Anda di halaman 1dari 6

ILMU PENGETAHUAN DAN PENDIDIKAN

KEWARGANEGARAAN

DOSEN:
Dr. Rahman Saeni, S.Sos., M.Si
Disusun Oleh
NAMA : Nur Alya Arifah
NIM : D061211012

FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Ilmu Pengetahuaan
Ilmu Pengetahuan adalah kumpulan pengetahuan yang sistematis dengan
menggunakan pemikiran yang dapat di kontrol dan ditelaah dengan kritis bagi setiap
orang yang ingin mengetahuinya. Berdasarkan definisi ini sehingga ada beberapa bagian
yang dapat kita tarik, yaitu:
1. Pengetahuan (Knowledge)
Pengetahuan adalah kesan dalam pemikiran manusia sebagai hasil
penggunaan panca indra. Pemanfaatan panca indra yang memanfaatkan kesan
adalah pengetahuaan. Itulah, yang menyebabkan ilmu pengetahuan adalah
kumpulan pengetahuan. Tapi tidak semua pengetahuan adalah ilmu pengetahuan,
tetapi mutlak ilmu pengetahuan adalah pengetahuan (Knowledge). Contoh, pada
zaman dulu sering disebut jampi-jampi (pengobatan tradisional), ketika kita sakit
perut nenek moyang kita biasanya menyiapkan segelas air bersih dan sebuah
pisau, dimana pisau di celup kedalam air kemudian air itulah yang diminum
setelah di jampi-jampi dan ditiup. Setelah meminumnya sakit perut itu hilang,
inilah yang disebut knowledge (pengetahuan).
2. Sistematis
Sistematis adalah urutan-urutan tertentu yang merupakan sebuah kebulatan.
segala usaha untuk menguraikan dan merumuskan sesuatu dalam hubungan yang
teratur dan logis sehingga membentuk suatu sistem yang berarti secara utuh,
menyeluruh, terpadu, mampu menjelaskan rangkaian sebab akibat menyangkut
obyeknya.
3. Pikiran
Pikiran adalah gagasan dan proses mental. Berpikir memungkinkan
seseorang untuk merepresentasikan dunia sebagai model dan memberikan
perlakuan terhadapnya secara efektif sesuai dengan tujuan, rencana, dan
keinginan. Pikiran yaitu mempergunakan otak. Contoh, ketika menyaksikan
sebuah film “Uang Panai” kita akan mengikuti alurnya dan menceritakannya
kembali, hasil dari cerita itu yang kita peroleh dari menonton film itulah yang
disebut pemikiran.
4. Kontrol dan ditelaah
Setiap ilmu pengetahuan yang masuk harus kita kontrol dan ditelaan tetapi
kita juga harus kritis, agar kita dapat mengsaring ilmu pengerahuan yang kita
dapatkan. Contoh, ketika liberalisasi masuk di Indonesia kita hrus kontrol dan
lebih di telaah karena kita adalah negara yang mempunya adat budaya dan tata
keramah yang tidak bisa dihilangkan.
Ke-empat hal di atas merupakan unsur ilmu pengetahuan yang dapat
menggambarkan bentuk dari ilmu pengetahuan yang sebenarnya.
Ilmu pengetahuan kemudian terbagi lagi menjadi dua bidang, yaitu eksakta dan
non-eksakta. Eksakta mencakup diantaranya kimia, fisika, biologi. Kemudian, non-
eksakta mencakup ilmu sosial pada umunya misalnya sosiologi, antropologi, politik,
pendidikan kewarganegaraan dan lain sebagainya. Maka terbuktilah bahwa
pendidikan kewarganegaraan merupakan ilmu pengetahuan yang memenuhi 4 unsur
ilmu pengetahauan.
Muncullah sebuah pertanyaan, apa yang membedakan manusia dengan hewan? Tentu
saja yang membedakan manusia dengan hewan adalah akal atau biasa disebut rasio.
Sehingga dari akal tersebut manusia memiliki curiosity. Curiosity adalah hasrat ingin
tahu atau hasrat ingin paham mengenai sesuatu, maka lahirlah apa yang disebut
legenda (cerita-cerita rakyat).
Dari legenda legenda yang ada muncullah common sense, yaitu akal sehat. Pada abad
pertengahan ada sebuah penelitian yang memberi kesimpulan bahwa ‘orang sakit
tidak mempunyai kutu sedangkan orang sehat mempunyai banyak kutu sehingga jika
sesorang sakit kita perlu menaburi kutu di kepala orang sakit tersebut’. Jadi dapat kita
lihat bahwa pada tahap common sense ini legenda rakyat sudah mulai tergeser.
Common sense ini merupakan kumpulan firasat yang masih secara coba-coba yang
ada ditengah masyarakat.
Semakin kita melihat kebawah atau ke masa lampau, dapat kita temui sebuah kata
penuh makna, yaitu filsafat. Sehingga lahirlah apa yang disebut dengan filsafat.
Filsafat berasal dari bahasa Yunani yaitu filein (cinta) dan sofia (kebijaksanaan,
kebenaran dan kearifan). Jadi filsafat adalah cinta akan kebenaran, cinta akan
kebijakan dan cinta akan kearifan. Filsafat juga merupakan ibu dari segala ilmu
pengetahuan. Dari hal inilah muncul ilmu pengetahuan yang kini kita tau merupakan
ilmu eksakta dan non-eksakta sehingga saat ini manusia mulai meninggalkan legenda
atau cerita-cerita, common sense dan bahkan filsafat pun sudah mulai ditinggalkan.
Di Indonesia sendiri hanya ada dua perguruan tinggi yang masih menerapkan
filsafat yaitu Universitas Indonesia (UI) dan Universitas Gaja Madha (UGM). Saat
ini manusia beranggapan bahwa mereka berada pada level ilmu pengetahuan, karena
dengan ilmu pengetahuan otomatis bisa cerdas dan terbentuknya masa depan yang
baik.
Tetapi cerdas bukan menjadi segalanya, contohnya paman Nabi Muhammad
SAW. Yakni abu jahal dan abu lahab. Mereka merupakan orang yang cerdas karena
tiadak mungkin mereka menjadi pemimpin kaum quraisy jika mereka bodoh. Tetapi
mereka jahiliyah, mengapa?. Karena mereka tidak mampu mengetahui kehidupan
setelah mati dalm hal ini masa depan mereka. Jadi jika zamaan sekarang masih ada
manusia yang tidak mampu memahami kehidupan setelah mati maka orang tersebut
dapat dikatakan jahiliyah yang berarti manusia bodoh yang keluar dari ftrah-Nya.
Yakni taat kepada Allah dan taat beribadah.
Jadi dapat dikatakan berilmu pengetahuan juga tidak menjamin masa depan yang
baik sebab sesorang bisa saja mendewa-dewakan ilmu pengetahuan yang kemudian
membuatnya terjerumus kedalam atheisme. Ilmu pengetahuan sering disebut bermata
dua/ganda, karena seringkali dia dapat menjerumuskan kita pada kejahiliyahan,
sehingga kita harus mampu membedakan mana ilmu pengetahuan yang pelu kita teliti
dengan akal dan mana pengetahuan yang harus kita teliti dengan hati serta
kepercayaam.

Pendidikan Kewarganegaraan
Pendidikan Kewarganegaraan adalah program Pendidikan yang berintikan demokrasi
politik yang diperluas dengan sumber-sumber pengetahuan lainnya, pengaruh-pengaruh
positif dari pendidikan sekolah, masyarakat, dan orang tua, yang semuanya itu diproses
guna melatih para mahasiswa untuk berpikir kritis, analitis, bersikap dan bertindak
demokratis dalam mempersiapkan hidup demokratis yang berdasarkan Pancasila dan
UUD 1945.

Pendidikan kewarganegaraan tidak hanya didasarkan pada konsitusi negara yang


bersangkutan, tetapi juga tergantung pada tuntutan perkembangan zaman dan masa
depan. Misalnya, kecenderungan pada tuntutan perkembangan zaman dan masa depan
bangsa meliputi isu tentang HAM, pelaksanaan demokrasi, dan lingkungan hidup.
Sebagai warga negara muda, mahasiswa perlu memahami kesadaran dan partisipatif
terhadap gejala demikian.

Pendidikan Kewarganegaraan dapat berfungsi sebagai model pengembangan jati diri


dan kepribadian seseorang, yang bertujuan membangun manusia Indonesia yang beriman
dan bertaqwa terhadap Tuhan YME, berbudi pekerti luhur, berkepribadian mantap dan
mandiri, serta mempunyai rasa tanggungjawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Pendidikan Kewarganegaraan diharapkan mampu dipahami bahwa nilai-nilai pancasila
juga harus dijadikan sebagai pedoman dan sumber orientasi pengembangan kekaryaan
setiap lulusan Perguruan Tinggi. Pendidikan Kewarganegaraan sebagai MPK
mencerminkan pendidikan demokrasi, HAM dan persoalan kewarganegaraan lainnya
berprespektif Pancasila. Seorang lulusan pendidikan tinggi diharapkan mampu
menerapkan bekal pendidikan tersebut dalam memerankan dirinya sebagai pencerah
masyarakat, kehidupan bangsa dan bernegara.Pendidikan kewarganegaraan mengajarkan
tentang bagaimana menjadi warga negara yang baik, taat aturan negara dan juga sebagai
wadah untuk menumbuhkan semngat patriotisme. Jadi, seorang guru bisa menanamkan
jiwa nasionalisme melalui pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Pada awal
kemerdekaan, jiwa nasionalisme bangsa Indonesia sangat kuat. Namun, kini jiwa
nasionalisme bangsa Indonesia telah melemah. Nasionalisme diartikan sebagai suatu
paham yang menciptakan dan mempertahankan kedaulatan sebuah negara. Pendidikan
kewarganegaraan di Indonesia berkembang sejalan dengan kebijakan pendidikan dan tren
politik yang ada. Sampai saat ini pendidikan kewarganegaraan sudah menjadi bagian
penting dari instrumensasi serta praksis nasional.

Secara ringkas pendidkan kewarganegaraan, atau PPKN, diarahkan untuk


menanamkan rasa nasionalisme dan nilai moral bangsa bagi pelajar sejak dini.
Pendidikan ini menjadi patokan dalam menjalankan kewajiban memperoleh hak sebagai
warga negara, demi kemajayaan dan kemuliaan bangsa. Tujuan Pendidikan
kewarganegaraan adalah menciptakan warga negara yang memiliki wawasan kenegaraan,
menanamkan rasa cinta tanah air dan kebanggaan sebagai warga negara Indonesia dalam
diri para generasi muda penerus bangsa. Pendidikan ini tentunya harus dipadukan dengan
penguaasaan ilmu dan teknologi, sehingga tercipta generasi masa depan yang kelak bisa
membangun bangsa.

Pendidikan kewarganegaraan pada hakikatnya didasarkan pada nilai-nilai yang


terkandung di dalam Pancasila sebagai kepribadian bangsa demi meningkatkan serta
melestarikan keluhuran moral dan perilaku masyarakat yang bersumber pada budaya
bangsa yang ada sejak dahulu kala.Nilai-nilai tersebut diharapkan dapat menjadi cermin
bagi warga negara sebagai bentuk jati diri yang terwujud dalam berbagai tingkah laku di
dalam kehidupan keseharian masyarakat. Sebagai mata pelajaran, hakikat PKN ialah
bertujuan penting dalam membentuk jati diri individu yang hidup dalam kehidupan
masyarakat yang majemuk.

Pendidikan kewarganegaraan sejatinya adalah sebuah bentuk pendidikan untuk


generasi penerus yang bertujuan agar mereka menjadi warga negara yang berpikir tajam
dan sadar mengenai hak dan kewajibannya dalam hidup bermasyarakat dan bernegara.
Dan mampu menumbukan sikap setia kepada tanah air dan bersedia menyumbangkan
setiap potensi nya demi kemajuan bangsa.

Anda mungkin juga menyukai