampai usia di mana cara berpikir anak masih
sangat ditentukan oleh kemampuan pengamalan
sensorinya, sehingga sangat sedikit peristiwa berpikir
yang sebenarnya, dimana tanggapan tidak berperan
sama sekali dalam proses berpikir dan pikiran anak.

2)Fase Pra-operasional, pada usia kira-kira antara 5 –


8 tahun, yang ditandai adanya kegiatan berpikir
dengan mulai menggunakan tanggapan (disebut logika
fungsional). Ia tidak menyebut dengan berpikir sebab
akibat, seperti pendapat para ahli psikologi
perkembangan.
3). Fase Operasional yang Kongkrit, yaitu kegiatan berpikir
untuk memecahkan persoalan secara kongkrit dan terhadap
benda-benda yang kongrit pula.

4). Fase Operasi Formal, pada anak usia 11 tahun. Anak telah
berpikir abstak, dengan mengunakan konsep-konsep yang
umum dengan mengunakan konsep-konsep yang umum
dengan mengunakan hipotesa serta memprosesnya secara
sistematis dalam rangka menyusaikan problema walaupun si
anak belum mampu membayangkan kemungkinan-
kemungkinan bagaimana realisasinya.
Dari uraian dan contoh tadi dapat disimpulkan bahwa ilmu
pengetahuan ini menerima dasarnya dari filsafat, dengan
rincian antara lain:
1) Setiap ilmu pengetahuan itu mempunyai obyek atau
problem.
2) Filsafat juga memberikan dasar-dasar yang umum bagi
semua ilmu pengetahuan dan dengan dasar umum itu
dirumuskan keadaan dari ilmu pengetahuan itu.
3) Di samping itu filsafat juga memberikan dasar-dasar
yang khusus yang digunakan dalam tiap-tiap ilmu
pengetahuan.
4). Dasar yang diberikan oleh filsafat yaitu mengenai
sifat-sifat ilmu dari semua ilmu pengetahuan. Ilmu
pengetahuan memperoleh sifat ilmu itu kalau
menepati syarat-syarat yang ditentukan oleh filsafat.
5). Filsafat juga memberikan metode atau cara kepada
tiap ilmu pengetahuan.
b. Kedudukan Filsafat dalam Kehidupan Manusia.

1) Memberikan pengertian dan kesadaran kepada


manusia akan arti pengetahuan tentang kenyataan yang
diberikan oleh filsafat.
2) Berdasarkan dasar-dasar hasil kenyataan itu, maka
filsafat memberikan pedoman hidup kepada manusia.
Pedoman itu mengenai sesuatu yang terdapat di sekitar
manusia sendiri seperti kedudukan dalam hubungannya
dengan yang lainnya. Kita juga mengetahui bahwa alat-
alat kewajiban manusia meliputi akal rasa dan
kehendak. Dengan akal, filsafat memberikan pedoman
hidup untuk berpikir guna memperoleh pengetahuan.
Dengan rasa dan kehendak maka filsafat memberikan
pedoman tentang kesusilaan mengenai baik dan buruk.

Anda mungkin juga menyukai