Anda di halaman 1dari 12

KAUM SOFIS SERTA PEMIKIRANNYA DALAM BIDANG PENDIDIKAN

ANZALIMUDDIN

1706101020011

Yesanzal29@gmail.com

Abstrak

Dalam sejarah pendidikan tak telepas dari yang namanya peradaban Yunani
kuno, disan sendiri pada masa keemasan nya mengalami perkembangan yang
pesat dalam bidang pendidikan. Di Yunani sendiri pada masa itu terbagi
menjadi dua yakni Sparta dan Athena. Di Sparta sendiri sistem pendidikannya
mekenankan pada sistem kemiliteran dan tidak semua orang mendapatkan
pendidikan sedangkan di Athena pendidkan lebih bebas bisa didapatkan oleh
masyarakt luas. Salah satu kaum yang menjadi pelopor perkembangan
pendidikan di Ahena adalah kaum Sofis. Kaum sofisme sendiri dipandang
menjadi suatu gerakan yang dalam bidang intelektual di Yunani. Banyak kritik
yang di lancarkan oleh filsuf besar lainnya kepada kaum ini seperti kritik dari
Sokrates, Plato dan Aristoteles karen mereka menganggap kaum Sofis
melakukan hal yang negative seperti mengajar untuk mendapatkan uang
banyak, mengahalalkan segala cara untuk memenangkan argumentasi, dan
mengajarkan relativisme. Kritik ini membuat kita bertanya apa sebenarnya
kaum sofis ini sehinngga mendapat banyak kecaman juga dari tokoh filsuf
dunia. Dalam menyelesaikan masalah tersebut pemakalah mencoba
mengumpulkan sembe sumber beurupa buku ataupun jurnal-jurnal ntuk
mendukung isi artikel ini
PENDAHULUAN

Dewasa ini, pendidikan merupakan suatu haal yang sangat penting bagi
manusia. Dimana pendidikan menjadi sebuah keharusan bagi setiap individu dalam
mengahadapi era modern. Perkembangan pendidikan sendiri sangat pesat, jika di
kaji dari sejarah nya pendidian sendiri mulai berkembnag di zaman yunani kuno.
Yunani kuno sendiri merupakan peradaban yang terletak di eropa dan merupakan
salah satu peradaban terbesar didunia bersamaan dengan Romawi kuno. Bidang
bidang yang mengalami kemajuan pada zaman Yunani kuno yaitu di bidang
kesenian, bidang pemerintahan, dan di bidang pendidikan. Bidang yang paling
mengalami perkembangan pesat yaitu bidang pendidikan. Pendidikan dimasa
Yunani kuno terbagi menjadi 2 karena Yunani sendiri pada saat itu terbagi menjadi
dua yakni kota Sparta dan Athena yang memiliki sistem pendidikan yang berbeda.
Kota Sparta (Doria) memiliki sistem pendidikan yang di atur oleh pemerinthan dan
lebih berfokus pada pendidikan kemiliteran yang bertujuan untuk bela negara,
pendidikan juga hanya bisa didapatkan oleh kaum yang merdeka bukan budak.
Sedangkan untuk orang Athena (lonia), mereka menerapkan sistem pendidikan yang
memberikan kebebasan bagi rakyat untuk mendapatkan pendidikan dan
pemerintahan hanya menyiapkan guru dan orang tua lah yang berhak
menyekolahkan anaknya. Kemudian muncullah kaum kaum cerdas yang datang ke
Yunani tepatnya di Athena yang mendapatkan tempat di pemerintahan yang
menyebabkan perkembangan yang besar khuhsunya di dalam bidang ilmu
pengetahuan dan pendidikan di Athena. Orang orang cerdas ini ini menyebut dirinya
sebagai guru. Kaum inilah yang menciptakan pengajaran pengajaran yang cepat,
langsung dan praktis. Kaum inilah yang melakukan perubahan besar terhadap
pendidikan yang ada di yunani. Kaum ini pula yang akan menimbulkan tokoh tokoh
yang berpengaruh di yunani itu sendiri dan dunia nantinya. Tokoh ini terkenal akan
pemikirannya tentang banyak hal terutama pendidikan. Kaum ini bernama kaum
Sofist yang menegmbangkan pendidkan yang ada di yunani. Dalam artikel ini akan
membahas apa itu kaum sofist dan siapa saja tokoh tokoh dalam kaum sofist yang
begitu mempunyai pengaruh besar dalam dunia pendidikan yang ada di yunani dan
apa saja pemikiran pemikiran serta ajaran ajaan yang mereka sebarkan dalam dunia
pendidikan.
PEMBAHASAN

Di Yunani kuno terdapat kemajuan yag pesat di bidang pendidikan,


pendidikan di Yunani berkembang pesat dikarenakan adanya sebuah kaum yang
bernama sofis yaitu kaum pemikir yang sudut pandangnya berdasarkan logika.
Dalam sejarah filsafat Yunani ada satu kelompok filsafat yang dikenal dengan 'kaum
Sofis' (shopistês), yang dalam bahasa Inggris diartikan sebagai: seseorang yang
mempermasalahkan orang lain dengan mempergunakan argumentasi-argumentasi
yang sah.1 Bahkan, kaum Sofis ini dituduh sebagai orang-orang yang meminta uang
kepada mereka2. Arti tertua dari kata “sofis” adalah “seseorang bijaksa” atau
“seseorang yang mempunyai keahlian dalam bidang tertentu. Pengajaran filsafat
mereka tidak lebih dari sekdedar skeptisise naif. Pandagan tentang ketiadaan
kebenaran yang mutlak inilah yang menyebabkan menjadi dasar bagi pemikiran
kaum sofis.

Penyebab langsung yang berkontribusi terhadap kejayaan kaum sofisme


berkaitan dengan stabilnya sistem demokrsi Athena pada masa itu. Sistem
demokrasi Athena turut serta mengmbangkan retorika sebagai seni berbicara.
Pidato hanya dianggap sebagai sekedar ekpresi pikiran sang orator dengan
menekankan pada bentuk, bukan pada subtansinya. Pidato kemudian menjadi
semacam seni berbahasa yang di desain untuk mengimpresi pendengar penekanan
pada kemegahan pada kata kata belaka, dan hal itu digunakan untuk menarik
perhatian warga Athena untuk mencapai kesepakatan pada putusan yang diinginkan
oleh sang orator. Pada bidang inilah profesi kaum sofis nampak penting. Kaum sofis
merupakan pendiri sekolah retorika, tempat dimana para pemuda kaya Athena
belajar seni berpidato. Melalui kursus retorika berbayar inilah kaum sofis menjadi
berpengaruh dalam pendidikan Athena kala itu.

Munculnya kaum sofis di awali sesudah perang parsi (449 SM), di saat
Athena berkembang pesat dalam bidang politik dan ekonomi. Dibawah pimpinan
Perikles,polis inilah yang menjadi pusat seluruh yunani. Sampai saat itu Athena
belum mengambil bagian dari filsafat dan ilmu pengetahuan yang sedang
berkembang sejak abad ke 6. Tapi sering kali dapat disaksikan dalam sejarah

1
K.Bertens, sejarah filsafat yunani:dari thales ke aristoteles (Yogyakarta:Kanisisus,1999) hal.83.
2
Harun Hadiwijono, sari sejarah filsafat barat 1, (yogyakarta,kanisius,1980) hal.33.
bahwa negara atau kota yang mengalami zaman keemasan dalam bidang politik dan
ekonomi menjadi pusat perhatian pula dalambidang intelektual dan kultural.
Demikian halnya dengan kota Athena. Anaxagoras adalah figur utama yang memilih
Athena sebagai tempat tinggalnya sehingga ia mendapatkan gelar filsuf pertama di
Yunani serta meletakkan dasar dasar filsafat Yunani. Para Sofis tidak membatasi
aktiitas merekapada polis Athena saja, mereka adalah guru guru yang berkeliling
dari satu kota ke kota lainnya. Protagoras misanya yang dari sudut pandang filsafat
boleh dianggap sebagai tokoh utama antara para sofis, yang seringkali mengunjungi
Athena.

Kebutuhan akan pendidikan ysng dirasakan seluruh Hellas pada waktu itu.
Sebaga mana yang di jelaskan sebelumnya bahwa bahasa merupakan alat politik
terprnting dalam masyarakat Yunani. Sukses tidaknya dalam bidang poliitik sebagian
beasr tergantung pada kemahiran berbahasa yang diperlihatkan dalam sidang
umum, dewan harian atau sidang pengadilan. Itulah sebabnya tidak mengherankan
bahwa orang muda merasakan kebutuhan akan pendidikan serta pembinaan,
supaya nantinya mereka dapat memainkan perananya di bidang politik. Sampai saat
itu pendidikan di Athena tidak melebihi pendidikan elementer elementer saja. Kaum
sofis memenuhi kebutuhan akan pendidikan lebih lanjut. Mereka mengajarkan ilmu
ilmu seperti natematika, astronoi dan terutama tat bahasa. Mengenai ilmu bahasa
mereka tidak dipandang sebagai perintis. Tentu saja mereka memiliki jasa yang
sangat besar dalam pengembangan bidang ilmu retorika dan berpidato. Selain dari
pelajaran dan latihan untuk orang muda, mereka juga memberi ceramah ceramah
dengan cara populer untuk kalangan umum yang lebih luas. Kau sofis juga tidak bisa
bicara untuk diri mereka sendiri, mereka adalah pengarang yang produktif. Tetapi
hanya sedikit dari karya mereka yang bisa berthan selain dalam bentuk bentuk yqng
singakat dan terpeca pecah. Tidak hanya itu saja, sumber informasi utama kita
tentang segala aspek kelompok sofis., Plato sering kali bermusuhan dan sulit
memahami penjelasannya tentang kaum Sofis, Plato menggambarkan Sofis sebagai
indiidu individu yang suka bermusuhan dan suka berpinah tempat, terutama di polis
di luar Athena, dimana mereka mengahasilkan dampaknya yang paling kuat. Bagi
Plato, Sofis lebih dekat denan sejarah publisitas daripada dengan ide, sebuah
penilaian yang di atikulasikan oleh antitesis antara Sokrates dan Sofis meliputi
tulisan tulisan Plato. Akan tetapi dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa,
kaum Sofis lah kelompok yang pertama kali dalam sejarah yang mempelopori
pendidikan untuk orang muda.

Demikian kiranya pandangan kaum Sofis tentang filsafat. Suatu subjek yang
hingga zaman moderen masih mendamba akan kebenaran yang sejati, dipandang
sebagai‘hamba’ retorika kosong yang digunakan sebagai sarana untuk menarik
perhatian pendengar dalam pidato. Dalam kacamata kaum Sofis, kebenaran objektif
bukanlah sesuatu yang penting. Kaum Sofis menempatkan kebenaran/kesalahan
secara manasuka,agar mereka dapat menarik perhatian pendengar, sehingga
pendengar dapat dipengaruhi argumen mereka. Kaum Sofis akan mempraktikan
secara langsung skeptisisme naif sebagai landasan profesi mereka. Sebagai
pembelaan, mereka akan mengatakan premis, bahwa tidak ada sama sekali yang
disebut sebagai kebenaran objektif, karenanya segala bentuk kebenaran
lantasbersifat individual, dan untuk sementara dapat dikatakan bahwa kebutuhan
individu merupakan kebenaran itu sendiri. Ketika konsep – konsep keutamaan
objektif ditinggalkan, maka ukuran kebaikan, dan kebenaran ada pada masing –
masing individu, yang biasanya sesuai dengan kebutuhan sementaranya. Prinsip ini
merupakan doktrin utama dari kaum Sofis. Untuk mewujudkan hasrat individual,
kaum Sofis memberikan suatu formula yang dianggap tepat pada zaman itu, dan
membiarkan setiap individu peserta didik mereka untuk mengembangkan formula
tersebut secara lebih lanjut dalam konstelasi politik Athena. Jadi, dalam konteks
inilah kaum Sofis berfilsafat. Pengajaran yang diberikan oleh kaum Sofis ini bersifat
destruktif dalam tinjauan filsafat moderen (yang amat mendamba pengetahuan akan
kebenaran yang utuh).
Kaum Sofis melakukan perjalanan dari kota ke kota, dan mengiklankan diri
mereka sebagai pemikir profesional, lalu menawarkan pengetahuan mereka untuk
dijual, mirip dengan yang ditawarkan oleh ‘penjaja’ jasa pendidikan akhir – akhir ini
(baca: sekolah, bimbingan belajar, dan universitas). Meskipun sebagaimana sama –
sama kita ketahui, bahwa pandangan peradaban barat (yang bertumpu pada
rasionalitas) sangatlah buruk terhadap Sofis (dalam bahasa Inggris kata sophist
berarti seorang licik yang pandai memutarbalikkan fakta), mereka juga
menyumbangkan banyak hal yang menjadi fondasi peradaban saat ini. Pengalaman
kaum Sofis dalam mendidik para politisi, membuat mereka berjasa dalam
mengembangkan ilmu tata bahasa, dan logika. Mereka juga mengembangkan seni
retorika, dan metode ilmiah yang pengaruhnya masih terasa hingga kini. Kita juga
berhutang budi pada kaum Sofis, yang mana mereka juga turut berpartisipasi dalam
kemajuan ilmu pengetahuan empirik. Sebagai politisi (atau setidaknya pendidik
politisi), kaum Sofis tentunya juga wajib memiliki perbendaharaan pengetahuan yang
luas terkait sejarah, dan mengenal seluk – beluk berbagai bentuk pemerintahan.
Melalui kaum Sofis, kita seringkali berkenalan dengan aneka ragam kesenian, dan
syair – syair kuno. Kebanyakan kaum Sofis juga mempelajari ilmu alam. Aritmatika,
geometri, astronomi, dan musik merupakan perihal yang akrab bagi mereka. Sistem
mnemonics (seni mengingat) pertama kali dikembangkan oleh para Sofis. Akan
tetapi, seluruh sumbangsih berarti dari kaum Sofis dalam berbagai cabang ilmu ini,
menurut pandangan filsafat moderen, toh tidaklah berarti ketimbang pengaruh buruk
mereka dalam fisafat.

TOKOH TOKOH KAUM SOFIS SERTA AJARANNYA

1. Protagoras
Protagoras lahir pada tahun 485 di kota Abdera di daerah Tharake.
Demokritos adalah warga sekotanya yang lebih muda.seringkali ia datang di
Athena dan ia disana terhitung pada kalangan sekitar Perikles, ia masuk
dalam pemerintahan Perikles, dan atas permintaan Perikles ia mengambil
bagian dalam menidirikan kota perantauan Thurioi di Italia selatan pada tahun
444. Pendirian kota itu di maksudkan Perikles sebagai usaha pra-hellen,
berarti seluruh Hellas dihaapkan mengambil bagian di dalamnya. Ada tokoh
tokoh terkemuka yang mengambil bagian dalam usaha itu, seperti misaknya
herodotus, hippodaos dan Lysias. Protagiras dimita untuk untuk mengarang
undang undang dasar bagi polis baru itu. Menurut Diogenes Laertios, pada
akhir hidupnya Protagoras dituduh di Athena karena kedurhakannya
(asebeia) dan bukunya tentang agama dibakar dihadpan umum . di ceritakan
pula bahwa Protagiras melarikan diri ke Sisilia, tetapi didalam perjalan dia pun
meniggal dunia akibat perahu yang di tumpanginya tenggelam. Tetapi
kesaksian Diogene Laertios ini tidak dapat dicocokkan dengan data data lain,
kebanyakn sejarawan modern menyangsikan kebenarannya. Protagoras
mengarang sejumlah buku, hanya beberapa fragmen pende masih disimpan
tetapi isi ajarannya dapat di terapkan karena gagasan Protagoras masih
ramai dipersoalkan di kemuadian hari. Plato merupakan sumber yang utama
khususnya kedua dialognya yang berjudul Theaitetos dan protagoras.
1.1 ajaran tentang pengenalan
dalam buku yang berjudul Aletheia (kebenaran) terdapat tuturan
Protagoras yang terkenal, yang disimpan dalam kumpulan H. Diels
sebagai fragmen 1: “manusia adalah ukuran dari segala galanya: untuk
hal-hal yang ada sehingga mereka ada dan untuk hal hal yang tidak ada
sehiingga mereka tidak ada”. Pendirian ini boleh disebut relativisme,
artinya kebenaran dianggap tergangtung pada manusia. Manusialah yang
menentukan benar tidaknya bahkan ada tidaknya. Disini dapat
dipersoalkan bagaimana kita mesti mengerti kata “manusia “ itu. Yang
dimaksud Pritagoras kebenaran seluruhnya harus bersifat relatif terhadap
manusia bersangkutan. Semua pendapat sama benar, biarpun sekali
bertentangan satu sama lain. Tetapi kalau demikian, pendapat Protagoras
sendiri tidak merupakan kekecualian. Karena, sebagaimana disimpulkan
oleh Plato segala konsekuen pendapat Protagoras hanya benar untuk
dirinya sendirinya saja dan mungkin sekali bagi orang lain.
1.2 seni berdebat
karangan lain berjudul Antilogial (pendirian pendirian yang bertentangan).
Dalam karya ini Protagoras mengemukakan anggapan yang tentu ada
huubungan relativitas yang di uraikain di atas. Dan anggapan ii sesuai
dengan keaktifan khusus kaum Sofis, sebab kita sudah melihat bahwa
terutama giat dalam bidang kemahiran berbahasa. Suatu fragmen di
simpan yang barangkali merupakan kaliamt pertama dari karya tersebut:
“tentang semua hal terdapat dua pendirian yang bertentangan”. Dalam
karya ini Protagoras mengemukakan anggapan yang tentu ada
hubungannya dengan relatiitas yang di uraikan di atas. Ini mempunyai
konsekuensi besar untuk seseorang ahli pidato . tergantung pada
kepandaiannya apakah ia berhasil meyakinkan para pendengarnya
mengenai kebenaran suatu pendirian yang sepintas lalu rupanya tidak
begitu sah. Oleh sebab itu perlu suatu latihanyang memungkinkan orang
membuat argumen yang begitu lemah menjadi begitu kuat. Para musuh
kaum Sofis telah menafsirakan gagasan ini dalam arti moral. Mereka
memberi kesan seakan akan menurut Protagoras perbuatan yang sama
serentak dapat dicela dapat juga dipuji, sehingga sesuatu yang baik
menjadi buruk begitu sebaliknya.
1.3 ajaran tentang negara
dalam karya yang bernama “tentang keadaan yang asali”, Protagoras
meberi suatu teori tentang asal usul negara. Teori ini dipengaruhi disatu
pihak oleh pengalaman yang telah disebtkan diatas, yakni tiap-tiap negara
mempunyai adat kebiasaan sendiri dan dilain pihak kenyataan dilpangan
banyak kota-kota perantauan masing masing mendapat undang undnag
baru. Protagoras juga berpendapat negara tidak berdasarkan kodrat,
tetapi diadakan leh manusia itu sendiri. Ia melukiskan oleh tiimbulnya
dengan memulainya bahwa manusia pada awalnya hiup sendiri sendiri.
Kemudian karena lemah dan bnyak mendapat ancaman binatang buas,
mereka mulai mencari teman mmanusia lainnya. Ternyata setelah
berkumpul mereka mendapatkan kendala lagi, bahwa hidup bersama itu
tidak semudah yang difikirkan, karena terdapat banyak keragaman
didalamnya. Akhirnya seoarang dewa turun dan memberikan mereka
anugerah berupa keinsyafan akan keadilan (dike) dan hormat kepada
orang lain (aidos). Berkat kedua berkah ini manusia akan dapat hidup
bersama. Ia sendiri dapat menagadakan undang-undang. Jadi, undang-
undang tertentu tidaklebih benar daripada undang undang yang lain.
Permasalahannya adalah antara cocok atau tidaknya undnag-undang
tersebut diterapkan di negara tersebut.
1.4 ajaran tentang dewa
salah satu karya Protagoras yang berjudul Peri Theon (perihal dewa
dewa) di ambil sebuah kutipan yang menyatakan “saya tidak meras
sanggup menetapkan mereka (dewa-dewa) itu ada atau tidak, dan saya
juga juga tidak dapat menentukan hakikat mereka. Banyak hal yang
merupakan halangan, baik kaburnya pokok bersangkutan maupun
pendeknya hidup manusia”. Pendapat Protagoras tentang dewa dewa
bboleh disebut suatu skeptisisime, artinya disini tidak mungkin mencapai
kebenaran. Sangat cocok dengan anggapan relativistis yang dianut oleh
Protagoras dalam bidnag pengenalan.
2. Gorgias
Georgias lahir di Leontino di Sisilia sekitar tahun 483. Rupanya ia merupakan
murid Empedokles, kemudian dipengaruhi oleh dialektika Zeno. Pada tahun
427 ia datang di Athena sebagai duta asalnya untuk meminta pertolongan
melawan kota Syrakusa.sebagai Sofis ia mengelilingi kota-kota Yunani,
terutama Athen, dimana ia mengalami sukses besar, karena luar biasa fasih
lidahnya. Ia meninggal pada usia 108 tahun pada tahun 375.
2.1 ajarannya
dalam bukunya yang berjudul “tentang yang tidak ada atau alam”,
Georgias menuliskankan tiga pendiriannya
a. tidak ada sesuatu apapun
b. seandainnya sesuatu ada, maka itu tidak dapat di kenal
c. seandainnya pengetahuan itu dapat dikenal, maka pengetahuan itu
tidak bisa disampaikan kepada orang lain

ketiga pendirian ini disokong oleh banyk argumen. Jika dimaksudkan oleh
Gorgiasitu apa adanya. Maka Gorgias bukan saja menganut sesuatu
paham skeptisisme, melainkan juga memihak kepada nihilisme
(anggapan baha tidak ada sesuatupun yang bernilai). Tetapi sulit sekali
untuk membayangkan bahwa pendirian pendirian itu mengandung
maksud Gorgias sendiri.

3. Hippias
Hippias adalah kawan dengan Sokrates dan berasal dari kota Elis. Ia
dibicarakan dalam kedua dialog Plato yang berjudul Hippias Major dan
Hippias Minor. Rupanya ia menguasai banyak lapangan keahlian terutama ia
mempunyai jasa-jasa besar dalam bidang ilmu ukur
3.1 ajarannya
seperti Sofis lainnya,Hippias juga mencurahkan perhatiannya pada
pertanyaan, apakah tingkah laku manusia dan susunan masyarakat harus
berdasarkan nomos (adat,kebiasaan,undang-undang) atau harus
berdasarkan physis(kodrat). Tapi ia memberi jawaban yang bertolak
belakang dengan kebanyakan rekan Sofis, ia beranggapan bahwa kodrat
manusia merupakan dasar bagi tingkah laku manusia dan susunan bagi
masyarakat. Ia berfikir begitu, karena undang-undang harus beberapa kali
di koreksi atau di ubah. Oleh karenanya bukan undnag-undang yang
merupakan norma terakhir yang menentukan baik dan buruk. Apa lagi
undang-undang menggolongkan manusia manusia sebagai penguasa
atau bawahan, sebagai orang bebas atau budak. Padahal, menurut
kodratnya, semua manusia sama derajatnya. Dengan demikian pada
Hippias tanmpakklah sesuatu kosmopolitisme dan uniersalisme yang
menanda banyak Sofis.
4. Prodikos
Prodikos berasal dari pulau Keos dan ia juga boleh dianggap sebagai kawan
sebaya Sokrates
4.1 Prodikos menganut suatu pandagan hidup yang pesismistis. Kematian
dianggapnya sebagai sejalan untuk melepaskankan diridan kesusahan
dalam hidup manusia. Pendapatnya tentang asal usul agama adalah
bahwa agama adalah penemuan manusia. Mula mula manusia memuja
tenaga-tenaga alam sebagai dewa, misalnya matahari, bulan, sungai-
sungai dan pohon-pohon.jadi, ia berpendapat bahwa agama juga
merupakan ciptaan manusia, ia menyangka pula bahwa berdoa itu
mubazir
5. Kritias
Kritias hidup di abad ke-5 SM. Ia berasal daari Athena dan memainkan
peranan peranan penting dalam segi politik kota itu.
5.1 pokok ajaran Kritias yang harus disebut disini adalah pendapatnya
tentaang agama. Ia beranggapan bahwa agama ditemukan oleh
penguasa penguasa negara yang licik. Kebanyakan pelanggaran dapat di
adili menurut hukum. Tetapi selalu ada pelanggran-pelanggaran yang
dlakukansecara tersembunyi dan tidak diketahui hukum. Oleh sebab itulah
penguasa menemukan dewa-dewa supaya orang percaya bahwa mereka
akan membalas juga pelanggran terssembunyi.

PENUTUP

Yunani kuno merupakan peradaban yang sangat besar dimana banyak pemikir
pemikir dunia berasal dari sana, pada awalnya yunani erbagi menjadi dua yakni
sparta dan Athena. Di di Sparta sisitem pendidikan lebih berfokus pada pendidikan
kemiliteran dan terbatas pada orang orang tertentu saja sedangkan di Athena
sistem pendidikan lebih leluasa karena tidak terkekang oleh siapapun. Oleh karena
inilah banyak lahir tokoh-tokoh dengan pemikira- pemikiran yang berpengaruh di
Athena itu sendiri. Orang orang ini di sebut dengan kaum Sofis. Kaum Sofis sendiri
merupakan filsuf yang hidup dan berkarya sezaman dengan Sokrates pada
pertengahan sampai akhir abad ke-5 SM. Kaum Sofis mengajarkan ilmu-ilmu seperti
ilmu Matematika, astronoomi, dan tata bahasa, disamping ilmu retorika yang
merupakan ilmu terutama. Kaum Sofis merupakn pendiri pertama sekolah Retoriika.
Dalam sejarah filsafat, kaum Sofis sering di pandang secara negatif, misalnya saja
mengajar untuk mendapatkan uang yang banyak, menghalalkan segala cara untuk
memenangkan argumentasi serta mengajarakan relativisme. Salah satu faktor yang
menyebabkan hal itu adalah adanya pernyataan dari Sokrates, Pato dan Aristoteles
terhadap kaum sofis. Beberapa tokoh kaum sofis antaranyaa Protagoras, Gorgias,
Hippias, Prodikos, dan Kritias. Disamping kriitik negatif yang di tujukan kepada kaum
ini, mereka juga mempunyai peran penting dalam perkembangan pendidikan sampai
saat ini.

DAFTAR PUSTAKA

K.Bertens,1999. sejarah filsafat yunani:dari thaleskearistoteles,Yogyakarta:Kanisisus

Harun,Hadiwijono,1980, sari sejarah filsafat barat 1, yogyakarta:Kanisius

Asir, Maleha dan Sandiperadila, 2007, sejarah pendidikan, Pekanbaru:Cendikia

Akhadiah, Sabarti dan Listyasari, 2015, filsafat ilmu lanjutan, Jakarta:Pranada

Djamhur, 1976, sejarah pendiidikan, Bandung : C.V Ilmu

Hatta, Muhammad, 1996, alam filsafat Yunani, Jakarta:UI press

Hujibers, Theo, 2011, filsafat hukum dalam landasan sejarah, Yogyakarta:kanisius

Tjahadi, Simon.P. Lalu, 2008,petualangan intelektual, Yogyakarta:kanisius

Sudrajad, Yunani sebagai ikon peradaban barat, ISTORIA, 3.1, (2010) hal.12

Sutrisno, Isbandi dan Windijarti I, kajian retorika untuk pengembangan pengetahuan


dan keterampilan berpidato, Jurnal Ilmu Komunikasi, 12.1 (20140, hal.72

Anda mungkin juga menyukai