(Makalah)
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Filsafat Ilmu Pendidikan
Oleh:
2225180053
3B
2019
PEMBAHASAN
Ilmu menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah pengetahuan tentang
suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode tertentu yang dapat
digunakan untuk menerangkan gejala tertentu di bidang (pengetahuan itu).
Sedangkan keilmuan adalah kata turunan dari ilmu yang artinya barang apa yang
berkenaan dengan pengetahuan; secara ilmu pengetahuan.
Jadi, asas keilmuan disini maksudnya adalah hukum dasar yang menjadi acuan di
dalam mendapatkan suatu ilmu atau pengetahuan.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa filsafat adalah studi tentang seluruh fenomena
kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis dan dijabarkan dalam konsep
mendasar guna menemukan kebenaran yang bersifat dasar dan menyeluruh
tentang hakikat sesuatu yang ada melalui penggunaan akal secara optimal.
Pendidikan berasal dari bahasa Yunani yaitu pedagogik. Kata pedagogik terdiri
dari kata paid yang artinya anak dan agogos yang artinya membimbing atau
memimpin. Dengan demikian pedagogik secara harfiah dapat diartikan sebagai
ilmu membimbing atau menuntun anak.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pendidikan berasal dari kata dasar
didik (mendidik), yaitu memelihara dan memberi latihan (ajaran, pimpinan)
mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Sedangkan pendidikan mempunyai
pengertian proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang
dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan, proses
perbuatan, cara mendidik. Ki Hajar Dewantara mengartikan pendidikan sebagai
daya upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran serta jasmani anak, agar dapat
memajukan kesempurnaan hidup yaitu hidup dan menghidupkan anak yang selaras
dengan alam dan masyarakatnya.
Adapun asas-asas keilmuan dalam filsafat pendidikan yaitu asas nativisme, asas
empirisme, dan asas konvergensi. Berikut adalah uraian dari ketiga asas tersebut.
a. Asas Nativisme
Nativisme berasal dari kata nativus yang berarti terlahir. Nativisme (nativism)
adalah sebuah doktrin filosofis yang berpengaruh besar terhadap aliran
pemikiran psikologis. Tokoh utama aliran ini adalah Arthur Schopenhaur
(1788-1860) seorang filosof Jerman. Asas nativisme dijuluki sebagai aliran
pesimisme yang memandang segala sesuatu dengan kaca mata hitam. Karena
para ahli aliran ini berkeyakinan, bahwa perkembangan manusia ditentukan
oleh faktor-faktor yang pembawaannya dibawa sejak lahir, sedangkan
pengalaman dan pendidikan tidak berpengaruh apa-apa. Dalam ilmu
pendidikan, pandangan seperti ini disebut “pesimisme pedagogis”. Menurut
asas ini, setiap individu ketika dilahirkan telah membawa sifat-sifat tertentu
yang akan menentukan keadaan individu yang bersangkutan. Keberhasilan
seseorang ditentukan oleh dirinya sendiri. Sedangkan faktor lain seperti
lingkungan dan pengalaman pendidikan tidak akan berpengaruh terhadap
perkembangan individu itu.
Sebagai contoh, jika sepasang orangtua ahli musik, maka anak-anak yang
mereka lahirkan akan menjadi pemusik juga. Harimau pun akan melahirkan
anak harimau tak akan pernah melahirkan domba. Jadi, pembawaan dan bakat
orang tua selalu berpengaruh mutlak terhadap perkembangan kehidupan anak-
anaknya (Muhibbin Syah, 2010).
b. Asas Empirisme
Empirisme berasal dari bahasa Yunani empiria yang berarti coba-coba atau
pengalaman. Empirisme merupakan suatu doktrin filsafat yang menekankan
peranan pengalaman dalam memperoleh pengetahuan serta pengetahuan itu
sendiri, dan mengecilkan peranan akal. Sebagai suatu doktrin, empirisme
adalah lawan dari rasionalisme.
Asas ini sangat bertentangan dengan asas nativisme. Menurut asas empirisme,
perkembangan itu semata-mata tergantung kepada faktor lingkungan,
sedangkan faktor dasar tidak berpengaruh sama sekali.
Tokoh-tokoh dari asas empirisme ini diantaranya John Locke, David Hume
dan Herbert Spencer. John Lock berpendapat bahwa manusia dilahirkan seperti
kertas putih atau tabula rasa yang tidak membawa bakat dasar/bawaan apa-
apa. Lingkungan yang dominan mempengaruhi perkembangannya.
c. Asas Konvergensi
Konvergensi berasal dari kata konvergen yang artinya bersifat menuju satu
titik pertemuan. Asas konvergensi merupakan gabungan antara asas nativisme
dan asas empirisme. Asas ini menggabungkan arti penting hereditas
(pembawaan) dengan lingkungan sebagai faktor-faktor yang berpengaruh
dalam perkembangan manusia.
Menurut aliran ini baik faktor pembawaan maupun faktor lingkungan sama
pentingnya dalam menentukan masa depan seseorang. Bakat yang sebagai
kemungkinan telah ada pada masing-masing manusia, akan tetapi bakat yang
sudah tersedia itu perlu menemukan lingkungan yang sesuai supaya dapat
berkembang. Misalnya tiap anak manusia yang normal mempunyai bakat
untuk berdiri tegak di atas kedua kaki, akan tetapi bakat ini tidak akan menjadi
aktual, jika sekiranya anak manusia itu tidak hidup dalam lingkungan
masyarakat manusia. Anak yang sejak kecil diasuh oleh srigala tak akan dapat
berdiri tegak di atas kedua kakinya, mungkin dia akan berjalan di atas kedua
tangan dan kakinya (seperti srigala). Jadi, bakat dan pembawaan dalam hal ini
jelas tidak ada pengaruhnya apabila lingkungan dan pengalaman tidak
mengembangkan.
Dari uraian di atas tentang asas-asas keilmuan dalam filsafat pendidikan dapat
disimpulkan bahwa manusia memiliki dasar-dasar ilmu dalam mengkritisi atau
menganalisis aspek akademis bisa didapatkan dari hereditas maupun
lingkungannya.
DAFTAR PUSTAKA
Rohinah. (2013). Filsafat Pendidikan Islam; Studi Filosofis atas Tujuan dan Metode
Pendidikan Islam. Jurnal Pendidikan Islam, 2(2), 309-326.
Muhibbuddin. (2011). Filsafat Ilmu dalam Pendidikan Tinggi. Jakarta: Cintya Press.
Salis Irvan Fuadi. (2012, 29 Oktober). Asas-Asas Filsafat Pendidikan. Diperoleh 5 September
2019, Pukul 22:47, dari http://salisgodhonggandhul.blogspot.com/2012/10/asas-asas-filsafat-
pendidikan.html.