Anda di halaman 1dari 17

FILSAFAT ILMU

RANGKUMAN MATERI

“Pintu Masuk KeDunia Filsafat”

Dr. Harry Hamersma

Disusun oleh:

Nama : Yusril Mokodompit

NIM : 18101105076

Dosen Pengampu : Drs. Dionisius Felenditi M.si

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SAM RATULANGI

2021
BAB II

➢ CABANG-CABANG FILSAFAT

Filsafat bertanya tentang seluruh kenyataan, tetapi selalu salah satu dari segi dari
kenyataan sekaligus menjadi titik fokus penyelidikan kita. Flisafat selalu bersifat “filsafat
tentang” sesuatu yang tertentu: filsafat tentang manusia, filsafat alam, filsafat kebudayaan,
filsafat seni, filsafat agama, filsafat bahasa, filsafat sejarah, filsafat hukum, filsafat
pengetahuan dan seterusnya. Semua jenis “filsafat tentang” suatu objek tertentu dapat
dikembalikan kepada sepuluh cabang, dan sepeluh cabang ini masih dapat dikembalikan lagi
kepada empat bidang induk , seperti terlihat dalam ini.

Filsafat dapat dibagi atas 4 kelompok:

a) filsafat tentang pengetahuan, yng terdiri dari epistemoligi, logika, dan kritik ilmu-
ilmu;
b) filsafat tentang keseluruhan kenyataan , yang terdiri dari metafisika umum (ontologi)
dan metafisika khusus (teologi metafisika, antropologi, kosmologi);
c) fisafat tentang tindakan, yang terdiri dari etika dan estetika;
d) searah filsafat.

A. EPISTEMOLOGI

Pertanyaan-pertanyaan tentang kemungkinan-kemungkinan pengetahuan, tentang


batas-batas pengetahuan, tentang asal dan jenis-jenis pengetahuan, dibicarakan dalam
episdemologi. Kata “episdemologi” berarti “pengetahuan (Yunani: logia) tentang pengetahuan
(episteme). Dalam sejarah filsafat kelihatan suatu gerakan gelombang dari periode-periode
perkembangan dan zaman-zaman skeptisis. Setelah setiap kali tercapai suatu puncak dalam
pemikiran, orang mulai ragu-ragu. Orang bertanya , apakah kita di dunia ini memang pernah
akan mampu untuk mencapai kepastian tentang kebenaran pengetahuan kita.

Skeptisisme merupakan sesuatu yang ditemukan sepanjang sejarah, tetapi skeptisistem


memang sudah lama diatasi. Pemikir-pemikir seperti Augustinus dan Descartes telah
memperlihatkan bahwa skeptisisme tidak dapat dipertahankan secara konsekuensi. Skeptisis-
skeptisis menyangsikan apa-apa saja, tetapi sekurang-kurang satu hal tidak diragukan oleh
mereka, yaitu titik pangkal mereka sendiri. Kelihatannya setiap manusia juga seorang
skeptisis menerima bahwa sekurang-kurang ada beberapa hal yang pasti. Rasionalisme (Latin:
rasio ‘akal budi’) mengajarkan bahwa akal budi
merupakan sumber utama pengetahuan. Rasionalisme mempunyai akar-akar yang
sangat tua, tetapi dalam zaman modern (setelah sekitar 1600) rasionalisme mendapat tekanan
baru pada filsuf-filsuf seperti Descartes, Spinoza, dan Leibniz. Lawan rasionalisme,
empirisme (Yunani: empeire ‘pengalaman’, mengajarkan bahwa pengetahuan berasal dari
pengalaman inderawi, bukannya dari akal budi karena akal budi diisi dengan kesan-kesan ini
oleh akal budi dihubungkan, sehingka terjadi ide-ide majemuk. Empirisme merupakan suatu
aliran yang terutama ditemukan di Inggris.

B. LOGIKA

Logika (Yunani: logikos ‘berhubungan dengan pengetahuan’, ‘berhubungan dengan


bahasa’) merupakan cabang filsafat yang menyelidiki kesehatan cara berpikir, aturan-aturan
mana yang harus dihormati supaya pernyataanpernyataan kita sah. Logika tidak mengajarkan
apa pun tentang manusia atau dunia. Logika hanya merupakan suatu teknik atau seni yang
mementingkan segi formal, bentuk dari pengetahuan.

Logika klasik berkembang pada Aristoteles (348-322 SM) dan pada banyak filsuf dari
Abad Pertengahan. Sekarang dibedakan suatu jenis logika barudisamping logika klasik-yaitu
logika matematis yang juga disebut logika formal atau logistik. Logika matematis
dikembangkan oleh Frege, Whintehead, dan Russel

C. KRITIK ILMU-ILMU

Perbedaan antara filsafat dan ilmu pengetahuan mula-mula kecil sekali. Dalam zaman
kuno, di Yunani, di samping filsafat hanya dibedakan empat ilmu, yaitu logika, ilmu pasti,
ilmu pesawat, dan kedokteran. Kebanyakan ilmu yang dibedakan sekarang berasal dari zaman
renaisans, atau lahir pada gelombang kedua, yaitu sekitar 1800 dan sesudahnya. Ilmu-ilmu
dapat dibagi atas tiga kelompok :

a) ilmu-lmu formal (matematika dan logika);


b) ilmu-ilmu empiris-formal (misal ilmu alam, ilmu hayat);
c) ilmu-ilmu hermeneutis (misal sejarah, ekonomi).

D. METAFISIKA UMUM

Metafisika umum (ontologi) berbicara tentang segala sesuatu sekaligus. Lalu itu hanya
mungkin kalau komprehensi perkataan-perkataannya kecil sekali. Metafisika umum hanya
bicara tentang segala sesuatu sejauh itu “ada”. “Adanya” segala sesuatu merupakan suatu segi
dari kenyataan yang mengatasi semua perbedaan antara benda-benda dan makhluk-makhluk
hidup, antara jenis- jenis dan individu-individu. Ada empat jenis kepercayaan ontologi, yaitu
ateisme, agnostisisme, panteisme, dan teisme.

• Ateisme (Yunani: a- ‘bukan’, theos ‘Allah’) mengajarkan bahwa Allah tidak ada,
bahwa manusia sendirian dalam kosmos, sendirian dibawah surga yang kosong.
• Agnostisisme (Yunani: a- ‘bukan’, gnosis ‘pengetahuan’) mengejarkan bahwa tidak
dapat diketahui apakah Allah ada atau tidak, sehingga pertanyaan tentang Allah selalu
terbuka.
• Panteisme (Yunani: pan ‘segala sesuatu’, theos ‘Allah’) mengajarkan bahwa seluruh
kosmos sama dengan Allah, sehingga tidak ada perbedaan antara Pencipta dan ciptaan.
Allah dan alam itu “sama saja”, sehingga panteisme juga dapat disebut teo-panteisme.
• Teisme mengajarkan bahwa Allah itu ada, bahwa terdapat perbedaan antara Pencipta
dan ciptaan dan bahwa Allah boleh disebut “Engkau” dan “penyelenggara”.

E. TEOLOGI METAFISIK

Teologi metafisik berhubungan erat dengan ontologi. Dalam teologi metafisik


diselidiki apa yang dapat dikatakan tentang adanya Allah, lepas dari agama, lepas dari wahyu.
Teologi metafisik (teologi falsafi) juga disebut metateologi karena diadakan suatu refleksi
tentang bahasa teologi, sesuatu yang datang “sesudah” teologi sendiri, seperti halnya
metafisika datang sesudah fisika dan meta-etika datang sesudah etika. Teologi metafisik
hanya menghasilkan suatu kepercayaan yang sangat sederhana dan cukup miskin serta
abstrak.

Iman falsafi yang dicapai dalam teologi metafisik tidak cukup. Teologi metafisik juga
disebut teadise. Teodise (Yunani: theos ‘Allah’ dike ‘pembenaran’ atau ‘pengadilan’)
mencoba menerangkan bahwa kepercayaan kepada Allah tidak bertentangan dengan
kenyataan kejahatan. Teologi metafisik sekarang ini masih tetap merupakan usaha untuk
menciptakan ruang untuk dialog antara iman dan akal budi. Dialog ini sekarang lebih-lebih
bersifat dialog dengan ateisme.

F. ANTTROPOLOGI

Cabang filsafat yang berbicara tentang manusia disebut antropologi (Yunani:


anthropos manusia’). Menurut Immanuel Kant, pertanyaan “siapakah manusia?” merupakan
pertanyaan satu-satunya dari filsafat.
Manusia adalah sekaligus materi dan hidup, badan dan jiwa, ia mempunyai kehendak
dan pengertian. Manusia merupakan seorang individu, tetapi ia tidak dapat hidup lepas dari
orang lain. Dalam manusia terdapat pertemuan antara kebebasaan dan keharusan, antara masa
lampau yang tetap dan masa depan yang masih terbuka.

Pertanyaan tentang manusia tentu saja mempunyai sejarah yang panjang, tetapi baru
sejak zaman renaisans, sekitar tahun 1500 manusia betul-betul menjadi titik pusat dari filsafat.
Sejak zaman renaisans manusia dipandang sebagai pusat sejarah, pusat pemikiran, pusat
kehendak, kebebasan, dan dunia. Semua nilai ini telah menghasilkan pengetahuan yang luas
tentang manusia. Walaupun demikian, pertanyaan “siapakah manusia”? masih tetap terbuka.

G. KOSMOLOGI

Kosmologi atau filsafat alam berbicara tentang dunia. Kata yunani kosmos – lawan
kata chaos – berarti sekaligus ‘dunia’, ‘aturan’, dan ‘keseluruhan teratur’. Kosmoligi
berkembang diYunani dan memberi hidup kepada ilmu alam. Ilmu alam sudah lama dewasa
dan dipilih sebagai model untuk bantak ilmu.

Dalam zaman kuno misalnya Aristoteles dan Ptolemeus, dalam zaman modern Galiloe
dan Newton, dan dalam zaman sekarang misalnya Einsten. Sebagai kosmolog mereka
bertanya tentang hal-hal “di belakang” kenyataan fisis.

Bersama dengan spesialis ilmu alam yang sangat maju, dirasa keperluan akan suatu
refleksi yang lebih mendalam yang memperhatikan keseluruhan. Refleksi ini merupakan
bidang kosmologi. Kosmologi merupakan rangka umum di mana hasil-hasil dari ilmu alam di
pasang. Kosmologi sekarang memandang alam sebagai suatu proses dan tak terhingga,
melainkan suatu proses perkembangan.

H. ETIKA

Etika atau filsafat moral adalah cabang filsafat yang berbicara tentang praksis
manusiawi, tentang tindakan. Kata ‘etika’ berasal dari kata Yunani ethos yang berarti ‘adat’,
‘cara bertindak’, ‘tempat tinggal’, ‘kebiasaan’. Kata ‘moral’ berhasil dari kata Latin mos
(genetif moris) yang mempunyai arti yang sama. Etika dibedakan dari semua cabang filsafat
lain karena tidak mempersoalkan keadaan manusia, melainkan bagaimana ia harus bertindak.

Tindakan manusia ditentukan oleh macam-macam norma (Latin: norma ‘siku’).


Norma-norma dapat dibagi atas norma sopan santun, norma hukum, dan norma moral. Norma
yang paling penting untuk tindakan manusia, norma moral, datang dari ‘suara batin’. Norma
moral ini merupakan bidang etika. Etika menyelidiki dasar semua norma moral. Menurut
orang kristiani, dasar itu terletak dalam perintah utama: mencintai Tuhan dan mencintai
sesama. Saya wajib melakukan kebaikan dan keadilan karena saya percaya bahwa Tuhan
memerintahkan itu. Akan tetapi, orang lain menemukan dasar etika mereka dalam sesuatu
yang lain, misalnya dalam prinsip bahwa “alkitab baik yang maksimal” harus merupakan
norma dasar.

Dalam etika biasanya dibedakan antara etika deskriptif dan etika normatif . Etika
deskriptif memberi gambaran dari gejala kesadaran moral (suara batin), dari norma-norma
dan konsep-konsep etis. Etika normatif tidak berbicara lagi tentang gejala-gejala, melainkan
tentang apa yang sebenarnya harus merupakan tindakan kita. Dalam etika normatif, norma-
norma dinilai dan sikap manusia ditentukan.

I. ESTETIKA

Estetika (Yunani: aisthesis ‘pengamatan’) adalah cabang filsafat yang berbicara


tentang keindahan. Dalam pengalaman atas dunia sekeliling kita ditemukan suatu bidang yang
disebut indah. Pengalaman akan keindahan merupakan objek dari estetika. Dalam estetika
dicari hakikat dari keindahan, bentuk-bentuk pengalaman keindahan (seperti keindahan
jasmani dan keindahan rohani, keindahan alam dan keindahan seni), dan diselidiki
emosiemosi manusia sebagai reaksi terhadap yang indah, yang agung, yang tragis, yang
bagus, yang mengharukan, dan seterusnya.

Seperti dalam etika, juga dalam estetik dibedakan antara suatu bagian deskriptif dan
suatu bagian normatif. Estetik deskriptif menggambarkan gejala-gejala pengalaman
keindahan, sedangkan estetika normatif mencari dasar pengalaman itu.

J. SEJARAH FILSAFAT

Sejarah filsafat mengajarkan jawaban-jawaban yang diberikan oleh pemikir-pemikir


besar, tema-tema yang diangkap paling penting dalam periodeperiode tertentu, dan aliran-
aliran besar yang mengusai pemikiran selama suatu zaman atau disuatu bagian dunia tertentu.
Cara berpikir tentang manusia, tentang asal dan tujuan, tentang hidup dan kematian, tentang
kebebasan dan cinta, tentang yang baik dan yang jahat, tentang materi dan jiwa, alam dan
sejarah.

Dalam sejarah filsafat biasanya dibedakan tiga tradisi besar: filsafat India, filsafat
Cina, dan filsafat Barat. Antara ketiga tradisi ini ada banyak pararel, terutama antara filsafat
india dan barat. Satu hal yang menonjol ialah bahwa baik india dan cina maupun dalam dunia
barat, hidup intelektual menjadi dewasa dalam periode antara 800 dan 200 sm.

Sejarah filsafat dunia merupakan suatu sumber pengetahuan, pengalaman, hikmat, dan
iman yang luar biasa. Sejarah filsafat merupakan suatu cermin bagi manusia. pertanyaan-
petanyaan dan ide-ide manusia sekarang ditemukan kembali disini dalam suatu perspektif
yang sangat luas, yang mengatasi batasbatas agama, batas-batas bahasa, batas-batas zaman
dan kebudayaan.
BAB III

IKHTISAR SEJARAH FISAFAT

A. FILSAFAT INDIA

Cara berpikir india diuraikan dengan baik oleh filsuf dan sastrawan Rabindranath
Tagore (1861-1941). Menurut Tagore, filsafat india berpangkal pada keyakinan bahwa ada
kesatuan fundamental antara manusia dan alam, harmoni antara individu dan kosmos. Orang
india tidak belajar untuk “menguasai” dunia, melainkan untuk “beteman” dengan dunia.

Filsafat india dapat dibagi atas lima periode besar : Zaman Weda (2000-600 SM),
Zaman Skeptisisme (600 SM-300 M) Zaman Puranis (300-1200), Zaman Muslim (1200-
1757), Zaman Modern (setelah 1757).

1. Zaman Weda (2000-600 SM)


• Masa terbentuknya literatur suci ;
• Masa ritus korban dan spekulasi mengenai korban;
• Masa refleksi dalam Upanisad

Bangsa Aryan masuk india dari utara, sekitar 1500 SM. Lieratur suci mereka disebut
Weda, yang terdiri dari Samhita, Bramana, Aranyaka, dan Upanisad. Samhita memuat
Rigweda (kumpulan pujian-pujian), Samaweda (himne-himne liturgis), Yujurweda (rumus-
rumus korban), dan Artharwaweda (rumus-rumus magis). komentar-komentar pada semua itu
disebut Brahmana, Aranyaka, dan Upanisad. Yang terpenting untuk filsafat india adalah
Upanisad, yang sepanjang sajara India akan merupakan sumber yang sangat kaya untuk
inspirasi dan pembaruan.

Suatu tema yang menunjol dalam Upanisad adalah ajaran tentang hubungan Atman
dan Brahman. Atman adalah segi subjektif dari kenyataan, “diri” manusia. Bramana adalah
segi objektif, makrokosmos, alam semesta. Upanisad mengajarkan bahwa Atman dan
Brahmana memeng sama dan bahwa manusia mencapai keselamatan (moksa, mukti) kalau ia
menyadari identitas Atman dan Brama

2. Zaman Skeptisisme (600 SM-300 M)


• Reaksi terhadap ritualisme dan spekulasi;
• Buddhisme dan Jainisme;
• Kontrareformasi dalam bentuk enam sekolah ortodoks, “Saddharsana”
Yang terpenting diantaranya adalah Buddahisme, ajaran dari pangeran Gautama
Buddah, yang memberi pedoman praktis untuk mencapai keselamatan. Reaksi lainnya adalah
Janisme dari Mahawira Jina. Disamping itu mulai juga kebaktian yang lebih eksklusif kepada
Siwa dan Wisnu, dua bentuk agama yang lebih menarik daripada ritualisme dan spekulasi dari
pada imam dan para rahib.

3. Zaman Puranis (setelah tahun 300)


• Perkembangan karya-karya mitologis, terutama berhubungan dengan Siwa dan
Wisnu

Buddahisme mulai lenyap dari india. Buddahisme sekrang lebih penting dari negara-
negara tentangga daripada di india sendiri. Pemikiran india dalam “abad pertengahan”-nya
dikuasai oleh spekulasi teologi, terutama mengenai inkarnasi dewa-dewa.

4. Zaman Muslim (1200-1757)

Dua nama menonjol dalam periode muslim, yaitu nama pengarang Syair Kabir, yang
mencoba untuk memperkembangkan suatu agama universal, dan nama Guru Nanak (pendiri
aliran Sikh), yang mencoba menyebarkan islam dalam Hindu.

5. Zaman Modern (setelah 1757)


• Renaisans nilai-nilai India sebagai reaksi terhadap pengaruh-pengaruh luar. Zaman
modern,zaman pengaruh inggris di india, mulai tahun 1757. Periode ini
memperlihatkan perkembangan kembali dari nilai-nilai klasik india, bersama
dengan pembaruan sosial.

Nama-nama terpenting dalam periode ini adalah:

• Raja Ram Mohan Roy (1772-1833)


• Vivekananda (1863-1902)
• Gandi (1869-1948)
• Rabindranath Tagore (1861-1941)

Filsafat india dapat belajar dari rasionalisme dan positivisme Barat. Filsafat Barat
dapat belajar dari intuisi Timur mengenal kesatuan dalam kosmos dan makrokosmos. Filsafat
Barat mungkin terlalu duniawi, filsafat Timur mungkin terlalu mistik.

B. FILSAFAT CINA

➢ Tema pokok fisafat dan kedudayaan Cina adalah perikemanusiaan


➢ Pemikiran Cina lebih antroposentris
➢ Filsafat Cina lebih pragmatis

Ketika kebudayaan Yunani masih berpendapat bahwa manusia dan dewa-dewa semua
dikuasai oleh suatu nasib buta (Moira), dan ketika kebudayaan India masih mengajarkan
bahwa kita di dunia ini tertahan dalam roda reinkarnasi yang terus-menerus, maka di Cina
sudah diajarkan bahwa manusia sendiri dapat menentukan nasibnya dan tujuannya.

Filsafat Cina dibagi atas empat periode besar, yaitu:

1. Zaman klasik (sekitar 600-200 sm)

Zaman seratus sekolah filsafat, dengan-sebagai sekolah-sekolah terpenting


konfusianisme, tao-isme, Yin-yang, Moisme, Dialek-tik, dan Legalisme.

Sekolah-sekolah terpenting dalam zaman klasik diuraikan secara ringkas sebagai berikut

a. Konfusianisme

Konfusius (bentuk Latin dari nama “Kong-Fu-tse’ yang berarti ‘guru dari suku Kung’)
hidup antara 551 dan 497 SM. Ia mengajarkan bahwa Tao (‘jalan’, sebagai prinsip utama dari
kekayaan) adalah ‘jalan manusia’. Artinya: manusia sendirilah yang dapat menjadikan Tao
luhur dan mulia, kalau ia hidup dengan baik,

b. Taoisme

Taoisme diajarkan oleh Lao Tse (‘guru tua’) yang hidup sekitar tahun 550SM. Lao
Tse melawan Konfudius. Menurut Lao Tse bukan “jalan manusia” melainkan “jalan alam”-
lah yang merupakan Lao. Tao menurut Lao Tse adalah prinsip kenyataan objektif, subtansi
abadi yang bersifat tunggal, mutlak, dan tak ternamai. Ajaran Lao Tse lebih-lebih metafisika ,
sedangkan ajaran Konfusius lebih-lebih etika.

c. Yin-Yung

Ajaran ini yang penting adalah sekolah yang mementingkan keseimbangan Ying dan
Yung. Ying itu prinsip pasif, prinsip ketenangan, surga, bulan, air, dan perempuan, simbol
untuk kematian dan untuk yang dingin. Yang itu prinsip aktif, prinsip gerak, bumi, matahari,
api dan laki-laki, simbol untuk hidup dan untuk yang panas.

d. Moisme
Aliran Moisme didirikan oleh Mau Tse, antara 500 dan 400 SM. Mo Tse mengajarkan bahwa
yang terpenting adalah “cinta universal”, kemakmuran untuk semua orang dan perjuangan
bersama-sama untuk memusnahkan kejahatan.

e. Ming Chia

Ming Chia atau “sekolah nama-nama” menyibukan diri tentang analisis istilahistilah
dan perkataan. Ming Chia, yang juga disebut “sekolah dialetik”, dapat dibandingkan dengan
aliran sofisme dan filsafat Yunani. Dalam Ming Chia juga terdapat khayalan tentang hal-hal
seperti “eksistensi”, “relativitas”, “kasualitas”, “ruang” dan “waktu”.

f. Fa Chia

Fa Chia atau “sekolah hukum” cukup berbeda dari aliran klasik lain. Fa Chia
mengajarkan bahwa kekuasaan politik tidak harus dimulai dari contoh baik yang diberikan
oleh kaisar atau pembesar-pembesar lain, melainkan dari suatu sistem undang-undang yang
keras sekali.

2. Zaman Neo-taoisme dan Buddahisme

Tao sekarang dibandingkan dengan Nirwana dari ajaran Buddah, yaitu “transendensi
di seberang segala nama konsep”, “diseberang adanya”

3. Zaman Neo-konfusianisme (1000 M)

Konfusianisme klasik kembali menjadi ajaran filsafat terpenting. Kepentingan dunia


ini, kepentingan hidup berkeluarga,, dan kemakmuran material, yang merupakan nilai-nilai
tradisional di Cina, sama sekali dilalaikan,bahkan disangkal, dalam Buddhisme.

4. Zaman Modern (1900)

Pengaruh filsafat Barat, renaisans dari filsafat klasik Cina, Marxisme, dan Maoisme.
Ada tiga tema yang sepanjang sejarah dipentingkan dalam filsafat Cina: harmoni, toleransi,
dan perikemanusiaan.

• Harmoni antara manusia dan sesama, antara manusia dan alam, antara manusiadan
surga.
• Toleransi keliatan dalam keterbukaan terhadap pendapat-pendapat yang sama sekali
berbeda dari pendapat-pendapat pribadi
• Perikemanusiaan, karena selalu manusialah yang merupakan pusat filsafat Cina,
manusia yang pada hakekatnya baik dan yang harus mencari kebahagiaannya didunia
ini dalam interaksi dengan alam dan dengan sesama.

C. FILSAFAT BARAT

Dalam sejarah filsafat barat dibedakan empat periode besar, yaitu:

1. Zaman kuno (600-400 M)


• Filsafat pra-sokratis di Yunani
• Zaman keemasan Yunani; sokrates, Plato, Aristoteles
• Zaman Hellenisme
2. Zaman Patristik dan Skolastik (400-1500)
• Pemikiran para Bapa Gereja
• Puncak filsafat Abad pertengahan dalam Skolatik
3. Zaman Modern (1500-1800)
• Zaman Renaisans
• Zaman Barok
• Zaman Fajar Budi
• Zaman Romantik
4. Zaman Sekarang (setelah 1800)
5. Filsafat abad 19-20

D. MASA KINI

Dalam abad ketujuh belas kedelapan belas, sejarah filsafat Barat memperlihatkan
aliran-aliran yang besar, yang mempertahankan diri lama dalam wilayah-wilayah yang luas,
yaitu rasionalisme, empirisme dan idealisme.

Dibandingkan dengan itu, filsafat Barat dalam abad kesembilan belas dan kedua puluh
kelihatan terpecah-pecah. Macam-macam aliran baru muncul, dan aliranaliran ini sering
terikat pada hanya satu negara atau satu linkungan bahasa.

Aliran-aliran yang palimg berpengaruh, yaitu:

a) Positivisme

Positivisme (melawan dari khayalan metafisis)

b) Marxisme
Mengajarkan sebagai marterialisme dialektis, bahwa kenyataan kita akhirnya hanya terdiri
dari materi, yang berkembang melalui suatu proses dialektis ( yaitu ritme tesis-antitesis-
sintesis)

c) Eksistensialisme

Dipersiapkan dalam abad kesembilan belas. Pada abad kedua puluh eksistensial menjadi
aliran filsafat yang sangat penting. Eksistensial merupakan nama untuk macam-macam jenis
filsafat.

d) Fenomologi

Eksistensialisme berhubungan erat dengan fenomenalogi. Fenomenalogi lebih suatu metode


faalsafi daripada suatu ajaran.

e) Pragmatisme

Merupakan aliran filsafat yang lahir di Amerika Serikat tahun 1900. Pragmatisme mengajarka
bahwa ide-ide tidak benar atau salah, melainkan bahwa ide-ide dijadikan benar oleh suatu
tindakan tertentu’

f) Neo-kantianisme dan Neo-tomisme

Neo-kantianisme berkembang terutama di Jerman. Filsafat aliran dianggap sebagai


epistemologi dan kritik ilmu pengetahuan. Neo-tomisme berkembang didunia Katolik
dibanyak negara di Eropa dan Amerika.

g) Aliran-aliran paling baru

Pada sekarang ini ada dua aliran filsafat yang mempunyai peranan besar, tetapi yang belum
dapat dianggap sebagai aliran yang “membuat sejarah”, karena mereka masih terlalu baru.
Kedua aliran ini adalah: Filasafat analisis merupakan aliran terpenting di Inggris dan Amerika
sejak sekitar tahun 1950.

Filsafat analisis menyibukkan diri dengan analisis bahasa dan analisis konsep-konsep.
Analisis ini dianggap sebagai “terapi”: menurut filsuf-filsuf analitis banyak soal filsafi dapat
“sembuh” kalau, berkat analisis bahasa, bisa ditunjukan bahwa soal-soal ini hanya diciptakan
oleh pemakaian yang tidak sehat dari bahasa.

Struktualisme berkembang di Prancis, lebih-lebih sejak tahun 1960. Struktualisme merupakan


suatu sekolah dalam filsafat, linguistik, psikiater, fenomenalogi, agama, ekonomi, dan
politikologi. Stukturalisme menyelidiki patters (pola-pola dasar yang tetap) dalam bahasa-
bahasa, agama-agama, sistensistem ekonomi dan politik dan dalam karya-karya kesusastraan.
BAB IV

FILSAFAT DALAM PRAKTEK

A. MENGAPA BELAJAR FILSAFAT

Filsafat menyelidiki pendapat-pendapat. Filsafat merupakan suatu “forum”, suatu


lapangan diskusi yang sama sekali bebas. Usaha filsafat, yaitu “mencari hikmat ditengah
semua pengetahuan”, kelihatannya sesuatu yang kurang bermakna, karena seteah sekian
banyak abad sejarah filsafat hamper tidak ada hasil konkret.

Filsafat, yang tidak memperlihatkan kemajuan, lebih mirip dengan seni dari pada
dengan ilmu pengetahuan. Semua filsuf memberikan jawaban-jawaban yang besifat sangat
pribadi. Suatu tulisan falsafi merupakan suatu “kacamata” sangat pribadi untuk melihat dunia.
Setiap filsuf memberikan suatu interpretasi pribadi tentang kenyataan. Sejarah filsafat
keliatannya seperti suatu museum yang memuat koleksi raksasa dari interpretasi-interpretasi
mengenai dunia.

Interpretasi-interpretasi ini, cara-cara untuk melihat hidup dan dunia, tetap aktual.
Pendapat-pendapat masa kini tentang “pertanyaan-pertanyaan terakhir”, pertanyaan-
pertanyaan yang tidak dapat dijawab oleh ilmu pengetahuan, tidak lebih baik atau lebih benar
dari pada pendapat-pendapat dari ratusan atau ribuan tahun yang lalu.

Berhadapan dengan pertanyaan-pertanyaan terakhir, sejarah filsat menjadirelevan bagi kita


karena yang dikatakan oleh pemikir-pemikir besar sejarah tidak terikat pada suatu zaman
tertentu.

B. TUGAS FILSAFAT MENURUT PARA FILSUF

KARL. POPPER. Tugas filsafat sekarang ini, menurut Sir Karl Popper (lahir di Wina
1902, mengajar filsafat di Inggris, Selandia Baru, dan Amerika Serikat), lebih-lebih “berpikir
kritis tentang alam raya dan tentang tempat manusia didalamnya; berpikir tentang
kemampuan-kemampuan kita terhadap kebaikan dan kejahatan”

Hidup kita didunia ini-sebuah planet kecil dalam kosmos yang sebagaimana besar
kosong-merupakan suatu materi besar. Hidup mempunyai nilai sebagai sesuatu yang
istimewa, hidup itu mahal. Kita cenderung untuk melupakan itu dengan memandangnya
sebagai sesuatu yang murah.
GABRIEL MAREL. Gabriel Marcel (lahir di Paris 1889, meninggal 1973) melihat filsafat
sebagai reconnalissance.

Kata Prancis reconnalissance berarti sekaligus ‘mengingatkan’, ‘mengakui’,


‘menyelidiki’ dan ‘berterima kasih’. Gabriel menekan dua arti, yaitu “penyelidikan” dan
“sikap berterima kasih” atau “penghargaan”. Kedua arti dari reconnalissance ini (Inggris:
recognition dan acknowledgement) memperlihatkan kedua dimensi pengetahuan manusia:
masa lampau dan masa depan.

Reconnalissance ini dilupakan oleh para teknokrat dan ideologi kerena mereka hanya
memilih salah satu unsur atau ajaran dari seluruh warisan sejarah filsafat. Terhadap masa
lampau kita harus berterima kasih, mengakui bahwa kita berutang.Terhadap masa depan kita
harus terbuka: siap untuk menyelidiki dan menerima.

Tugas filsafat sekarang ini, kata Gabriel Marcel, terdiri dari kedus jenis
reconnalissance ini: sikap penghargaan dan sikap keterbukaan, kerelaan untuk menerima,
acceptance. Gabriel Marcel mengemukakan sesuatu yang sangat klasik

ALFRED NORTH WHITEHEAD. Alfred North Whitehead (1861-1947) mengajar


matematika dan filsafat di Cambridge, Inggris, dan di Harvard, Amerika Serikat.

Filsafat mempunyai dua tugas: menekankan bahwa abstraksi-abstraksi dari ilmu-ilmu


betul-betul bersifat abstraksi (maka tidak merupakan keterangan yang menyeluruh) dan
melengkapi ilmu-ilmu dengan cara membandingkan hasil ilmu-ilmu dengan pengetahuan
intuitif mengenail alam raya pengetahuan yang leih konkret, sambil mendukung
pembentuksn skema-skema yang lebih menyeluruh.

Ketiga uraian dari Popper, Marcel, dan Whitehead dapat dibaca sebagai satu definisi:
tugas filsafat itu berpikir kritis tentang alam raya dan tentang tempat kita di dalamnya
(Popper), re-thinking dengan sikap keterbukaan dan penghargaan (Marcel), penyelidikan
kritis mengenai hasil ilmu-ilmu abstrak untuk mencapai suatu gambaran yang lebih
menyeluruh (Whitehead). Filsafat mencari kebenaran, dan itu mulai dengan menyadari betapa
sedikit yang sungguh kita ketahui.

C. PETUNJUK UNTUK STUDI FILSAFAT

Semua orang mempunyai suatu “filsafat”: suatu pandangan mengenai dunia, mengenai
makna hidup, norma-norma untuk tindakan dan nilai-nilai yang patut dipertahankan. Dalam
arti ini, semua orang adalah “filsuf”, dan untuk filsafat ini tidak dibutuhkan suatu studi
khusus.

Jenis partisipasi ini terbuka untuk semua orang dengan pendidikan yang tidak terlalu
sempit, orang yang senang dengan kebebasan berpikir mereka, orang yang memilih posisi
ditengah semua kekacauan ideologi, politik, etis, religius, dan sosial.

Studi ini dapat terjadi dalam macam-macam bentuk. Membaca karya-karya tulis filsuf-
filsuf besar secara langsung biasanya terlalu sukar. Lebih baik mulaimdengan suatu buku
pengantar umum, suatu pengantar pemikiran seorang filsuf tertentu, atau studi mengenai
sejarah filsafat.

Judul-judul yang akan disebut disini merupakan suatu seleksi yang sangat terbatas.
Hanya dipilih publikasi-publikasinya dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Karya-
karya tulis para filsuf besar pada umumnya ada versi bahasa Inggrisnya.

Anda mungkin juga menyukai