Anda di halaman 1dari 4

TUGAS PERTEMUAN 6

FILSAFAT PENDIDIKAN

Wawasan Tentang Filsafat Pendidikan

OLEH

GHITA HASNA THAYYIBA

NIM : 20129286

DOSEN PENGAMPU

Drs. Wisroni, M.Pd

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2022
Wawasan Tentang Filsafat Pendidikan

A. Pengertian
1. Secara Terminologi

Secara etimologi, istilah filsafat berasal dari bahasa Arab, yaitu falsafah atau juga dari
bahasa Yunani yaitu philosophia – philien : cinta dan sophia : kebijaksanaan. Jadi bisa dipahami
bahwa filsafat berarti cinta kebijaksanaan. Dan seorang filsuf adalah pencari kebijaksanaan,
pecinta kebijaksanaan dalam arti hakikat.

2. Beberapa Defenisi

Filsafat pendidikan adalah filsafat terapan yang menyelidiki hakikat pendidikan yang
bersangkut paut dengan tujuan, latar belakang, cara, dan hasilnya. Selain itu filsafat pendidikan
menyelidiki hakikat pendidikan yang bersangkut paut dengan analisis kritis terhadap struktur dan
kegunaannya. Filsafat pendidikan adalah aktivitas pemikiran yang teratur yang menjadikan
filsafat sebagai medianya untuk menyusun, menyelaraskan, dan memadukan proses pendidikan.
Dengan demikian secara sederhana filsafat pendidikan juga berarti suatu pemikiran secara
mendalam dan sistematis tentang masalah-masalah pendidikan. Dalam makna lain filsafat
pendidikan adalah falsifikasi pendidikan, baik dalam makna teoritis konseptual maupun makna
praktis pragmatis yang menggejala.

Filsafat pendidikan merupakan aplikasi filsafat dalam lapangan pendidikan. Seperti


halnya filsafat, filsafat pendidikan dapat dikatakan spekulatif, preskriptif, dan analitik. Filsafat
pendidikan dapat dikatakan spekulatif karena berusaha membangun teori-teori hakikat manusia,
hakikat masyarakat, hakikat dunia, yang sangat bermanfaat dalamn menafsirkan data-data
sebagai hasil penelitian sains yang berbeda.

Filsafat pendidikan dikatakan analitik apabila filsafat pendidikan menelaskan pertanyaan-


pertanyaan spekulatif dan preskriptif. Dengan kata lain, filsafat pendidikan analitik mencoba
menguji secara rasional tentang keabsahan dan kekonsistenan suatu ide atau gagasan ihwal 
pendidikan. Contonya menguji dari sudut pandang filsafat tentang konsep pendidikan seumur
hidup, pendidikan luar sekolah, dan sebagainya. Dengan demikian, filsafat pendidikan
mengarahkan manusia menjalankan tugas-tugasnya dalam merealisasikan pendidikan.

B. Pendekatan Individualistik
1. Kontroversi yang dilematis

Dalam pemikiran aksiologi sering muncul pandangan kontroversial bahkan dilematis


dalam pengembangan ilmu. Hal tersebut terjadi dalam kasus-kasus pemikiran ilmu belakangan
ini yaitu Aksiologi adalah filsafat nilai. Aspek nilai ini ada kaitannya dengan kategori: (1) baik
dan buruk; serta (2) indah dan jelek. Kategori nilai yang pertama di bawah kajian filsafat tingkah
laku atau disebut etika, sedang kategori kedua merupakan objek kajian filsafat keindahan atau
estetika.

Ilmu tidak saja menjelaskan gejala-gejala alam untuk pengertian dan pemahaman. Namun
lebih jauh lagi bertujuan memanipulasi factor-faktor yang terkait dalam gejal;a tersebut untuk
mengontrol dan mengarahkan proses yang terjadi. Misal, ilmu mengembangkan teknologi untuk
mencegah banjir. Bertrand Russell menyebut perkembangan ini sebagi peralihan ilmu dari tahap
kontemplasi ke manipulasi. Dalam tahap manipulasi inilah maka masalah moral muncul kembali
namun dalam kaitan dengan factor lain. Kalau dalam tahap kontemplasi masalah moral
bersangkutan dengan metafisika keilmuan maka dalam tahap manipulasi ini berkaitan dengan
masalah cara penggunaan pengetahuan ilmiah atau secara filsafat dapat dikatakan, dalam tahap
pengmbangan konsep terdapat masalah moral yang di tinjau dari segi ontology keilmuan
sedangkan dalam tahap pengembangan konsep terdapat masalah moral ditinjau dari segi
aksiologi keilmuan.

2. Misteri kehidupan

Filsafat manusia perlu dipelajari karena manusia mempunyai kemampuan dan kekuatan
untuk menyelidiki dan menganalisis sesuatu secara mendalam. Manusia berpikir dan
menganalisa banyak hal.[1] Pada suatu titik manusia akan sampai kepada saat di mana dia akan
bertanya mengenai arti keberadaannya sendiri sebagai manusia. Dengan demikian filsafat
manusia mengantar manusia untuk menyelami kehidupannya sendiri, dan sangat mungkin
mendapat pencerahan mengenai menjadi manusia yang lebih utuh. Dalam sejarah, manusia
selalu berusaha memecahkan permasalahan pokok tentang makna dan eksistensinya yang selalu
sulit memperoleh jawaban. Filsafat manusia ada untuk mendorong manusia mencari hakikatnya

3. Karakteristik biologis manusia

Setiap individu mempunyai karakteristik bawaan (heredity) dan karakteristik yang


dipengaruhi oleh lingkungan. Karakteristik bawaan merupakan karakteristik keturunan yang
dibawa sejak ia lahir baik yang berhubungan dengan faktor biologis maupun sosial psikologis.
Keyakinan masa lalu mengatakan bahwa kepribadian terbawa pembawaan dan lingkungan;
merupakan dua faktor yang terbentuk karena dua faktor yang terpisah, masing-masing
mempengaruhi kepribadian dan kemampuan individu bawaan dan lingkungan dengan caranya
masing-masing. Namun setelah disadari bahwa apa yang dipikirkan dan dikerjakan oleh
seseorang atau apa yang dirasakan oleh siapapun merupakan hasil dari perpaduan dari apa yang
ada di antara faktor-faktor biologis yang diturunkan dan pengaruh lingkungan.

Seorang anak memulai pendidikan formalnya di tingkat TK kira-kira pada usia 4-6 tahun.
Tanpa memperdulikan berapa umur anak, karakteristik pribadi dan kebiasaan-kebiasaan yang
dibawa ke sekolah akhirnya terbentuk oleh pengaruh lingkungan dan hal itu tampak sebagai
pengaruh penting terhadap keberhasilannya di sekolah dan masa perkembangan hidupnya di
kemudian hari. Nature dan nurture merupakan istilah yang biasa digunakan untuk menjelaskan
karakteristik individu dalam hal fisik, mental, dan emosional pada setiap tingkat perkembangan.
Karakteristik yang berhubungan dengan perkembangan faktor biologis cenderung lebih bersifat
tetap, sedang karakteristik yang berkaitan dengan sosial psikologis lebih banyak dipengaruhi
oleh faktor lingkungan. Seorang bayi merupakan pertemuan antara dua garis keluarga, yaitu
keluarga ayah dan ibu. Saat terjadinya pembuahan atau konsepsi kehidupan yang baru itu secara
berkesinambungan dipengaruhi oleh banyak faktor lingkungan yang membantu mengembangkan
potensi-potensi biologis demi terbentuknya tingkah laku manusia yang dibawa sejak lahir. Hal
tersebut bisa membentuk pola karakteristik tingkah laku yang dapat mewujudkan seseorang
sebagai individu yang berkarakteristik bebrbeda dengan individu-individu yang lainnya.

Alhamdulillah 

Anda mungkin juga menyukai