Anda di halaman 1dari 7

TIGA ASAS KEILMUAN DALAM FILSAFAT PENDIDIKAN

(Makalah)

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Filsafat Ilmu Pendidikan

Dosen Pengampu: Dr. Abdul Fatah, S.Pd., M.Pd.

Oleh:

Oktaviani Puspita Wardani

2225180053

3B

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

2019
PEMBAHASAN

A. Pengertian Asas Keilmuan


Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), asas memiliki banyak makna
diantaranya yaitu, 1) dasar (sesuatu yang menjadi tumpuan berpikir atau
berpendapat; 2) dasar cita-cita (perkumpulan atau organisasi); 3) hukum dasar.
Dengan kata lain, asas adalah prinsip atau dasar hukum seseorang atau kelompok
yang dijadikan sebagai tumpuan atau acuan dalam berpikir, berpendapat, atau
untuk mengambil keputusan-keputusan yang penting dalam hidupnya.

Ilmu menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah pengetahuan tentang
suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode tertentu yang dapat
digunakan untuk menerangkan gejala tertentu di bidang (pengetahuan itu).
Sedangkan keilmuan adalah kata turunan dari ilmu yang artinya barang apa yang
berkenaan dengan pengetahuan; secara ilmu pengetahuan.

Jadi, asas keilmuan disini maksudnya adalah hukum dasar yang menjadi acuan di
dalam mendapatkan suatu ilmu atau pengetahuan.

B. Pengertian Filsafat Pendidikan


Kata filsafat dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah falsafah, berasal dari
bahasa Yunani yaitu Philosophia. Kata Philosophia terdiri atas kata philein yang
berarti cinta (love) dan sophia yang berarti kebijaksanaan (wisdom), sehingga
secara etimologis istilah filsafat berarti cinta kebijaksanaan (love of wisdom)
dalam arti yang sedalam-dalamnya. Atau dapat juga dikatakan bahwa filsafat
adalah cinta kepada pengetahuan atau kebenaran, suka kepada hikmah dan
kebijaksanaan. Jadi, orang yang berfilsafat adalah orang yang mencintai
kebenaran, berilmu pengetahuan, ahli hikmah dan bijaksana.

Menurut Plato, filsafat adalah pengetahuan yang mencoba untuk mencapai


pengetahuan tentang kebenaran yang asli karena kebenaran itu mutlak di tangan
Tuhan. Sedangkan Aristoteles berpendapat bahwa filsafat adalah ilmu
(pengetahuan) yang meliputi kebenaran yang di dalamnya terkandung ilmu-ilmu
metafisika, logika, retorika, etika, dan estetika.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa filsafat adalah studi tentang seluruh fenomena
kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis dan dijabarkan dalam konsep
mendasar guna menemukan kebenaran yang bersifat dasar dan menyeluruh
tentang hakikat sesuatu yang ada melalui penggunaan akal secara optimal.
Pendidikan berasal dari bahasa Yunani yaitu pedagogik. Kata pedagogik terdiri
dari kata paid yang artinya anak dan agogos yang artinya membimbing atau
memimpin. Dengan demikian pedagogik secara harfiah dapat diartikan sebagai
ilmu membimbing atau menuntun anak.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pendidikan berasal dari kata dasar
didik (mendidik), yaitu memelihara dan memberi latihan (ajaran, pimpinan)
mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Sedangkan pendidikan mempunyai
pengertian proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang
dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan, proses
perbuatan, cara mendidik. Ki Hajar Dewantara mengartikan pendidikan sebagai
daya upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran serta jasmani anak, agar dapat
memajukan kesempurnaan hidup yaitu hidup dan menghidupkan anak yang selaras
dengan alam dan masyarakatnya.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah proses pembelajaran bagi


peserta didik untuk dapat mengerti, paham, dan membuat manusia lebih kritis
dalam berpikir melalui upaya pengajaran dan latihan guna mencapai kemajuan
yang lebih baik.

Berdasarkan penjelasan di atas mengenai filsafat dan pendidikan maka dapat


disimpulkan bahwa filsafat pendidikan adalah cabang ilmu filsafat yang
mempelajari tentang hakikat pendidikan atau filsafat umum yang diterapkan pada
keilmuan pendidikan sebagai upaya untuk memikirkan masalah pendidikan secara
mendasar dan menyeluruh menggunakan akal pikiran secara optimal sehingga
dapat membina perbuatan pendidikan. Filsafat pendidikan memandang kegiatan
pendidikan sebagai objek yang perlu dikaji. Filsafat pendidikan berusaha
menjawab pertanyaan mengenai kebijakan pendidikan, sumber daya manusia, teori
kurikulum dan pembelajaran, serta aspek-aspek pendidikan yang lain. Filsafat
pendidikan berperan untuk terus menganalisis dan mengkritisi aspek akademik
dan humanis demi sebuah pendidikan yang utuh dan seimbang. Filsafat
pendidikan akan terus melakukan peninjauan terhadap proses pendidikan demi
perkembangan pendidikan yang mencetak manusia handal. Banyak definisi lain
mengenai filsafat pendidikan. Tetapi, pada akhirnya semua berpendapat dan
mengajukan soal kaidah-kaidah berpikir filsafat dalam rangka menyelesaikan
masalah-masalah yang ada dalam bidang pendidikan.

C. Asas-Asas Keilmuan dalam Filsafat Pendidikan


Berdasarkan uraian sebelumnya mengenai asas keilmuan dan filsafat pendidikan,
maka dapat dikatakan bahwa dalam menganalisis dan mengkritisi aspek akademis
diperlukan hukum dasar atau sesuatu yang menjadi landasan atau acuan dalam
mendapatkan suatu ilmu yang digunakan untuk modal berpikir secara radikal dan
dapat menyelesaikan masalah-masalah yang ada dalam bidang pendidikan secara
mendasar dan menyeluruh. Atau secara sederhana asas filsafat pendidikan dapat
dikatakan sebagai suatu dasar atau pokok yang menjadi acuan dalam kajian filsafat
pendidikan.

Adapun asas-asas keilmuan dalam filsafat pendidikan yaitu asas nativisme, asas
empirisme, dan asas konvergensi. Berikut adalah uraian dari ketiga asas tersebut.
a. Asas Nativisme
Nativisme berasal dari kata nativus yang berarti terlahir. Nativisme (nativism)
adalah sebuah doktrin filosofis yang berpengaruh besar terhadap aliran
pemikiran psikologis. Tokoh utama aliran ini adalah Arthur Schopenhaur
(1788-1860) seorang filosof Jerman. Asas nativisme dijuluki sebagai aliran
pesimisme yang memandang segala sesuatu dengan kaca mata hitam. Karena
para ahli aliran ini berkeyakinan, bahwa perkembangan manusia ditentukan
oleh faktor-faktor yang pembawaannya dibawa sejak lahir, sedangkan
pengalaman dan pendidikan tidak berpengaruh apa-apa. Dalam ilmu
pendidikan, pandangan seperti ini disebut “pesimisme pedagogis”. Menurut
asas ini, setiap individu ketika dilahirkan telah membawa sifat-sifat tertentu
yang akan menentukan keadaan individu yang bersangkutan. Keberhasilan
seseorang ditentukan oleh dirinya sendiri. Sedangkan faktor lain seperti
lingkungan dan pengalaman pendidikan tidak akan berpengaruh terhadap
perkembangan individu itu.

Lingkungan tidak berarti apa-apa dalam perkembangan manusia, apa yang


dikerjakan, apa yang diucapkan, dan apa yang dipikirkan merupakan
kecakapan yang dibawa sejak lahir, tetapi nativisme tidak menjelaskan
bagaimana seorang lahir dengan membawa potensi, apakah potensi itu
mempunyai hubungan sangat erat dengan kondisi orang tua atau tidak, selama
ini tidak pernah ada penjelasan. Apabila orang tuanya mempunyai IQ tinggi
atau mempunyai IQ rendah akan dapat berpengaruh kepada anaknya. Dalam
beberapa penelitian menyimpulkan bahwa anak sangat dipengaruhi oleh
keadaan orang tua, baik keadaan fisik, psikis, maupun sosial-ekonominya.

Sebagai contoh, jika sepasang orangtua ahli musik, maka anak-anak yang
mereka lahirkan akan menjadi pemusik juga. Harimau pun akan melahirkan
anak harimau tak akan pernah melahirkan domba. Jadi, pembawaan dan bakat
orang tua selalu berpengaruh mutlak terhadap perkembangan kehidupan anak-
anaknya (Muhibbin Syah, 2010).

b. Asas Empirisme
Empirisme berasal dari bahasa Yunani empiria yang berarti coba-coba atau
pengalaman. Empirisme merupakan suatu doktrin filsafat yang menekankan
peranan pengalaman dalam memperoleh pengetahuan serta pengetahuan itu
sendiri, dan mengecilkan peranan akal. Sebagai suatu doktrin, empirisme
adalah lawan dari rasionalisme.

Asas ini sangat bertentangan dengan asas nativisme. Menurut asas empirisme,
perkembangan itu semata-mata tergantung kepada faktor lingkungan,
sedangkan faktor dasar tidak berpengaruh sama sekali.

Tokoh-tokoh dari asas empirisme ini diantaranya John Locke, David Hume
dan Herbert Spencer. John Lock berpendapat bahwa manusia dilahirkan seperti
kertas putih atau tabula rasa yang tidak membawa bakat dasar/bawaan apa-
apa. Lingkungan yang dominan mempengaruhi perkembangannya.

Doktrin tabula rasa menekankan arti penting pengalaman, lingkungan, dan


pendidikan, dalam arti perkembangan manusia itu bergantung pada lingkungan
dan pengalaman pendidikannya, sedangkan bakat dan pembawaan sejak lahir
dianggap tidak ada pengaruhnya. Dalam hal ini para pengamat empirisisme
(bukan empirisme) menganggap setiap anak lahir seperti tabula rasa, dalam
keadaan kosong, tak punya kemampuan dan bakat apa-apa. Selanjutynya untuk
menjadi seorang anak kelak bergantung pada pengalaman/lingkungan yang
mendidiknya.

c. Asas Konvergensi
Konvergensi berasal dari kata konvergen yang artinya bersifat menuju satu
titik pertemuan. Asas konvergensi merupakan gabungan antara asas nativisme
dan asas empirisme. Asas ini menggabungkan arti penting hereditas
(pembawaan) dengan lingkungan sebagai faktor-faktor yang berpengaruh
dalam perkembangan manusia.

Tokoh utama konvergensi yaitu Louis William Stern (1871-1939), seorang


filsuf dan psikolog asal Jerman. Aliran filsafat yang dipeloporimya yaitu
“personalisme”, sebuah pemikiran filosof yang sangat berpengarh terhadap
disiplin-disiplin ilmu yang berkaitan dengan manusia. Ia berpendapat bahwa
seorang anak dilahirkan di dunia sudah disertai pembawaan baik maupun
buruk. Proses perkembangan anak, baik faktor pembawaan maupun faktor
lingkungan sama-sama mempunyai peranan sangat penting. Bakat yang
dibawa pada waktu lahir tidak akan berkembang dengan baik tanpa dukungan
lingkungan sesuai untuk perkembangan anak itu.

Menurut aliran ini baik faktor pembawaan maupun faktor lingkungan sama
pentingnya dalam menentukan masa depan seseorang. Bakat yang sebagai
kemungkinan telah ada pada masing-masing manusia, akan tetapi bakat yang
sudah tersedia itu perlu menemukan lingkungan yang sesuai supaya dapat
berkembang. Misalnya tiap anak manusia yang normal mempunyai bakat
untuk berdiri tegak di atas kedua kaki, akan tetapi bakat ini tidak akan menjadi
aktual, jika sekiranya anak manusia itu tidak hidup dalam lingkungan
masyarakat manusia. Anak yang sejak kecil diasuh oleh srigala tak akan dapat
berdiri tegak di atas kedua kakinya, mungkin dia akan berjalan di atas kedua
tangan dan kakinya (seperti srigala). Jadi, bakat dan pembawaan dalam hal ini
jelas tidak ada pengaruhnya apabila lingkungan dan pengalaman tidak
mengembangkan.

Dari uraian di atas tentang asas-asas keilmuan dalam filsafat pendidikan dapat
disimpulkan bahwa manusia memiliki dasar-dasar ilmu dalam mengkritisi atau
menganalisis aspek akademis bisa didapatkan dari hereditas maupun
lingkungannya.
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, H. Z. (2017). Perubahan Perkembangan Perilaku Manusia Karena Belajar.


Sabilarrasyad, 2(1).

Hikmawan, F. (2017). Perspektif Filsafat Pendidikan Terhadap Psikologi Pendidikan


Humanistik. Jurnal Sains Psikologi, 6(1).

Rohinah. (2013). Filsafat Pendidikan Islam; Studi Filosofis atas Tujuan dan Metode
Pendidikan Islam. Jurnal Pendidikan Islam, 2(2), 309-326.

Triwidyastuti. (2018). Konsep Pengembangan Pendidikan Islam; Analisis Kompratif Teori


Fitrah dalam Islam dan Asas-Asas Filsafat Pendidikan Barat). Tesis. Yogyakarta: Universitas
Islam Indonesia.

Muhibbuddin. (2011). Filsafat Ilmu dalam Pendidikan Tinggi. Jakarta: Cintya Press.

Suaedi. (2016). Pengantar Filsafat Ilmu. Bogor: IPB Press.

Salis Irvan Fuadi. (2012, 29 Oktober). Asas-Asas Filsafat Pendidikan. Diperoleh 5 September
2019, Pukul 22:47, dari http://salisgodhonggandhul.blogspot.com/2012/10/asas-asas-filsafat-
pendidikan.html.

Fahmi Reza. (2015, 14 November). Aliran dalam Pendidikan: Empirisme, Nativisme,


Naturalisme, Konvergensi. Diperoleh 5 September 2019, Pukul 22:32, dari
https://fahmiw.wordpress.com/2015/11/14/aliran-dalam-pendidikan-empirisme-nativisme-
naturalisme-konvergensi/.

https://id.wikipedia.org/wiki/Filsafat_pendidikan . Diakses pada 9 September 2019, Pukul


08:51.

Anda mungkin juga menyukai